TSUMI
By ArinTirta1899
Disclaimer : Naruto belongs Masashi Kishimoto
Genre : Family, Friendship, Romance
Rate : T + (?)
Warning : AU, typo(s), incest, gaje, OOC.
Uchiha Sakura
Aku sangat menyayangi nii-chan. Ia adalah segalanya dalam hidupku. Ia adalah cahayaku. Tapi mengapa akhir-akhir ini ia menjauhiku dan menatapku dengan tatapan dingin? Apa aku telah membuat kesalahan padanya?
Aku ingin nii-chan yang dulu kembali...
Uchiha Sasuke
Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah mencintai perempuan yang tidak seharusnya kucintai. Mengapa ini harus terjadi? Semakin kupendam rasa ini semakin membesar dan mendesak ingin keluar. Dada ini selalu terasa sakit saat melihatnya tertawa bersama pria lain. Ingin sekali aku menarik dirinya ke dalam pelukanku dan menyatakan bahwa ia hanya milikku.
Tapi itu mustahil kan?
Apakah salah jika aku mempermainkan wanita di luar sana demi melupakan perasaanku padanya?
Akasuna Sasori
Kau adalah kekasihku, aku sangat mencintaimu. Dan sudah seharusnya juga kau mencintaiku. Namun mengapa aku merasa kau mencintai orang lain? Kau tidak pernah menatapku seperti kau menatap dirinya. Kau selalu mementingkan dirinya di atas segalanya dibandingkan dengan diriku.
Aku mencintaimu, sungguh, dan aku bersumpah akan melakukan apapun asalkan kau menjadi milikku...
. Selamanya.
CHAPTER 1
Sakura POV
Aku mengerang pelan saat sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamar dan menerpa wajahku. Kutarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku. Merasa enggan bangkit dari ranjang yang empuk ini.
"Hei, bangunlah."
SRET!
Spontan aku terduduk di atas ranjangku saat mendengar suara yang sudah sangat familiar di telingaku. Kuusap sejenak mataku sebelum menatap pria tampan yang memiliki rupa bagaikan pa ngeran. Manik onyxnya menatapku dingin.
Entah kenapa tatapan itu seakan menusuk jantungku.
"Nii-chan... o-ohayou." Sapaku pelan pada pria tampan yang merupakan kakakku.
Kakak tidak bereaksi, ia masih menatapku dingin dari ambang pintu lamaku. Aku hanya bisa tersenyum, mencoba memaklumi sikapnya yang semakin lama semakin tidak bersahabat denganku.
BLAM!
Tanpa berkata apapun kakak pergi meninggalkanku begitu saja. Hei, setidaknya dia bisa membalas sapaanku tadi kan?
Aku menghela napas berat, selalu saja seperti ini. Kakak tidak pernah mempedulikanku lagi.
Manik mataku menatap jam dinding hitam yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Haah, daripada aku termenung seperti ini lebih baik aku segera membersihkan diri dan bersiap untuk sekolah. Mungkin mandi bisa memperbaiki suasana hatiku yang memburuk
Huumph, ini semua gara-gara kakak!
Dulu, meskipun rasanya sudah sangat lama, aku dan kakak adalah saudara yang sangat akrab. Kami berdua selalu bersama, terutama karena orang tua kami yang selalu bepergian ke luar kota karena urusan pekerjaan. Meskipun kami berbeda ayah, namun kakak sangat menyayangiku seperti adik kandungnya sendiri.
Usia kami tidak terpaut terlalu jauh, kakak sekarang berusia 21 tahun. Dan sedang menyelesaikan tugas akhir untuk kuliahnya.
Semenjak aku menginjak usia 16 tahun, orang tuaku semakin jarang pulang ke rumah. Hanya beberapa bulan sekali. Aku paham mereka sangat sibuk, lagipula aku dan kakak sama-sama sudah cukup dewasa, jadi wajar jika mereka tenang melepas kami.
Namun itulah awal dari berubahnya sikap kakak padaku.
Kakak yang dulunya sangat ramah dan perhatian berubah menjadi dingin. Ia tidak memperhatikanku lagi. Dan lagi ia sudah memasuki dunia pergaulan bebas, setiap malam selalu saja ada wanita yang ia bawa ke rumah. Yang bisa kulakukan hanyalah berusaha menutup telingaku saat mereka sedang bercinta.
Ya, aku tidak heran. Kakak sangat tampan dan juga memiliki otak yang encer. Sikapnya yang dingin dan cuek membuat banyak wanita yang jatuh hati padanya. Terlebih lagi kakak juga bekerja di salah satu cabang perusahaan ayah dan berkat bakatnya yang luar biasa peruahaan itu berkembang pesat.
Tampan dan banyak harta. Kriteria yang lebih dari cukup untuk menggaet wanita di luar sana.
Aku yang bodoh ini tidak bisa melakukan apa-apa untuk kakak.
Setiap aku ingin mendekatinya, ia menatapku dengan tatapan dingin. Seolah-olah aku mengganggunya. Seperti ada dinding besar yang menghalangiku setiap ingin berbicara padanya.
Kenapa semua menjadi seperti ini?
Aku ingin hubungan kami kembali seperti dulu. Aku ingin kami bisa mengobrol dan bercanda bersama. Aku ingin manik onyxnya menatapku lembut seperti dulu.
Rasanya masa-masa itu seperti mimpi indah sekarang.
Seakan tidak pernah terjadi dalam hidupku.
"Ayooo sayaaang, buka mulutmu aaaa~."
"Hentikan tingkahmu itu Karin, aku bukan anak kecil."
Nafsu makanku hilang entah kemana melihat kemesraan pasangan di hadapanku. Seorang wanita cantik bersurai merah berusaha menyuapi kakak. Gaun merah yang ia kenakan sangat minim hingga aku bisa melihat bekas kemerahan di bahunya.
Uuukkh, melihatnya saja sudah membuatku kesal.
Akhirnya aku hanya tertunduk lesu dan mengaduk-aduk sup milikku. Rasa kesal membuatku semakin malas untuk menyantap sarapan yang kubuar sendiri.
Huuuh, kenapa kakak lebih perhatian pada wanita itu daripada aku? Aku ini adikmu kak, a-dik-mu!
Hiks, sayangnya aku tidak berani protes seperti itu.
DEG!
Kurasakan sepasang mata menatapku tajam. Benar saja, saat kuangkat wajahku kakak sedang menatapku dengan tatapan dinginnya. Namun ia segera memalingkan wajahnya.
AAAAKKKH! Dasar kakak menyebalkan! Apa wajahku sejelek itu sampai membuatnya enggan manatapku?!
TING~ TONG~
"Saku-chaan, ayo kita berangkaaat."
Seketika aku tersenyum mendengar suara dengan aksen ceria yang memanggilku. Tanganku menyambar tas yang tersampir di kursi. Aku beranjak dari meja makan dan berlari pelan menuju pintu.
Sosok pria tampan bersurai merah darah seketika memeluk tubuhku saat aku membukakan pintu. Ia mengecup lembut keningku dan menatapku dengan manik hazelnya.
"Ohayou."
Aku tersenyum dan balas mengecup pipinya. "Ohayou mo Saso-kun."
Ya, dialah kekasihku selama setahun ini. Akasuna Sasori. Dia lebih tua satu tahun dariku dan kuliah di universitas yang sama seperti kakak. Namun setiap pagi ia selalu mengantarku ke sekolah. Sebenarnya aku sudah menolak namun Sasori bersikeras ingin mengantar dan menjemputku.
"Oh, ohayou senpai!" Sasori melepas pelukannya dan melambai pada seseorang di belakangku.
Eh, senpai?
Dengan gerakan patah-patah aku menoleh ke belakang dan mataku menangkap sosok kakak yang sudah berdiri kokoh di dekatku. Ia menatap dingin Sasori yang justru sedang tersenyum ramah padanya.
Sejak kapan dia ada di siniiiii?!
Kalau begitu dia tadi melihatku mencium pipi Sasori?! Tidak! Aku tidak ingin kakak melihatnyaaaa! Aku tidak tahu kenapa tapi yang jelas perasaanku mengatakan jangan sampai kakak melihatnya.
"Ni... nii-chan, i-itu tadi... aku..." Kakak menatapku sejenak sebelum ia kembali menatap Sasori.
"Jangan seenaknya menyentuh Saku bocah." Ujar kakak sinis. Uuuh, sudah kuduga kakak tidak menyukainya. Sejak awal kakak tidak pernah menyukai Sasori Ehem, lebih tepatnya kakak tidak menyukai Sasori semenjak ia menjadi kekasihku.
Kenapa kakak tidak menyukai Sasori? Sasori pria yang baik, setidaknya ia tidak seperti kakak yang berotak mesum dan mempunyai banyak pacar.
Uuuh, lagi-lagi perasaan kesal kembali membuncah dalam hatiku saat mengingat kakak memiliki banyak pacar.
"Hehehe, gomen ne senpai. Aku sangat merindukan Saku karena itu aku tidak bisa menahan diri untuk menyentuhnya." Sahut Sasori tenang, ia tersenyum lebar pada kakak.
Hiks, Sasori. Kamu sungguh berhati besar!
"Kau selalu bertemu dengannya setiap hari." Balas Kakak sengit. Aku menggembungkan pipiku kesal, kenapa kakak jadi bersikap kekanak-kanakan seperti ini saat bertemu Sasori? Padahal aku sendiri tidak pernah protes saat ia bermesraan dengan banyak wanita.
"Sasu-kuuun~" Lihat kan? Belum ada lima menit aku berpikir seperti itu Karin-san sudah menggelayuti mesra tangannya. Tanpa aba-aba ia mencium ganas bibir kakak yang disambut dengan senang hati oleh orang yang bersangkutan.
Ukh, menyebalkan! Kakak macam apa yang menunjukkan adegan tidak senonoh pada adiknya sendiri!
"Saku-chan kamu belum boleh melihatnya~" Sasori segera menarik tanganku dan menggeret tubuhku memasuki mobilnya. Aku tidak bereaksi, masih menatap kesal kakak yang sedang asik berciuman.
Kelopak mata kakak terbuka dan ia menatapku melalui sudut matanya. Sejenak kami saling beradu pandang sebelum aku memalingkan wajahku. Apa-apaan tatapannya itu? Kenapa dia terlihat marah? Aku tidak mengerti...
"Itu pacar baru Kakakmu ya? Seksi sekali, bentuk tubuhnya seperti gitar spanyol!"
Aku menjitak kepala Sasori yang justru disambut tawa pelan olehnya.
"Hentai." Balasku ketus. Sasori tersenyum tipis dan salah satu tangannya mengelus lembut kepalaku sedangkan yang satunya memegang stir mobil.
"Kenapa kamu terlihat kesal sejak tadi hm?" Tanya Sasori lembut. Aku tidak menjawab pertanyaannya, tapi bukan berarti aku tidak mengetahui jawaban atas pertanyaannya.
Aku kesal karena kakak terlihat lebih senang saat bersama wanita lain dibandingkan saat bersamaku. Aku kesal karena ia sangat dekat dengan wanita lain. Rasanya aku ingin marah dan berteriak padanya.
Tapi aku bingung...
"Saku-chan?"
Kenapa juga aku harus merasa marah padanya?
Bersambung
A/n
Alohaaa para readers di fandom Narutooo XD. Akhirnya aku mengirimkan cerita pertamaku tentang Saku dkk ke FFN. Aku harap kalian bisa memberi kritik dan saran untukku.
Maafkan aku jika ceritanya terlalu gaje L
Oh iya, lebih baik lanjut atau tidak ya? Aku rasa ff ini terlalu lebay untuk ff pertamaku X'3.
Akhir kata... arigatou karena sudah mau membaca! ^^
