"…"

Speechless?

Mungkin saja.

Yah, mungkin ini saja yang bisa ia lakukan sekarang; hanya bisa menginstropeksi diri dan merenung akan lirik lagu yang dengan liarnya menerjang pendengarannya yang masih tajam walau sudah berumur seribu tahun.

.

.

.


Lelaki Kardus by D.N.A. Girlz

Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya

Lelaki Kardus by Nova Romadhona

I just own the plot of the story, and also this fic. The other things, are not mine.

Warning: GAJE TO THE MAX—ASLI, NO OFFENSE FIC/JUST CONTAINING MY OPINIONS, Country/State Name, HUMOR GARING SO BEWARE, OOC yang amat eksklusif mendewa, OOT yang cetar membahana, totally randomness.

Genre: General, Humor, Campur gado-gado, terserah mau dianggap apa

Asli dari pemikiran author. Jika iya, itu dikarenakan oleh ketidaksengajaan, mohon dimaklumi. Kalau ada typos tolong bilang ya~

Rating: T for Sensitive topic

Summary: Berawal dari laporan Bandung akan keluhannya pada lagu anak-anak yang beredar di masyarakat, Indonesia mencoba mencari letak kesalahan lagu tersebut—hingga dia menyesal telah menyaksikannya. Miris. Mari bercermin. #SaveIndoChildrenSong

Long Live FHI and make the world better to live for all of us ^_^

Happy reading guys~

P.S: Watch out for some spoiler and the credits back to its owner

Suka tapi mau review? Yah silahkan review x3

Suka tapi gak mau review? Silahkan Fav~ :D

Gak suka tapi mau review? Ampun jangan flame xC


.

.

.

Indonesia menatap laptopnya dengan serius. Kali ini masalah yang cukup unik.

Lagu anak-anak.

Ya, ada beberapa keluhan akan lagu anak-anak yang beredar di masyarakat. Ada yang sampai marah-marah dan merasa tersinggung akan lirik lagu tersebut.

Kenapa harus sewot? Hanya sebuah lagu saja, bukan?

Pikiran Indonesia hanya bisa berucap begitu dengan keheranan saat dia mulai menyalakan laptop berwarna hitam platinum tersebut yang sedang booting.

Sebenarnya, dia juga penasaran. Karena dia belum pernah mendengarnya, jadi dia mencoba meminta file video digital yang diberikan oleh Bandung. Ingin menuntaskan masalah ini secepatnya—karena berkas-berkas lain yang jauh lebih penting menunggu minta dibelai.

Eaa, kayak istri aja minta dibelai.

Tapi sekarang dia sedang malas untuk membelai berkas, jadi dia punya alasan bagus untuk menghindari dokumen yang bertumpukkan di meja kerjanya.

"Baiklah, kita lihat dulu… Apa yang membuat rakyatku sampai marah dan beringas akan lagu ini."

Oh, Indonesia. Kau tidak tahu kalau otakmu akan miring beberapa derajat dalam waktu tiga menit kedepan.

Jari itu mengetuk beberapa kali, dan video mulai diputar untuk ditonton di layar dari perangkat persegi tersebut.

Bapakku kawin lagi

Aku ditinggalin

Aku sakit hati

Ibuku diduain

Ibuku minta cerai

Tapi dipukulin

Bapakku pengkhianat

Ibuku dipukulin

[instrumental]

Lelaki kardus

Lelaki karpet

Lelaki kencrot

Lelaki bangkrut

Lelaki mencret

Lelaki karbet

Lelaki bangsat

.

.

.

.

.

Hening melanda.

.

.

.

.

.

Untuk pertama kalinya Indonesia tidak tahu harus berkata apa akan video lagu yang ia saksikan sekarang; antara tertawa karena lirik lagunya—atau menangis karena lagu anak-anaknya sangat mencerminkan realita yang pahit akan kenyataan hidup—mengingat kasus kekerasan anak dan monopoli tengah ganas-ganasnya.

.

.

.

fin


Meet me again, guys! Kali ini saya bikin drabble yang sedikit sensitif, dikarenakan saya prihatin akan lagu anak-anak sekarang yang dikit-dikit berbau kesan dewasa, cinta-cintaan, dan sebagainya. Apalagi ada lagu 'Lelaki Kardus' yang beredar beberapa waktu lalu. Tidak seperti jaman dahulu. Kadang masih ingat lagu trio bebek dan penyanyi cilik lainnya *sighs* masa kecil memang harus diisi dengan bermain dan bersenang-senang—karena memang khodratnya mereka begitu. Masih kecil dan polos akan dunia—seakan hal-hal baru akan dijelajahi dan dianggap petualangan untuk mereka, tergantung pada anaknya sendiri.

Tetapi selain sisi negatif, lagu ini juga membangkitkan kesadaran kita—terutama untuk calon bapak, bapak-bapak, dan laki-laki yang melihat tulisan ini (YANG MERASA YA!~ Saya tidak ada offense sama sekali pada siapapun. SEKALI LAGI, TIDAK ADA OFFENSE PADA SIAPAPUN!) agar selalu mawas diri dan tidak egois. Kita manusia, bukan Tuhan. Seenaknya saja egois dan bertindak senonoh pada wanita dan anak-anak nanti bisa mendapatkan karmanya. Ingat, Tuhan selalu melihat perbuatan kita. Biji yang kau tanam, itulah buah dari hasil yang kau tuai. Dan bagi pelaku-pelaku terpidana maupun tidak, yang sudah melakukan yang sama seperti lirik di atas, yah semoga saja tobatnya diterima pas masuk kuburan. Amin.

Baiklah, sekian dari cuap-cuap saya yang tidak berguna ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan jika kalian ada yang suka walau sedikit saja—saya akan merasa senang.

Kalau ingin berpedapat dan mau nyumbang review, monggo ya!

See you on next fic!

D.N.A. Girlz