THE DARK HOLE

Disclaimer : yang jelas Naruto dkk bukan milik saya tapi om Kishi

Pairing : NarutoxHinata

Rated : M untuk crime-nya

Warning : gaje, OOC, typos, dan banyak kekurangan lainnya

Don't like don't read

Summary

Selalu diabaikan dan tak dianggap membuat seorang bocah kecil jatuh dalam lubang kebencian yang tiada dasar, hingga balas dendam pun menjadi ambisi terbesar yang harus ia capai, apakah ia akan membalaskan dendamnya? Ataukah…

Story…

Kedua kaki mungil itu terus ia paksa untuk berlari sejauh mungkin dari kejaran penduduk desa yang entah kenapa senang sekali menyiksanya, nafasnya tersenggal-senggal, keringat dingin bercucuran dari pelipisnya, tapi hal itu tidak menghentikan larinya, ia bahkan semakin memacu kerja kakinya yang kecil, ia berbelok menuju gang yang gelap, dan sedetik kemudian ia menyesali karena memasuki gang itu

"hah…hah…hah…" anak kecil itu membungkuk 90˚ untuk menetralkan nafasnya yang masih tersenggal-senggal, ia lalu menatap nyalang tembok tinggi besar didepannya

'sial! Jalan buntu' umpatnya dalam hati, ekor matanya yang berwarna merah bagaikan darah itu melirik kebelakang tubuhnya dimana berdiri puluhan warga desa dengan membawa senjata tajam masing-masing

"hahahaha mau kemana kau bocah setan! ini jalan buntu! Kau tidak bisa lari lagi!" ucap seorang pria botak dengan kumis yang hampir memenuhi seluruh wajahnya sambil mengacungkan tongkat pemukul baseball-nya, sementara didepannya berdiri seorang anak kecil yang kira-kira berumur enam tahun dengan tubuh yang bergetar hebat, ia memeluk dirinya sendiri untuk meredam rasa takutnya, tapi ketakutannya tak mau hilang walau sekuat apapun ia memeluk dirinya, wajar saja, ia hanya seorang bocah yang bila dihadapkan dengan seekor anjing pun pasti akan lari ketakutan, tapi ini? Puluhan warga yang bisa membunuhnya kapanpun mereka mau, oh kalian pasti bercanda

Air matanya mengalir dari matanya yang memiliki warna yang berbeda, mata kirinya memiliki iris saphire yang teduh yang seolah menggambarkan kesedihannya sementara mata kanannya memiliki iris semerah darah yang seolah menggambarkan kebenciannya, hanya karena matanya yang memiliki warna yang berbeda ia dibenci oleh penduduk desa, hanya karena mata merahnya dan ramalan yang dipercayai mereka. Tubuhnya semakin bergetar, mulutnya ia buka untuk mengucapkan pertanyaan yang akan disesalinya tapi akan selalu diingatnya

"hiks…a-apa salahku? Hiks…hiks…kenapa k-kalian me-melakukan ini padaku?" tanya anak itu dengan suara parau

"KENAPA KATAMU?! KAU BERTANYA KENAPA? ITU KARENA KAU ADALAH KETURUNAN IBLIS YANG AKAN MEMBUNUH KAMI!" teriak seorang wanita tepat didepan wajah anak yang semakin ketakutan itu "tapi tenang saja, kami akan membunuhmu malam ini, jadi kami tak perlu khawatir soal ramalan itu lagi" sambungnya sambil mengangkat bahunya acuh tak acuh

"ta…tapi aku…aku manusia…sama seperti kalian" bantah anak itu sambil meremas dadanya yang terasa sakit

"kau banyak bicara bocah" ucap seorang pemuda dingin, ia lalu mengangkat kayu yang terdapat banyak paku tinggi-tinggi, bersiap untuk memukul anak kecil yang sekarang sedang memelototi kayu yang dipegang pemuda itu dengan tatapan horror "dan sekarang rasakan ini"

BRAK BRUK DUAGH BRUK DUAGH

Pukulan, tendangan, serangan benda-benda keras terus dilayangkan oleh warga kepada anak kecil yang kini meringkuk sambil memeluk kepalanya yang bersimbah darah, tubuhnya memar-memar karena pukulan dan tendangan warga yang sangat kuat, bajunya compang-camping dengan sobekan-sobekan besar disana-sini, mereka terus melanjutkan aktivitas tidak manusiawi mereka sampai terdengar bunyi peluit tanda kalau patroli keamanan desa melihat perlakuan kejam mereka, melihat segerombolan pria tengah berlari sambil membawa pentungan masing-masing membuat warga desa segera berhamburan menuju rumah masing-masing, para pria itu kemudian berhenti didepan sebuah gang yang gelap, lalu mereka memasuki gang tersebut dan mendapatkan seorang anak kecil sedang meringkuk ditanah sambil menangis

Cuihhh

Salah seorang dari pria itu meludahi anak kecil yang masih meringkuk ditanah

"hah…pantas saja warga jadi seperti itu, ternyata ada bocah setan disini" ucap salah seorang dari mereka sambil berjalan mendekati anak itu lalu menarik rambut blondenya hingga ia terduduk dengan kepala mendongak

"a…aku bukannn… bocah se…tann ukh…" ucap anak itu sambil menahan sakit dikepalanya

"ramalannya sudah jelas mengatakan kalau kau adalah bocah setan! jadi jangan menghindar lagi" ucap pria yang tadi meludahinya, pria itu lalu berjalan mendekati anak itu yang kini menatapnya takut, pria itu lalu melepas ikat pinggangnya dan membuka resleting celanya, ia lalu menarik keluar kemaluannya, ia pegang batang kemaluannya yang berada tepat diatas wajah anak itu yang masih mendongak

'a…apa yang akan dilakukannya?' batin anak itu ketakutan

"aku sudah menahannya sejak tadi, jadi…terimalah ini" air kencing yang berbau pesing membanjiri wajah bocah malang itu, matanya membelalak saat melihat apa yang dilakukan pria itu kepadanya, air matanya bercampur dengan air kencing pria itu

"HAHAHAHA…." Tawa iblis dari segerombolan pria itu pun pecah saat melihat apa yang dilakukan rekannya itu kepada anak kecil dihadapan mereka yang dicap sebegai 'bocah setan'

"ah..leganya" ucap pria itu sambil melihat wajah dan baju gadis kecil itu dipenuhi dengan air kencingnya "harusnya kau berterima kasih padaku, karena aku hanya mengencingimu dan bukannya memukulimu" setelah mengucapkan itu segerombolan pria tadi pun keluar dari gang gelap tersebut lalu mereka berpencar menuju tempat patroli masing-masing

"…dam…dendam…aku akan membalaskan dendamku pada kalian" ucap anak itu dingin nan tajam, mata merahnya mengeluarkan sinar kebencian yang begitu mendalam hingga membuat siapapun yang melihatnya akan langsung lari ketakutan, dengan perlahan ia berdiri walau agak sempoyongan karena rasa sakit yang tiba-tiba mendera tubuhnya

"uhkk…sakiiit" ringisnya sambil memegangi kepalanya yang masih mengeluarkan darah

BLAAAR

Kilat menyambar-nyambar dimalam yang gelap dan sunyi didesa Konoha, seorang anak lelaki berambut blonde acak-acakan sedang berjalan tertatih-tatih sambil memegangi lengan kirinya yang terdapat banyak luka sayatan

JRAAASSSHHH

Hujan deras tiba-tiba mengalir membasahi bumi, anak itu menghentikan langkahnya, ia lalu mendongakkan kepalanya keatas dan merentangkan kedua lengannya, matanya ia pejamkan untuk menikmati sensasi dingin saat air hujan jatuh membasahi wajahnya yang terdapat memar-memar, bibirnya menyunggingkan senyum manis, sesaat kemudian ia lalu membuka matanya yang memiliki warna berbeda

"kalian menangis untukku? Baik sekali" setelah mengucapkan itu ia lalu melanjutkan perjalanannya pulang kerumahnya yang sempat tertunda, selama diperjalanan ia selalu menyanyikan lagu yang sama hingga ia sampai disebuah rumah mewah, ia lalu mengulurkan kedua lengannya dan mulai mendorong pagar besi didepannya hingga berhasil ia buka, ia lalu masuk kedalam halaman rumah mewah itu dan berhenti didepan pintu rumah mewah itu, ia mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintu mahoni berukir bunga camelia didepannya, tapi kemudian ia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu itu, jemari mungilnya memegang gagang pintu mahoni itu dan mulai membuka pintu besar itu

Saat masuk kedalam rumah itu ia disuguhkan pemandangan yang selalu membuatnya iri, bagaimana tidak, saat ini kedua orang tuanya dan adiknya tengah tertawa bersama karena lolucon sang ayah, ah… sungguh potret keluarga yang harmonis. Naruto Namikaze, nama anak lelaki itu, ia hanya memandangi aktivitas keluarganya dengan tatapan kosong dan tangan kanannya ia angkat untuk meremas dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, entah kenapa setiap kali melihat kebersamaan keluarganya dadanya selalu terasa sakit

'ukh…sakiiit' ia lalu melangkahkan kakinya yang kotor memasuki rumah besar itu, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti karena ibunya menatapnya dengan tatapan membunuh

"untuk apa kau pulang heh? Aku kira penduduk desa sudah membunuhmu" tanyanya sengit sementara Naruto hanya menundukkan kepalanya

'tidak memperdulikanku heh?' batin Naruto miris

"i-ibu a-aku lapar" ucap Naruto yang mulai berani menatap ibunya yang berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang

"jam makan malam sudah lewat! Jadi tidak ada makan malam untukmu!" setelah mengucapkan itu ia lalu melenggang pergi meninggalkan Naruto yang kini mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jarinya memutih

'mengabaikanku lagi? ibuku sendiri? Mereka anggap apa aku ini? Sial!' dengan hawa dingin yang menguar dari tubuhnya serta tatapan tajam Naruto pun pergi menuju kamarnya yang berada dilantai dua dirumah besar itu 'aku ada tapi dianggap tidak ada, mereka hanya melihat dan memperdulikan Naruko, bahkan dengan luka seperti ini mereka masih tidak melihatku? HAHA…nista sekali nasibku, kapan ini akan berakhir tuhan? Aku… hanya ingin…sebuah ikatan, ikatan yang dinamakan cinta dan kasih sayang'

Cklek

Dari balik jendela kamarnya Naruto menatap langit malam yang hujan dengan tatapan sendu, perlahan air mata keluar dari manik ungu dan merah darahnya

"aku hanya ingin diperhatikan…apakah itu juga tidak mungkin? Bahkan oleh orang tuaku?" tanya Naruto entah pada siapa, setelah puas menatap langit malam yang tidak lagi hujan, Naruto lalu menuju kamar mandi yang berada dikamarnya untuk membersihkan badannya dari darahnya sendiri

Tidak ada yang menyadari kalau sedari tadi ada sesosok bayangan yang memperhatikan Naruto

"akhirnya…akhirnya kau lahir kembali…Menma" setelah mengucapkan itu tiba-tiba sosok bayangan tadi menghilang bagai ditiup angin

7 tahun kemudian

Sinar mentari yang cerah menerpa bumi menandakan kalau hari sudah berganti menjadi pagi, penduduk desa Konoha segera memulai aktivitas keseharian mereka, ada yang berbelanja, ada yang membuka toko, pergi bekerja, ataupun berolah raga, seperti sekarang ini terlihatlah seorang pemuda berumur 13 tahun sedang berjalan santai menuju sekolahnya, rambut blonde acak-acakannya melambai saat diterpa angin pagi, manik berbeda warna miliknya menatap sendu sebuah taman bunga disamping kanannya, ia tidak memungkiri kalau ia iri dengan anak-anak yang bermain dengan teman sebaya atau dengan orang tua mereka ditaman itu

'sudah 13 tahun aku hidup disini tapi aku sama sekali tidak pernah merasakannya' tiba-tiba seorang balita laki-laki mendekati Naruto, Naruto menatap anak itu penasaran, tapi tiba-tiba anak itu melayang diudara karena diangkat oleh ibunya yang kini menatap Naruto dengan tatapan membunuh

"apa yang kau lakukan pada putraku heh?" tanyanya sengit

"tidak ada, saya permisi" ucap Naruto dingin, ia lalu pergi menjauh dari taman itu, tapi samar-samar ia mendengar kalau wanita tadi berteriak "dasar bocah setan" Naruto hanya tersenyum nanar mendengar julukannya itu, disepanjang perjalannya menuju sekolahnya ia selalu ditatap tidak suka oleh penduduk desa, tapi ia hanya mengabaikannya karena ia sudah terlalu terbiasa dengan kehidupannya yang selalu dicaci maki oleh orang-orang

Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu 30 menit itu akhirnya Naruto sampai disekolahnya, keadaan disekolahnya juga tidak terlalu berbeda dengan perjalanannya kesana, baik guru ataupun murid lainnya selalu menatapnya jijik, walau sudah bersekolah disekolahnya ini sejak usianya 6 tahun, tapi sampai sekarang Naruto tidak mempunyai teman. Setelah sampai didepan pintu kelasnya, ia berhenti sebentar untuk mengambil nafas panjang lalu membuka pintu kelasnya kuat

SREEEEKKK

"OHAYOU MINNAAAA!" teriakan cempreng Naruto menggelegar seantero sekolah hingga membuat semua orang segera menyelamatkan indera pendengaran mereka, Naruto lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam kelasnya yang menjadi sunyi karena kehadirannya

'seperti biasa, tidak ada yang menjawabnya' dengan senyum palsu Naruto berjalan menuju tempat duduknya yang berada paling belakang disudut dekat jendela, setelah berada didepan mejanya ia mengepalkan tangannya sambil menatap meja dan kursinya yang dipenuhi dengan tulisan 'mati, harusnya kau pergi saja setan, pergi, bitch' dan tulisan-tulisan dengan kata-kata kotor lainnya

"siapa yang melakukannya?" tanya Naruto dingin, kini mata merahnya menatap tajam setiap siswa yang ada dikelasnya hingga mereka bergidik ketakutan dan segera memalingkan wajah mereka "kalian hanya bermain dibelakangku, kenapa? Apakah kalian tidak berani? Pengecut" ucap Naruto sarkastis, tidak lama setelah itu seorang guru pun masuk untuk memulai pelajarannya

Naruto menuruni anak tangga rumahnya dengan malas, sekarang adalah waktunya makan malam bersama keluarganya. Ibunya, Kushina dan ayahnya, Minato kini tengah duduk manis diruang makan, ah…ralat mereka duduk dengan segala kearoganan yang mereka miliki

"selamat malam ayah..ibu" ucap Naruto ceria, tetapi tidak ada yang menjawab sapaannya. Diliriknya sang ayah yang kini tengah mencari sesuatu

"mana Naruko?" tanya sang kepala keluarga itu entah pada siapa

'selalu' batin Naruto

Ia berpikir apakah ketika dirinya tak ikut makan malam bersama keluarganya, ayahnya juga akan menanyakannya seperti itu? Entahlah…Naruto sangat meragukan keajaiban itu terjadi

"Naruko bilang dia ada kegiatan klub, jadi akan pulang terlambat" jawab Kushina sambil mengambil lauk untuk Minato

"yah, dia memang anak yang rajin, bagaimana makan malamnya?" tanya Minato lembut

"ah…aku sudah membawakannya bekal, jadi tidak usah khawatir" jawab Kushina dengan tersenyum lembut pula, Naruto yang melihat interaksi antara ayah dan ibunya merasa sangat jengah karena diabaikan, walaupun bukan pertama kalinya, tapi tetap saja rasanya sakit. Naruto beranjak dari kursinya dan hendak pergi menuju kamarnya

"mau kemana kau?" tanya Kushina kasar

"bukan urusanmu" mendengar jawaban tidak sopan dari Naruto membuat sang ayah naik pitam

"kau?! Begitukah caramu menjawab pertanyaan orang tuamu hah?!" Naruto membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan ayahnya tapi segera ia urungkan niatnya dan melenggang pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang menatapnya penuh kebencian "dasar anak itu, kelakuannya sama saja seperti binatang"

Deg

Naruto menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan terakhir ayahnya

"kenapa?" tanya Minato ketus

Naruto menatap ayah dan ibunya bergantian dengan tatapan paling menusuk yang pernah ia tunjukkan "kaulah yang seperti binatang orang tua" setelah mengucapkan itu Naruto lalu masuk kekamarnya dan mengunci pintunya dari dalam

"kenapa kau membuat hidupku jadi seperti ini?" tanya Naruto entah pada siapa, saat ini ia sedang berada dibalkon kamarnya, mata biru saphire dan merah darahnya menatap sendu rembulan yang kini tengah menyinari gelapnya malam "setahuku hanya orang-orang jahat yang dihukum, apa aku melakukan kejahatan dikehidupanku sebelumnya? Apakah aku begitu buruk hingga orang-orang sangat membenciku?" tanpa ia sadari air matanya kini membasahi pipi tannya

Samar-samar ia mendengar suara orang minta tolong

"LONG….TOLOOOONG….TOLOOONG…." Naruto menatap intens jalanan didepannya yang terdapat seorang pemuda yang sedang dikeroyoki oleh orang-orang yang memakai jubah hitam, lantas Naruto pun melompat dari balkon kamarnya lalu melompati pagar rumahnya untuk menolong pemuda yang dikeroyoki itu, tapi ketika ia sampai disana orang-orang yang tadi mengeroyoki pemuda itu menghilang entah kemana meninggalkan seorang pemuda yang kini tergeletak tak berdaya dengan tubuh yang bersimbah darah

"hei…hei…bangun…hei?" Naruto duduk sambil memangku kepala pemuda yang masih mengeluarkan darah, Kira menepuk-nepuk pelan pipi pemuda itu, tapi tidak ada reaksi dari pemuda itu "tidak ada reaksi, bagaimana ini?" Naruto celingak-celinguk mencoba untuk mencari bantuan, tapi tidak ada siapapun yang melewati jalan itu saat itu. Akhirnya Naruto memeriksa denyut nadi pemuda itu

'tidak ada denyut nadinya?' dengan ketakutan Naruto mendekatkan telinganya kehidung pemuda yang berbaring dipahanya sebagai bantalan kepala pemuda itu, tak berapa lama Naruto lalu membelalakkan matanya 'ti…tidak bernafas? Di…dia mati'

"kau…kau membunuhnya?" tanya suara wanita dari belakang Naruto, sontak Naruto menolehkan kepalanya kebelakang, ia sangat terkejut saat melihat puluhan warga yang menatapnya ketakutan "kau membunuhnya? Putraku?"

"a..aku tidak…"

Plak

Belum selesai Naruto menjawab tiba-tiba pipinya ditampar oleh seorang wanita yang menatapnya marah

Plak plak plak

Wanita itu terus menampar pipi Naruto hingga membengkak

"dasar iblis, kau dan matamu adalah kutukan, dan sekarang kau membunuh putraku? Aku akan membunuhmu berengsek!" wanita yang meneriaki Naruto tadi berjalan menjauh lalu tak berapa lama ia kembali dengan kayu yang besar dan kasar ditangannya "kau harus membayar nyawa anakku" setelah mengucapkan itu wanita tadi langsung memukuli Naruto membabi buta

"a…ampuuun….hiks…ti…daaak…"

"sudahlah ayame" ucap seorang pria menenangkan wanita yang masih asyik memukuli Naruto

"tidak! Dia membunuh putraku! Aku tidak akan mengampuninya!"

"maksudku jangan bermain sendiri, biarkan kami ikut juga" ucap pria tadi dengan seringai mengerikan diwajahnya

"hihihi baiklah"

"a…aku tidak….membu…nuhnya…." ucap Naruto terbata-bata

"kau tidak usah banyak bicara lagi bocah, malam ini adalah hari terakhirmu didunia"

Brak Bruk Duagh Syuut

Pukulan, tendangan, sayatan benda tajam, warga-warga desa terus menyiksa Naruto, mereka tidak berhenti walau tubuh Naruto kini mengeluarkan banyak darah

"AAAAAAHHHHHHH" Naruto berteriak keras hingga warga-warga yang ada didekatnya segera menjauh, menggunakan kesempatan itu, Naruto lalu berlari menuju gerbang desa, ia tidak menghentikan laju larinya walau luka dikakinya mengeluarkan banyak darah

"akh anak sialan itu berhasil kabur"

"tidak usah khawatir, dia menuju hutan terlarang, dia tidak akan bertahan disana" setelang mengucapkan itu semua warga langsung bubar, pulang menuju rumah mereka masing-masing tanpa menghawatirkan nasib Naruto nantinya

Sreek Sreek Sreek

Naruto berjalan terseok-seok dihutan, ia merasa sangat ketakutan dan bingung sekarang, tapi itu semua ia redam, karena kemarahan dan kebencianlah yang paling terlihat dimata merahnya saat ini. Tiba-tiba Naruto merasa sangat pusing, pandangannya mulai buram, dengan sisa tenaga yang ia miliki ia berjalan menuju sebuah pohon besar untuk beristirahat disana

Bruk

Tubuh Kira yang tidak mampu menahan berat badannya lagi langsung jatuh ditanah saat ia sampai dipohon tujuannya, perlahan kelopak matanya tertutup karena lelah. Seseorang lompat dari atas pohon, orang itu memiliki rambut biru tua panjang yang digerainya, iris lavender yang tajam, serta kulit putih pucat, orang itu memakai kimono biru dengan obi putih dan sebuah pedang yang ia selipkan diobinya, orang itu berjalan mendekati Kira yang pingsan ditanah

"malang sekali nasibmu iblis kecil" ucap orang itu dengan suara lembutnya, ia lalu mengangkat Naruto dan membawanya pergi

Tbc

Yeey….akhirnya bisa publish juga

Bagaimana menurut kalian? Anehkah? Baguskah?

Silahkan review! Aku terima flame juga kok asal membangun