My Feeling

By Divinne Oxalyth

Bleach © Tite Kubo

Seorang lelaki berambut putih dan bermata emerald menekan tombol di ponselnya dengan lincah. Tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celananya dan badannya ia sandarkan di pagar besi yang berjejer di seluruh pinggir jalan.

"Toushiro?"

Lelaki itu menghentikan gerakan jari jarinya dan menatap ke belakangnya—ke arah orang yang memanggilnya.

"Sejak kapan kamu kembali ke Karakura?" tanya perempuan berambut hitam yang tadi memanggil nama laki-laki itu atau yang di kenal dengan nama Hitsugaya Toushiro.

"Bukan urusanmu, Kurosaki," jawab Hitsugaya dan menatap kembali layar ponselnya dan mengetik sesuatu di dalamnya.

Perempuan berambut hitam itu berjalan mendekati Hitsugaya dan memukul kepala Hitsugaya menggunakan bola sepak yang sedari tadi ia pegang. "Tentu saja itu urusanku, Hitsugaya Toushiro! Bukankah kamu anggota di tim sepak bolaku?" bentak perempuan itu. "Dan jangan panggil aku Kurosaki! Panggil aku Karin!" sambung Karin dengan terengah-engah. Di keningnya terdapat banyak urat yang bermunculan dan mukanya memerah karena marah.

"Cih, perempuan cerewet," ucap Hitsugaya. Dia memasukkan ponselnya ke dalam celana jins berwarna hitam yang ia pakai dan menatap matahari yang akan tenggelam ditelan oleh bumi.

Karin memukul kepala Hitsugaya lagi dan berhasil membuat Hitsugaya meringis kesakitan. "Itu sakit, bodoh!" bentak Hitsugaya. Dia menaruh tangan kanannya di tempat yang di pukul dan mengelus elus kepalanya dengan perlahan.

"Ha-ha-ha, rasakan itu, Pendek!" Karin menaruh kedua tangannya di pinggang dan tertawa puas dengan keras.

"Aku tidak pendek! Lagipula, untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Hitsugaya dan memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celananya.

"Ichi-nii menyuruhku menyeretmu dan membawamu ke rumahku jika aku bertemu dengan kamu," ucap Karin.

"Kenapa harus aku?" tanya Hitsugaya.

"Entah. Temui saja Ichi-nii, mungkin itu urusan yang penting. Dan, jangan tanya terus, aku malas menjawabnya," ucap Karin dan berjalan meninggalkan Hitsugaya yang berpikir sejenak dan mengikuti Karin yang berjalan menuju rumahnya.

·

Setelah sampai di rumahnya, Karin menendang pintu masuknya dengan sangat keras dan mempersilakan Hitsugaya masuk.

"Ichi-nii, aku bawa Toushiro," teriak Karin dan melepas sepatunya dan melemparnya ke sembarang tempat tanpa peduli dia melakukannya di depan seorang tamu.

"Arigatou, Karin. Wari, aku sudah merepotkanmu," ucap Ichigo seraya mengelap lantai yang terkena semburan Ichigo yang kaget karena Karin menendang pintu dengan tiba tiba.

"Ha'i, ha'i. Ngga masalah. Lagipula aku kebetulan ingin melewati bukit dan bertemu Toushiro." Karin berjalan ke arah sofa yang berada di depan televisi dan menekan tombol 'on' di remote untuk menyalakan televisinya dan menonton pertandingan sepak bola favoritnya.

"Welcome back, my lovely princess!" teriak Isshin dan berlari dengan posisi memeluk ke arah Karin yang sibuk menatap televisi.

Karin melirik ke arah Isshin dan mengangkat kakinya untuk menendang ayahnya "Diam kau, Oyaji bau!" Isshin yang tidak bisa menghentikan kakinya yang berjalan, terkena tendangan samping Karin dan terlempar beberapa meter ke belakang hingga menabrak dinding.

Isshin berdiri dari posisinya dan berlari menuju poster bergambar istrinya dan menangis dengan keras. "Masaki, anak kita sudah tidak peduli lagi dengan ayahnya sendiri, apa yang harus aku lakukan?" ucap Isshin.

Ichigo mengambil botol kaleng kosong yang ada di atas meja dan melemparnya kepada Isshin "Jangan berisik, Baka oyaji!" teriak Ichigo.

Isshin memegang kepalanya yang berdarah dan tersenyum "Nice throw, Ichigo my son!" ucap Isshin sambil mengacungkan jempolnya. Isshin menoleh dan menatap Hitsugaya yang sedari tadi tidak bersuara. "Itu siapa?" tanya Isshin sambil menunjuk Hitsugaya menggunakan jari telunjuknya.

"Pacar Karin," jawab Ichigo seraya membaca kembali korannya.

"APA?" teriak Isshin sehingga rahang bawahnya menyentuh lantai.

"Dia bukan pacarku!" bentak Karin dan Hitsugaya serempak dengan muka yang memerah.

"Tuh kan. Mereka sangat kompak, berarti mereka memang pacaran. Romantisnya," ucap Ichigo sambil menyeruput tehnya.

"Tapi dia bukan pacarku!" bentak Karin dan Hitsugaya serempak lagi dan masih dengan muka merahnya.

Isshin memeluk foto istrinya dan lagi lagi dengan tangisan yang keras. "Masaki, anak kita sudah besar. Dia sudah memiliki pendamping hidupnya, dan sebentar lagi aku akan memiliki menantu yang sangat tampan," ucap Isshin.

"Sudah kubilang dia bukan pacarku!" bentak Karin dan Hitsugaya lagi. Saking malunya, kepala mereka mengeluarkan asap seperti air yang sudah mendidih.

Hitsugaya berpura-pura batuk dan mengalihkan pembicaraan mereka "Ehem. Kurosaki, apa yang mau kamu diskusikan denganku?" tanya Hitsugaya dan berjalan ke arah Ichigo.

"Ah, ini pembicaraan pribadi," ucap Ichigo sambil melirik Karin dan Isshin secara bergiliran. Isshin yang mengerti dengan maksud Ichigo langsung pergi meninggalkan mereka.

Ichigo yang kesal karena Karin tidak bergerak dari tempatnya langsung meneriaki Karin dengan keras "Ini pembicaraan pribadi!" teriak Ichigo dan menatap Karin yang masih duduk di sampingnya dengan tenang.

Karin menoleh melihat Ichigo yang telah berteriak kepadanya. "Nani?" tanya Karin dengan wajah tanpa dosanya.

"Bisakah kamu pergi ke kamarmu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Toushiro," ucap Ichigo dengan muka kesal "Hanya berdua," sambung Ichigo agar Karin langsung meninggalkan mereka berdua.

"Baiklah, tapi jangan melakukan hal yang tidak lazim berdua." Karin beranjak dari sofa yang ia duduki dan berjalan ke kamarnya.

"Ngga mungkin aku melakukannya! Aku masih normal!" bentak Ichigo sambil menatap Karin yang sedang berjalan meninggalkan mereka berdua. Setelah Karin sudah tidak terlihat, Ichigo langsung menatap Hitsugaya "Bagaimana keadaan Soul Society sekarang?" tanya Ichigo seraya menaruh korannya di atas meja.

"Masih seperti biasa, ramai, penuh lubang, dan tetap membosankan." jawab Hitsugaya. Sedari dulu Hitsugaya memang selalu bosan dengan Soul Society yang tidak pernah berubah.

"Toushiro, kamu memiliki perasaan khusus terhadap Karin?" tanya Ichigo tiba-tiba.

Mata Hitsugaya melebar setelah mendengar pertanyaan Ichigo "Hah? Kenapa tiba-ti—" ucapan Hitsugaya terhenti ketika Ichigo menatapnya dengan tajam.

"Jawab yang jujur, Toushiro. Aku tidak akan membunuhmu," ucap Ichigo dengan tatapan menyeramkan.

'Dia akan membunuhku,' pikir Hitsugaya. Keringat dingin mengalir dengan deras di lehernya hingga ke kakinya.

"Kalau aku bilang 'aku memang punya perasaan khusus' aku akan diapakan?" tanya Hitsugaya dan duduk di sebelah Ichigo.

"Bila kamu mengatakan itu, berarti kamu harus melindungi Karin," ucap Ichigo. "Kalau kamu membuatnya terluka, akan kubunuh kamu," sambung Ichigo dengan tatapan membunuh.

"Jawabannya aku mempunyai perasaan padanya," jawab Hitsugaya dengan muka memerah.

"Baiklah, kamu harus melindunginya apapun yang terjadi," ucap Ichigo seraya mengambil koran dan membacanya.

"Ya," ucap Hitsugaya "Jadi, yang mau kamu bicarakan hanya itu?" tanya Hitsugaya seraya bangkit dari tempat duduknya.

"Ya, kamu boleh pulang sekarang."

Hitsugaya langsung keluar dari rumah Ichigo dan berjalan menuju tempat dia tinggal sambil memikirkan hal yang membuat Ichigo menanyakannya tentang perasaannya terhadap Karin.

Tanpa Hitsugaya dan Ichigo sadari, sedari tadi Karin mendengar pembicaraan mereka di belakang dinding ruang keluarga. Setelah Hitsugaya pergi, Karin menghampiri Ichigo dan duduk di sebelahnya.

"Apa yang Ichi-nii bicarakan dengan Toushiro?" tanya Karin

Ichigo menatap Karin sejenak dan kembali membaca korannya "Bukan apa-apa," jawab Ichigo singkat

'Mereka merahasiakannya dariku,' pikir Karin seraya berdiri dan meninggalkan Ichigo.

.To Be Continue.

Vinne mau ngucapin banyak terima kasih untuk Yumi-nee atau Spiral-nee yang udah bantuin Vinne bikin fic ini. Dan juga terima kasih untuk Kurochi-san yang selalu mendukung Vinne dalam membuat fic ini. ^^

Ini first fic. Kalu ada typo dan lain-lain beritau lewat review ya. ^^

Oh ya, fic ini untuk merayakan Karin yang sedang berulangtahun. =D

Jangan lupa review, ya!

06-05-2011