Hamdi dan tiga Mesum
Story:High School DxD
Charakter: M Rofi'ie Hamdi,. Hyoudou Issei,. Matsuda,. Motohama.
Episode 1 Ke dunia DxD
Seorang murid Madrasah Aliyah, atau sekolah menengah untuk umat Islam tiba tiba dipanggil kepala sekolah untuk ke kantor.
"Muhammad Rofi'ie Hamdi kelas XI B segara ke kantor" suara pengumuman dari kantor pun terdengar.
Suasana kelas IX B
"Bos kamu dipanggil tuh" ucap seorang lelaki berambut hitam pendek mengenakan baju putih dengan lambang Madrasah di kantongnya bercelana abu abu.
"Iya tuh, kamu dipanggil, cepat deh ke kantor sana" ucap seorang yang berkulit seperti sawu matang khas orang asia, sedikit lebih putih dibandingkan yang satunya, ia mengenakan peci hitam.
Seorang yang berambut agak pendek, tubuh juga paling tingginya sekitar 124 cm ini, memiliki wajah yang agak berjerawat, kulitnya sedikit lebih putih dibandingkan teman temannya namun ia tetap tidak bisa dibilang putih, wajahnya juga seperti orang malas belajar.
"Haaah, paling karena aku terlambat lagi" gumam lelaki yang dimaksud dengan nada santai lalu berjalan menuju ke kantor sekolah.
"Sabara aja bos" teriak seorang lelaki berambut pendek, kulitnya sama seperti seseorang yang dipanggil ke kantor, yaitu tidak putih dan tidak juga bisa disebut hitam, ia mengenakan kupiah warna warni, untuk menutupi kepalanya.
"Oke" sahut orang yang dipanggil bos dan juga Muhammad Rofi'ie Hamdi tersebut.
Di kantor kemudian.
"Permisi bu, pak, ada apa yah?" tanya remaja berambut hitam dengan mata coklat dan kulit tan yang barus saja dipanggil ke kantor, tentu saja dengan seragam baju berwarna putih dan abu abu.
"Sini bos" panggil para guru, yah entah kenapa dia selalu dipanggil bos, oleh teman teman dan para guru, gelar itu ia dapatkan bertepatan disaat ia berada di kelas VIII B entah apa sebabnya, gelar itu melekat padanya, padahal nilai dan kemampuannya biasa biasa saja, ia juga tidak punya prestasi untuk dibanggakan, bahkan bacaan Al-Qur'annya masih payah atau lebih tepatnya ia belum terlalu bisa membaca Al-Qur'an dengan benar, ironi bukan, murid Madrasah tapi masih belum bisa membaca Al-Qur'an, kemampuan Baca tulis Al-Qur'an nya benar benar payah.
Tapi tak masalah, selama bidang pendidikannya yang lain masih tinggi itu tidak masalah, yah setidaknya ia tidak terlalu jeblok meski masih masuk kategory biasa biasa aja, namun ia gagal di pelajaran yang ada tulisan arabnya terutama bahasa arab.
Tapi meski demi kian ia tidak pernah memiliki masalah dengan para guru kecuali soal kebersihan dan juga kedesiplinan, tapi kalau masalah bertengkar membuat onar ia sama sekali tidak pernah.
Remaja itu masuk dan mendatangi seorang guru lelaki berkepala semi botak dengan pakaian serba hitam.
"Ada apa pak Jali" tanya Hamdi dengan santai dan biasa wajah malas nang datarnya yang mungkin bisa dikatakan tidak sopan, namun para guru disana sudah terbiasa melihat wajah lusuh lelaki itu yang terlihat seperti orang yang kehilangan semangat hidup.
"Ini bapak bangga padamu, disini ada surat yang mengatakan kau mendapat Beasiswa untuk sekolah dijepang dengan nilai prestasi tinggi waktu tes online dengan akun ...53 " ucap orang yang dipanggil Pak Jali yang sebenarnya dia adalah kepala sekolah Madrasah Aliyah Darusalam itu.
Remaja itu kaget, karena ia sama sekali tidak pernah merasa bermimpi sekolah ke jepang, ia bahkan tidak pernah ikut kontes Beasiswa sekolah kejepang, lalu ia tidak ada persiapan untuk belajar, bahkan dari segi prestasi ia sama sekali tidak ada satupun yang menonjol, namun yang membuatnya bingung nama Emailnya sama dengan miliknya, benar benar luar biasa aneh.
"Boleh saya tau nama sekolahnya?" tanya remaja itu dengan ada rasa janggal di hatinya.
"Maaf bapak tidak bisa membacanya jadi bapak tidak tau" ucap kepala sekolah itu sambil memberikan isi suratnya dan inilah tulisan nama sekolahnya.
ハイスクールDXD、コウー個々アカデ身. Maaf kalau tulisannya salah
Remaja itu menatap bingung tulisan pertamanya yang bertuliskan High School DxD, dan yang keduanya adalah Kouh Koko Akademi
"Hm seperti judul anime" gumam remaja itu.
"Ada apa?"
"Hm pak apa ini orang enggak salah kirim pak? Soalnya saya tidak merasa sama sekali mengikuti kontes ajang beasiswa atau semacamnya" tanya Muhammad Rofi'ie Hamdi, hm biar lebih enak panggil Hamdi saja.
"Entahlah bapak juga enggak tau, karena secara tiba tiba bapak dapat surat ini" jawab sang kepala sekolah, lalu hal ini pun akhirnya di perdebatkan dan jadi sangat panjang.
"Tapi harusnya bapak sudah tau kalau itu bohong, karena bapak harus ingat, untuk nilaiku disekolah yang sebenarnya hanya saingan dengan orang orang satu kecamatan aja aku udah kalah dengan naik kelas di peringkat terbawah, lalu bagaimana bisa aku memenangkan beasiswa ke jepang dengan nilai tertinggi, sementara aku tidak terlalu bisa bahasa jepang, lalu bagaimana bisa aku menang kalau pesaingku adalah orang yang ada di seluruh indonesia bahkan dunia untuk bersekolah di jepang dan juga aku rada aneh dengan nama sekolahnya, dalam tulisan Katakana pertama tertulis Haisuku-ru DxD yang kalau dimasukan kedalam bahasa inggris menjadi High School DxD" sanggah Hamdi ia merasa curiga dengan surat undangan itu.
"Hm kamu bisa baca tulisannya toh, mungkin itu sebabnya kamu bisa menang" sahut kepala Sekolah.
"Iya, ibu aja enggak bisa baca tulisan kayak gini, kamu bisa bacanya kan kamu hebat" puji sang guru wanita dengan kerudung merahnya, guru ini terkenal paling pemarah, namanya Helda, yah ini guru Seni budaya.
"Itu hanya huruf katakana, tapi kalau huruf Hirigana beda ceritanya, Hirigana dan Kanji itu sangat susah untuk dihapal, lagian bisa baca tulisananya belum tentu bisa ngerti artinya" timpal Hamdi, ia tidak mau mengakui isi surat itu.
Pukul 02:38 Pm
Tokoh utama kita sampai di rumah disana ia makan siang bersama ayah dan ibu dan juga adiknya, Hamdi sama sekali tidak mau membicarakan apapun tentang kejadian di sekolahnya, hingga ia fokus pada layar Laptopnya dan ia membuka Microsof World, disana ia membuka sebuah file dukumen yang bernama New Power in New World. Lalu ia menghela nafasnya dengan sedikit pelan.
"Haaaah, kapan aku bisa melanjutkan cerita ini, aku benar benar kehabisan ide saat ini" gumamnya menatap layar laptopnya yang menampilkan isi cerita New Power in New World.
"Cerita ini terlalu banyak di cap sampah dan juga plagiat dari para pembaca, aku merasa seperti tidak ingin melanjutkannya lagi, dan rasanya agak malas untuk aktif lagi di Fanfic, aku harap aku punya Inspirasi baru, mah siapa tau kalau tidur sebentar aku dapat inspirasi" gumam Hamdi, ia membuka akun fanficnya di Smartphone Andromax A miliknya dan dilihatnya nama akunnya Azainagamasa53 dan beberapa ceritanya yang terbengalai, ia hanya bisa tersenyum, lalu mematikan laptop nya dan pergi ke kamar untuk istirahat.
"Aku benar benar lelah, mah kalau di ingat ingat kembali, harusnya aku bangga, namun membanggakan sesuatu yang sebenarnya bukan sesuatu yang ku lakukan kelihatannya begitu tidak masuk akal bagiku"
Setelah mengucapkan hal itu Muhammad Rofi'ie Hamdi, yang merupakan Author Fanfic Azainagamasa, seorang remaja yang selalu meremehkan dirinya sendiri dengan membanding bandingkan kemampuan yang ia miliki dengan temannya, ia merasa bakatnya tidak ada apa apanya, dibandingkan kawan sebangkunya yang mengenakan Peci hitam Fathan Noor yang bisa menggambar dan membuat karakter animenya sendiri, lalu temannya yang berkulit agak hitam namun enggak hitam amat, berambut pendek dengan warna hitam yang namanya adalah Rizky Muslim yang mampu menggambar atau melukis pemandangan dengan sangat baik, lalu temannya yang bernama Aini hebat dalam syair suaranya bagus, sedangkan ia hanya memiliki kemampuan untuk menulis cerpen, bahkan itu hanya sepintas fanfic yang karakternya udah milik orang, artinya ia tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan karakter sendiri, iya kalau riviews para penghuni akun fanfic memberikan komentar bagus, kalaupun jelek setidaknya saran, ini malah Sampah, Plagiat dan macam macam, hal itu membuatnya tidak tahan dan akhirnya memutuskan untuk istirahat dari Fanfic selama beberapa hari.
Sekarang ia malah mendapatkan kejadian aneh dimana ia diajak sekolah di salah satu film Anime yang sering ia tonton dan crossoverskan dengan Naruto, apa apaan coba, jelas itu jebakan kampret.
Ketika Hamdi terbangun dari tidurnya.
"Em dimana ini, lah kok rasa beda, Beeeerrrrrrr dingin amat!" ucap Hamdi bergidik kedinginan lalu membuka gorden penutup jendela, ia langsung mengedutkan matanya, pasalnya seharusnya ia berada di sebuah rumah di pedesaan namun yang ia lihat tempat tinggalnya berada di sebelah gedung besar, What the Hell.
"Maaa, Abaaah, Fiooo!" panggilnya pada keluarganya, sambil menyalakan lampu kamar namun tak ada yang dengar, ketika dilihat tidak ada kelambu, adiknya yang bernama Rofi'o Mahdi pun tidak ada dikamarnya, apa yang terjadi, ia melihat keluar rumahnya, semua masih sama kecuali tidak ada sepeda motor, ia jadi kebingungan dan melihat ke tempat penyimpanan alat eletronik miliknya, Laptop dan hpnya masih ada, namun ia juga cukup heran sepeda motornya hilang, lalu pergi ke lemari pakaiannya, semua detile rumah tidak berubah hanya saja ada beberapa yang hilang seperti sepeda motor dan juga keluarganya, ia mencari seragam Madrasahnya, tidak ada dan terganti dengan seragam baju putih dengan belang garis hitam vertikal ditambah Blazer hitam dan celana hitam.
"Rasanya aku kenal bentuk seragam ini, tapi dimana" gumam Hamdi, lalu Hamdi melihat ada sepucuk surat di kantong baju miliknya.
Hamdi pun membaca isi surat itu.
Halo Azainagamasa53 atau harus aku bilang Muhammad Rofi'ie Hamdi, penggila hubungan NaruSona, dan juga Author yang penyuka gadis berdada rata di anime, namaku Horlog Genroba, selamat datang subjec percobaan, sekarang kau berada di dunia High School DxD Season pertama, aku telah mendapatkan ijin dari orang tuamu untuk memasukanmu kedalam dunia anime dengan alat baru yang aku kembangkan, disana kau harus menjadi siswa baru Kouh akademi, bukan hanya dengan orang tuamu tapi dengan sekolahmu, mereka semua mengijinkan Hamdi yang membaca paragraf pertama dari surat ini hanya bisa mengedutkan mata, ia sedang dijadikan bahan percobaan dari orang yang bernama Horlog.
Aku jamin kau pasti bertanya apa alasanku memasukanmu kedalam dunia anime, maka jawabannya simpel, karena semua orang bilang kau sama sekali tidak memiliki gairah hidup di dunia manusia, jadi aku pun menganggap kau adalah Subject yang tepat, percobaan ini berjalan beberapa tahun, tenang hukum alam semuanya berlaku kok, maksudnya jika kau mati disana di dunia nyatapun kau juga mati wajah Hamdi benar benar memerah, ia tidak tau harus marah atau apa saat membaca kalimat terakhir.
Oh anggap aja Game Virtual reality kayak Sword art Online
"Anjing lou Horlog Siapa juga yang pengen jadi bahan percobaan dan hidup di dunia virtual sementara di dunia nyata dosaku belum terbayar, mana disini enggak ada Iqra, sama Al-Qur'an dan buku buku agama islam lagi!" umpat Hamdi sambil melempar dan menginjak injak surat itu, ia merenung sekarang sudah jam 04:00 Am artinya sudah pagi, cuaca sangat dingin, Hamdi bingung, ia harus bagaimana, diakan bukan orang jepang, gimana cara dia berinteraksi dengan orang orang, ilmu agamanya masih cetek ia belum tau cara memotong ayam dengan benar, kalau begini ia hanya bisa belanja tempe tahu saja, lalu soal uang ia juga kebingungan bagaimana mencarinya.
Beberapa menit kemudian.
Dengan muka pasrah dan menerima apa adanya sekarang ia memilih untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk bersekolah ke Kouh Akademy.
{Braaaak} kali ini suara benda jatuh terdengar di sekitar Hamdi, dengan cepat Hamdi berlari mencari tau apa yang jatuh dan terlihat ada berbagai macam buku tentang ilmu agama.
"Buku paket" gumam Hamdi, lalu melihat sampulnya dan dibuku buku itu adalah: Al-Qur'an dan Al-Hadis, Sejarah kebudayaan Islam, Fiqih, Bahasa Arab, BTA(Baca Tulis Al-Qur'an), Al-Qur'an dan Iqro dan lain lain. Hamdi menatap nanar buku buku paket itu.
'Sejak kapan buku ini muncul' batin Hamdi lalu tiba tiba sepucuk surat muncul disana.
Tuh udah aku kasih kebutuhanmu cepat lakukan saja petualanganmu, soal pulsa kamu enggak usah khawatir, akan aku isikan 60 rb perbulan biar kamu bisa daftar data Unlimited terus di Smarfreen kamu, oh soal bahaya kamu enggak usah Kawatir aku udah kasih translite di kepala kamu jadi saat mereka bicara, otakmu langsung menerjemahkan kalimatnya jadi kau bisa berkomonikasi dengan baik disana, soal huruf kamu udah bisa kata kana bukan jadi kamu hanya perlu belajar Hirigana dan Kanji
"Ya tetap aja Ngaji tanpa guru itu kagak bakalan bisa njing" umpat Hamdi, kali ini ia membuang semua etikanya benar benar deh, mentang mentang ia penikmat film anime ia malah di jadiin bahan percobaan.
Ya itu masalah kamu tulisan muncul di depan Hamdi.
"Cih terserah kamulah" umpat Hamdi, ia benar benar tidak bisa berpikir jernih sekarang, ia mengambil smartphonenya sekarang dan hp Andromax A miliknya sinyalnya Full LTE "Tak aku sangka jepang dunia anime bisa menerima sinyal dari kartu Smartfren"
Lalu Hamdi pun mengambil alamat sekolahnya dan membawa uang sehadanya lalu bertanya pada orang orang mengenai arah sekolahnya, Hamdi berjalan mencoba mengingat jalan dari rumahnya menuju sekolah, ternyata itu tidak terlalu jauh, Hamdi hanya bisa tersenyum.
'Halo namaku Muhammad Rofi'ie Hamdi, sering dipanggil Bos oleh teman sekolah dan juga guru, lalu dirumah dipanggil I oleh teman teman dan keluarga, lalu aku juga Author Fanfic, nama akunku Azainagamasa53 seorang plagiator yang dibenci dan disukai karyanya, namun sudah malas melanjutkan karyanya, sekarang inilah hidupku, aku malah hidup di dunia anime, aku tidak suka hal ini, kenapa? Karena aku umat muslim jadi aku harus memilah milih semua makanan yang aku konsumsi, aku tidak ingin salah membeli, makanan, bahkan daging ayam yang halal bisa jadi haram jika cara penyembelihannya salah maka dari itu, aku tidak mungkin membeli daging kecuali daging ikan yang ada dilaut, sungguh derita hebat'
Sesampainya di sekolah Kouh.
Hamdi yang sampai di sekolah barunya hanya bisa memsang wajah datar dan berjalan santai, ia menjadi pusat perhatian para murid disana karena, mungkin karena kulitnya yang tidak seputih mereka dan juga wajah malasku lalu tinggi ku yang tidak setinggi mereka, maklum orang indonesia mana ada yang tingginya sama kaya orang luar negri, kalau ada ya cuman sedikit dan bisa di hitung jari maaf hanya pendapat pribadi.
Hamdi menatap seorang lelaki berambut coklat keren, dan kedua temannya, Hamdi langsung tau siapa mereka bertiga, karena ia penggembar anime High School DxD, yah mereka adalah Issei Hyoudou, Matsuda dan Motohama.
"Hoy kalian bertiga!" panggil Hamdi pada mereka.
"Hah siapa pria pendek itu?" tanya pria botak yang kita tau namanya Matsuda.
"Entahlah sebaiknya jangan dihiraukan" jawab pria berambut hitam dengan kacamata bulat nya yang kita tau namanya Motohama.
"Tapi dia malah kemari loh" sahut Issei ketika Hamdi mendekat.
"Anu kalian ada yang bisa mengantarku ke kantor kepala sekolah, aku murid baru disini jadi aku tidak tau jalannya" ucap Hamdi pada mereka bertiga.
"Maaf aku ada perlu" ucap Matsuda lalu pergi dan menarik Motohama.
"Aku juga, oh iya Issei bantu dia, kau kan orang yang baik" ucap Motohama pada Issei lelaki berambut coklat dan mengenakan blazer hitam yang terbuka memperlihatkan kaos merah didalamnya.
Hamdi saat ini hanya mengenakan Kemeja putih bergaris hitam dengan celana hitamnya, ia sama sekali tidak membawa Blazernya ia hanya mengenakan dasi sebagai pelengkap.
"Maaf tapi anda siapa?" tanya remaja berambut coklat yang kita tau namanya Issei ia adalah orang mesum.
'Aku tau itu, tapi karena ia Protagonis jadi aku sangat yakin ia mau membantuku jadi itu adalah alasan kenapa aku mau mendatanginya' batin Hamdi sambil senyum senyum sendiri.
"Maaf saya lupa meperkenalkan diri, nama saya adalah Muhammad Rofi'ie Hamdi, tidak ada nama klan, jadi kau bisa memanggiku apa saja, kecuali Muhammad karena aku merasa kurang pantas dipanggil dengan nama itu" jawab Hamdi dengan santai namun sebenarnya cukup gugup.
"Heeeeeh, orang mana?" tanya Issei.
"Aku pindahan dari Indonesia, aku sekolah di Madrasah Aliyah Darusalam" jawab Hamdi dengan santai.
"Kalau begitu salam kenal, namaku Hyoudou Issei, kau boleh memanggilku Issei, Hamdi-san" ucap Issei mengulurkan tangannya.
"Ah terimakasih, Issei-san, jadi bisa kau mengantarku sekarang?" pinta Hamdi sambil tersenyum di wajah membosankannya, entah kenapa Issei terlihat seperti menahan tawa, tinggi badan mereka yang sangat jauh berbeda, dimana Hamdi hanya setinggi dada Issei yah mau bagaimana lagi tingginya cuma 124 cm, mungkin tinggi Hamdi bisa dikatakan hanya beberapa cm lebih tinggi dari Koneko.
"Ya cepat lewat sini" ucap Issei mencoba mengantar Hamdi dengan tenang, Hamdi hanya mengikuti Issei dari belakang, karena kalian tau Hamdi meski ia perna punya teman, temannya tidaklah banyak hanya ada tiga di sekolah, benar benar bisa dihitung jari.
Di kantor kepala sekolah kemudian.
"Terimakasih telah mengantar, aku harap aku bisa membalas kebaikanmu" ucap Hamdi lalu masuk ke kantor kepala sekolah.
Issei hanya diam lalu kembali pergi mencari kedua temannya yang pergi meninggalkannya.
Setelah urusan Adminitrasi perpindahan sekolah selesai.
Hamdi hanya berjalan menuju keluar ruangan dan berjalan menelusuri sekolah, Hamdi pun melihat sebuah adegan yang ia paling ingat dimana Issei pasti akan dipukuli habis habisan oleh para gadis gadis kendo, karena ketahuan mengintip, yah meskipun Issei tidak sempat melihat apa apa, karena sebenarnya Matsuda dan Motohama telah memonopoli lubang intipnya.
"Jangan hanya menikmatinya sendiri Woy!" teriak Issei dan akhirnya.
"Hah siapa disitu!" ucap kaget para gadis.
"Kau!" ucap Motohama dan akhirnya lari bersama Matsuda meninggalkan Issei.
"Adudududuh, dasar Matsuda Moto,ha,ma"
"Kamu lagi"
"Tu tunggu"
"Tunggu sebentar!" teriak Hamdi sambol berlari ke arah mereka lalu berdiri di depan Issei.
"Eh kamu siapa, dan kenapa kau menghalangi kami?" tanya mereka, Hamdi pun diam, lalu menatap Issei, terlihat mata Issei berlinang harapan penuh kepadaku.
"Aku Muhammad Rofi'ie Hamdi, panggil saja Hamdi, aku menghalangi kalian, karena aku melihat Issei-san tidak bersalah" jawab Hamdi mencoba menyelamatkan Issei karena yah mau bagaimana ia tau Issei ini sebenarnya enggak sempat mengintip jadi sungguh buah simala kama jika Issei yang matanya belum sempat melihat dosa itu dihukum, yah meskipun udah ada niat.
"Hamdi-san" ucap Issei dengan berlinang air mata.
"Atas dasar apa kau menganggap dia tidak bersalah?" tanya mereka, dengan wajah mengancam dan yah gimana gituh.
"Aku melihat Issei-san hanya korban salah paham, dimana ia mencoba melindungi kalian dari para pengintip yang sebenarnya" jawab Hamdi dengan wajah serius namun malas.
"Heh benarkah, lalu siapa pengintip yang sebenarnya?" tanya mereka.
"Tadi aku melihat Issei berjalan seorang diri dan tak sengaja melihat seorang lelaki berambut botak dan satu lagi lelaki berkacamata bulat sedang mengintip di lubang kecil itu, Issei marah marah menasehati mereka namun mereka tidak mendengarkan akhirnya Issei mencoba menarik bokong mereka sambil berteriak, eh mereka kabur sebelum kalian datang" jelas Hamdi dengan santainya, dan untungnya para gadis itu percaya lalu pergi.
"Baiklah kami percaya Hamdi-san tapi, jika ternyata yang kau katakan adalah kebohongan maka bersiaplah kami akan menghukummu" ucap mereka pada Hamdi dan wajah sangar mereka di arahkan ke arah Issei, Issei nampak ketakutan dan berlindung ke arah Hamdi.
"Insya Allah aku akan menerima hukuman itu jika aku terbukti salah" jawab Hamdi sambil tersenyum namun dalam hati merutuki kesialannya.
Orang orang termasuk Issei bingung apa arti dari ucapan Hamdi yang mengatakan kata Insya Allah tadi karena mereka bukan orang islam.
"Anu apa maksud ucapan anda tadi Hamdi-san?" tanya Issei pada Hamdi.
"Atas nama Allah, dan jika kau bertanya siapa Allah, maka aku jawab dia tuhan dari agama yang aku anut" jawab Hamdi lalu pergi meninggalkan Issei.
"Anu tadi terimakasih atas pertolongannya" ucap Issei.
"Em sama sama, semoga kita bisa jadi teman Issei-san" sahut Hamdi, lalu menuju ke kelasnya, yaitu kelas XI B dan itu adalah kelas yang sama dimana Issei, Matsuda dan Motohama berada.
Bersambung
Mohon sarannya agar cerita ini bisa lebih berkembang lagi
