Naruto : Masashi Kishimoto
Lovely Ring : Asano Kaze
Rated : T
Genre : Romance
Warning : OOC, AU, Alur kecepatan, dll
Lovely Ring
"Hiks, hiks, hiks..." rintih pelan seorang gadis berambut pink di dekat sungai. Langit yang cerah, burung-burung yang bernyanyi dengan riang, orang-orang yang tertawa bahagia seakan-akan tidak dapat menyadari akan kesedihannya. Tangannya yang mungil menutupi wajah kecilnya. Matanya sembab karena sudah 15 menit berlalu sejak ia mulai menangis. Tanpa ia sadari, seorang anak laki-laki seumuran dengannya berjalan pelan mendekat. Setelah jarak mereka cukup dekat, anak laki-laki itu pun menghentikan langkahnya dan menatap anak perempuan di depannya dalam diam. Menyadari akan kehadiran seseorang di dekatnya, gadis cilik itu pun menolehkan wajahnya menghadap si anak laki-laki.
"Hiks, Sa-Sasuke kun..." ucap gadis cilik itu mash sambil berlinang air mata.
"Kamu kenapa, Sakura?" jawab anak laki-laki bernama Sasuke itu khawatir.
Sakura, si gadis cilik itu kembali menundukkan kepalanya sembari berkata, "Sakura, hiks, te-telah menghilangkan ci-cincin pemberian Okaa-san di sungai, hiks, hiks." Sasuke diam saja melihat gadis yang sesenggukan itu.
"Sakura suka sama cincin itu ya?" balas Sasuke tiba-tiba. Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya sebagai pertanda jawaban 'ya'. Sasuke kembali terdiam. Tak berapa lama kemudian ia pun memasukkan tangan mungilnya ke dalam kantong celananya. Kantong itu bergerak-gerak pelan akibat dari gerakan yang dilakukan oleh tangan Sasuke. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, ia pun kembali mengeluarkan tangannya dan memberikan sesuatu kepada Sakura, "Ini, untukmu."
Sakura menatap heran pada benda yang tergeletak di atas telapak tangan Sasuke. "Cincin?" gumamnya pelan. "Untukku?" tanya Sakura tak percaya sambil menatap Sasuke senang. Lelaki kecil itu mengangguk pelan sambil mulai memasangkan cincin itu ke jari manis mungil milik Sakura. Emerald milik Sakura berbinar-binar menatap cincin yang terpasang pas di jari manis kiri miliknya.
Melihat Sakura senang, Sasuke pun juga turut tersenyum senang. "Dengar ya Sakura, aku memberikan cincin ini padamu. Kamu nggak boleh hilangin cincin ini ya. Cincin ini adalah bukti kalau kamu..."
NGEEENNGGGG
Sasuke terus melanjutkan kalimatnya tanpa mengetahui bahwa Sakura tidak dapat mendengar sama sekali kata-kata apa yang telah dikeluarkan dari Sasuke sebagai lanjutan dari kalimat-kalimatnya barusan dikarenakan oleh suara pesawat bising yang terbang di atas mereka.
"Heh?"
"Janji ya, Sakura?" tanya Sasuke senang. Sakura yang tak tega untuk menghancurkan kesenangan Sasuke pun hanya membalasnya dengan, "Iya, aku janji kok," sambil tersenyum ceria.
"Bagus! Dan jangan hilangkan cincin itu ya!"
-oOo-
10 tahun kemudian...
"Sasuke-kun! Ma-maukah kamu jadi pacarku?" ucap gadis berambut hitam panjang itu malu-malu. Sasuke, pria yang sedang ditembak itu diam saja. Mata onyxnya menatap tajam ke arah gadis itu. Waktu yang berputar terasa sangat lama.
Hingga akhirnya Sasuke mengatakan, "Aku tidak tertarik dengan perempuan sepertimu." Mendengar jawaban yang sangat dingin dari bibir Sasuke, gadis itu pun segera pergi berlari meninggalkannya sambil bercucuran air mata. Setelah gadis itu tak tampak lagi, Sasuke pun membuang nafas pelan, "Apa yang kau lakukan di sana... Sakura?"
Mendengar namanya dipanggil, Sakura pun menampakkan dirinya dari balik dinding. "Hehe, aku ketahuan," balasnya sambil nyengir. Begitu melihat sosok Sakura, Sasuke mulai melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. "Hei, tunggu! Aku juga kan mau pulang ke rumah!"
.
"Hmm, dengan ini, sudah 30 gadis kau tolak semenjak naik ke kelas 11. Hebat!" ucap Sakura takjub sambil menepuk pelan pundak Sasuke dan berjalan dengan langkah ringan. Sasukenya sendiri hanya diam saja. "Aneh. Kamu kan nggak pernah dekat sama cewek selain aku, apa kamu nggak punya orang yang kamu suka?" tambah Sakura. "Tunggu, atau jangan-jangan kamu itu..."
"Sakura, hentikan berpikiran kalau aku ini yaoi!" bentak Sasuke kesal sembari menghentikan langkahnya.
Sakura yang dibentak terlunjak kaget. "Whoops! Marah nih, hahaha. Iya deh, kamu bukan yaoi, tapi homo!" komentar Sakura yang langsung mengambil langkah seribu disusul dengan amukan Sasuke. "Hahahahaha! Kejar aku kalau bisa!" teriak Sakura keras. 'Kami-sama, jika terus seperti ini, bolehkah aku berharap kalau Sasuke juga memiliki perasaan yang sama denganku?'
-oOo-
"Sakura-saaaannnnnn!"
DUEEESSHH
BRUUK
Satu pukulan maut dari Sakura, dan K.O. lah si alis tebal, alias Rock Lee. "Sudah kubilang kan Lee! Jangan tiba-tiba datang dan berusaha memelukku seperti itu!" teriak Sakura kesal.
Makhluk yang terkapar itu hanya nyengir dengan pipi yang membengkak akibat dari tinjuan Sakura sambil mengancungkan jempolnya. "Tinjuanmu juga sama cantiknya seperti orangnya Sakura-san! Itu baru namanya semangat jiwa muda yang membara seperti yang diajarkan Guy-sensei!" ucap Rock Lee semangat yang tak beberapa lama kemudian jatuh pingsan. Sakura hanya dapat mendesah melihat tingkah Lee sehari-hari yang tidak ada kapok-kapoknya.
Suara berisik di sebelahnya menyadarkan Sakura akan kehadiran seseorang. "Ah, Ohayou sasuke-kun!" sapanya dengan semangat.
"Ohayou. Hm, tampaknya Lee sudah pingsan seperti biasanya ya?" balas Sasuke saat melihat Lee yang pingsan. Sakuranya hanya nyengar nyengir. Sesaat berikutnya Sakura terdiam menatap sendu ke arah Sasuke.
'Hei, aku dan Sasuke bersahabat sejak kecil. Apa tidak apa-apa kalau aku punya rasa yang lebih dari sekedar sahabat biasa padanya? Ini bukan perasaan yang salah kan? Ini normal buat seorang gadis menyukai seorang pria, iya kan? Tapi, walaupun aku menyukainya, aku tidak tahu akan perasaannya. Apa tidak apa-apa kalau aku menembaknya? Kalau ternyata dia tidak menyukaiku bagaimana? Kalau dia ternyata menganggapku hanya sebagai adik bagaimana? Aku... Aku tidak ingin melakukannya. Aku takut jika harus patah hati. Tapi tingkah Sasuke selama ini menunjukkan kalau dia juga memiliki rasa yang sama denganku. Tapi apa mungkin? Kalau salah bagaimana?' gumam Sakura dalam hati. Pikirannya masih sibuk memikirkan berbagai macam kemungkinan yang dapat terjadi.
"Ra... Sakura... Sakura!" teguran dari Sasuke pun mengagetkan Sakura. Gadis itu langsung tersadar akan lamunannya barusan tadi.
"A-ada apa Sasuke?" balas Sakura tersenyum gugup sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hn, tidak," Sasuke kembali diam, begitu juga dengan Sakura.
"Sasuke,"
"Hn?"
"Nanti temui aku di sungai dekat rumah ya," tambah Sakura tersenyum dan kemudian melangkah menjauh pergi keluar kelas, sedangkan Sasuke hanya memandang gadis pink itu dengan tatapan bingung.
.
Selesai pulang sekolah, Sasuke pun segera pergi menuju sungai di dekat rumah mereka. Ya, sungai itu adalah sungai dimana tempat saat Sasuke memberikan sebuah cincin pada Sakura saat berumur tujuh tahun. Tanpa ia sadari, bibirnya menyunggingkan seulas senyuman tipis.
"Sasuke!" teriak Sakura dari jauh melihat kedatangan Sasuke sambil melambaikan tangannya. Wajahnya tampak terlihat bahagia. Melihat Sakura yang semangat, Sasuke pun mempercepat langkahnya menuju ke arah Sakura.
"Ada apa?" tegurnya seraya mencari posisi duduk yang nyaman di samping Sakura.
"Bagaimana kabarmu?"
"Hn, lumayan," balas Sasuke walaupun sebenarnya dia sendiri agak bingung dengan percakapan yang menurutnya aneh ini. 'Tak biasanya Sakura berbasa basi seperti ini', gumam Sasuke.
"Begitu ya. Hmm, bagus lah. Kau tahu Sasuke? Kita sudah bersahabat sejak kecil, tumbuh bersama, bermain bersama, tertawa bersama, menangis bersama, yah walaupun yang menangis hanya aku seorang," ucap Sakura sambil nyengir.
"Perlahan kita tumbuh. Mulai mengerti akan bagaimana dunia itu, pola pikir yang berbeda, perbedaan gender, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan... perasaan," Sakura menghentikan kalimatnya. Selang beberapa detik kemudian, ia pun kembali melanjutkannya. "Perasaan yang tadinya sebagai teman, tumbuh menjadi sahabat, dan lama kelamaan berubah menjadi... cinta."
KRIK
Seketika itu juga Sasuke langsung menyadari apa yang telah dibicarakn Sakura dan maksud dari semua itu. Ia menundukkan kepalanya pelan.
Sedangkan Sakura menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan berusaha untuk menenangkan dirinya yang gugup sebisa mungkin. "Sasuke kamu-..."
"Maaf, Sakura. Aku tidak bisa," potong Sasuke tiba-tiba sambil memejamkan matanya kuat. Sakura yang mendengar pernyataan Sasuke barusan pun kaget. Demi Kam-sama! Ia bahkan belum menyatakannya! Dan ia sudah ditolak begitu cepatnya?
Sakura terdiam. Seluruh badannya bergetar berusaha menahan bulir-bulir hangat yang akan menetes dari emeraldnya. "Oh, begitu ya? Maaf ya karena sudah merepotkanmu dengan perasaan tidak berguna ini. Dan maaf juga karena telah membuang-buang waktumu. Aku pulang duluan, jaa nee," Sakura pun bangkit berdiri dan segera berlari meninggalkan Sasuke yang masih tertunduk sambil memejamkan kedua matanya dengan erat.
"Sakura..."
.
TAP, TAP, TAP
Suara ketukan sepatu Sakura memperdengarkan bunyi-bunyi nada yang teratur. Sungguh sangat bertolak belakang sekali dengan nafas Sakura yang sudah memburu. Angin yang kencang, langit gelap, suara derasnya hujan, serta bau hujan mengiringi setiap langkah kaki Sakura. Bulir-bulir hangat terus mengalir dari kedua emerald itu tanpa henti.
'Bodoh, bodoh, bodoh! Kenapa aku bisa se-GR ini sih? Dia dekat denganku kan bukan berarti dia suka padaku! Bodoh, bodoh, bodoh!' amuk Sakura dalam hati serambi mempercepat langkah kakinya yang jenjang itu.
.
TOK, TOK, TOK
"Sakura, keluar yuk. Kamu belum makan malam kan?" bujuk Kaa-san Sakura pada anak semata wayangnya yang semenjak pulang sekolah tadi belum ada keluar kamar sama sekali. Namun nihil, sama seperti sebelumnya, Sakura tetap tidak ada memberikan respon atau tanda-tanda untuk keluar dari kamar.
"Sudah lah, biarkan saja dulu. Mungkin di sedang butuh waktu untuk sendiri," saran Otou-san Sakura sambil memegang pelan pundak Kaa-sannya Sakura. Walaupun sebenarnya tidak begitu rela menuruti suaminya, namun ia tetap melaksanakannya dan pergi menjauh dari kamar Sakura.
-oOo-
Pagi itu sama seperti pagi-pagi sebelumnya bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Sasuke. Kursi di sebelahnya masih kosong. Jika ini memang seperti hari-hari sebelumnya maka seharusnya di sana terletak sebuah tas selempang berwarna merah tua, tapi tidak kali ini.
15 menit berlalu semenjak kedatangan Sasuke, akhirnya Sakura pun menunjukkan batang hidungnya. Begitu melihat kehadiran Sakura, Sasuke segera menundukkan kepalanya cepat. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa di hadapan Sakura. Perlahan Sakura pun berjalan menuju tempat duduknya. 'Jika dugaanku benar, harusnya bentar lagi ia akan menyapaku!,' gumam Sasuke dalam hati mengira-ngira. Langkah kaku itu terus mendekat hingga akhirnya berhenti tepat di sebelah kursi milik si empunya itu. Lama selang berlalu Sakura tak kunjung juga menyapa Sasuke. Sasuke yang menyadari akan keanehan Sakura pun memberanikan diri menegurnya, "Sakura?"
Gadis yang dipanggil itu pun menoleh ke arah Sasuke dan berkata, "Ohayou Sasuke-kun!" dengan semangat seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Seakan-akan semua itu tidak tidak pernah ada.
Sasuke diam menatap gadis yang 'tampak' bahagia di hadapannya itu. "Ohayou, Sakura..." jawabnya lemah. Sakura masih terus tersenyum dan kemudian memalingkan wajahnya yang ceria pada Ino yang telah memanggilnya. Tanpa Sakura sadari, Sasuke tengah memperhatikan gerak geriknya.
.
TENG, TENG, TENG
Suara bel yang menandakan berakhirnya sekolah pada hari itu, merupakan lantunan yang paling dinantikan oleh hampir seluruh murid Konoha High School. Semuanya sibuk merapikan tasnya masing-masing bersiap untuk pulang setelah Kakashi-sensei pergi meninggalkan kelas. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sasuke dan Sakura. Tak lama bersela satu per satu murid pun mulai meninggalkan kelas.
"Gaara! Tunggu aku!" teriak Sakura dan berlari menyusul Gaara. Ya, ia berlari meninggalkan Sasuke. Meninggalkan orang yang biasanya selalu diajaknya untuk pulang bersama. Sasuke diam terpaku melihat tingkah Sakura yang tidak biasa itu. Namun apa daya, ia hanya dapat menatap sosok pink yang semakin menjauh itu pergi dengan tatapan sendu. "Sakura..."
-oOo-
"Yak, ayo bagi kelompok. Pilih pasangan masing-masing. Satu kelompok harus terdiri dari dua orang!" perintah Anko-sensei sang guru kimia yang galak itu. Tanpa banyak bicara, mereka segera mencari pasangannya masing masing.
"Sakura, kamu mau satu kelompok denganku?" tawar Gaara pada Sakura. Sakura tampak menimbang-nimbang beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Great!" pekik Gaara senang dan kemudian menarik salah satu kursi dan duduk di dekat Sakura. Setelah nyaman dengan posisinya, mereka berdua pun mulai berdiskusi mengenai tugas yang diberikan Anko-sensei.
Sasuke duduk termenung menatap 'sahabat'nya yang sedang sibuk berdiskusi dengan orang lain itu. Tapi, apa masih pantas dia menyebut Sakura sebagai 'sahabat'?
"TEME!" Suara cempreng dari seseorang membuyarkan lamunan Sasuke seketika. Tanpa melihat juga dia sudah tahu pasti siapa orang yang berisik ini. "Kau mau satu kelompok denganku kan? Kan? Kan? Kan!"
"Iya, iya! Kau berisik sekali Dobe!" balas Sasuke kesal. Naruto nyengir mendengar jawaban Sasuke dan segera duduk.
.
Waktu berlalu, semua sibuk mengerjakan tugas dari Anko-sensei yang sangat merepotkan itu. Tetapi tidak untuk Naruto. Ia justru sibuk memainkan PSP tersayangnya. "Hmm, Teme," tegur Naruto tiba-tiba.
"Hn," balas Sasuke pendek yang sedang sibuk mencatat tugas diskusinya.
"Tumben sekali kau tidak bersama Sakura-chan. Biasanya kan kalian bareng terus kayak orang pacaran. Belakangan ini juga aku lihat-lihat, Sakura-chan sedang dekat dengan Gaara. Apa tidak apa-apa tuh?" lanjut Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari layar PSPnya. Sasuke menghentikan kegiatan mencatatnya ketika mendengar omongan Naruto. Badannya langsung terasa kaku.
"Bukan urusanmu," ucap Sasuke untuk menghentikan rasa penasaran Naruto.
"Huh, pelit!" balas Naruto sambil menjulurkan lidah.
.
"Sakura, ayo pulang," ajak Gaara pada Sakura ketika kelas sudah sepi dan hanya menyisakan Sakura, Gaara, dan Sasuke. Sakura mengangguk pelan dan berdiri, lalu mulai melangkah mengikuti Gaara. Baru dua meter ia pergi meninggalkan bangkunya, tiba-tiba saja ada yang menahan langkahnya. Sebuah tangan yang pucat menggenggam erat pergelangan tangannya.
"Eh? Sasuke?" sontak Sakura kaget saat menyadari tangan Sasuke yang memegang erat tangannya. "Ada apa?" Bukannya menjawab, Sasuke malah semakin menguatkan pegangangannya dan menarik Sakura pergi.
Gaara yang bingung melihatnya pun segera menyusul mereka, namun Sasuke telah menghentikan niatnya dengan berkata, "Lebih baik kau pulang duluan saja Sabaku! Dia ini punyaku!" Gaara pun terdiam kaku mendengar kalimat sentakan tersebut. 'Punyaku?' gumamnya dalam hati.
.
"Hei Sasuke! Lepaskan aku! Apa-apaan kau ini? Menarikku seenaknya aja! Gaara kan jadi salah paham! Kalau dia mengira yang nggak-nggak gimana?" ronta Sakura sambil menarik-narik tangannya yang sudah memerah karena dicengkeram telalu erat oleh Sasuke. Tetapi orang yang ditanyai malah diam saja. Sakura yang sudah tak sabar lagi pun akhirnya mencak-mencak marah, "Hei, buntut ayam! Jawab pertanyaannku!"
"Kita sampai," jawab Sasuke tiba-tiba. Sakura yang menyadari dimana mereka sekarang berada langsung terdiam.
"Mau apa kau membawaku kesini?" ucap Sakura bernada dingin.
"Kau, kenapa kau bersikap seperti ini padaku belakangan ini Sakura?" bentak Sasuke akhirnya.
"Bersikap seperti apa?" tanya Sakura bingung dengan perkataan Sasuke.
"Kau pikir aku tidak tahu kalau kau bersikap pura pura ceria seperti itu, hah?"
Emerald Sakura membulat mendengar perkataan Sasuke. " Bukan urusanmu," balasnya.
"Tentu saja itu urusa-..."
"Cukup Sasuke! Apa yang kau mau dariku? Aku senang, salah! Aku sedih, salah! Bahkan aku juga menyukaimu itu sebuah kesalahan? Apa sih maumu Sasuke? Kenapa semua yang aku perbuat selalu salah di matamu?" teriak Sakura marah. Emeraldnya telah mengalirkan air mata yang membasahi pipinya.
Sasuke tak tahan lagi melihat tangisan Sakura. "Kau mau tahu apa kesalahanmu?" bisiknya pelan. Sakura mengusap kedua matanya berusaha untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Sasuke.
"Pertama, kau berpura-pura di depanku. Kedua, kau mengacuhkanku. Ketiga, kau berduaan dengan pria lain. Keempat, kau menghilangkan cincin yang aku berikan padamu 10 tahun yang lalu. kelima, kau telah melupakan janji 10 tahun yang lalu. Dan yang keenam, KAU BAHKAN MENEMBAKKU!"
Sakura tersontak kaget mendengar pernyataan Sasuke. "Apa yang salah dengan aku menembakmu? Apa kamu sebegitu tidak inginnya untuk bersama denganku?" balas Sakura. "Dan lagi, 10 tahun yang lalu, aku..."
Sasuke mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Sakura. Menunggu Sakura melanjutkan perkataannya. "Aku, tidak mendengar janji apa yang telah kau katakan. Hehe..." lanjut Sakura dengan nada rendah sambil nyengir dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Detik berikutnya Sasuke langsung membeku.
"Ja- jadi ka-kau tidak mendengar apa yang kukatakan dulu?" tanya Sasuke tak percaya. Sakura pun mengangguk cepat menanggapinya.
"Memangnya dulu kau itu ngomong apa sih?" balas Sakura penasaran. Mata emerald yang tadi tampak sedih dan marah langsung berubah menjadi semangat.
"Tidak mungkin aku mengatakannya! Untuk mengatakan seperti itu tuh butuh keberanian yang sangat besar!" bentak Sasuke yang diiringi dengan memerahnya kedua pipi miliknya sendiri.
Sakura cemberut mendengar jawaban dari Sasuke. Ia pun berjalan meninggalkan Sasuke. "Sudah lah, aku pulang saja! Huh!" desah Sakura kesal.
"Tu-tunggu! A-aku akan menceritakannya padamu..." kata Sasuke buru-buru. Sasuke tak menyadari bahwa sosok pink yang tadi akan pergi itu tengah menyengir seperti iblis.
.
30 menit sudah berlalu. Namun Sasuke tak kunjung menunjukkan akan adanya niat untuk menceritakannya. Sakura sendiri hanya menatap bosan pada air yang mengalir.
"Sasuke, apa yang akan kau ceritakan hah? Aku capek plus bosan nih," dumal Sakura sambil menggembungkan pipinya.
"Saat kecil, kau berjanji bahwa cincin itu sebagai bukti kalau kau telah menjadi millikku. Namun apa yang terjadi, justru kau malah menghilangkannya. Kau berdekatan dengan pria lain. Aku tidak suka itu. Tetapi, saat kau menembakku, aku merasa bahwa aku tidak pantas untuk menerimanya. Karena, sebagai pria harusnya aku lah yang menembakmu..." jelas Sasuke sambil tertunduk malu. Sakura menutup mulutnya tak percaya.
'Bu-bukannya itu berarti kalau Sasuke juga menyukaiku? Kami-sama, apa ini nyata? Jika ini nyata, tolong tampar aku sekarang juga!'
PLAK
"ADUH!" teriak Sakura. "Apaan sih Sasuke! Ganggu suasana romantis aja!"
"Tadi ada nyamuk di pipimu," ucap Sasuke innocent sambil memperlihatkan sang nyamuk yang telah mati. Sakura menatap sebal pada nyamuk yang sesungguhnya telah menjadi korban.
"Huh, ya sudah lah."
Sasuke melemparkan jenazah nyamuk tadi dan kembali serius dengan situasi yang sedang terjadi. "Ehm, jadi Sakura. Kamu mau nggak ja-ja... ja... tch! Pokoknya maksudku itu! Kamu tahu kan?" tegas Sasuke yang malah marah-marah.
Sakura menyengir lebar melihat tingkah Sasuke yang malu-malu dan malah marah-marah tidak jelas seperti itu. "Ehm, tidak. Aku nggak tahu. Aku kan masih polos. Hahahaha," tawa Sakura meledak mengejek Sasuke yang malu tak seperti biasanya itu.
Sasuke yang diejek seperti itu pun malah gantian menjadi cemberut. "Hei aku serius nih. Jadi bagaimana? Ja-jawabanmu. Ka-kau ma-mau tidak?" ucap Sasuke malu-malu.
"Tentu saja aku mau! Tapi lain kali aku minta cincin yang mahal ya! Bukan dari hadiah jajan seperti ini," terang Sakura geli sambil menunjukkan sebuah cincin kecil berwarna merah.
"Loh kok bisa?" desah Sasuke kaget.
"Mana mungkin aku menghilangkan cincin kecil murahan dari orang yang aku suka, hahahaha," tawa Sakura meledak sedangkan wajah Sasuke semakin memerah.
"Sudah lah, aku pegi saja!" amuk Sasuke yang merasa dipermainkan. Ia pun segera berdiri dan meninggalkan Sakura.
"Tunggu aku dong!" pinta Sakura yang mengejar Sasuke dan langsung memeluk lengan berotot milik Sasuke. "Lain kali, kau berikan cincinnya ketika kita dipelaminan nanti ya, Sasuke-kun," tambah Sakura ceria. Emeraldnya bersinar sangat indah sesuai dengan perasaan hatinya.
"Hn,"
"Ah, iya. Kamu belum nyatakan loh! Berarti kita belum resmi!" ancam Sakura.
"Tch! Merepotkan! A-Ai-A... ACHOOOO!" bukannya mengungkapkannya Sasuke justru malah bersin.
"Kyaa! Kok malah bersin sih? Pokoknya katakan!" rengek Sakura manja.
"Maaf deh. A... Aishiteru, Sakura..." bisik Sasuke pelan sampai tidak terdengar oleh Sakura.
"Ah! Aku tidak dengar! Ulang!"
"Tidak,"
"Ulang!"
Langit senja yang berwarna jingga menjadi saksi bisu akan semua itu. Hembusan angin menjadi saksi yang yang mendengar akan pernyataan Sasuke. Mulai saat itu juga lah cinta mereka akan selalu bersama selamanya. Dengan sebuah cincin yang nantinya akan melingkar di jari manis mereka masing-masing hingga sang maut memisahkan.
-Owari-
A/N :
Maaf kalau ceritanya kepanjangan dan masih banyak kekurangan di sana sini. Saran, concrit, dan flame diterima.
REVIEW PLEASE?
