Title: Shikigami no Himitsu

Character: Izuku Midoriya, Shouto Todoroki, and other.

Disc: My Hero Academia beserta semua karakternya adalah milik Om Kouhei Horikoshi, yang saya punya hanya FF-nya.

Genre: Fantasy, Friendship, Supernatural.

Rated: T

Warning: Alur cepat, Shou-Ai (hint), Typo, AU, OOC.

HAPPY READING!^^

.

.

.

Suara titik cairan yang jatuh satu per satu mengisi keheningan. Di dalam ruangan temaram bercahayakan lilin merah, pemuda itu duduk dalam posisi seiza. Lengan kanan terangkat lurus, membiarkan cairan merah mengalir dari pergelangan tangannya.

Sosok lain yang duduk tepat di hadapan menyerahkan kuas dan selembar perkamen ketika dilihatnya darah yang mengisi wadah telah cukup untuk melakukan ritual.

"Tulislah namamu di sana dengan tinta yang telah kausiapkan, kemudian ucapkan sumpahmu," titah pria itu.

Pemuda itu meraih perkamen di hadapannya, satu lengan yang lain mengambil kuas dan mencelupkannya ke dalam wadah berisikan darah. Kemudian dengan berhati-hati ia tuliskan sederet kanji yang rumit.

"Aku Izuku, Onmyouji dan pewaris ketujuh puluh tiga dari keturunan Midoriya. Dengan nama dan darahku sebagai rungguhan, aku siap terikat dengan roh yang telah menjaga leluhur kami selama berabad-abad. Dan aku memanggil satu dari kalian untuk melayaniku, melindungi dalam susah maupun senang, sampai tiba hari di mana aku akan mati."

Tepat setelah sumpah terucap, didekatkannya perkamen di tangan pada sumber cahaya lilin merah. Api yang besar menyambar di udara, membakar habis nama yang telah ditulis bertintakan darah.

Kembali, pria di hadapannya menyerahkan sesuatu kepada pemuda itu—Izuku. Kali ini ia mendapati tujuh lembar kertas putih yang telah dipotong sedemikian rupa hingga menyerupai wujud manusia yang sederhana—orang-orangan kertas.

"Ini adalah jimat yang menyegel Shikigami milik keluarga Midoriya. Di dalamnya, ada roh-roh yang sedang tertidur. Pilihlah salah satunya. Satu yang nantinya akan berbagi takdir denganmu sampai kau mati," jelas pria itu lagi.

Izuku menimbang sesaat. Dikatakan harus memilih pun, mereka semua tampak sama. Ia merasa yang mana pun yang dipilih, tak akan ada bedanya. Lantas akhirnya Izuku menarik salah satu dari ketujuh potongan kertas itu.

"Sekarang, sebagai simbol kontrak sekaligus penutup ritual, letakkan sebuah ciuman pada tempat di mana mulut jimat itu seharusnya berada."

Tanpa banyak bicara, Izuku mengecup potongan kertas putih itu. Untuk beberapa saat, detik berlalu dalam hening. Sampai kemudian, suhu udara dalam ruangan itu tiba-tiba menjadi dingin. Begitu dingin hingga Izuku merasa tubuhnya akan membeku.

Suara seperti sesuatu yang pecah begitu keras membuat Izuku tersentak. Jimat di tangan terlepas dari genggamannya, melayang di udara dengan kristal-kristal es yang mulai membekukan. Embusan angin yang entah berasal dari mana mulai merambati seisi ruangan, meniup dan mematikan cahaya dari lilin-lilin merah.

Belum habis keterkejutan Izuku, tubuhnya kembali merasakan suhu dalam ruangan itu perlahan berubah. Kali ini menjadi panas dan semakin panas. Api berwarna merah mulai merayapi kertas yang membeku, menciptakan uap-uap es yang kian mengepul di udara.

Samar-samar, di antara uap es dan kobaran api, Izuku bisa melihat sebuah siluet yang perlahan kian jelas. Wujudnya menyerupai manusia. Sampai ketika akhirnya kobaran api itu padam, di antara kabut es yang semakin tipis rupa dari sosok yang berdiri di hadapan Izuku mulai terlihat. Menapak dengan ringan di atas tatami.

"…."

Izuku tak bisa berkata-kata ketika akhirnya ia melihat wujud itu dengan jelas.

Untuk sesaat, pemuda itu masih menatap lekat sosok di hadapannya, sampai kemudian tatapan sepasang iris hijaunya teralih pada pria yang memandu ritualnya sedari tadi.

"Ano … Toshinori Sensei," Izuku menjeda sejenak, "apa benar ini shikigami-ku?"

Orang yang diajaknya bicara hanya mangut-mangut mengamati sosok yang muncul dari ritual pemanggilan yang dilakukan Izuku. Toshinori, sebagai keturunan dari keluarga yang turun-temurun menjadi pembimbing para Onmyouji, ia tentu langsung mengenali sosok Shikigami milik keluarga Midoriya itu meski baru kali ini ia melihatnya langsung.

Toshinori berdeham sejenak sebelum ia bersuara. "Roh kelima dari tujuh Shikigami yang dimiliki oleh keturunan Midoriya. Roh dengan kekuatan berupa dua elemen yang berbeda, api dan es. Sejauh yang kuketahui, dia juga Shikigami yang jarang sekali muncul ketika ritual pemanggilan.

"Sampai saat ini, di hadapanmu ini adalah kali ketiganya dia muncul untuk melayani seorang Onmyouji. Err … rawatlah dia dengan baik, Nak Midoriya."

Izuku masih berkedip tak percaya, menatap sesosok Shikigami yang kini balik menatapnya tanpa ekspresi di depan sana.

"Hajimemashite, Izuku-sama," sosok itu memberi salam. "Aku akan melayanimu mulai sekarang. Namaku Shouto."

Izuku cukup tahu bahwa kemunculan sosok Shikigami setara dengan pengalaman dan kemampuan spiritual orang yang memanggilnya, dan kini, ia mulai meragukan kapabilitasnya sebagai seorang Onmyouji.

"Jangan menatapku begitu, Nak Midoriya." Toshinori tampak menahan tawa ketika Izuku kembali menatapnya dengan ekspresi sulit dirartikan. "Sejujurnya aku juga kaget dia muncul dalam wujud seperti ini."

Bagaimana tidak? Sebab yang berdiri di hadapan mereka saat ini adalah sesosok bocah kecil berusia sekitar empat atau lima tahun yang jangankan menjadi roh pelindung, Izuku justru khawatir jika Shouto akan menangis jika melihat yokai.

Dan kini, sang Shikigami manis itu tengah menatap kedua orang yang sedang berbincang di depannya seperti seorang anak hilang.

"Ini mungkin karena dia belum sepenuhnya membuka diri padamu. Kau tentu tahu, 'kan? Setiap Shikigami memiliki syarat mereka masing-masing untuk menyempurnakan kontraknya, tapi kau tidak perlu khawatir. Dia ini Shikigami yang kuat, dia pasti bisa melindungimu dengan baik."

Shouto tersentak, lantas mundur secepat kilat ketika salah satu telapak tangan Toshinori bergerak hendak mengelus pucuk kepalanya. Kini sepasang netra heterokromnya menatap tajam dan waspada, membuat Toshinori diam-diam menelan ludah gugup mendapati reaksi yang demikian.

"… meskipun sebenarnya, kau harus berhati-hati dalam memperlakukan yang satu ini. Dia …."

Izuku menaikkan sebelah alis. "Ada apa, Toshinori Sensei?" tanyanya ketika sang pembimbing tak juga melanjutkan ucapannya.

"Ahhahah, tidak," Toshinori tertawa canggung, "lupakan saja. Kurasa kalian akan baik-baik saja."

Izuku menatap bergantian Toshinori dan Shouto selama beberapa saat, sampai akhirnya ia mendengus pasrah. Kini atensinya terfokus pada Shikigami yang baru saja menjadi miliknya. Mengeluh pun tak akan ada gunanya. Bagaimanapun, dialah yang telah memilih Shouto, dan mulai sekarang mereka akan terkoneksi dan berbagi segalanya.

Yang Izuku tahu, takdirlah yang telah membuat mereka saling memilih. Oleh sebab itu, ia harus memperlakukan Shikigami-nya dengan baik.

"Jadi, Shouto," Izuku menyejajarkan tatapan mereka dan memberikan seulas senyum manis, "mulai sekarang, mohon bantuannya ya?"

Shouto menatap lurus mata Izuku beberapa lama, tanpa perubahan yang berarti di raut wajahnya. Kemudian, ia menunduk patuh pada tuannya yang baru.

"Baik, Izuku-sama."

To be continued


Catatan penulis.

Hiya! :3

Kali ini ku coba bikin FF bersambung lagi. Entah bakal gimana jadinya nanti.

Ini FF sebenarnya sudah beberapa hari kuendapkan di draft, ragu-ragu mau dipublish atau kagak, terus gak sengaja lihat event-nya Shirocchin-san, dan kebetulan pilihan AU-nya mengena. Jadilah FF ini nongol ke permukaan. XD

Walaupun kacau, semoga gak ngaco-ngaco sangat deh.

Okay. Terima kasih sudah berkunjung. Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Best regards, Sakyu.