Distance Love
WARNING! : a Yaoi fict!boys love!OOC!don't like don't read
Disclaimer: DBSK punya SME
Distance Love by Ayumi H
Pairing : YUNJAE
o0o0o00000o0
Kim Jaejoong POV
Menjadi seorang artis besar sangatlah tidak mengasikkan. Mungkin bagi kebanyakan orang akan berpikiran bahwa itu adalah sesuatu yang keren. Sebenarnya tidak seperti itu, bahkan soal cintapun harus kami pikirkan masak-masak. Untuk bepergian kemanapun saja harus ditemani beberapa bodyguard. Tempat penginapan, sebelum aku masuk sudah ada beberapa bodyguard yang menjaga di hotel itu. Tak terkecuali dengan dia.
Saat ini pun aku dalam perjalanan menuju hotel tempatku akan menginap. Sudah terdengar suara riuh dari para penggemarku. Tak ada celah untukku keluar dari van mobil ini. Begitu mobil ini berhenti tepat di depan pintu hotel dan pintu mobil terbuka, aku bisa melihat dengan jelas, banyaknya wartawan maupun fans di sekitarku. Bodyguard yang entah sudah berapa jumlahnyapun sudah sangat kewalahan membawaku masuk ke dalam gedung dengan selamat.
Ku pikir dengan berada di dalam gedung, aku sudah selamat. Entah dari mana, muncul segerombol wartawan yang menghampiriku. Aku segera di bawa ke arah lain, menghindari wartawan itu. Saat inilah ia datang. Bodyguard kesayanganku yang selalu tiba terlebih dahulu. Jung Yunho, bodyguard tampan yang telah mencuri hatiku.
Sayang sekali kali ini aku berada di tengah-tengah wartawan yang terus ingin mencari berita mengenai hubunganku dengan bodyguard tampanku ini. Aku tak bisa kemana-mana, aku bingung. Saat itulah, ia Jung Yunho menemukan cara.
Ia membawaku menuju pintu darurat. Tangan kekarnya melindungiku dari sorotan lampu wartawan. Entah sudah berapa kali, kami sempat menatap wajah masing-masing. Namun ia selalu mengalihkan pandangannya.
Begitu kami sampai di pintu tangga darurat, ia melepaskanku. Memberiku kepada bodyguard lainnya. Sedangkan dia kini berada di depan. Membuka jalan untukku. Namun disaat itulah, entah dapat darimana. Lembar-lembar foto mulai berjatuhan dari lantai paling atas. Ku ambil selemar foto yang melayang di hadapanku. Aku dan Yunho. Ya, di foto itu hanya aku dan Yunho. Foto kami yang saling menatap.
0o0o0o0o0o0o0
Esoknya saat aku ingin memulai syuting video klip, salah satu bodyguardku memberikan sebuah majalah padaku. Foto, fotoku dan Yunho saat di hotel terpampang di cover depan majalah itu. Membuatku kembali mengingat saat aku berada dalam lingkupan lengan kekarnya dan di kelilingi oleh wartawan.
Tak banyak waktu yang bisa ku sisakan untuk melamun. Produser memanggilku untuk melakukan take. Take awal dalam pembuatan video klipku.
Kali ini aku berada di dalam ruangan yang sekelilingnya hanya ada kaca. Tak ada yang lain hanya kaca. Segera ku melantunkan sebuah lagu yang menurutku sangat energik namun ada kesedihan di baliknya.
Dari sudut mataku, aku bisa melihatnya yang terus menatapku. Aku menganguminya, aku sangat mencintai sosok itu. Namun ia terlalu dingin. Lagu ini, lagu yang kubuat untuknya. Ia memang tak tahu kalau lagu ini sebenarnya untuknya seorang.
KREEKK...
Suara apa itu? Belum lagi penasaranku hilang, tiba-tiba saja.
PRAAKK...
Lampu itu jatuh mengenai ruangan kaca tempatku mengambil gambar. Selanjutnya bisa dibayangkan pecahan-pecahan kaca yang jatuh seperti hujan. Di saat itulah, aku merasakan lengan kekar itu lagi. Ia melindungiku dari pecahan-pecahan kaca yang terus jatuh.
Sreeett...
Dapat ku dengar suara halus dari arah belakang. Aku tahu ia pasti terkena pecahan itu. Namun reaksi mukanya seolah tak terjadi apapun.
Begitu hujan kaca itu berhenti, ia melepaskanku. Saat itulah bodyguard yang lain menghampiriku. Namun ia menjauh, menjauh dari tempatku. Ku lepas tangan dari salah satu bodyguardku. Segera ku ketik di notebook saku ku.
Kita bertemu di jalan pertokoan setelah ini.
Sebelum ia benar-benar menjauh, ku serahkan notebook saku ku padanya. Seperti biasa, tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Tak sepatah katapun. Akhirnya ku tinggalkan dan kembali ke manajer dan kru-kru yang menungguku.
0o0o0o0o00o0o0o0
Pertokoan biasanya sudah tutup di malam hari. Semoga aku tak bertemu dengan fans. Namun yang tak kusangka, banyak fans sudah berada di belakangku. Saat itulah aku berpapasan dengannya. Ia langsung menggenggam tanganku dan mengajakku lari dari area itu. Terus berlari, walaupun tak ada lagi derap langkah kaki fans di belakang kami.
Kami terus berlari sampai di suatu lorong toko yang cukup sangat sepi. Hanya ada aku dan Yunho. Saat itu aku benar-benar melihat senyum tipis di bibirnya. Senyum yang sangat jarang ia perlihatkan pada siapapun. Apa aku beruntung dapat melihatnya?
Aku benar-benar tak tahu dimana dan apa yang ada di ujung lorong ini. Tapi aku cukup senang dapat berdua dengannya. Tanpa status bodyguard ataupun artis.
Ia mengajakku ke salah satu tempat makan pinggir jalan. Jarang sekali aku dapat bersikap layaknya orang biasa. Tak takut dengan fans ataupun wartawan yang seakan terus saja mengancam.
Tak seperti Jung Yunho yang ku kenal saat menjadi bodyguars. Ia sangat ramah, ia mengajakku tertawa lepas bersamanya. Mencoba berbagai jajanan pinggir jalan. Meniti tangga, dan segala hal yang dilakukan orang biasa pada umumnya. Hal-hal yang tak pernah ku lakukan saat menjadi artis.
"Yun!" ucapku menatap wajahnya. Ini sudah puncak, aku harus segera kembali.
"Ne, Jae?" ia memandangku dengan mata musangnya.
"Menunduklah!"
"Untuk apa?" ujarnya.
Dia terlalu banyak bertanya. Segera ku raih kalung yang melingkar di lehernya. Ku lepaskan cincin yang melingkar di jari manisku. Lalu kumasukkan cincin itu ke dalam kalung dan kupasangkan lagi kalung itu ditempatnya semula, Leher Yunho.
Waktu serasa berhenti saat itu. Hanya ada aku dan Yunho. Tak ku lepaskan tatapan matanya. Namun aku bosan jika tak berubah dalam hubungan ini. Ku beranikan diriku untuk mencium pipinya. Bisa kurasakan wajahku yang memanas dan memerah. Aku yang memulainya. Aku yang mengambil langkah pertama.
Kami segera berpegangan tangan dan berjalan kembali ke tempat semula. Namun sebuah mobil van datang meluncur ke depan kami. Itu mobilku, segera ku tepis tangannya yang berada dalam genggamanku dan segera berlari menuju ke arah mobil van itu. Aku tak mau predikat Yunho segabai bodyguard nomer satu, jatuh dengan mudah gara-gara aku.
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o
Sesampainya di apartemen, aku selalu terbayang dengannya. Beberapa kejadian saat dia menolongku berputar bagai film di benakku. Aku sedah terlalu tenggelam dalam pesonanya. Aku tak bisa keluar ataupun melarikan diri.
Ku ambil jaket dan payung berwarna merah. Aku harus menemuinya. Aku tak ingin perasaan ini menjadi sia-sia. Walaupun salah, tapi cinta tak memandang gender bukan? Aku mencintai namja itu. Hubungan namja dan namja. Aku tak peduli lagi dengan semuanya. Aku harus menemuinya.
Saat aku mulai melangkah keluar pintu, aku dihadang oleh du bodyguard yang memang selalu menjaga dan melindungiku. Sempat terjadi perang mulut dan fisik, namun tekadnya sudah bulat aku ingin bertemu dengannya. Saat celah itu datang, aku segera berlari sekencang mungkin menjauh dari apartemen itu.
Aku terus berjalan dalam hujan menuju tempatnya. Tak sampai tempatnya, aku sudah melihatnya di sisi lain jalan. Kami sama-sama di tengah serbuan air hujan. Apa perasaaan kami sama? Apa sekarang aku boleh berharap? Kami sama-sama melepas payung dan berlari untuk dapat segera memeluk.
Dia kini ada dalam pelukanku dan aku ada di dalam pelukannya. Hujan ini membawa kebahagiaan bukan kesedihan. Di tengah derasnya hujan kami berciuman. Ciuman yang sangat memabukkan bagiku. Ini saat terindah. Aku tak perduli jika ada yang melihat. Kini ia milikku.
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
Acara konferensi pers sudah selesai. Kali ini saatnya aku bertemu dengannya dan menunjukkan pesan terakhir yang akan mengubahhidup kami.
Aku ingin menemuimu di sungai Han. Aku ingin menikah denganmu.
Dengan dua kalimat itu aku segera berlalu dari hadapannya. Aku ingin bersiap-siap. Bersiap-siap menemuinya. Bersiap-siap untuk langkah yang baru. Aku sudah mundur dari dunia entertainment. Aku ingin sepeti orang kebanyakan. Bisa bebas melakukan apapun yang di sukainya. Tak peduli dengan segala ancaman yang mungkin akan menghadang. Aku ingin menjalani hidupku seperti orang biasa.
o00o0o0o0o0o0o0o0o0
Aku berlari, aku berlari menuju tempat yang ku janjikan. Aku tak ingin melewatkan dan menyianyiakannya begitu saja. Aku ingin segera bertemu dengannya. Aku sudah mengenakan pakaian formal. Aku ingin tampak sempura di matanya.
Aku hampir dekat. Namun ada sebuah ambulance melintas dari arah sebaliknya. Perasaan takut itu mulai mucul. Segera ku tepis semua pikiran buruk yang mulai menghiasi kepalaku. Aku yakin ia baik-baik saja. Ia pasti menantiku dengan senyuman di wajahnya. Melihatnya duduk di vespa kesayangannya dan melambai ke arahku.
Harapanku sirna. Tak ada sosok Jung Yunho. Hanya ada polisi dan sebuah vespa yang rusak. Jangan bilang ini semua punya Yunho. Aku ingin ini hanya mimpi. Aku takut ini adalah kenyataan. Tak ada Yunho. Hanya ada kalung yang berhias cincin dariku. Tak jauh dari tempat kalung itu ada sebuah kotak. Ku buka kotak itu, indah, cincin itu sangat indah. Ku pakai sendiri cincin itu.
Aku benar-benar yakin, Jung Yunho sudah tak ada. Ia meninggalkanku. Mobil ambulance tadi membawanya. Kenapa harus di saat seperti ini. Aku mencintainya. Kenapa disaat kami hampir bersatu? Aku masih berharap ia masih hidup.
Dengan langkah tertatih dan lemas. Ku telusuri lagi jalan ambulance tadi. Aku ingin menemuinya. Sangat ingin. Namun kakiku sudah tak sanggup lagi untuk berjalan. Aku hanya bisa terduduk dan menangisis semuanya. Aku tak peduli orang menganggapku gila. Aku mencintainya. Jung Yunho, My Lovely Yunnie~
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
The End
maaf jika banyak yang kecewa dengan saya sebelumnya..
tapi mohon di review ya... reader baikk deh!
