Hidup seperti amunisi selalu siaga kapan pun akan dilakukannya demi mendapatkan apa yang dim au. Hidup ini bagaikan serpihan, dicari dan disusun agar serpihan itu terkumpul dan memberikan kesatuan menyatu demi meluruskan apa yang ada.

Sayangnya, dalam keterkejutan ini semua ini sangatlah hampa. Bagi dirinya dan diriku. Kami pun tak bisa saling menyatu, dikarenakan EGO.

Apakah ini akan berakhir?

.

.

1000 Times

.

DISCLAIMER: June The Little Queen © KIM Yeon-joo

WARNING: typo's, Out of Character, Canon, Manhwa. Deskripsi sederhana.

.

.

Altar Gereja selalu dikunjungi oleh pemuda berambut pirang, melihat dan mendengarkan apa permohonan dilakukan anak-anak perempuan seusia di bawahnya. Sudut bibirnya tertarik ke atas, sedikit. Sambil menopangkan pipinya menatap patung memeluk anak.

"Lebih dari berpuluh-puluh tahun, dia tidak pernah sekali pun pulang," ucapnya dalam hati, menyeringai.

Pemuda itu bangkit dari tempatnya, meninggalkan altar sebagai tempat pengajuan dan pengaduan. Hatinya bimbang di kala orang dicarinya belum menampakkan batang hidungnya. Senyum tadinya muncul, berubah datar. Wajahnya kaku seraya menenggelamkan kedua tangan ke saku celana.

"Apa ini sudah waktunya?" tanyanya mendongak dan menatap awan biru. "Kamu belum pulang, aku menunggumu di sini. Aku memang sangat bodoh," sungutnya menggerutu.

Dua pintu terbuka lebar, di sana ada gadis berambut hitam panjang berjalan anggun. Mata itu terbuka dan menatap mata warna biru sering sekali menunjukkan kesedihan. Ada kecanggungan di kondisi mereka apa lagi di sekitar mereka.

Pemuda itu mendengus. "Kamu ingin memohon pada Dia untuk mengembalikan pemuda itu? Benar, 'kan?" tanyanya mengedikkan bahu ke belakang. Gadis itu tahu.

"Ada saatnya di mana aku percaya waktu bisa memberikannya," katanya tanpa canggung. "Aku selalu memercayainya kapan pun aku mau, Mr. Yuri."

Sudut bibir kembali tertarik, tersenyum sinis. "Itukah kamu inginkan? Tidak bisa kupercayai." Pemuda itu memalingkan muka. "Sayangnya, aku juga meminta Dia untuk mengembalikan orang itu agar pulang. Aku suka caranya bersikap, tak bisa terlupakan," ucapnya sedih. Gadis itu menghela napas, tersenyum tipis.

"Andaikan mereka berdua di sini, pasti membahagiakan sekali."

Mata biru langit itu mengalihkan kepada gadis itu. "Kamu benar-benar tahu apa aku mau."

"Sama seperti diriku, Mr. Yuri."

Pemuda itu tersenyum tipis, berjalan melewati gadis itu. Gadis berambut hitam berambut lurus menatap patung seorang ibu menggendong anak seraya berdoa dan menutup mulut kemudian mata, berdiri di ambang pintu. Semua para pengunjung terkagum-kagum pada gadis sebagai pelindung kerajaan sekaligus sekolah ini.

"Masih ada waktu dan harapan, Mr. Yuri."

.

.

Pemuda menyusuri lorong sepi, bahunya tegap tanpa diturunkan artinya pemuda itu banyak mengemban beban begitu berat semenjak orang disayanginya pergi. Pergi demi menjalani tugas.

Butuh waktu lagi bagi dirinya untuk memahami, apa ingin diinginkan oleh dunia ini demi mempertemukan dirinya dan sosok itu. Sosok sering ditunggunya bersama waktu.

"Akankah Dia mengabulkan permohonan tersulit ini?" tanyanya berkumandang.

Hanya waktu terus berdetak, membuatnya melanjutkan langkahnya dalam kesepian dan berbagai pertanyaan. Hidup ini seperti disambar petir, susah dideskripsikan dan banyak pertanyaannya.

Semua sulit untuk dipikirkan. Itulah dia ketahui.

[End]

.

A/N: What? Saya buat JTLQ di Misc.? Wkwk
Biarlah, nambah my stories. Bukan kok, ini bukan tentang Real Life. Nanti bulan Februari, saya akan buat Real Life dalam bentuk fanfic di AO3. Ahaha :P

Sign,

Zecka Fujioka

06 Januari 2015