IM NOT A GOOD BOY (Kaisoo Ver.)

Main Cast : Kim Jongin dan Do Kyungsoo

Other Cast : Silakan temukan sendiri

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Warning : YAOI, Boy x Boy

Rate : T

Author's note :

Ini adalah FF remake,silakan tebak sendiri setelah membaca FF ini kira-kira aku meremake apa, buku kah, anime, drama, atau komik. Hwehwehwe.

Karena ini FF remake, jadi ide dan jalan cerita bukan punya aku. Aku hanya menambahkan atau mengurangi sedikit-sedikit cerita aslinya sesuai dengan apa yang muncul di kepalaku tentang Kaisoo. Mungkin part awal ada adegan GS yaa, tapi ini FF YAOI kok, jadi tenang saja. Perlu diketahui, kalau cerita aslinya tidak ada sama sekali adegan gay, karena memang cerita straight, namun demi kebutuhan cerita, aku merubah karakter utamanya menjadi gay

So,

Don't forget to give a Fav, Follow, and Review for this fanfic !

Happy Reading!

Chapter 1

Aku adalah Kim Jongin. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Karena aku hanyalah seorang anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Hatiku sudah kaku, dan aku tidak percaya akan adanya kasih sayang. Hidupku biasa saja, hanya bermodal otakku yang lumayan pintar, kini aku bisa belajar sebagai mahasiswa kedokteran. Aku hanya punya satu alasan untuk sampai di titik ini, yaitu Adikku. Aku tidak pernah muluk-muluk mengharap kebahagiaan, karena sudah kujelaskan dari awal, bahkan kedua orang tuaku tidak pernah menginginkan aku entah apa alasannya.

Namun, seberapa keras aku bertahan di kehidupanku yang penuh kegelapan, disisiku ada seseorang yang berhak bahagia. Saat dia bahkan belum bisa berjalan, dia sudah ditinggalkan. Saat dia belum mengerti aku adalah 'Oppa' baginya, dia sudah kehilangan kasih sayang. Ingin rasanya aku egois, untuk apa aku memberi seseorang kasih sayang, bahkan diriku saja tidak pernah merasakannya. Tapi, melihat saat giginya mulai tumbuh, saat matanya berkedip-kedip meminta susu kaleng murahan yang hanya bisa ku beli di toko pinggir jalan, kini aku punya alasan hidup. Aku akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan adikku. Karena saat ini, dia adalah adalah satu-satunya alasan.

Sampai saat aku mengenal seorang teman wanita di kampus tempatku belajar. Entah bagaimana caranya, senyum dan tawa cerianya seolah menyeretku untuk memasuki babak hidup yang baru. Dia adalah 'Park Hye Mi', seseorang yang hampir sama nasibnya denganku, dia juga ditinggalkan, bahkan kakak satu-satunya yang menjadi harapan hidupnya justru menjadi penderitaan baginya yang tiada akhir. Senyum itu lenyap, entah mengapa aku sangat tidak terima saat melihat tubuhnya penuh lebam dan menangis di depan halaman rumahku. Kita sudah lama mengenal. Namun, baru kali ini aku melihat dirinya terpuruk begitu dalam. Rahangku mengeras, hatiku sangat sakit melihat dirinya bahkan hampir tak mampu berdiri. Selama ini aku mencoba untuk tidak mencampuri kehidupan pribadinya, meskipun beberapa waktu terakhir aku sadar kalau aku mencintainya. Dia wanita pertama yang membuat aku percaya kalau di dunia ini masih ada cinta, dan dia wanita pertama yang bisa mencairkan hatiku yang beku. Hingga hanya satu-satunya cara yang terlintas dalam pikiranku untuk menyelamatkan Hye Mi dari kakaknya. Yaitu aku harus melaporkan Park Hye Jin ke polisi. Entah bagaimana bisa terjadi, saat polisi membawa Hye Jin hyung ternyata dia juga adalah salah seorang buronan polisi atas penyusupan barang terlarang, hingga dirinya harus mendekam di penjara sampai beberapa tahun.

Beberapa waktu belakangan Hye Mi kembali ceria, dia membuat rongga di dadaku terasa sesak setiap kali melihat dirinya tersenyum. Kita berpacaran karena ternyata adikku juga sangat menyukai Hye Mi, dan kini aku punya dua alasan untuk tetap bertahan. Aku punya Kim Yeri, adikku dan Park Hye Mi, kekasihku. Mereka adalah kebahagiaan untukku.

Hidupku semakin terasa ringan setiap harinya, aku akan ke kampus bersama Hye Mi meskipun kami berbeda jurusan dan dan akan menemani Yeri setiap kali pulang meskipun terkadang aku harus meninggalkannya untuk bekerja demi kehidupan kami.

Sampai detik ketika aku menjadi seorang mahasiswa 'Koas' di sebuah rumah sakit, lalu Hye Mi diangkat sebagai seorang reporter. Kebahagiaanku semakin bertambah. Saat itu, aku berhasil memecahkan beberapa kasus di rumah sakit, dan jika aku sudah menyelesaikan pendidikan, aku sudah dijanjikan akan bekerja di Rumah Sakit tersebut sebagai dokter muda. Kebahagiaan rasanya beruntun mengisi kehidupan kami. Tawa tidak pernah lepas di setiap harinya. Bahkan kini aku punya sahabat, Lee Taemin yang akan semakin melengkapi kebahagiaan ini.

Namun, aku mengerti bahwa setiap kehidupan itu punya sisi hitam dan putih, atau layaknya koin yang mempunyai dua sisi. Sisi kebahagiaan dan kesedihan. Kita tidak bisa menghindarinya, karena keduanya akan selalu berdampingan, karena tidak ada kebahagiaan tanpa kesedihan.

Saat Yeri didiagnosa menderita penyakit peradangan hati, mulai sejak itulah babak hidupku selanjutnya akan di mulai. Aku harus bekerja lebih keras sambil menyelesaikan pendidikanku untuk membiayai perawatan Yeri di rumah sakit. Hye Mi dan Taemin terkadang berniat ingin membantuku untuk meringankan beban biaya rumah sakit, namun aku menolak, karena aku lah yang harus bertanggung jawab untuk Yeri, karena aku lah yang sudah berjanji, dan karena dia adalah salah satu alasan hidupku. Sehingga aku harus memperjuangkannya. Pengorbananku tidak sia-sia, Yeri akhirnya bisa pulang ke rumah karena kondisinya sudah membaik. Aku berjanji akan menjadi seorang 'Oppa' yang akan selalu melindunginya.

Namun, ternyata bukan berarti aku harus berpuas diri. Suatu malam saat aku kembali dari rumah sakit tempatku koas, Yeri kambuh.

"Oppa, rasanya sangat sakitdisini."

Keringat dingin sudah membasahi tubuh Yeri, dia terus menekan bagian perutnya.

"Wae Yeri-ah? Kenapa jadi seperti ini?" Aku sangat panik melihat Yeri dengan suhu tubuhnya yang sangat tinggi.

Yeri tidak menjawab, dia terus menerus mengeluhkan sakit.

"Oppa, akan membawamu ke rumah sakit bertahanlah." Aku sudah akan membawa tubuh Yeri, sampai ponsel di sakuku bergetar dan menampilkan nama Hye Mi. Aku berhenti sejenak untuk mengangkat teleponnya.

"Jongin, Tolong aku, kumohon tolong aku." Hye Mi menangis di seberang teleponnya. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengannya.

"Noona, katakan apa yang terjadi denganmu?" Aku bolak-balik menengok Yeri yang sudah semakin tak berdaya, dan berusaha mendengar alasan Hye Mi meneleponmu.

"Kurasa dia meninggal, Jongin. Bisakah aku datang kesini dan menolongnya? " Terdengar suara Hye Mi yang bergetar sambil menangis.

"Apa yang kau bicarakan, Noona? Apa maksudmu?" Awalnya aku hanya menganggap bahwa Hye Mi sedang bercanda denganku.

"Di kampus kau pasti pernah belajar menyelamatkan orang, aku yakin kau sudah mempelajari semuanya." Hye Mi berteriak sambil menangis, pikiranku langsung tidak tenang mendengar orang yang kucintai bersikap seperti itu. Kenapa dia berkata seperti itu. apa yang terjadi.

"Noona?"

"Aku takut, Jongin. aku sangat takut." Mendengar kalimat takut yang langsung terlontar dari mulut Hye Mi entah mengapa memporak porandakan hatiku sampai yang ada dalam pikiranku hanyalah bagaimana aku bisa sampai ke tempat Hye Mi sekarang juga dan memeluknya.

"Kau dimana sekarang? Aku akan segera kesana?" Ucapku terburu-buru, dan Hye Mi memberiku alamat dia berada sekarang.

Aku sudah bersiap akan menyusul Hye Mi, namun tangan Yeri mencegahku.

"Jangan pergi, Oppa. Aku sakit. Aku benar-benar sangat sakit." Ucapnya sambil bergetar menahan rasa sakit di tubuhnya.

Aku baru sadar, kalau sedari tadi adikku menungguku untuk membawanya ke rumah sakit. Aku benar-benar bingung, namun mendengar suara Hye Mi yang sedang ketakutan, aku melepaskan lembut tangan adikku yang mencengkeram ujung celanaku.

"Yeri -ah, hitunglah sampai 500, aku akan kembali sebelum kau sampai pada hitungan itu. Aku berjanji." Bujukku sambil mengusap wajahnya lembut.

"Aku lebih baik mati, jika kau pergi menemui Hye Mi Unnie lebih baik aku mati, Oppa." Yeri menangis namun aku benar-benar tidak bisa membiarkan Hye Mi yang sedang ketakutan.

"Oppa akan kembali. Hitunglah sampai ?"

Tangisan Yeri semakin kencang mengiringi kepergianku meninggalkan rumah untuk menyusul kekasihku. Dalam hati aku berjanji, aku akan segera pulang sebelum Yeri menyelesaikan hitungannya. 'Bertahanlah Kim Yeri, Oppa segera kembali.'

Aku sampai di hotel tempat dimana Hye Mi berada, aku terkejut melihat seorang laki-laki tergeletak di lantai yang sudah bersimbah darah dan melihat Hye Mi terduduk di pinggir kasur dengan tatapannya yang ketakutan. Aku memeriksa nadi laki-laki itu, dan ternyata dia sudah meninggal. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi, namun satu-satunya yang terlintas dalam pikiranku adalah Hye Mi yang telah melakukannya. Aku mencoba mendekati Hye Mi yang tubuhnya masih gemetar.

"Apa ini yang kau gunakan untuk memukulnya?" Ucapku pelan melihat Hye Mi menggenggam botol bir yang sudah pecah. Setelah tersedar dari ketakutannya Hye Mi langsung membuang botol tersebut. Tubunya benar-benar bergetar. Dia terus menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu, laki-laki itu telah mencoba melakukan hal yang buruk padamu kan? Itulah mengapa kau kehilangan kendali?" Tanyaku dan dia mengangguk. Aku yakin, Hye Mi tidak akan melakukan ini tanpa alasan, di pasti hanya ingin melindungi diri.

"Kau bisa menyerahkan dirimu, Noona,ini adalah pembelaan diri karena ini adalah pembunuhan tidak disengaja. Mereka akan mempertimbangkan situasinya dan kau akan diringankan." Bujukku sambil menggenggam tanganya.

"Kalau begitu aku akan tamat, Jongin. aku lebih baik mati saja. Sudah 15 tahun aku bermimpi menjadi wartawan, dan sekarang akan hancur begitu saja. Aku lebih baik mati daripada kehilangan mimpiku, Jongin."

Aku terdiam dan mencoba menenangkan Hye Mi yang memberontak ingin melakukan percobaan bunuh diri.

"Tidak bisakah aku menjadi alasan untukmu hidup, Noona? Selama 13 tahun berada dalam kegelapan, kau Park Hye Mi adalah yang membawa harapan untukku. Seseorang seperti aku, tak bisakah menjadi alasan kau tetap hidup?" Tegasku dan perlahan Hye Mi mulai tenang setelah mendengar ucapanku. Tak berapa lama, dia ambruk dalam pelukanku sambil menangis.

Sudah beberapa waktu lalu aku menelpon Taemin untuk mengantarkan adikku ke rumah sakit, dan disinilah aku terduduk di pinggir kasur dengan Hye Mi yang sedang mencurahkan semuanya, nampaknya dia mulai menerima nasihatku untuk menyerahkan diri ke polisi. Tak sia-sia aku membujuknya, karena bagaimana pun keadaanya aku akan tetap mencintai Hye Mi. Aku akan selalu menunggunya keluar dari penjara karena aku akan selalu berada di sisinya. Dia sebenarnya tidak bersalah, dia hanya ingin membela diri, dan dia hanya lepas kendali. Entah kenapa hatiku tiba-tiba sangat diremas saat dia mulai menggerakkan ponselnya untuk menghubungi kantor polisi. Entah pikiran darimana, tiba-tiba aku tidak bisa membayangkan dirinya menderita di balik jeruji besi, sendirian, kedinginan, bahkan aku tidak bisa membayangkan jika dia akan bersama para tahanan lain yang mungkin saja akan berlaku buruk padanya. Aku yang menyuruhnya menyerahkan diri, namun aku juga yang tidak tega melihatnya menjadi narapidana. Aku tidak tahu, kenapa pikiran seperti itu mudah sekali memasuki otakku.

"Halo, apakah ini kantor poli..."

Tanganku tiba-tiba bergerak melepaskan ponsel dari tangannya, Hye Mi terkejut melihat apa yang kulakukan. Dan entah mendapat pemikiran darimana, aku bertekad tidak akan membiarkan Hyemi mendekam di penjara, aku bahkan sudah berjanji akan membahagiakan dia, bagaimana bisa dia bahagia jika harus berada di penjara.

"Pergilah, aku akan menghapus semua jejakmu disini, aku yang akan bertanggung jawab."

Dan inilah keputusanku, membiarkan orang yang ku cintai terlepas dari penderitaan di depan matanya. Cukup aku saja yang akan menahannya.

Di lain tempat...

Seorang direktur muda yang terkenal sangat ambisius, sombong, arogan, bahkan sangat pemarah, malam itu sedang memberi pelajaran pada bawahannya yang dianggap sudah meremehkan direktur itu. Dia adalah Do Kyungsoo. Anak satu-satunya pemiliki Shinwa Grup.

Di dalam mobil dengan kecepatan melebihi rata-rata dia terus mengintimidasi karyawannya yang mencoba melumpuhkan perusahaannya.

"Direktur, saya sangat tersanjung dengan tumpangan yang anda berikan. Namun, bisakah anda menurunkan lajunya, karena akan sangat berbahaya." Kyungsoo memutar bola matanya jengah dengan karyawan yang dianggapnya sok bersikap manis saat di depannya.

"Oh ya? Kupikir ini yang kau inginkan, aku akan kecelakaan dan kau bisa melumpuhkan perusahaan dengan mudah."

"Kenapa kau berpikir seperti itu, Direktur? Kau adalah direktur muda berbakat di perusahaan Shinwa. Kau benar-benar menuruni bakat ayahmu dalam mengelola perusahaan. Mana mungkin aku ingin kau kecelakaan." Kyungsoo tahu, kalau senyum bawahannya adalah palsu.

"Bukankah di belakangku kau selalu mengatakan bahwa aku hanya bocah laki-laki 21 tahun yang tidak mengerti sama sekali manajemen perusahaan, kenapa kau bersikap sok sopan sekarang?" Ucap Kyungsoo dengan nada mengejek.

Bawahannya langsung terdiam, dia benar-benar tidak bisa berkutik jika sedang dihadapkan dengan direktur perusahaanya yang terkenal cerdas namun sangat pemarah.

"Kenapa kau diam saja Tuan Choi? Kau adalah ketua tim perencanaan akuisisi perusahaan kita dengan Grey departemen store, namun saat kulihat data yang sekretaris Oh berikan, sepertinya kau sedang merencanakan sesuatu dengan grey departemen store untuk mengambil uang perusahaan. Hah! Yang benar saja." Kyungsoo membuang nafas kasar sambil terus meliukkan mobilnya yang hampir menabrak kendaraan lain.

Ketua tim Choi yang disebutkan Kyungsoo barusan nampak sangat ketakutan karena mobil Kyungsoo benar-benar sangat ugal-ugalan sehingga dia hanya diam mendengar ocehan Kyungsoo sambil menormalkan debar jantungnya karena mobil Kyungsoo hampir menabrak trotoar.

"Besok dan sselanjutnya kau tidak usah datang ke perusahaan lagi karena Shinwa tidak membutuhkan orang sepertimu." Bentak Kyungsoo sambil mengerem mobilnya yang berhenti di depan rumahnya. Tuan Choi hanya diam saja menerima nasib pemecatannya, meskipun dia sangat menyesal namun percuma saja dia merengek, direktur ini tidak akan mempan jika kepercayaannya sudah hancur. Semua orang tahu itu.

Kyungsoo masih terdiam dan membiarkan Tuan Choi keluar mobilnya karena setibanya tadi, dia menangkap sosok ayahnya sedang berpelukan dengan seorang perempuan dengan penampilan yang sangat berantakan. Dan ternyata inilah awal kehancuran hidup Kyungsoo.

Beberapa bulan kemudian, ayahnya menikah dengan wanita tersebut dan membuat ibu kandungnya meninggalkan rumah. Dia berusaha menolak keputusan ayahnya, namun yang ia dapat hanya tamparan yang membuatnya semakin membenci wanita yang telah menghancurkan keluarganya. Dia benar-benar frustasi, namun Kyungsoo bukanlah seseorang yang semudah itu menyerah. Dia sudah bertekad dari dulu untuk menjadi presiden perusahaan Shinwa meneruskan ayahnya. Bukankah sudah dijelaskan sebelumnya dia adalah laki-laki yang ambisius, arogan, acuh, bahkan sangat pemarah. Begitulah yang orang kenal tentang Kyungsoo selama ini. Sehingga dia menghapus air matanya, dan memusatkan tujuannya untuk kepentingan perusahaan.

TBC dulu yah..

Pertemuan Jongin dan Kyungsoo mungkin di chapter depan. Jadi kalo ada yag berminat dengan FF remake ini, silakan bagi review, fav atau follow yaa..

Salam,