HIDEN
Main Cast ;
Moon JongUp
Ja Kim
Kim Nam Joon
Other Cast ;
Song Mino
Min Yong-i
Kim Taehyung
(Other Cast akan bertambah sesuai beiringnya update chapter)
Genre ; Mystery, Thriller, Action, Crime, Bit of Romance.
Disc ; All the cast is GOD's Creature but, This story is my creation.
Warning ; Thyphos, Abstrack.
I Hope guys will enjoy it,
Happy Reading..
Chapter 1
...
Menjadi detektif memang sulit, namun berkencan lebih sulit menurutku. Lebih gugup dibanding harus menancapkan pisau atau menembakan pistol dari tanganku.
Entah aku memang sudah gila. Akupun mengambil kegiatan di hari libur ini. Sungguh ini tak masuk akal serta tak kukira, aku duduk berdua dengan seseorang yang dulunya teman SMP-ku yang bahkan nyaris tak ku ingat.
Aku meliriknya, Moon JongUp yang fokus pada layar besar. Sekarang masih jam 15.30 KST dan rencananya adalah kami nonton berdua di bioskop premier VIP dengan 2 tema film berbeda. Dan sekarang disinilah kami, duduk berdua di sofa merah dengan 1 paket isi 2-bucket popcorn manis dan 2 chocoshake.
Sialan Kim Taehyung yang mencoblangiku, tapi ya dia menanggung semua biaya jadi aku tidak rugi juga sih..
Film sudah memutar dan sedikit lagi akan selesai. Bahkan menonton film romancepun tak seromantis di drama. Ahh andaikan aku bisa pura-pura takut dan mengumpat di pundaknya.
'Sret'
"Eh?" Aku melirikkan mataku melihat tangan kanan Moon JongUp yang berada diatas tangan kiriku dan menggenggamnya lembut. Baiklah aku tarik ucapanku- tapi mata sipitnya tertutup? Apa dia tertidur?
Aku menatap tangannya. Peluh mulai mengalir dari pelipisku, rasa gugup dan detak jantungku tidak dapat kutahan. Ini pertama kali aku merasakan jatuh cinta karena...
Sentuhan pertama saat berkencan?
Moon JongUp bahkan saat pertama kali bertemu tidak tersenyum lebar padaku,
tapi sekarang..
Lampupun menyala kembali, tangan Moon bahkan tidak bergerak sedikitpun dari tanganku. Aku melirik Moon yang masih tertidur dengan kepala mengadah.
Astaga orang ini sungguh-sungguh?
Aku meraba kearah lengan sofa berusaha mengambil tiketku tanpa membuat tangannya berpindah. Aku menatap tiket itu dan membaca ketikan dalam gelap. 'Phobophilia' aku segera membuka lockscreen dan mencoba membuka app IMdb dan mencari tentang film itu. Aku tak mengerti apa arti dari Phobophilia dan akhirnya Googlepun membantuku mencari kata kunci teresbut.
'Phobophilia, Suatu kondisi di mana seseorang menyenangi ataupun menikmati sebuah ketakutan (baik itu orang lain maupun dirinya sendiri'
Aku menaikkan sebelah alisku tak mengerti, menikmati ketakutan? Apa yang disenangi orang yang mengidap ini dari Ketakutan? Rasa kaget dan kejang ketakutan? Atau ekspresi ketakutan seseorang?
Sebuah cahaya abu-abu menyilaukan membuatku terpaku menatapnya. Aku melihat layar besar cekung itu dengan seksama dan oh! Ternyata sudah mulai! Boleh juga untuk seorang detektif ini bisa jadi materi tambahan.
'JDAR!'
"AH SHIT!" Umpatku keras kala adegan mengagetkan keluar.
Sial, sungguh sial ini film.
Aku memejamkan kedua mataku dan menundukkan kepala sejenak menstabilkan detak jantungku. Dalam tunduk aku menolehkan kepalaku ke kiri dan melihat Moon JongUp yang menatapku lekat dengan mata sipitnya.
"Wa-wae?" Tanyaku gugup, bahkan aku sempat kaget saat melihatnya yang tadinya tidur tiba-tiba menatapku seperti itu.
"Kkkk, kau lucu" wajahku langsung memanas. Ahh untung saja gelap. Tapi apakah dia baru saja tertawa karena aku?
"Bagaimana jika habis ini kita makan pasta? aku yang traktir." ia sedikit menggenggam tanganku lebih erat dan mengulas senyum.
"hmm.. boleh saja"
Malam itu kami berbagi cerita dan memulai untuk kenal lebih dekat, walaupun kami tidak saling menyatakan perasaan kami.
.
.
[Hiden]
.
.
"Ciee.." aku melirik Kim Taehyung yang masih tersenyum genit sambil menggodaku.
Sialan Kim Taehyung! Akan akan mencekikmu nanti!
"Ja, kenapa kau terus bekerja eoh? hari ini bukannya 4th monthsary kalian?" Aku meliriknya sinis dan memutar bola mataku malas.
"Kenapa sih kau itu terus mengangguku?" Aku benar-benar kesal, astaga aku harus memecahkan kasus percobaan bunuh diri lagi! tapi Taehyung selalu ada bersamaku dan menggangguku seperti biasanya.
"Ayolah, lagipula aku selalu menambahkan uang sakumu saat berkencan." Ia menaikkan alisnya dengan cepat, aish menggodaku eoh?
"Lagipula Moon JongUp itu saudara jauhku, dan aku tak tega melihatnya terus sendiri makanya, karena kau temanku jadi aku menjodohkan kalian"
'Dugh!'
"A-aduh!"
Satu jitakan yang lumayan keras mendarat di rambut karamelnya.
"Kau kira aku mainanmu? Aku barbie yang bisa kau lepas-copot bajunya karena semuanya kau yang punya?" Aku melipat kedua tanganku sudah kesal.
"Aku ini juga punya kehidupan pribadi, bukan hanya melaksanakan perintahmu. Toh kau juga bukan atasanku." Aku meninggalkan Taehyung, mungkin ia sedang menatap kosong sambil mengusap kepalanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Detektif Kim, kami mendapat bukti lain" aku menatap Song Mino yang menunjukkan Plastik Zipper berisikan beberapa pil kecil.
"Ekstasi?" Aku mengambilnya dan meneliti bentuknya.
"Itu adalah ekstasi mahal yang biasa dijual melalui transfer face to face dikalangan elite." Jelasnya.
"Sudah kuduga ini kasus gangguan jiwa lagi. Sialan benar kau Kim NamJoon!" Aku menggerutu kesal.
Ah memang Kim Nam Joon adalah seniorku bahkan jabatannya adalah Inspektur Kepolisian. Selain itu ia selalu memberiku tugas penyelidikan kasus kriminal karena penyakit kejiwaan, sungguh sulit untuk membantahnya.
"Dimana Min Yong-i sekarang?"
"Dia berada di rumah sakit-"
"Tunggu Detektif Man!" Tanpa peduli Song Mino aku segera menancap gas ke rumah sakit dimana sang korban sekaligus saksi dirawat.
Aku segera turun dari Yaris Tipe TRD Sportivo merah milikku dan segera secepat mungkin masuk ke dalam rumah sakit untuk menemukan kamar saksi Yoo.
"PERGI KALIAN! PERGI!" Langkahku terhenti. Baru saja satu langkah dari pintu masuk kedalam lobby. Semua orang berjongkok, berusaha melindungi dirinya dan beberapa perawat berusaha menghadang bahkan menenangkan pasien gila yang menodongkan pisau itu.
"PERGI ATAU AKU AKAN MENUSUK DIRIKU SENDIRI!" Suaranya yang serak dari tenggorokan yang kering membuat terlihat semakin frustasi.
"Tuan tolonglah turunkan pisau itu-" seorang perawat pria mendekat perlahan berusaha menenangkannya.
"AAAHHH!" Semua teriakkan panik makin membuyar kala orang yang mengenakan baju pasien biru menarik kerah dan membalikan keadaan yaitu, menyandra perawat tadi dengan menodongkan pisau bedah di lehernya.
"JANGAN ADA YANG MENDEKAT ATAU KUBUNUH DIA!" ia bergantian menodong, menunjuk kepada semua orang dengan pisau digenggamannya.
"Akh!" Perawat itu hanya merintih menahan sakit. Matanya menatap ruangan yang berputar-putar searah dengan tarikan dari tangan kuat yang menarik tubuhnya.
"Hei, Min Yong-i." Panggilku santai. Ia membalikkan badannya, mencari-cari sumber suara yang memanggilnya. Matanya benar-benar bulat melotot, bibirnya kering, dan wajahnya pucat fasih. Sungguh menyedihkan.
"Lepaskan dia." ucapku dingin sembari menolehkan kepala ke kana sekejap, melakukan bahasa tubuh agar ia melepaskan perawat itu.
"KAU!" Ia mendorong keras perawat itu hingga tersungkur dan berjalan kearahku.
Ia menarik kerah bajuku dengan gegabah dan kuat. tangannya mengguncang badanku kencang.
'Srak!'
Aku terdiam sejenak. Terasa sedikit menyengat kala mata pisau dalam genggamannya merobek lapisan atas kulitku.
"AKU TIDAK MAU DIPENJARA! INI SEMUA SALAHMU! KAU MENCAMPURI SEMUA URUSANKU- Ugh!"
"TUAN YONG-I!" para perawat segera menghampiri kami lalu menggotongnya yang sudah terbaring lemah.
"Tolong isolasi dia dan pindahkan ke rumah sakit jiwa." Perintahku yang langsung dianggukan dan dilaksanakan mereka.
"Semuanya tenang saja, sudah aman" akupun membalikan badanku dan memasukkan Stun Gun yang bisa membuat siapapun pingsan tadi kedalam saku mantelku.
Aku mengaduk coffee latteku yang sudah tersaji 15 menit yang lalu sambil menopang dagu. Tatapanku hanya dihiasi orang yang lalu-lalang di kantin rumah sakit ini.
Ckck, sungguh sial sekali nasib si bocah mungil ini.
Aku kembali mengingat kala ia memakiku dengan matanya yang kering namun berair. Sungguh merah dan menyeramkan seperti mau loncat dari kelopaknya.
'Drrtt.. Drttt..'
aku segera merabah saku mantelku dan mengecek layar ponselku. Tertera disana nama 'Moon JongUp' beserta fotonya yang sedang tersenyum manis, aihh kenapa aku ikut tersenyum juga sih?
aku menggeser logo hijau dan mendekatkan ponsel ke telingaku.
"Hallo?"
"Ja Kim?" Akupun tersenyum kala suara manis Moon JongUp menyebut namaku.
"Sedang sibuk ya?"
"Ehm.. sedang mengurusi kasus, kenapa?"
"Sore ini apakah ada waktu senggang?"
"Entahlah.." aku berusaha bernada sebingung mungkin untuk menutupi diriku yang sudah semerah tomat.
"Jam 4 sore, di taman Insandong"
"Aku akan mengabarimu nanti."
'Pip!'
"Yes!" Aku langsung meninju tanganku ke atas seperti juara tinju yang baru saja memenangkan pertandingan. Aku sadar akan tatapan orang-orang disana dan kembali duduk manis.
"Moon JongUp aku akan mengusahakan ke sana kau tenang saja." Aku berbicara sendiri seperti orang gila dan tersenyum malu. Aku segera membuka app Chat lalu membuka chatroomku dengannya.
"Maarii beeertemu nantii" ejannya dengan pemanjangan huruf vokal saat mengetik.
'YESSIR!'
"Kkkk.." aku terkekeh melihat balasannya.
"Nona Kim, pasien Min Yong-i sudah kami isolasi dan dipindahkan ke rumah sakit jiwa khusus kepolisian."
"Baiklah terimakasih."
.
.
.
.
.
.
.
Aku memasukki ruangan yang serba putih yang hampa. Hanya satu orang terduduk disana sambil menggertakan giginya merasa akan menikam mangsanya dengan sekali serang. Aku mendekat dan berjongkok sebelah kaki di hadapannya.
"Min Yong-i, aduh Min Yong-i" panggilku mengejek padanya. Ia menatapku dengan matanya yang tajam.
"Kau tau? Di dunia ini daripada membuang uang untuk ekstasi, kau bisa memberikan 500 sumbangan makan untuk orang tak mampu di luar sana." Ucapku sambil menundukkan kepalaku sudah lelah berfikir.
"Grhh.." ia mulai menggeram kesal. Kepalaku sungguh terasa berat, rasanya setiap menangani kasus aku ingin segera menuntaskannya dengan 'bermain logika dan selesai'.
"Dengarlah" aku menepuk pundaknya yang tersegel baju isolasi.
"Kami hanya butuh jawaban jujur darimu." Aku masih dapat merasakan geraman darinya memalui pundak tegapnya.
"Kami tidak akan memenjarakanmu-"
"BOHONG! KAU BOHONG! ARGH!" Min Yong-i menggeretak dan memberontak berteriak seperti orang kerasukan hingga beberapa tetes liurnya menetes berserakan.
"Aku tidak bohong, kau tidak percaya? Jika bandarnya sudah tertangkap, aku tidak akan menemuimu lagi, tidak akan mengejar bahkan berusaha menjerumuskanmu ke penajara" aku menatapnya, menatap manik hitam pekat yang bergetar.
"Kau hanya akan direhabilitasi. Pasti keluargamu akan senang saat kau kembali dengan bugar dan sehat." Aku mengasak rambut hitamnya dengan tak sopan.
"Pikirkanlah, kau sembuh dan penjahat tertangkap atau kau akan mati sekarat karena 'sakau'." Aku berdiri, berjalan ke pintu keluar dan memegang knopnya berusaha secepat mungkin keluar dari sana.
Aku menutup pintu besi itu lalu menyandarkan tubuhku memerikan seluruh berat ku kesana. Mataku terpejam dan berusaha berfikir.
"Sialan apakah kau tak bisa lebih sopan?" Gumamku pada diriku sendiri. Sikap itu memang tidak bisa hilang dari kebiasaanku yang sungguh tengil.
"Dia tidak akan mau dengan cara kasar." Lanjutku. Sekilas terpintas di benakku untuk melakukan hal lebih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
