"Matamu indah," katanya. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya seperti berpikir.
"Tapi tidak cocok dengan rambut hitam mu." Katanya lagi. Gadis yang sedang ia komentari itu masih terpaku menatap cermin yang berada di depannya.
Penampilannya sempurna -menurutnya- dengan gaun hitam selutut, dan high hills berwarna merah. Parasnya cantik, rupawan. Bulu matanya lentik, bibirnya merah muda seperti bunga Sakura yang sedang mekar, hidungnya mancung, rahangnya tegas, kulitnya seputih porselen, dan sahabatnya benar, matanya sangat indah dengan warna hijau bak emerald yang berkilau. Tapi, semua kesempurnaannya seakan hilang ketika gadis itu memutar bola matanya melihat rambutnya yang hitam.
"Ini tidak adil, setidaknya warna mataku harus sama seperti Ayah!" Gerutunya. Bibirnya mengerucut manis. Masih memandangi pantulan dirinya di cermin.
"Kau seorang Uchiha, semua orang tau ciri khas yang Uchiha miliki." Temannya itu mulai angkat bicara lagi, untuk yang kesekian kalinya, lagi. Pasalnya sahabat sempurnanya itu, selalu datang padanya dan mengeluh, selalu tentang rambut hitamnya, atau mata hijaunya.
"Paling tidak rambutku harus cocok dengan mataku," ujarnya. "Apa aku pakai soft lens saja ya?" Katanya lagi, kemudian berbalik menatap sahabatnya dengan wajahnya yang ceria.
"Hei! Matamu sudah indah," ucap sahabatnya itu seraya menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Kadang ia heran dengan gadis Uchiha yang satu ini. Jika semua Uchiha memiliki mata yang hitam dan tajam, justru gadis ini memiliki mata hijau cerah yang mencolok namun meneduhkan, dan sifatnya sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dengan para Uchiha sepanjang sejarah yang Ino -nama sahabat gadis itu- tau.
Seluruh Uchiha memiliki sifat yang tenang -walaupun gadis di depannya ini juga kadang bersikap tenang- dan juga irit bicara dan sangat dingin. Tapi gadis ini kebalikannya, dia ramah dan hangat -untuk sebagian orang yang ia kehendaki- dan juga cerewet alias banyak bicara. Ya, satu-satunya yang menunjukannya bahwa dia seorang Uchiha adalah rambut hitamnya dan kenyataannya bahwa dia seorang putri dari Madara Uchiha. Lebih tepatnya putri semata wayang, karena kakaknya adalah sorang laki-laki.
"Mungkin kau lebih mirip Ibumu," kata Ino. Masih memperhatikan sahabatnya itu.
"Ah, bahkan Ayah tidak pernah menceritakan apapun tentangnya." Gadis itu bersandar pada sandaran kursi yang ia duduki, dan memijat pelipisnya pelan. "Mungkin kau benar, Ibuku bukan seorang Uchiha, kenapa aku tidak lahir di rahim yang sama dengan kakakku saja." Lanjutnya seiring helaan nafas beratnya.
"Bersyukurlah! Kau hidup dengan begitu sempurna." Kata Ino, kemudian menoleh ke arah jendela melihat seseorang yang baru saja datang dengan mobil hitamnya. "Kurasa pengawalmu sudah menjemputmu." Sakura menoleh ke arah jendela dekat pintu keluar.
"Ah, mungkin aku akan ke sini lagi besok." Dia tersenyum, kemudian gadis itu bangkit dari duduknya dan memeluk sahabatnya sebentar, mencium pipi kanan dan kirinya sebelum akhirnya melambaikan tangan dan memasuki mobil hitam itu bersama seorang Uchiha.
UCHIHA
.
SasuSaku Fiction
.
Disclaimer by Masashi Kishimoto
.
Story by Uchiha keyra
.
Warning!!
Cerita ini dibuat berdasarkan ide sendiri, jika ada kesamaan tokoh, tempat, latar atau alur mungkin itu hanya kebetulan.
SasuSaku AU, OOC, miss-Typo(s) Gaje.
.
.
Happy reading!
.
.
.
.
Uchiha. Uchiha adalah sebuah klan yang sangat terpandang, dihormati, kental dengan adat-istiadat dan peraturannya. Seorang Uchiha dilarang menikahi klan lain selain Uchiha dengan alasan, seorang Uchiha harus memiliki keturunan murni Uchiha. Klan Uchiha juga sangat langka dengan kelahiran bayi perempuan, dan mendominasi anak laki-laki sehingga kelahiran bayi perempuan sangat di harapkan dan diistimewakan. Kelangkaan seorang bayi perempuan dalam klan Uchiha membuat mereka khawatir kalau suatu hari nanti Uchiha hanya akan tinggal nama dalam sejarah, mungkin kelahiran Uchiha campuran akan terjadi, tapi Uchiha murni tetap harus dipertahankan dan dilestarikan. Seperti halnya seorang gadis yang terlahir dari rahim klan senju, namun memiliki darah Uchiha dalam tubuhnya. Gadis itu dibesarkan oleh ayahnya sendiri tanpa merasakan kasih sayang dari sosok ibunya.
Madara Uchiha, nama ayah gadis itu. Madara menculik putrinya sendiri dari tangan istrinya karena sebuah alasan, Madara takut kalau putrinya menikah atau berhubungan dengan klan selain Uchiha jika dibesarkan oleh Senju, mengingat bahwa putrinya itu sangat diistimewakan oleh Uchiha karena dia seorang perempuan, terlebih lagi, putrinya bukan seorang Uchiha murni karena memiliki darah Senju di tubuhnya. Madara tidak ingin, putrinya berhubungan dengan klan lain selain Uchiha, karena jika itu terjadi, Madara akan kehilangan generasi Uchiha murni sebagai penerusnya.
Mobil itu melaju cepat menuju sebuah Mansion di dataran paling tinggi yang berada di Konoha. Halamannya sangat luas dibatasi oleh pagar tembok di bagian sampingnya dan pagar besi di bagian depannya. Sedangkan bagian belakang di biarkan tidak terhalang benteng apapun karena halamannya langsung menuju jurang terjal mengingat tempat itu begitu tinggi. Tapi tidak seburuk itu, meskipun jurang yang terjal, di sini juga memiliki jalan pintas untuk keadaan darurat dan pemandangan yang disuguhkan oleh halaman belakang Mansion itu juga begitu indah karena langsung menghadap pantai yang luas di bawah sana. Penjagaannya begitu ketat, sehingga beberapa orang dengan seragam hitam, kacamata hitam, dan alat pendengaran yang terpasang di telinganya yang juga hitam di tempatkan di beberapa titik sekitar Mansion itu.
Mobil sedan berwarna hitam itu pun memasuki gerbang utama Mansion. Pintu gerbang berwarn hitam, yang menjulang tinggi setinggi empat meter itu terbuka dengan otomatis. Di sinilah gadis itu tinggal.
Seseorang yang menjadi pengawal pribadinya keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuknya. Gadis itu keluar mobil dengan raut wajah frustasi, merengut kesal dan berkali-kali menggibaskan rambutnya.
"Apa Nona tidak enak badan?" Tanya pengawal itu seraya mengikutinya dari arah belakang. Hanya memastikan. Karena jujur saja, ini bukan sifatnya. Bukan sifat seorang Uchiha yang khawatir dan perhatian. Dan juga bukan urusannya, sebenarnya. Hanya saja sebagai bentuk rasa hormat.
"Sasuke," Gadis itu menoleh dan berhenti. "Menurut mu, apa aku perlu mengecat rambutku?" Katanya seraya mengangkat beberapa helai rambut hitam milikknya.
"Kau tau nona, itu ciri khas kita," ujarnya. "Kurasa bukan ide bagus." Sasuke -nama pengawal itu- mengerutkan kening tak mengerti. Lagi, dia harus bersikap seperti apa yang gadis itu inginkan. Demi Tuhan! Sasuke tidak suka percakapan yang akan berkepanjangan seperti ini. Dan bodohnya, dia yang memulainya.
"Rambut ini tidak cocok dengan mataku, mungkin aku akan mengecatnya dengan warna merah atau kuning seperti Ino." Gadis itu berbalik dan melanjutkan jalannya menuju kamar. Sasuke hanya terdiam dan kembali mengikuti gadis itu.
Cukup lama, sampai seseorang menariknya dari arah belakang. Sasuke berbalik diikuti Sakura yang juga berhenti berjalan dan berbalik karena keributan itu.
"Tuan!" Sasuke mngerutkan keningnya lagi. Jika Shisui -nama kakak gadis itu- yang menariknya, berarti bukan hal baik, mengingat pria itu sering melakukannya saat ingin mengajak Sasuke pergi ke bar atau diskotik.
"Kau siap?" Shisui menyeringai seraya merangkul bahu Sasuke. Lagi, pria itu menaikkan alisnya sebelah.
"Dia harus menemaniku malam ini bertemu Izuna." Kata Sakura, bertolak pinggang di depan dua pria itu.
"Kau yakin akan menyukainya?" Shisui tersenyum menatap adiknya itu. Ya, Shisui tahu betul sifat Izuna -yang menurutnya- Sakura tak akan menyukainya.
"Kalau belum dicoba, aku tidak akan pernah tahu, lagi pula Ayah tidak mungkin menawarkannya jika bukan karena alasan tertentu." Sakura mengedikkan bahunya acuh. Dia tidak pernah merasakan yang namanya pacaran, dan ayahnya sering sekali menjodohkannya dengan beberapa pria Uchiha yang cukup aneh. Seperti beberapa minggu lalu yang memperkenalkannya pada Uchiha Inabi, dia tampan -Uchiha selalu tampan- tapi pria itu tidak tahu cara memperlakuakan perempuan, selama tiga jam duduk bersama pria itu, Sakura -nama gadis itu- hanya mendengarkan bunyi jangkrik yang bernyanyi di sela keheningan mereka. Untung saja Sakura tak mati karena bosan saat itu. Sepertinya Inabi adalah Uchiha dengan sifat terkaku yang pernah ia kenal sepanjang sejarah. Dan ayahnya memperkenalkan dirinya pada pria itu adalah karena dia seorang anggota kepolisian Konoha. Jadi, hal aneh apa yang akan ia temui dalam diri Izuna.
"Terserah, yang pasti Sasuke ikut denganku malam ini." Shisui tak peduli dengan penjagaan ketat yang harus Sasuke lakukan pada Sakura. Yang terpenting Shisui mempunyai alasan untuk keluar rumah karena membawa Sasuke bersamanya.
"Baiklah, bagaimana kalau aku ajak Izuna untuk ikut bersama kita?" Kata Sakura. Gadis itu seperti mengajukan penawaran yang Shisui tak mengerti.
"Kita?" Shisui menaikkan alisnya sebelah.
"Aku ikut bersama kalian. Kau tahu, aku tidak akan bisa pergi jika Sasuke tak bersamaku eh?" Shisui mengguk.
"Tapi Nona, tempat yang biasa Tuan kunjungi bukan tempat yang bagus," sela Sasuke di tengan percakapan antara kakak dan adik itu. Sasuke tahu, tempat seperti bar atau diskotik tidak akan cocok untuk Sakura. Di sana terlalu banyak wanita maupun pria penggoda, pakaian-pakaian seksi dan tarian erotis, pasangan kekasih yang bercumbu di sudut-sudut ruangan. Kadang Sasuke berpikir, Shisui tidak memperdulikan posisinya yang sebagai putra sulung seorang Madara. Dan pria tua itu tidak akan melarang putranya selama dia tidak melanggar peraturan Uchiha. Kecuali jika, Shisui membawa Sakura dalam kebiasaan buruknya itu.
"Baiklah, mungkin ini akan menjadi yang pertama kalinya buatku, dan aku tidak akan merasa takut karena ada kau bersamaku." Sakura mengetukkan telunjuknya di dada Sasuke. Sungguh, Sasuke tak menyukai ide gila ini. Meskipun dia bersamanya, Madara tidak akan senang jika mengetahui anak gadisnya pergi ke tempat seperti itu, mengingat di sana akan banyak pria mabuk yang bukan seorang Uchiha. Mungkin sesuatu yang tidak terduga bisa saja terjadi pada orang yang sama-sama dalam keadaan mabuk. Dan Sasuke memutuskan untuk tidak meminum alkohol selama dia berada di sana nanti.
"Bagaimana dengan Ayah?" Shisui juga khawatir kalau ayahnya itu tahu, dan yang paling buruk yang ada di pikirannya, ia takut jika ayahnya berpikir kalau Sakura dihasut olehnya. Dan jika itu terjadi, Shisui bersumpah akan menggunduli adik perempuannya itu.
"Ayah tidak akan melarangku karena aku pergi dengan Izuna, dan juga ada Sasuke." Shisui mengangguk paham. Intinya kalau ada Sasuke si pengawal Sakura akan baik-baik saja. Itulah ketidak adilan terlahir sebagai seorang kakak dan seorang laki-laki. Shisui bisa keluar dari mansionnya setiap malam jika Sasuke ikut bersamanya, dan Sakura selaku perempuan satu-satunya di mansion itu -terkecuali para maidnya- dia bisa kemana saja asal ada Sasuke disana. Benar-benar tidak adil. Seharusnya Sasuke memiliki kembaran untuk mengawalnya satu.
Setelah Sasuke dan Shisui menyetujui ide Sakura. Gadis itu segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Izuna, tadinya dia akan makan malam romantis bersama pria itu tapi, karena merasa tertantang dengan kebiasaan kakaknya Sakura jadi harus mengubah tempat pertemuan mereka. Dan yang paling tak terduga adalah Izuna, mendengar kata diskotik pria itu terdengar girang, jika Sakura tak mendengarnya dengan baik di seberang telepon.
Mereka bertigapun segera berangkat menggunakan mobil hitam milik Shisui, dan Sasuke yang menyetir. Sesekali pria itu mendongak melihat kaca spion yang berada di atas untuk melihat Sakura yang berada di belakang. Penampilannya terlalu sempurna dan terbuka untuk berkencan, dan untuk pergi ke sebuah diskotik. Sebenarnya itu tidak apa-apa dan justru bagus untuk menyesuaikan diri di tempat baru yang akan ia kunjungi tapi, entah kenapa Sasuke tak pernah merasa suka jika kecantikan dan keindahan tubuh nonanya itu dilihat banyak orang, secara umum maupun secara pribadi. Berkali-kali Sasuke mendengus dalam hati, merutuki pikirannya yang mulai aneh dan konyol itu.
"Jadi seperti ini?" Sakura menatap tempat yang terlihat biasa saja itu, setelah mereka sampai.
"Kau akan terkejut dengan yang ada di dalam," Shisui merangkul adiknya dan memasuki bangunan yang cukup besar dan terlihat biasa saja itu, Sasuke mulai tak suka, dan akan tetap tak suka dengan kegilaan ini.
Dari dalam, hingar-bingar hiburan malam yang berpusat di sana cukup membuat Sakura terpaku takjub, entah karena melihat keadaan orang-orang yang ada di sana atau memang dia benar-benar takjub melihat suasana yang baru ia lihat itu.
Suara tawa, teriakan orang-orang yang sedang asik menari, wangi parfum yang bercampur dengan aroma alkohol, lampu kelap-kelip dan musik yang menggema ke seluruh ruangan. Beberapa orang mabuk di temani wanita-wanita penghibur yang seksi di beberapa kursi, adapula yang sedang bercinta di sudut ruangan tanpa memperdulikan keadaan sekitar.
"Wow!" Serunya setengah berbisik. Sasuke meliriknya sebentar, dengan tatapan tak suka dan kembali fokus ke sekelilingnya. Dia melihat Shisui menunjuk seseorang seraya berbisik pada adiknya yang kemudian di angguki oleh Sakura dan mereka menghampiri orang itu.
"Hei!" Shisui setengah tertawa senang seraya menautkan tangan dengan pria itu dan kemudian duduk di sampinganya. Setelah itu kini giliran Sakura yang bersalaman dengan cara cium pipi kanan dan kiri yang dilakukan pria itu. Sasuke bersumpah, jika saja orang itu bukan orang yang Madara kenalkan pada Sakura, maka dia sudah menghabisinya detik ini juga.
Mencoba bersikap tenang dan memusatkan amarahnya pada kepalan tangan yang semakin mengerat, tiba-tiba seorang perempuan cantik, dengan gaun berwarna hitam yang seksi mendekati Sasuke yang sedari tadi belum duduk juga.
"Butuh teman?" Tawarnya. Wanita itu bersikap genit dengan meraba-raba dada Sasuke hingga keperutnya yang terbalut jas hitam.
"Kupikir begitu," Sahut Sasuke seraya melirik Sakura yang sedang asik mengobrol dengan Izuna. Pria yang mencium pipi kiri dan kanan Sakura adalah Izuna.
Wanita itu tersenyum girang dan menarik Sasuke ketengah-tengah kerumunan orang yang sedang menari menikmati lagu. Dan mengajaknya menari dengan tubuh gadis itu yang menempel pada Sasuke, apalagi belahan dadanya yang besar terombang ambing di dadanya yang bidang. Sasuke tak peduli, sungguh. Dia masih terfokus menatap nonanya yang berada di sudut ruangan, berharap pria yang bernama Izuna itu tidak melakukan sesuatu yang tidak ia senangi. Sedangkan Shisui sudah menarik seorang perempuan entah kemana.
Satu jam berlalu dengan pengamatannya, seperti tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan, belum. Sasuke memutuskan untuk mulai menikmati malamnya dengan menari bersama wanita seksi di hadapannya. Tangannya mulai ia lingkarkan di pinggang wanita itu, dan sialnya, wanita itu juga menekan belahan dadanya di dada Sasuke. Oke, Sasuke menikmatinya dan mulai menari.
"Siapa namamu?" Sasuke sedikit berteriak karena suara musik yang kencang meredam suaranya. Gadis itu mendekatkan telinganya pada bibir Sasuke, guna mendengar perkataannya.
"Sona," Katanya. Yang juga sedikit berteriak di telinga Sasuke ketika pria itu mendekatkat telinganya pada bibir gadis itu.
"Nama yang cantik, secantik orangnya," Sasuke mencolek dagu wanita itu dan dia tersenyum.
Tiba-tiba seseorang menarik Sasuke dangan kasar dari wanita itu, tangannya yang melingkar di pinggang wanita itu terlepas.
"Nona?" Sasuke menaikkan alisnya sebelah, kebingungan.
"Dengar! Jika aku tak bisa bersenang-senang, maka kau juga tidak bisa bersenang-senang!" Raut wajahnya menyiratkan rasa tak suka yang begitu besar melihat Sasuke.
"Bukankah Nona menikmatinya, bersama dia?" Sasuke mengedikkan dagunya menunjuk Izuna.
"Dengar, dia mengajakku untuk melakukan sesuatu, yang ... kau tau 'kan?" Mendengar perkataan Sakura, Sasuke menatap semakin tak suka pada Izuna dan mengeratkan kepalan tangannya.
"Ayo!" Tanpa berpikir apa-apa lagi, Sasuke langsung menarik pinggang Sakura dan membawanya keluar tempat itu. Sakura terdiam, gadis itu sedikit terkejut dengan perlakuan Sasuke yang sangat langka ini padanya. Tapi mungkin ini bentuk rasa hormat Sasuke padanya, mengingat pria itu adalah pengawal pribadinya selama lima tahun.
Sasuke sudah memasuki mobil Shisui bersama Sakura di sampingnya. Dia juga sudah bertanya pada Sakura, mengenai Shisui yang tak ikut pulang bersama mereka. Sakura bilang tidak apa-apa, dia yang akan bertanggung jawab mengenai kakaknya itu pada ayahnya. Sasuke percaya, semua yang dikatakan gadis ini tidak akan membuat Madara berpikir dua kali.
"Dengar! Kau pengawalku dan hanya boleh bersamaku, aku tak suka berbagi kau ingat?" Nada bicaranya terdengar tak suka, mungkin mengingat Sasuke yang begitu dekat dengan wanita seksi tadi, terlebih Sasuke melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu.
"Baik Nona," Sasuke tak suka jika nonanya mengoceh sampai rumah nanti. Asal kalian tahu saja, Sakura tak suka jika kalah dalam berargumentasi. Dia akan selalu mencari cara agar lawannya kewalahan dan akhirnya mengalah. Sasuke sudah paham dengan sifatnya yang satu itu, Sasuke tidak suka banyak bicara dan cara teraman adalah mengiyakan setiap perkataan nonanya. Mungkin lain kali Sasuke akan mencoba untuk mengalahkan nonanya dalam hal ini. Sesuatu yang membuat Sakura tak bisa berkata-kata lagi. Sasuke akan melakukannya suatu saat nanti. Itu pasti.
TBC
AN
Oke, ini cerita absurd (menurutku) XD. Cerita yang akan memiliki banyak konflik dan adegan dewasa. Mungkin.
Oke, kritik dan sarannya yang sopan dan membangun sangat di tunggu. Jangan lupa untuk Like and Fav. tapi tidak memaksa. haha..
selamat membaca dan semoga selalu suka sama karya yang gaje dan aneh dan hancur berantakan ini.
See u
20 September 2018
