Title : Menma Story : Big Brother
Genere : Drama and Slice of Life
Rating : K
Author : NamelessPen
Summary :
"Menurut kalian apa itu kakak? Seseorang yang lahir sebelum kalian? Seseorang yang melindungi kalian? Seseorang yang memilik darah yang sama dengan kalian? Atau seseorang yang memanggil kalian, 'otouto'. Karena bagiku kakak adalah yang mengajariku arti kehidupan."
•••
Chapter : Envy (I)
•••
"Siapa yang bisa mengerjakan soal di papan? Nanti akan ibu bebaskan dari ulangan harian."
Tidak ada yang mengangkat tangan. Tidak ada yang bisa mengerjakan soal fisika itu. Tidak ada seorang pun, sebelum seorang bersurai kuning mengangkat tangan.
"Uzumaki, silahkan dikerjakan," titah guru fisika paling disiplin di sekolah ini, Konoha Senior Highschool.
Remaja itu berjalan santai di suasana hening yang mencekik. Sudah biasa bagi kami, kelas yang dimasuki guru fisika ini, menghadapi suasana seperti ini, karena memang inilah yang bisa membuat kami disiplin. Itu menurutku, sih.
Dia mengerjakan soal itu tak sampai 5 menit, kemudian meninggalkan depan kelas. Kembali duduk dengan tenang di bangkunya. Seolah-olah ia tak pernah mengerjakan soal itu.
'Woah, dia pintar ya?'
'Katanya dia pernah memenangkan lomba tingkat nasional di bidang sains'
'Pacar idaman~'
'Aku harus belajar darinya'
Bisik-bisik itu jelas terdengar oleh telingaku. Wow, anak yang duduk didepanku memang tidak main-main ya? Kapan-kapan aku ingin diajari olehnya mapel fisika. Lumayan, dapet privat gratis.
Tubuh anak kelas X-F sekarang terbalut oleh seragam olah raga. Kami siap untuk tes lari seperti yang dijanjikan minggu kemarin. Nilainya dimulai dari 90 dan akan turun 5 poin setiap kelipatan 5 anak.
"3..."
"...2..."
"...1"
"GO!" Teriakan itu keluar dari guru olah raga kami, Guru Guy. Seseorang yang selalu memakai baju ketat berwarna hijau, dengan alis tebal berwarna hitam.
Kulesatkan kedua kakiku agar segera berlari. Badanku yang ringan akan memudahkanku menyelesaikan tes ini lebih dulu. Aku juga memiliki stamina yang besar. Jadi aku positif thinking akan menjadi nomor satu di tes lari kali ini.
'Wush'
Sosok surai kuning melewati tubuhku. Angin begitu terasa ketika ia melewatiku.
Uzumaki memiliki tubuh yang lebih tinggi dariku, aku lupa memperkirakan ini. Tapi kukira ia akan lebih lambat dariku karena ia memiliki postur tubuh yang lebih besar. Meskipun jika dilihat sekilas aku dan dia memiliki postur tubuh yang sama.
Larinya tak begitu cepat. Tapi aku merasa setiap langkah kakinya memperlebar jarak denganku.
Akhirnya tes lari ini diakhiri dengan Uzumaki sebagai pemenang. Sial, aku kalah darinya.
Sore hari di musim semi begitu tenang. Semilir segar dedaunan menerpa penciumanku. Haaah, sudah lama aku tidak merasakan sore hari setenang ini.
Sebenarnya sudah sedari tadi jam pelajaran berakhir, tapi aku sejenak ingin tidur di kelas, mumpung tidak ada orang di kelas.
"Namikaze-san?"
Suara bariton itu mengintrupsi kegiatan-tidak penting-ku. Otomatis aku menolehkan kepalaku ke pintu kelas. Senyumku mengembang ke arahnya, formalitas, bukan begitu?
"Mau pulang?" Ucapnya seraya mendekat ke arahku. Badannya terlihat sekali bahwa ia adalah olahragawan. Penuh keringat, tapi aku tak mencium bau masam darinya.
Menanggapi tawarannya aku hanya mengangguk. Kemudian memasukkan buku di atas meja ke dalam tas.
"Uzumaki-san sudah biasa pulang jam segini?" Sambil kulihat jam yang sudah menunjuka jam 4 sore.
Ia tak berniat untuk mengganti bajunya. Hanya mengambil buku-bukunya dalam loker, kemudian ia timang di tangan kiri.
"Yah, begitulah. Aku harus mengikuti ekstra basket. Namikaze-san sendiri juga ada ekstra?" Ia bertanya sambil menggaruk pipinya. Apakah memang gatal atau dia yang malu. Ah, mana mungkin malu, mungkin karena dia belum mandi, maka dari itu pipinya gatal.
"Hehehe, sebenarnya aku malas pulang. Di rumah sedang tidak ada siapa pun, jadi percuma juga aku pulang cepat," ucapku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
Obrolan ringan kemudian mengalir apa adanya. Tak banyak yang kami bicarakan, karena menurutku hanya aku yang dari tadi bertanya. Mungkin Uzumaki-san orang yang pendiam.
Sampai di perempatan jalan kami berpisah karena arah yang berbeda. Ternyata rumahnya tak jauh dari rumahku.
Dia orang yang baik. Dia pintar dalam akademik dan non-akademik. Selain itu wajahnya juga tampan- dengar-dengar dari Haruno dan komplotannya sih-. Pasti banyak siswi yang suka padanya. Haaah, enak sekali yah jadi dirinya. Menjadi seseorang yang sempurna
Sudahlah, lebih baik aku cepat-cepat pulang.
•••
Author Note :
Hai! Akhirnya saya menulis lagi. Sebelumnya saya mau minta maaf. Maaf sekali untuk para pembaca ff saya di fandom Kuroko no Basket, saya sekarang masih tidak bisa melanjutkan ceritanya. Sekarang saya ingin membuat cerita yang tidak seberapa panjang (karena keterbatasan alat, saya pake hp untuk mengetik cerita ini) yang konsepnya mirip seperti komik slice of lfe. Dimana cerita tersebut antara chapter satu dg chapter yang lain tidak begitu memiliki hubungan alur yang kuat.
Ok, itu saja. Saya harap kritik dan saran dari pembaca; baik dari segi bahasa, penceritaan atau aspek yang lain. Saya usahakan update minimal 3 hari sekali.
See you!
