My Angel
Juli 2015
"Sehun bersiaplah!" Seorang lelaki berumur 35 tahun menegur Sehun agar segera mempersiapkan diri. Sehun tak menjawabnya langsung, tapi ia menjawabnya dengan aksi yang ia lakukan. Ia segera memasang aksesoris sayap berwarna hitam dibantu oleh beberapa asistennya.
Sekilas ia menatap pantulan dirinya pada cermin lebar di ruang tunggu itu. Rambutnya tergerai dengan gelombang gantung yang cantik, pakaian dalam hitam yang ia kenakan menunjukkan lekuk sempurna tubuhnya, riasan natural dengan lipsstick merah muda dan sebuah high heels tinggi berwarna senada menyempurnakan jenjang kakinya.
"Hei pretty, get ready on the first line. You're the opening." Cara menyenggol tubuh Sehun agar segera menuju barisan paling depan.
"ladies and gentlemen, wellcome in fictoria secret fashion show. Please wellcome our victoria's angels!" Justin Bieber adalah penyanyi pembuka acara fashoin ini. Musik beralun kencang. Orang-orang bertepuk tangan ketika Sehun keluar sebagai model pertama. Sehun memasang wajah stoicnya dan berjalan penuh percaya diri menuju panggung utama, meliak liukan tubuhnka sesuai dengan irama lagu.
Semua mata tertuju pada Sehun, bagaimana bokong indah itu bergoyang ketika Sehun berjalan. Ekspresi datar yang kemudian bisa berubah menjadi sangat menggoda dalam ditungan detik. Pakaian mini yang Sehun kenakan membuat penonton sangat tak ingin membuang waktu barang hanya untuk berkedip.
Di ujung panggung, Sehun berputar menunjukkan bagaimana megahnya sayap hitam yang menempel dipunggungnya. Sehun memberi sentuhan terakhir dengan senyuman manis yang ditujukan langsung pada kamera. Ia benar-benar malaikat penggoda yang sangat handal.
Di panggung bagian tengah terlihat Justin Bierber menantinya dengan senyuman menawan. Ia bernyanyi sambil memutari tubuh Sehun, mengerlingkan mata dan mencium tangan Sehun tatkala Sehun berhenti untuk sesaat dan kembali melanjutkan catwalknya.
"You look amazing sweety." Kendal meraih tangan Sehun.
"Thanks Kenny, sebentar lagi giliranmu. Sebaiknya kau segera bersiap." Sehun memberi isyarat agar Kendal segera kembali pada barisannya. Setelah ia menyelesaikan catwalknya, ia hanya duduk-duduk di ruang tunggu bersama puluhan model-model lain sambil ikut bernyanyi sesuai dengan lagu yang dinyanyikan si bintang tamu.
After party setelah pertunjukan memang selalu menyenangkan. Kalian bisa minum bersama orang-orang terkenal. Baik para model maupun bintang tamu.
Sehun POV.
"Aku senang kau datang Sehun." Cara memelukku dari belakang.
"Hi babe, pesta ini akan membosankan tanpa aku." Aku berbalik badan dan memeluk Cara.
"Kalian disana? Ayo kita ke lantai dansa." Kendal menarik kami masuk ke kerumunan orang yang sedang berdansa.
Aku selalu menikmati pesta-pesta seperti ini. Melupakan masalah-masalah yang membebani otakku, minum dengan teman, berdansa layaknya orang gila bukanlah sesuatu hal yang tak wajar dalam kondisi ini. Bahkan tak jarang orang-orang seperti kami akan berakhir dengan one night stand.
"You look pretty. I love your dress." Seorang pria memelukku dari belakang saat aku berdansa.
"Thankyou, aku juga menyukai gaunku." Aku menghadap ke pria itu dan mengalungkan tanganku ke lehernya.
"Kau pintar berdansa Sehun." Aku menggoyang-goyangkan dadaku agar bertubrukan dengan dadanya.
"Aku mengikuti kelas jezz dan balet sebagai ekstra saat aku masih sekolah." Aku berbisik ditelinga pria itu.
"Kau tertarik jika kita ke tempatku?" entahlah aku tak begitu mengenal pria ini. beberapa kali aku sempat bertemu dengannya di acara Paris fashion week, saat itu ia mengenakan pakaian rancangan Gucci.
"Aku memiliki acara setelah ini babe, lain kali saja." aku tersenyum padanya. Ia terlihat sedikit kecewa dengan jawabanku.
"Sehun! Minumlah bersama kami." Cara menarikku dari pelukan pria tadi. Entahlah, hormonku sedikit meningkat karena sentuhan pria itu pada tubuhku. Katakanlah aku jalang, tapi bukankah itu normal.
After party selalu lekat dengan menari, minum, bercumbu, mabuk, serta hal-hal menyenangkan lainnya. Aku sudah berjanji pada saudaraku akan selesai jam 3 pagi. Dan dia yang akan menjemputku. Di sela-sela kesibukannya, ia selalu perhatian kepadaku. Bahkan ketimbang ngengecek tentang dirinya di internet setiap pagi, ia lebih memilih mengetik namaku di google dan mencari berita baik atau pun buruk tentangku lalu akan meleponku sesegera mungkin.
Aku sangat amat tau bahwa ia mencintaiku, begitupun aku. Kami saling mencintai. Dia adalah malaikatku. Bisa dibilang cinta pertamaku. Aku tidak keberatan harus kehilangan segala yang telah kumiliki untuknya. Selama dia mencintaiku, maka aku akan tetap hidup. Brother complex? I dont give any fuck about that.
"Guys, aku harus pergi. Kepalaku pusing." Aku menyambar tas kecilku.
"Kemarilah, kita bersenang-senang sebentar." Miranda menarikku mendekat. Tapi aku sudah benar-benar mabuk. Sebelum aku kehilangan kesadaran dan muntah sebaiknya aku segera keluar. Saudaraku sudah menunggu diluar club.
"Sehun kau mabuk berat!" Aku mendengar suaranya.
"Kai aku ingin pulang." Aku merangkul lengannya ketika aku memasuki mobil. Ia memelukku dan mencium rambutku.
"Kita akan pulang. Jangan muntah di mobil kumohon." Kai menyandarkan tubuhku pada kursi mobil, memakaikanku sabuk pengaman dan menarik kebawah gaun malamku yang terlihat sangat pendek jika aku duduk.
Kai POV
Merawat sehun yang sedang mabuk adalah hal yang menyenangkan bagiku. Seperti saat kami kecil dulu. Ia akan berubah jadi bayi manja yang tak mau ditinggal barang sedikitpun. Berbeda jika ia sepenuhnya sadar.
Ia akan berubah menjadi Sehun yang pintar mengurus segala kehidupannya dan Sehun yang senang bersembunyi dibalik senyuman sok kuat itu. Aku mencintainya. Aku adalah orang pertama yang mencintainya. Dan aku tak ingin dan tak akan meninggalkan.
Aku mengangkat tubuh rampingnya dan memindahkannya pada ranjang lembut yang selalu memeluknya tiap malam. Raut itu terlihat tenang saat tertidur. Ia hanya akan tertidur nyenyak karena pengaruh alkohol atau karena kelelahan. Sudah kubilangkan kalau Sehun sangat pintar menyembunyikan perasaannya.
Aku mengambil beberapa helai pakaian untuk mengganti pakaiannya. Aku seorang pria dan Sehun wanita, bukankah aneh jika aku mengganti pakaian Sehun? Tidak. Sama sekali tidak. Kami tidak pernah menyembunyikan apapun. Kami sangat terbuka, kami bahkan tak canggung menceritakan kehidupan seks kami.
"Kai, aku mau muntah." Kalimat yang peling kubenci keluar dari bibir Sehun.
"Tunggu, tahan Sehun! Tahannn!" aku berlari terbirit-birit menuju lantai satu untuk mengambil ember.
"Hooeekkk.."
"Terus Sehun, keluarkan semua. Dont give up! Dorong sekuat mungkin! Bayangkan kau memandangi bokong berkoreng yang sedang doggy!" Dengan baik hati aku memberi Sehun semangat agar memuntahkan semua isi perutnya.
"Dasar simpanse hitam!" sehun membalas ucapanku dengan manis. Paling tidak ia kembali pada mode Sehun Oh yang berbibir pedas.
"Tidurlah Sehun aku akan mengurus muntahanmu." Aku membayangkan bagaimana jika aku menyiramkan muntahan ini pada tubuh Sehun. Jika itu terjadi seratus persen aku yakin besok pagi penisku akan hilang.
Aku kembali setelah membuang cairan harum Sehun. Ia meringkuk di atas kasur. Bagaimana bisa wanita semungil ini memiliki beban yang sangat besar. Aku membelai rambutnya. Struktur rambutnya seperti rambut ibu kami. Ia mengingatkanku padanya.
"Lavender green dilly dilly lavender blue. If you are a queen dilly dilly i shall be king. Who told you so dilly dilly who told you so. T'was my own heart dilly dilly who told me so." Aku bersenandung kecil lagu kesukaan Sehun. Lagu yang sangat berarti bagi kami. Ia bergerak menempel pada tubuhku minta dipeluk. Aku memeluknnya erat berharap kebahagiaan akan menyentuhnya secepat mungkin.
Sehun POV.
Aku membuka mataku pagi ini. Tidak dipungkiri aku mengalami hangover berat semalam. Ingatan terakhirku berhenti saat Kai membawaku pulang. Kulirik jam kecil di nakas, pukul 11.00 am. Masih pagi sekali untukku.
Tapi ingatanku berlari pada Kai. Akan sangat buang-buang kesempatan jika aku harus bermalas-malasan dan mengabaikannya. Jarang sekali ia memiliki waktu untuk orang sepertiku. Aku duduk, kepalaku sakit sekali. Aku mengambil ponselku di nakas dan memanggil nomor Kai.
"Kau sudah bangun?" Aku sangat merindukannya.
"Hmmm." Entahlah tiap kali hangover pasti bawaannya sangat malas meskipun hanya untuk sekedar bicara.
"Aku sedang membuatkan sup untukmu." Aku tertawa mendengar jawab bodoh Kai.
"Tertawalah. Kuharap kau mati tersedak ludah." Kai sangat pintar dalam menyumpahi orang. Ia selalu menemukan kata yang kreatif untuk memaki lawan bicaranya. Aku mendengar suara langkah kaki mendekati kamarku aku yakin itu Kai.
"Sehun duduklah." Ia membantuku duduk. Dan menyodorkan semangkuk sup untukku.
Srruupp..
Rasanya... aku memandang wajah Kai setelah suapan pertamaku. Ia terlihat mengamati wajahku untuk mengira-ngira apa yang akan aku katakan.
"Kau memasukkan obat supaya aku mandul ya?" Aku membuka suara untuk pertama kalinya pagi ini.
"Aku menyesal telah berbuat baik padamu nona Kim. Aku tau rasanya tidak enak, tapi paling tidak bisakah kau menghargai upayaku?" Wajah merengutnya adalah hal favoritku. Aku tertawa melihat reaksinya. Kuletakkan mangkuk sup itu diatas nakas dan kupeluk tubuh tegap pria didepanku.
"Rasanya tidak buruk Kai. Lain kali jika kau mabuk, aku akan membuatkanmu yang seperti ini juga. Dengan ekstra sperma agar kuahnya kental." Kai menoyor kepalaku. Aku senang mendengarnya tertawa kecil karena leluconku.
Aku melanjutkan acara makanku, tentu diwarnai dengan cekcok kecil antara kami berdua. Jujur sup buatan Kai memang tidak buruk. Hanya saja kurang garam, kurang gula, dan kurang penyedap rasa. Tapi aku selalu menyukainya.
"Kau berapa lama di New york Kai?" Aku memandangi Kai yang sedang sibuk bermain game. Ia merebahkan kepalanya di pangkuanku. Posisi favoritnya saat duduk di sofa.
"Aku harus shooting teaser. Jadi kupikir selama seminggu. Aku datang ke New York 2 hari sebelum jadwal shooting dimulai. Jadi bersiaplah kuganggu dalam 48 jam kedepan." Kai masih memusatkan perhatiannya pada layar TV.
"Apa Chanyeol akan datang juga?" Chanyeol, pria tinggi tampan yang memiliki hati tulus. Aku menyukainya. Dia lumayan hebat di ranjang.
"Kau selalu bersemangat saat menyangkut Chanyeol." Aku melihat Kai memutar bola matanya.
"Kau tau sendirikan hormon wanitaku sangat menyukai pria bertubuh kekar dengan bau maskulin yang kental sepertinya." Aku memamerkan seringaian pada Kai.
"Kau adalah Kai versi wanita Sehun." Aku tertawa mendengar jawabannya. Itu memang benar. Kami memiliki kesenangan yang sama. Hidup di dunia hanya sekali, kalau bukan untuk bersenang-senang, untuk apa lagi.
"Sehun apa kau memiliki show lagi?" suara game over terdengar dari speaker yang berdiri di samping TV.
"Ya. 2 minggu dari sekarang aku akan memiliki pertunjukan di Paris. Louis Vuitton mengontrakku untuk jadi bintang mereka." Aku tersenyum lebar saat memberitahukan berita besar ini untuk Kai. aku tau dia selalu mendukung karirku.
"Kau apa? Jangan bercanda Sehun!" Kai bangkit dari posisi tidurannya dan menghadap ke arahku dengan wajah serius.
"Iya Kai, Louis Vuitton mengontrakku untuk jadi bintang ambasador mereka untuk musim panas ini." Kai tersenyum dan langsung memelukku erat, ia menciumi seluruh wajahku saking senangnya.
"Selamat sayanggg! Kau pantas mendapatkan ini. Kau luar biasa Sehun. Aku bangga sekali padamu." Senyuman bangga Kai padaku adalah hal baik lainnya yang sangat aku senangi. Ia terus mengecupiku hingga kami terjatuh dari sofa.
"Kai berhentiii, kau bisa mematahkan pinggangku!" Aku berseru ketika Kai malah semakin memelukku dengan erat.
"Aku sangat senang Sehun. Ini berita yang sangat besar. Kau bilang dimana pertunjukanmu selanjutnya?" Kai berhenti memelukku tapi masih memandangiku dengan tatapan bangganya.
"Di Paris."
"Bagaimana dengan mama dan papa? Aku yakin mereka pasti akan datang kali ini, Paris sangat dekat dengan Saint Denis. Mereka akan bangga padamu." Kai terlihat bersemangat.
"Sebenarnya aku telah mengirimi undangan sejak minggu lalu ketika aku mendapat tawaran itu." Aku menggigit bibirku karena Kai adalah orang terakhir yang ku beri tau tentang pencapaianku ini.
"Kau mendapat tawaran itu dari minggu lalu dan tidak memberi tau ku? Berani sekali kau!" Wajah Kai sangat lucu kali ini. Ia terlihat sangat menggemaskan.
"Karena aku senang melihat wajah kagetmu Kai. Sebenarnya aku berencana mengunjungi Korea agar bisa menyampaikan berita ini langsung padamu. Tapi berhubung kemarin kau mengabari akan datang, jadi kupikir aku tak perlu ke Korea."
"Ini luar biasa Sehun. Setelah empat tahun menekuni permodelan, akhirnya kau menerima hasil yang setimpal. Lalu bagaimana dengan mama dan papa?" Kai memasang wajah antusiasnya lagi.
"Aku mengirim undangan langsung dari Paris fashion week kepada mereka, dengan lebel resmi Louis Vuitton di bagian depannya agar mereka tertarik. Tapi aku belum mendapat telepon mereka sampai sekarang. Haruskah aku menelpon mereka duluan?" aku meraih ponselku di atas sofa dan memencet nomor mamaku.
"Hai ma, aku Sehun. Mama dan papa apa kabar?" Aku meloud speaker panggilanku agar Kai juga mendengar pembicaraan kami.
"Kau ini mengganggu orang bekerja saja." jawaban ini yang selalu kudengar dari orang tuaku. Ironis bukan. Aku memberi isyarat pada Kai agar diam dan membiarkan aku yang menjawab.
"Aku hanya menanyakan kabar ma. Aku merindukan kalian." Senyuman itu keluar dari bibirku begitu saja. jantungku berdebar menanti kalimat dari mamaku.
"Tidak penting sekali. Kami baik. Ya sudah, aku harus kembali bekerja." Jawaban khas seorang wanita karir. Selalu bekerja dan bekerja.
"Ma tunggu jangan ditutup, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kalian sudah menerima undangan showku?" Aku berharap mendengar pekikan bangga dan bahagia dari bibir mamaku.
"Kau pikir itu hal yang penting untuk kami? Buang-buang waktu saja." Kai hendak membuka mulut, tapi aku segera mengisyaratkannya untuk berhenti. Aku tak ingin mama berakhir dengan berbincang-bincang dengan Kai. Sedikit bocoran, Orang tuaku memang lebih mencintai Kai dari pada aku.
"Bukankah mama dulu pernah bilang jika aku ingin mengundang kalian aku harus mengirim undangan resmi dan harus ku kirim minimal seminggu sebelum pertunjukan agar kalian memiliki waktu? Kumohon hanya kali ini. setelahnya kalian tidak perlu datang lagi. Biarkan aku menunjukkan pada kalian tentang bidang yang kukuasai." Aku sedikit memohon agar mamaku luluh.
"Apa yang ingin kau tunjukkan? Bukankah kau akan bertelanjang didepan orang banyak? Melihat pertunjukanmu sama dengan melihat penari stripteas! Tidak berguna!" Penari strip teas dia bilang.
"Sama seperti pelacur diujung jalan. Bertelanjang agar dipuja para pria!" Dia bilang pelacur. Seorang pelacur. Nada biacaranya menunjukkan bahwa ia sangat jijik padaku.
"Aku akan berpakaian lengkap kali ini. Jadi ka.."
"Aku tak peduli. Urusi kehidupanmu sendiri. Tak perlu menyangkut pautkan kami." Dia memotong ucapanku. Ia terdengar sangat kesal dengan bahasan ini. aku menyesal telah menghancurkan suasana hatinya.
"Maafkan aku. Aku hanya ingin berbagi. Ini termasuk pencapaian besar di hidupku. Aku tidak akan mengganggu kalian dengan mengirimi undangan-undangan bodoh lagi." Aku menahan mati-matian agar air mataku tak keluar. Kai di sini. Aku sangat ingin menjaga hatinya.
"Kau mengatakannya seolah-olah kau melakukan hal besar yang mengagumkan untuk kami. Memangnya apa yang pernah kau lakukan untuk kami!" Aku masih terpaku dengan segala ucapan di luar ekspektasi yang mamaku ucapkan.
"Aku memalsukan senyumku untukmu, aku menyembunyikan masalahku dari kalian agar kalian terhindar dari stres, aku menutupi lukaku, aku tidak berbicara dengan kalian agar suasana hati kalian tidak buruk karena berhadapan denganku, dan aku berpura-pura stabil secara mental!" aku tak kuat menahan emosi di kepalaku yang meletup-letup.
"Masa bodoh!" Mamaku memutuskan saluran diujung sana.
"Aku.. apakah aku salah Kai?" Kai memelukku sangat erat. Ia adalah satu-satunya sumber kehangatanku di dunia ini. Tanpa dia aku akan mati. Dia satu-satunya kekuatan yang aku miliki.
"Bukankah kau pernah mengatakan bahwa seorang Kim Kai saja cukup?" Kai menyembunyikan wajahku di dadanya. Ini adalah posisi yang menyenangkan, katika aku bisa dengan jelas mendengar suaranya dan merasakan hangat pelukannya.
"Ya, cukup seorang Kim Kai dan seorang Kim Sehun tak akan membutuhkan siapapun." Aku mendongak menghadap Kai. Ia mencium keningku lama, menyalurkan seluruh rasa cintanya hanya padaku.
Author POV.
Bulan Juli memang bulan yang paling ditunggu untuk penduduk bumi yang tinggal di negara empat musim. Matarahi akan terbit lebih cepat dan tenggelam lebih lambat. Terperatur bumi juga akan meningkat, dimana orang-orang akan bepergian dengan mengenakan pakaian berbahan tipis, dan pakaian tanpa lengan.
"Sehuuuunnn.." Kai memanggil Sehun dari ruang tamu.
"Kau pikir rumahku hutan? Dasar simpanse hitam!" Sehun membawa segelas air putih menuju Kai.
"Kau menyuruh Chanyeol ke sini?" Kai menunjukkan wajah skiptisnya sambil menunjukkan ponselnya pada Sehun.
"Memangnya kenapa? Bukankah itu normal?" Sehun mendudukkan badannya di samping Kai dan menyerahkan segelas air putih itu kepadanya.
"Normal kepalamu? Kalian pasti akan melakukan adegan dewasa dan aku diabaikan." Sehun tertawa mendengar ucapan Kai yang terkesan ingin diperhatikan.
"Seperti kau kehabisan wanita saja, pergilah ke tempat pelacur-pelacurmu." Kai meletakkan gelas air itu di atas meja.
"Aku tak bisa asal-asalan memilih wanita. Kau dan Chanyeol bisa saja melakukannya tanpa dicurigai publik karena mereka tau kalau kalian memang bersahabat. Friend with bennefit to be exact." Memang benar, Chanyeol dan Sehun menyandang status friend with bennefit sejak beberapa tahun lalu. Dan Kai, ia hanya diberitakan menderita sister complex karena selalu berbuat sok boyfriend tiap kali ai bersama Sehun.
Ding dongg..
"He's comming he's comming..." Sehun berlari ke arah intercom dan membukakan pintu otomatis untuk Chanyeol.
"Baby im home." Suara Chanyeol menggema di seluruh penjuru rumah.
"Baabbbeeee.." Sehun berteriak dan langsung memeluk Chanyeol.
"Here we go again." Kai memutar matanya tanda malas dengan adegan yang selalu sama tiap mereka berdua bertemu.
"Aku merindukanmu." Chanyeol menghujani Sehun dengan kecupan-kecupan basah.
"Really?" Wajah imut itu keluar dengan natural.
"Hell yes kitty." Chanyeol mencium bibir Sehun lembut.
"Hai bro. Aku tak tau kau akan datang kesini sehari sebelum jadwal shooting teaser." Kai menghapiri Chanyeol dan memeluknya sebagai tanda salam.
"Sehun menelponku bahwa dia tidak ada jadwal pemotretan dan mumpung kita ada jadwal di New York. Kenapa tidak." Chanyeol merangkul pinggang Sehun posesif dan menciumi leher putih itu.
"I smell sexual tension." Kai berjalan menjauh sambil menutup hidung dan mengibas-ngibaskan tangannya seolah ada bau menyengat diantara mereka.
"Pergilah bersenang-senang Kai." Chanyeol tertawa melihat gerak-gerik Kai yang berjalan menjauh.
"Aku tau akhirnya akan seperti ini, manusia macam apa kalian. Hobi sekali sih bersenggama." Kai meraih kunci mobil Sehun dan jaket kulit hitam miliknya.
"Seperti kau tidak saja." Chanyeol melempar satu sandal rumah sehun pada Kai tapi melesat. Kai sudah berlalu menuju garasi mobil rumah Sehun.
"Jadi, kau merindukanku?" Chanyeol meraih tangan Sehun dan mengecupnya. Sehun membalasnya dengan deheman kecil kemudian terjadilah aksi saling mengecap bibir satu sama lain. Jilatan-jilatan itu masuk semakin dalam ke mulut Sehun. Bohong jika Sehun tidak menikmatinya.
Sehun terlena. Chanyeol sangat hebat dalam permainannya. Lidah itu bermain dalam mulut Sehun, saling membelit, menyapu, dan menghisap.
Tangan Chanyeol tak tinggal diam. Ia meremas bokong sintal Sehun dengan erat dan merasakan tekstur kenyal yang menyenangkan. Tangan kiri itu meremas payudara sempurna Sehun. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Cup c memang yang paling pas dengan ukuran telapak tangan Chanyeol.
Tangan kanan Chanyeol berpindah memasuki rok pendek yang Sehun kenakan. Masuk ke Dalam dan membelai sesuatu yang mulai basah. Hanya membelai dari luar. Belum saatnya masuk, masih banyak hal menyenangkan sebelum memasuki permainan inti.
Chanyeol menidurkan Sehun diatas sofa dan menindihnya. Ia mengeksplor tubuh Sehun. Lidah itu sudah keluar dari dalam mulut Sehun dan mulai menjilati rahang, dan turun ke leher. Sehun menelan ludahnya kala lidah itu bermain pada perpotongan leher dan telinganya.
"Kau masih bisa mengatakan tidak Sehun. Katakan selagi aku memberimu kesempatan."
"Jangan beri aku kesempatan untuk berpikir Chanyeol. Aku juga menginginkanmu." Sehun mendorong Chanyeol lebih dalam. Mereka sudah mengerti bahwa ada peraturan tidak tertulis tentang saling tidak meninggalkan jejak pada tubuh masing-masing.
"Chanyeol, sebelum kita lebih jauh. Emmhh.. kau tau kan kalau aku tak suka bermain di sofa." Chanyeol terkekeh mendengar pernyataan Sehun. Chanyeol mengangkat Sehun dan membawanya ke kamar wanita itu.
Sehun POV.
"Oh, Sehun," dia bernafas di atasku. Dia menggenggam daguku agar tetap pada tempatnya dan bibir itu mengukung bibirku. Nafsu telah menguasainya, dan tubuhku menyambutnya dengan hangat. Bibirnya menciumi telingaku, tenggorokanku, dan kembali ke bibirku. Giginya menarik bibir bawahku, tangannya menelusuri badanku dari pinggang ke dada, menarik kaos tipisku dan dalam hitungan detik sentuhan itu berubah menjadi jilatan. Sentuhannya bagaikan sengat untukku, aku mendesah ketika tangannya mencengkram dadaku dan jarinya memaikan putingku.
"Aku menginginkanmu." Dia berbisik.
"Aku disini untukmu." Dia mengerang dan menciumku sekali lagi, penuh gairah. Aku menarik kerah bajunya. Ia membantuku melepaskan kaos itu dan menariknya hingga terlepas dari tubuh atletiknya. Chanyeol berdiri dengan lututnya dan menarik kaos ini dari tubuhku.
Kakinya megukungku dan setengah tubuhnya menempel erat pada tubuhku. Aku bisa merasakan ereksinya menonjol pada pinggangku. Dia menginginkanku.
Bibir tebal itu bergerak ke bawah meraih dadaku. Tanganku tetap pada bahunya. Ia menjilati puting dan memainkannya dengan lidahnya. Ini sungguh nikmat. Aku mengerang dan mengarahkan jari-jariku ke rambutnya, dia tersentak dan aku melanjutkan desahanku.
"Oh fuck Sehun. Dadamu sangat indah." Tangannya mulai menjalar dan menelusuri tubuhku lagi. Melalui perut, pinggang dan berhenti dilipatan vaginaku. Jarinya bergerak keluar dan masuk dengan tempo lambat. Aku mengerang rendah ketika ia membuat gerakan memutar. Aku mendorong pinggangku agar ia masuk lebih dalam.
"Sehun," dia berdiri dan melepaskan celana dan boxernya.
"Biarkan aku." Aku meraih pinggangnya dan menuntunnya duduk di pinggir ranjang. Aku turun dan menempatkan tubuhku di sela-sela kaki panjangnya. Miliknya sudah sangat tegang, ia mengacung dan aku memberanikan diri menyentuhnya. Aku mengurutnya pelan. Ia mengeram rendah.
Kukecup ujung kejantanannya sambil menambah urutanku. Karena sedikit kering, aku menjilat pangkal telapak tanganku hingga jari-jari lalu mengurutnya lagi. Aku mendongak, dan tatapan kami bertemu. Ia sungguh mempesona. Aku tenggelam dalam auranya.
Ia meraih bibirku untuk dicumbu. Tangannya menangkup dadaku, dan meremasnya pelan. Aku terus menggerakkan tangannku pelan. Lalu aku turun dan mulai memasukkan kejantanan kokoh itu ke dalam mulutku.
Chanyeol mendesis rendah, dan aku menyukainya. Aku menggerakkan kepalaku pelan. Sangat sulit membuatnya memenuhi mulutku secara sempurna, ia terlalu panjang. Kugunakan telapak tanganku untuk membantu mengurut bagian yang tidak tercapai mulutku.
Aku menikmati rasanya. Kujilati terus miliknya. Tangan kananku yang bebas mengelus pelan kulit paha atasnya untuk memberi rangsangan tambahan. Aku merasa ada sebuat tangan yang membelai kulit punggunggku dan menjalar dan berhenti pada pantatku. Ia mencengkramnya kuat dan membuatku memekik.
"Sehun cukup!" ia memerintah tapi aku tetap tak mau berhenti. Aku ingin ia menumpahkannya dalam mulutku.
"Kau sangat nakal Sehun." Ia menarik miliknya kasar hingga terlepas dari jangkauanku, aku kesal. Ia bersandar pada nakas meja dan meraih sebuah kemasan aluminium kecil. Matanya berkilau kecoklatan ketika ia memberikan kemasan itu kepadaku.
Aku membuka kemasan itu dengan gigiku dan memasangkan kondom itu pada kejantanannya. Aku melakukannya dengan jari yang gemetar. Ukurannya selalu membuatku kagum. Ia sangat jantan dan tangguh.
Ia membelai rambutku. Aku selalu menyukai seseorang membelai suraiku. Ia menarikku dan dalam sekejap aku berada di atasnya. Ia meletakkan miliknya tepat di bawahku. Ia masuk dengan pelan, sangat pelan seolah ia menikmati prosesnya. Chanyeol menengadahkan kepalanya dan menutup matanya ketika ia mengerang.
Ku raih lengannya dan aku mulai bergerak. Sungguh ini sangat nikmat. Aku mendesah tiap kali ia menyentuh bagian terdalamku. Cengkramanku menguat bersamaan dengan tempo yang kuatur lebih cepat. Aku sangat dekat dengan puncak tapi ia tak mengindahkan keinginanku. Ia merasakannya dan menariknya keluar. Aku ambruk di atasnya karena merasa kehilangan.
Aku menciumi dagu dan lehernya, mengarahkan gigiku pada rahang tegasnya. Ia sangat menggairahkan. Ia meraih pinggangku dan menyentuhkan miliknya pada bibir vaginaku.
"Chanyeol.." ia menarikku lebih dekat dan memasukkan miliknya.
Ia mendorongku keatas dan ke bawah. Aku mendesah tak karuan seiring dengan tempo yang ia ciptakan. Tangannya menangkup pinggangku memberi topangan. Erangan beratnya membakar gairahku. Cengkramannya menguat. Dan aku merasa sangat dekat.
"Lepaskan Sehun," dia memerintahku.
"No."
"Yes!" dia menggeram. Ia bergeser dan mengangkat sedikit tubuhku dan menumbukku berulang-ulang.
Jeez.. argh!
"come on baby i need this. Give it to me!" aku meledak. Dan ia masih bergerak di dalamku. Aku berteriak karena ini sungguh penyiksaan yang nikmat. Ia masih sekeras baja didalam sana. Aku sengaja mengeratkan rengkuhanku pada miliknya agar ia segera mencapai puncaknya.
Ggrrhh..!
Ia mengeluarkannya. Tubuhku ambruk untuk kedua kalinya dan ia menagkapku.
"Kau luar biasa sayang." Ia memujiku sambil menciumi puncak kepala dan leherku.
"Aku tau kau masih bertenaga Sehun." Chanyeol tak akan puas jika hanya sekali. Itu selalu jadi ciki khasnya. Tak pernah setengah-setengah jika memulai sesuatu. Dan apapun yang ia inginkan ia pasti mendapatkannya. Ini malam yang panjang untuk kami berdua. Melepaskan segala penat, dan bersenang-senang sedikit tak ada salahnya bukan.
Author POV.
"Selamat pagi Kai," Sehun menuruni tangga dan menyapa Kai ketika melihat saudaranya sedang duduk di sofa ruang tamu dengan segelas jus jeruk di tangannya.
"Pagi Sehun, Chanyeol." Ia melihat Chanyeol dengan posisifnya memeluk Sehun seperti semalam.
"Malam yang menyenangkan untukmu?" Chanyeol bertanya pada Kai.
"Lumayan, teman seprofesimu lumayan juga Sehun." Kai mengedipkan satu matanya pada Sehun.
"No way!" Sehun dan Chanyeol bergabung dengan Kai.
"Yes way!" Kai memang pria yang berpenampilan menarik. Tak sulit baginya mendapatkan wanita dalam sekejap.
"Who?" Chanyeol membuka suaranya.
"Clary has a nice boobs isn't she?"
"Yes she is. But your sister boobs are my favourite." Sehun mencubit paha Chanyeol karena omongan vulgarnya.
Pagi ini adalah pagi terakhir Kai dan Chanyeol bersama Sehun. Mereka memiliki jadwal yang padat untuk seminggu kedepan. Chanyeol mengerti bahwa hubungan Kai dan Sehun memang sangat dekat, mereka tumbuh bersama. Hanya saja jalan masa depan mereka berbeda. Sehun yang memilih untuk menjadi super model. Sedangkan Chanyeol dan Kai memilih bergabung dengan boy group bernama EXO.
Maret 2016
Sehun POV.
Waktu berjalan dengan cepat. Aku merasa baru kemarin menekuni dunia permodelan tapi tak terasa sudah lima tahun aku mendalami dunia ini. banyak yang mengatakan menjadi model adalah hal yang menyenangkan. Bermodal badan dan wajah saja cukup. Tak perlu pintar, tak perlu bertanlenta.
Aku tak menyalahkan opini itu. Karena memang begitulah adanya. Orang hanya akan melihat begaimana mewahnya kehidupanmu. Bepergian kesana-kemari dengan privat jet, menginap di hotel bintang lima, berlibur dengan kapal pesiar, mengenakan pakaian dengan harga ribuan dolar, kehidupan kami memang menyenangkan. Secara finansial.
"Kai, aku sedang di Korea. Apa kau ada waktu untukku?" aku menelpon Kai. Bulan Maret adalah bulan dimana member EXO akan memiliki waktu senggang. Mungkin beberapa dari mereka memiliki jadwal individu.
"Hai Sehun. Aku sedang ada urusan. Maaf tak bisa menemanimu." Bukankah beberapa minggu yang lalu Kai mengatakan ia tak ada jadwal apapun di bulan Maret. Hanya beberapa pemotretan dengan majalan Vogue.
"Kau ada jadwal pemotretan?" aku berjalan menuju ruang hotel tempatku menginap.
"Tidak. Ini cerita yang panjang Sehun. Aku sedang berkencan." Kencan? Seorang Kai berkencan? Yang benar saja! aku adalah orang pertama yang akan ia beritahu juka terjadi hal penting. Dan sekarang, ia berkencan dan tak memberi tauku sama sekali?
"Berkencan? Jangan bercanda bodoh!" aku memang tak percaya dengan lelucon ini.
"Aku tidak bercanda Sehun. Aku mengencani Krystal. Sudah dua bulan." Memang tak ada nada bercanda dari seberang sana.
"Selamat Kai! aku tak sabar ingin menggoda kalian berdua! Dasar menyebalkan. Bisa-bisanya kalian menyembunyikan ini dariku!" Aku senang Kai memiliki kekasih, paling tidak itu akan meredakan kebiasaan one night standnya.
"Maaf Sehun, aku tidak menemukan waktu yang tepat agar bisa bercerita padamu." Kai terdengar sedikit tak bersemangat.
"Hei, aku tak keberatan Kai. Bersenang-senanglah dengan Krystal. Hubungi aku jika kau memiliki waktu senggang." Memang ada yanag aneh dari Kai. tapi aku tak ingin membahasnya, kita sudah sama-sama dewasa. Dan ia berhak menyembunyikan apapun dariku.
"Baiklah Sehun. Bye." Ia menutup sambungan telepon bahkan sebelum aku mengucapkan selamat tinggal. Sedikit bukan Kai memang. Tapi ya sudahlah. Mungkin ia sedang melakukan hal menyenangkan bersama Krystal.
Kegiatanku di Korea memang hanya pemotretan biasa. Sebetulnya hanya 3 hari aku di Korea. Tapi aku membuatnya seminggu agar bisa bertemu dengan Kai. ya, hanya Kai. Bisa saja aku bertemu dengan Chanyeol, tapi bulan ini ia harus ke Cina untuk drama terbarunya.
Kegiatanku hanya bangung pagi, ke lokasi pemotretan dan kembali ke hotel. Aku menelpon Kai berkali-kali tapi panggilanku tak perna ia angkat. Aku sangat merindukannya. Terakhir kami bertemu sekitar bulan September tahun lalu. Ia mendapat undangan London fashion week dan kebetulan aku menjadi salah satu model yang mengisi acara itu. Dan setelah itu kami disibukkan dengan kegiatan masing-masing.
Rasanya sangat menyenangkan bisa kembali ke Korea. Meskipun tidak ada yang menemaniku jalan-jalan tapi aku merasa sangat tentram. Orang tuaku memutuskan menetap di Perancis tuju tahun lalu. Dan nenek kakekku menetap di Portgal. Ada beberapa kerabat dekat yang tinggal di Korea, tapi aku tak ingin merepotkan mereka. Aku ingin bernostalgia mengingat masa kecil kami. Aku dan Kai.
"Sehun dengarkan aku, aku minta maaf tapi aku sudah memiliki rencana dengan Krystal. Lain kali jika kau mau mengunjungi Korea, berilah kabar dulu, jadi aku bisa mengosongkan jadwalku." Memasuki hari ke tuju dan aku masih belum bisa bertemu Kai.
"Pesawatku akan berangkat pukul 23.00 nanti malam. Aku berharap bisa bertemu denganmu. Atau jika kau tak bisa datang, aku bisa menemuimu. Tinggal katakan dimana posisimu." aku masih berusaha agar bisa bertemu dengannya.
"Aku di jeju Sehun. Aku perlu tiket pesawat jika harus menemuimu, dan yang paling penting adalah aku tak mau orang-orang curiga dan membuat hubunganku dan Krystal terungkap. Kumohon mengertilah." Lagi-lagi Krystal. Ia menguasai Kaiku, dan aku tak bisa berbuat apa-apa.
"Aku mengerti. Ku harap kita bisa bertemu di lain waktu. Aku mencintaimu." Aku sangat kecewa. Cinta pertamaku tak memiliki waktu untukku. Tapi aku yakin ia sedang bersenang-senang. Selama ia senang, maka akupun juga demikian.
Ia tak menjawab pernyataanku dan langsung menutup sambungannya, apa yang ia sembuyikan? Kaiku tidak akan pernah melakukan ini padaku. Semenyebalkan apapun dia, dia tidak akan pernah mengabaikan pernyataan cintaku. Karena kami saling menyayangi.
Kai POV.
"Babe, aku mencintaimu." Wanita di depanku sungguh luar biasa. Ia sangat cantik dan dewasa. Aku merasa beruntung telah memilikinya.
"Aku juga mencintaimu Krissy." Aku menciumi puncak kepalanya. Sedangkan ia memainkan jari-jariku. Kami sedang bersantai di ruang tamu sebuah vila mewah yang aku sewa. Krystal bersandar di dadaku. Ini liburan yang sangat menyenangkan.
"Sehun baru saja menelponku."
"Ia menyuruhmu menemuinya?" Krystal mendongakkan wajahnya. Aku berdehem untuk menjawab pertanyaannya dan menciumi pipi dan pelipisnya.
"Kau sudah dewasa Kai, berapa kali aku harus jelaskan. Apa kau akan mengajak Sehun hidup bersamamu jika kau memutuskan untuk menikah? Dia terlalu mengekangmu Kai. Sadarlah, jangan manjakan dia. Biarkan dia berlatih hidup mandiri." Krystal terdengar jengkel karena ia tau fakta bahwa aku sangat mencintai Sehun. Yang dikatakan Krystal memang tidak salah. Aku tak bisa terus-terusan memanjakan dia.
"Aku tau sayang, makanya aku berada disini denganmu sekarang."
"Bagus, biarkan dia bersenang-senang juga. Ia tak akan suka jika kau terus menerus mengontrol hidupnya. Kau bahkan lebih sering mengontrol beritanya di internet dari pada mengontrol beritamu sendiri." Krystal sangat benar, aku pikir melepaskan Sehun pelan-pelan memang hal yang harus kulakukan.
"Kau benar sayang."
"Dia tak akan membencikukan kalau aku menjauh darinya?" aku takut sekali kalau Sehun akan berpikiran buruk tentangku. Tapi aku melakukan ini untuknya.
"Sayang, kau ini jangan berpikiran yang macam-macam. Sehun tak akan membencimu, kau adalah kakak yang paling ia cintai. Mana mungkin ia membencimu. Jika ia bertanya mengapa kau berubah, kau bisa menjelaskan dengan baik-baik. Aku yakin Sehun akan mengerti. Aku mengenalnya dan dia adalah tipe yang easy going. Ia akan mengerti. Tenanglah." Ia mengelus-elus tanganku seolah meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Kau sangat dewasa Krystal. Aku beruntung memilikimu." Aku mengecup bibirnya lembut. Ia sangat berharga untukku.
"Kai, bisa kita berhenti membicarakan Sehun dan memulai permainannya?" ia menatapku dengan pandangan yang memohon. Bagaimana bisa ia memohon ingin dipuaskan dengan tatapan sepolos itu.
"Youre adorable." Aku terkekeh karena Krystal memasang wajah merengutnya. Krystal mencium bibirku dengan agresif. Aku tau kemana arah permainan ini, dan akupun tak ingin menghentikannya. Krystal sangat indah, lebih indah dari wanita-wanita lain. Kupikir aku benar-benar jatuh cinta kepadanya.
Sehun POV.
"Lavender green dilly dilly lavender blue. If you are a king dilly dilly i shall be queen. Who told you so dilly dilly who told you so. T'was my own heart dilly dilly who told me so." Aku sangat kesepian. Baru kali ini aku merasa sangat diabaikan. Maksudku, aku sudah sering diabaikan oleh orang tuaku, tapi entahlah. Mungkin ini hanya perasaanku.
Lagu ini selalu memberi kehangatan untukku, lagu yang selalu Kai nyanyikan ketika aku mengalami kesulitan. Untuk kali ini aku harus menyanyikannya untuk diriku sendiri.
"Ini hanya hal kecil Sehun kenapa kau sensitif sekali!" aku merasa sangat bodoh.
Pukul 22.45
Idiot. Memangnya apa yang aku harapkan? Tentu saja ia tak akan datang. Aku memutuskan masuk ke dalam bandara dan menuju pesawat. Aku tak bisa menghilangkan Kai dari pikiranku. Ia seolah menghindariku. Apa aku melakukan kesalahan?
Flashback.
Author POV
"Jangan menggangguku Sehun!" Kai berteriak pada Sehun karena Sehun terus saja mengganggunya mengerjakan tugas sekolah. Selisih mereka hanya dua tahun. Itu membuat keduanya sangat dekat.
"Aku hanya ingin bermain denganmu Kai, jangan meneriakiku." Suara Sehun memelan, ia duduk di lantai disamping meja belajar Kai.
"Kita akan bermain setelah aku selesai belajar oke?" Kai meraih tangan Sehun dan menciumnya.
"Anak SMP sangat tidak keren!" Sehun yang masih duduk di bangku SD tentu saja tidak mengerti tentang tugas-tugas menumpuk Kai.
"Sehun! Jangan ganggu kakakmu! Pergi ke kamarmu sekarang!" ibu Sehun menghampiri Sehun dan menjewer telinganya. Sehunpun kesakitan dan meronta-ronta agar dilepaskan.
"Mama, aku baik-baik saja. biarkan Sehun disini. Ia tak menggangguku." Kai meraih lengan ibunya yang bebas.
"Tidak, anak ini selalu nakal! Jadilah anak berguna sekali saja Sehun!" ibu Sehun melepaskan telinga Sehun saat mereka tiba di depan kamar Kai.
"Pergi ke kamarmu dan belajar! Jangan ganggu Kai." kemudian ibu Sehun kembali masuk ke dalam kamar Kai.
"Mengapa mama tak pernah menyukai Sehun?" Kai kembali duduk di kursi meja belajarnya.
"Karena ia bukan yang kami inginkan. Kembalilah belajar Kai, mama akan merapikan kamarmu."
"Tapi ma, apa bedanya Sehun dan aku?"
"Tentu saja kalian berbeda, kau pintar dan cerdas sayang. Kau juga memiliki bakat menari yang sudah sangat jelas diusiamu yang masih belia. Kami bangga padamu. Dan Kai tentu saja berbeda dengan Sehun."
"Kita sama-sama anak mama dan papa."
"Kami tau, hanya saja kami tak bisa memandang sama kalian. Kau terlalu berkilau jika harus disandingkan dengan Sehun. Sekarang cepat belajar dan buat kami bangga." Di luar sana Sehun mendengar ucapan-ucapan dari ibu mereka. Ia mengerti dan paham betul apa maksud ibunya.
"Lavender green dilly dilly lavender blue. If you are a queen dilly dilly i shall be king. Who told you so dilly dilly who told you so. T'was my own heart dilly dilly who told me so." Kai bersenandung kecil dengan kepala Sehun di pangkuannya.
"Maukah kau berjanji padaku Kai?" Sehun mendongak menghadap Kai.
"Berjanji apa?" Tangannya masih setia mengusap surai panjang Sehun.
"Selalu ada di sampingku bagaimanapun keadaannya." Sehun menutup matanya ketika Kai menunduk untuk mencium kening Sehun.
"Aku berjanji akan selalu ada untukmu. Kau juga harus berjanji Sehun, tetap berada di sisiku bagaimanapun keadaannya." Sehun tersenyum. Sejak saat itu ia selalu berpikir bahwa selama ada Kai maka ia akan baik-baik saja.
End of flashback
Sehun POV.
14 Januari 2017
Hubungan kami sama sekali tidak membaik. Kai semakin menjauh dariku. Sebelum ia bersama Krystal ia selalu memperhatikanku. Tapi sekarang tidak lagi. Aku selalu menelponnya tapi ia selalu terdengar tidak tertarik dengan obrolan-obrolanku. Aku sangat merindukannya.
Ulang tahunku adalah salah satu hal yang selalu ku tunggu, meskipun orang tuaku tak pernah memberikan ucapan setelah aku berumur 17 tahun karena secara resmi aku telah dewasa, tapi berkat Kai aku selalu menanti tanggal 12 April.
12 April 2016 menjadi hari yang sangat ingin aku lupakan. Aku tidak mendapat panggilannya. Sampai sekarang. Apa aku terlihat menyedihkan? Ia sangat sulit kuraih. Aku menyesal. Seharusnya aku lebih sering mengatakan bahwa aku mencintainya agar ia tetap mencintaiku juga.
Akhir-akhir ini ia jarang menjawab panggilanku. Kalaupun ia menjawab mungkin hanya untuk mengatakan bahwa ia sibuk. Aku tak ingin menanyakan mengapa ia berubah, aku takut jawabannya akan menyakitiku. Paling tidak, jika seperti ini aku masih bisa berasumsi atau lebih tepatnya membohongi diriku untuk beranggapan bahwa ia masih sangat mencintaiku.
"Kumohon angkat." Aku berdoa agar ia mengangkat panggilanku kali ini.
Nomor yang anda tuju tidak merespon panggilan anda. Mohon tunggu beberapa saat lagi, atau meninggalkan pesan setelah bunyi biipp..
"Hai simpanse hitam! Selamat ulang tahun. Kau pasti sedang sibuk sampai-sampai tak bisa menjawab panggilanku. Dasar orang terkenal. Aku berharap kau selalu sehat dan selalu diberi kebahagiaan. Jaga baik-baik kondisimu. Jangan berlatih terlalu keras. Kau menyakitiku jika kau menyakiti dirimu sendiri. Aku selalu disini jika kau ingin berbagi cerita. Aku bangga dengan segala pencapaianmu dan grupmu. Kalian sangat luar biasa. Aku adalah pengagum kalian hehe..." air mataku turun begitu saja. Aku harus bisa menahan agar suaraku tidak berakhir isakan.
"Berkunjunglah ke New York jika kau ada waktu. Aku merindukan.. Kaiku. Sekali lagi.. selamat ulang tahun Kai. Maafkan aku. Aku.. mencintaimu." Paling tidak aku bisa menyelesaikan kalimatku meskipun harus terhenti beberapa kali karena menahan isakan.
Sebuah ide kotor muncul dipikiranku. Mungkin aku harus meminjam ponsel menejerku untuk mengecek apakah ia akan mengangkat ponselnya atau tidak. Tentu Kai tau jika yang menelpon menejerku pasti hanya sesuatu yang penting.
Aku berlari menuju lantai satu dan meraih kunci mobilku segera. Aku mengendarai mobilku seperti orang gila. Mungkin cara ini terdengar tak masuk akal, tapi apa salahnya dicoba. Perjalanan yang biasa memakan waktu 15 menit kutempuh hanya dengan waktu 8 menit. Aku segera berlari menuju apartemen menejerku.
"Ada yang kau butuhkan Sehun? Tak biasanya kau datang tanpa menelpon." Menejerku membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk.
"Emm, Eric bisa aku meminjam ponselmu? Hanya sebentar." Eric memandangku seolah aku mahluk luar angkasa.
"Kemana ponselmu? Apa kau jatuh miskin?" aku sangat tidak dalam mood bercanda.
"Berikan saja dan jangan banyak tanya. Maaf jika aku kasar." Eric memberikan ponselnya dan berjalan menuju ruang tamu.
"Aku tidak akan bertanya untuk apa. Gunakan kamarku jika kau butuh privasi."
"Thanks." Aku berlari menuju kamar Eric. Sangat berantakan adalah kesan pertama yang muncul di otakku. Tapi i dont give a fuck, aku masih pada rencanaku. Aku menekan nomor yang sudah kuhafal di luar kepala.
Kai masih tak mengangkatnya pada sambungan ke empat.
"Ada apa Eric?" ini sungguh suaranya! aku tak boleh mengeluarkan suara sekecil apapun. Sungguh aku sangat merindukan suara ini. Aku harus membuat ini seolah-olah Eric tak sengaja menelponnya. Rasa rinduku mencuat menjadi butiran-butiran bening yang keluar dari sudut mataku. Aku membungkam mulut dan hidungku agar tak mengeluarkan suara.
"Eric kau di sana? Jika kau tak segera bicara maka akan kututup." Suara itu muncul lagi, kumohon bicaralah lagi. Kumohon. Suara Kaiku memang tak pernah berubah. Masih seperti dulu, ketika kami masih saling membutuhkan.
"Kai, kemarilah nak. Mama dan papa menunggumu."
"Akan kututup Eric." Dan sambungannyapun terputus. Aku yakin betul tadi adalah suara ibuku. Kai bersama mereka. Aku senang paling tidak ia tidak merayakan hari lahirnya sendirian. Karena aku tau rasanya tidak menyenangkan. Ia menerima panggilan Eric dan mengabaikan panggilanku. Aku yakin ia sedang bersenang-senang dengan mama dan papa.
"Apa aku telah ditinggalkan lagi?" malaikatku pergi. Ia bersama orang-orang yang mencintainya.
Aku segera mengirim pesan melalui nomor Eric pada Kai agar ia tak curiga.
To: Kai Kim
Sorry, it was a butt calling. I put my phone in my butt pocket.
Aku mengirimnya. Aku sangat ingin menangis. Bukankah seharusnya aku bahagia? Orang yang kucintai bersama dengan orang-orang yang kucintai.
From: Kim Kai
LOL you're funny dude.
Aku segera menghapus jejakku dari ponsel Eric. Semua harus kembali seperti semula.
"Thanks Eric. Aku akan pulang." Aku mendengar Eric mengatakan sesuatu tapi otakku tak ingin memikirkannya. Hanya ada Kai dalam kepalaku. Aku merasa sangat sendiri. Tapi bukankah itu bagus? Aku bisa menangis sepuasnya.
Aku tak bisa membendung air mataku. Mereka keluar begitu saja saat aku memasuki mobil dan memacunya dengan kecepatan tinggi. Apakah aku marah? Tentu saja, mereka merayakan ulang tahun Kai dan mereka melupakan ulang tahunku. Tidak Sehun, kau tak boleh berpikiran seperti itu. Memangnya siapa dirimu? Kau tidak berhak marah. Kau bukan sesuatu yang mereka inginkan, kau tau itu.
Di tambah lagi karena Kai selalu mengabaikanku. Mungkin ia muak padaku. Bisa jadi. Orang tuaku saja muak padaku, tentu saja Kai juga. Aku hancur. Sangat hancur. Aku kehilangan malaikat pelindungku, cinta pertamaku, jantungku.
Aku memarkirkan mobilku secara acak dan berlari ke kamar. Mungkin di dunia paralel saat ini aku sedang bahagia. Merayakan ulang tahun kakakku bersama orang tuaku. Berbagi kue dan menyanyikan lagu ulang tahun. Kemudian makan malam bersama dan berbincang-bincang sambil sesekali bergurau. Paling tidak aku tidak terlihat menyedihkan. Di dunia paralel.
Maret 2017
Sehun POV.
Menyibukkan diri adalah hal yang paling tepat saat patah hati. Ketika kau sibuk, pikiranmu akan teralihkan. Maka dari itu aku selalu membuat jadwalku padat dengan menerima semua tawaran pemotretan. Sebenarnya aku termasuk model yang pilih-pilih, karena dulu aku sangat menghargai stamina dan pikiranku. aku tak mau stres karena terlalu lelah dan pekerjaan yang menumpuk, tapi saat ini aku tak peduli. Mau dimanapun tempat pemotretannya pasti langsung aku tandatangani.
Dari Italia, ke Jepang, lalu kembali ke Perancis, kemudian ke Cina, sedangkan aku menetap di New York. Aku tak pernah ambil pusing tentang jet lag atau fisikku. Selama ada wine aku akan tidur dengan nyenyak. Meskipun kepalaku akan sedikit sakit tiap pagi, masa bodoh aku tak perduli.
Ngomong-ngomong aku tak pernah menghubungi Kai sekalipun sejak ulang tahunnya. Untung saja dia adalah Asia's first love, jadi tak sulit bagiku mendengar tentang beritanya, keadaanya, jadwalnya, semua tertera di internet. Apa aku melupakannya? Tentu saja tidak. Dia orang pertama yang muncul di kepalaku tiap aku bangun tidur dan orang terakhir yang ku pikirkan tiap aku akan menutup mata.
Mendengarkan suaranya juga sangat mudah, tinggal membuka YouTube dan aku akan melihat wajah bahagianya. Aku masih menempatkan namanya di urutan pertama dalam ponselku. Berharap suatu saat deringan itu datang dan menyapaku. Tiap kali aku sendiri secara otomatis otakku akan memutar kejadian-kejadian menyenangkan antara kami.
Dia memang tak pernah menyakitiku. Tak pernah berkata kasar sedikitpun ataupun menyakiti secara fisik. Aku hanya diabaikan. Satu hal yang selalu aku nanti adalah saat aku tidur. Karena hanya di dalam mimpi aku bisa bertemu dengannya. Dalam mimpi aku selalu mengambil kesempatan agar bisa menyentuhnya, terkadang berhasil dan terkadang tidak.
Ide bodoh lain muncul di benakku. Karena aku merasa selalu diabaikan, aku mengambil suatu keputusan. Mungkin terdengar tak masuk akal tapi aku tak peduli.
"Sehun kontrak dengan Vmagazine akan kau terima?" Eric muncul dari balik kamar mandi dalam jet pribadi yang aku sewa untuk pergi ke Roma. Kali ini acara fashion week.
"Aku pikir aku cukup dewasa untuk menerima tawaran itu." Aku menegak wine sambil memainkan permainan di ponselku.
"Akan kuingatkan sekali lagi, ini adalah pemotretan semi nude Sehun." Eric duduk di sebelahku.
"Aku tau. Dan aku ingin mencobanya." Aku bukan Sehun kecil yang akan menutup mata saat melihat orang bertelanjang.
"Kau terlihat yakin. Kau sudah menanyakan pendapat keluargamu?" Paling tidak mereka akan membenciku dan aku tak akan terlupakan.
"Mereka akan menyukai perubahan Sehun Kim." Aku tersenyum dan Eric kembali menatap majalah vogue bulan ini dimana aku yang menjadi sampulnya.
"Oiya Sehun. Lain kali jika kau sedang pesta telanjang diatas kapal pesiar dengan teman-temanmu, berpikirlah dua kali. Foto kalian tersebar di internet." Eric menghela nafas panjang.
"Well, secara teknis aku tidak telanjang di sana. Aku hanya melepas braku. Aku masih mengenakan celana dalam. Teman-temanku yang telanjang." Memang itulah kenyataanya. Tapi masa bodoh. Semakin buruk citraku, semakin mereka mengingatku.
April 2017
Kembali pada ingatan bulan April tahun lalu. Aku memang mengadakan pesta saat itu. Semua temanku datang. Tentu saja aku mengundang Kai, tapi ia tak memberi jawaban. Tapi untunglah ada teman-temanku sehingga aku tak merasa terlalu terbuang.
Tahun ini sepertinya akan sedikit berbeda. Aku tak ada keinginan untuk mengundang Kai, mungkin jika aku melakukannya ia hanya akan membaca pesanku.
"Hai Sehun." Krystal mengangkat sambungan teleponku.
"Hai Krys. Apa kabar?" aku berharap ia tak akan muak denganku.
"Aku baik Sehun. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik." Aku menghela nafas dan mengambil sebotol jus organik dari dalam kulkas.
"Ada apa menelponku?"
"Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu. Aku yakin ini terdengar menyedihkan bagimu haha.. tapi aku serius." Aku menarik nafasku pelan, berharap Krystal akan mengerti keadaanku.
"Aku akan mendengarkanmu Sehun."
"Thanks, aku ingin.. kau taukan bahwa Kai sangat mencintaimu?" aku bingung sebenarnya harus memulai dari mana.
"Ya Sehun aku tau. Dan akupun juga sangat mencintainya." Aku senang ia mengatakan itu kepadaku.
"Baguslah. Dia tipe orang yang sangat lembut. Meskipun secara fisik ia terlihat seperti fuck boy tapi sebenarnya ia sangat setia jika sudah memulai komitmen."
"Aku juga tau tentang itu." Tentu saja ia tau tentang Kai.
"Kau benar. Aku hanya ingin memintamu untuk tidak menyakitinya. Aku tau aku terdengar bodoh. Tapi aku tak bisa melakukan apapun untuk melindunginya."
"Kau aneh Sehun. Kau memintaku untuk tidak menyakiti Kai, itu terdengar sangat egois. Secara tidak langsung kau mengijinkan Kai menyakitiku." Ia benar, aku hanya mencari ide bagaimana cara agar Kai selalu mendapat kebahagiaan.
"Jika kau berada di posisiku. Apa yang akan kau lakukan? Aku bahkan tak yakin kau tau dimana posisiku sekarang." Aku tersenyum.
"Entahlah. Hubungan kalian rumit untuk dipahami. Berhentilah terlalu khawatir tentang dia. Dia sudah dewasa dan bisa menentukan jalan hidupnya. Urusi hidupmu sendiri Sehun. Tidak usah pura-pura peduli terhadap Kai sedangkan pada kenyataanya kau tidur dengan pria berbeda tiap malam, mana mungkin kebahagiaan Kai terbesit dalam otakmu. Foto-foto telanjangmu di internet, kau terlihat sangat menikmati ketenaranmu. Menjual tubuhmu demi karir kau pikir tindakan terpuji? Kau bahkan tak pernah menghubungi orang tuamu. Kau seperti kacang lupa kulitnya." 95 persen dari perkataan Krystal memang benar, tapi aku tidak menjual tubuhku untuk karirku, dan aku meminta Krystal melakukan itu karena aku sangat mencintai Kai. Tapi ia memandang dari sudut pandang yang berbeda dan penyampaiannya membuat semua yang kulakukan terlihat buruk. Aku memiliki alasan.
"Kau benar. Aku memang jalang Krys. Aku memang selalu tidur dengan pria berbeda tiap malam, selalu hidup berfoya-foya, dan aku memang jarang menghubungi orang tuaku. Kau sama sekali tak tau apa yang ada dibaliknya! Aku hanya ingin membahas Kai, jangan bawa-bawa kehidupan pribadiku. Kau tidak tau apa-apa."
"Aku tau semuanya Sehun. Jika kita teruskan pembicaraan ini mungkin kita akan berakhir dengan saling memusuhi."
"Kai dan aku sedang dalam hubungan yang buruk. Kumohon padamu untuk menjaganya. Hanya itu. Terima kasih sudah mau mendengarkan." Aku kehabisan kata-kata, aku tak ingin meninggalkan kesan buruk.
"Sama-sama Sehun. Aku akan berusaha menjaganya. Bukan untukmu, tapi untuk diriku sendiri." aku menutup sambungan terlebih dahulu. Yahh.. paling tidak ia mau mendengarkan permintaanku.
Mei 2017
Sehun POV.
Aku tersenyum puas melihat hasil jepretan Nick Knight di salah satu halaman majalah V bulan ini. Pada pemotretan itu aku mengenakan sebuah gaun panjang transparan berwarna hijau tua yang menampilkan seluruh tubuhku. Jujur saja aku terlihat menggoda di sana. Beberapa pose terlihat sangat fulgar. Siluet tubuhku tercetak sempurna dengan lekuk bokong dan puting yang menonjol. Aku puas dengan pemotretan ini.
Aku sedang bersantai di ruang baca. Nanti malam akan ada pesta di rumah Kendal Janner, jadi aku sedang mengosongkan jadwal dan memilih memanjakan diri sedikit meskipun pikiranku tak bisa diam. Aku mendengar pintu utama dibuka oleh seseorang. Aku yakin itu Eric.
"Attention seeker!"
"Kai?!" aku tak percaya mendengar suara yang sangat aku rindukan. Kai berada di hadapanku sekarang!
"Hei, apa kabar? Kau.. marah?" raut wajahnya menceritakan segalanya. Ia berjalan mendekatiku dengan dada yang naik turun.
"Kau pikir siapa dirimu?" Kai menunjukku dengan telunjuknya.
"Aku tak mengerti. Duduklah dan kita bicara. Kumohon." Aku menggapai tangannya dan memaksanya duduk di salah satu kursi ruang baca.
"Kau terlihat kacau. Ada apa?" aku berusaha menenangkan Kaiku yang terlihat bingung.
"Entahlah aku.. aku sangat marah. Kau yang memulainya Sehun." Hatiku hancur melihat keadaan Kai. ia terlihat berantakan, kacau, dan kelelahan. Lingkaran hitam di bawah matanya sangat jelas, tubuh yang kurus, aku yakin itu karena diet ketat.
"A-aku akan membuatkanmu teh hangat." Kai mencengkram tanganku dan mendudukkan aku di kursi sebelahnya.
"Tidak perlu! Aku sedang bodoh. Hubunganku dan Krystal berakhir karena kau." Kai berdiri dari tempat duduknya dan kembali menuding-nudingkan jari telunjuknya pada wajahku.
"Apa yang aku lakukan?" sungguh aku tak tau apapun.
"Kau membuatku kecewa Sehun. Aku pikir dengan membiarkanmu berjalan sendiri akan membuatmu tumbuh dewasa. Ternyata tidak."
"Aku sangat tidak mengerti Kai. ku mohon berceritalah dengan urut." Kepalaku tambah pusing karena omongan-omongan tak masuk akal Kai. Aku menarik Kai duduk di kursi dan memindahkan posisi kursiku agar berhadapan dengan kursinya.
"Kami berdebat tentangmu. Awalnya kami hanya membahasmu karena iklan yang kau bintangi muncul di TV. Jujur aku merindukanmu." Aku senang mendengar Kaiku mengatakan bahwa ia merindukanku. Aku tersenyum. Tapi Kaiku terlihat sedih.
"Ketika aku mengatakan pada Krystal bahwa aku sedikit merindukanmu, ia mulai mengatakan hal-hal buruk tentangmu. Tentang tidur dengan direktur majalah agar kau ada di sampul mereka tiap musim, isu tentang kau yang sengaja menyebar foto-foto telanjangmu di internet agar semakin terkenal, dan tentu saja hubungamu dengan orang tua kita. Tapi aku membelamu Sehun. Karena kau yang dulu tidak akan melakukan hal-hal kotor itu. Tentang orang tua kita aku tau alasannya, tapi tentang gosip-gosip miring itu, aku masih yakin itu tidak benar." Ada sedikit kesenangan di hatiku karena Kai masih percaya padaku.
"Kumohon teruslah percaya padaku." Aku memohon padanya, aku sangat ingin meraih tangannya dan mengarahkannya pada pipiku.
"Tidak Sehun aku tak bisa. Vmagazine. Kau menghancurkan semua kepercayaanku." Air mataku jatuh. Tidak, aku tak boleh terlihat lemah di depan Kaiku. Kau kuat Sehun.
"Aku.."
"Mama, papa dan Krystal benar. Kau memang mengecewakan." Jangan katakan itu kumohon. Angelku maaf, aku menyesal. Aku tak bisa menatap wajah kecewanya, sungguh. Aku sangat bodoh.
"Maaf." Rangkaian kalimatku tertelan oleh rasa menyesal. Semua rencanaku melenceng. Pertemuanku dengan Kai sungguh tak terduga. September 2015 terakhir kali aku bertemu dengannya, dan sekarang ia muncul dengan pandangan kecewa. Oh my angel.
"Aku tak bisa tanpa Krystal. Dan kau menghancurkanku. Segalanya! Aku membencimu Sehun." Benci? Jangan benci, aku tak bisa. Cinta pertamaku membenciku. Kau sangat bodoh Sehun! Kau seharusnya mati saja!
"Its okay, people change. I love you." Aku menggenggam tangan Kaiku.
"Tidak! Berhentilah mencintaiku, karena aku sudah lama berhenti." Dia sudah tak mencintaiku. Cinta pertamaku yang menyedihkan. Air mataku keluar tanpa perintah.
"Aku akan tetap mencintaimu." Aku tersenyum kecut dengan jawabanku.
"Aku tak akan memaksamu mencintaiku dan menepati janjimu dulu. Tapi ketahuilah, aku selalu disampingmu." Kai menarik tangannya dari genggamanku.
"Kau membuatku terlihat jahat Sehun."
"Tidak ridak. Kau tidak jahat sayang. Kau hanya terlalu baik telah mentoleransi kebodohanku selama ini. Terima kasih." aku menyisirkan jariku para rambut halus Kai. Air mataku terus mengalir. Tapi aku selalu menahan suaraku agar tak mengeluarkan isakan.
"Berhenti memperlakukanku seolah kita memiliki hubungan baik." Ia menyingkirkan tanganku. Kaiku sungguh telah berubah, aku merindukan Kaiku yang dulu, yang tak pernah berkata maupun berperilaku kasar.
"Kau sangat kurus. Jagalah kesehatanmu." Aku tersenyum meskipun pipiku basah karena air mata.
"Aku sungguh muak denganmu!" aku tak menyukai melihat Kaiku yang seperti ini. Pancaran kebencian menyeruak di seluruh ruangan. Berhenti membuatku sakit!
"Jangan terlalu memikirkan komentar buruk tentangmu. Kau sungguh mengagumkan." Pedih sungguh pedih.
"Mama dan papa selalu benar tentangmu." Mereka selalu menemukan cara kreatif untuk menyakitiku.
"Mencintaimu adalah hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupku. Dan aku merasa sangat beruntung pernah kau cintai." Aku menyengir tersenyum karena Kaiku sungguh terlihat menggebu-gebu ingin menyakitiku. Ia berdiri dari sofa.
"Aku akan pergi." Jangan aku masih merindukanmu.
"Aku bahkan belum membuatkanmu minum. Kau bisa membenciku sebanyak yang kau mau setelah kau melangkah keluar dari pintuku. Tapi saat ini kumohon, turuti permintaan terakhirku." Aku ikut berdiri dan menahannya agar tidak pergi cepat.
"Aku tidak akan tinggal lama. Katakan apa yang kau inginkan!"
"Senyumanmu. Aku merindukannya." Ia tersenyum. Kaiku tersenyum. Kepadaku. Tampan, sungguh tampan. Jantungku berdegup sangat kencang. Malaikatku sedang tersenyum. Jika aku bisa, aku ingin menghentikan waktu. Senyuman itu masih sama seperti tahun-tahun lalu. Hanya saja aku tak menemukan cinta di matanya. Kisah cintaku memang selalu berakhir menyedihkan.
"Kurasa cukup. Aku pergi." Dia berjalan melewatiku. Aku berlari mengejarnya dan memeluknya dari belakang.
"Biarkan aku, kumohon sebentar saja." Aku peluk punggung lebar itu dengan erat. Hanya pelukan sepihak. Aroma ini selalu menjadi penenangku, dulu. Aku tak pernah sadar bahwa aku sangat membutuhkan pria dalam pelukanku ini. Tangisanku pecah untuk kesekian kali. Punggungku bergetar hebat. Aku menahan sekuat mungkin agar isakanku tak keluar. Kuusapkan wajahku pada punggung kokoh itu, kuhirup dalam aroma khas Kaiku sebelum ia benar-benar pergi. Kepalaku sakit, tapi hatiku lebih sakit. Cintaku tak lagi menginginkanku.
"Sehun aku harus pergi." Aku melepas pelukan itu dengan berat hati.
"Kai dengarkan aku. Aku akan tetap ada di sampingmu. Aku akan terus berdiri disini sampai kapanpun. Tergantung padamu, kau mau melihatku atau mengabaikanku. Aku.. mencintaimu. Sangat." Kaiku berjalan lurus menuju pintu rumahku. Tak menoleh sedikitpun. Ketika ia mencapai pintu itu, ia tak akan pernah kembali dalam pelukanku. Selamat tinggal cinta pertamaku. Maaf aku mengecewakanmu.
Agustus 2017
Author POV.
Sehun menjalani jadwalnya seperti biasa. Hanya saja ia sangat mati. Jika orang lain melihatnya mungkin mereka akan beranggapan bahwa Sehun sombong karena wajah datarnya selalu ia tampilkan, mereka tak tau apa yang dialami wanita 23 tahun itu. Di usia 17 tahun ia kehilangan perhatian palsu orang tuanya dengan alasan bahwa Sehun sudah dewasa dan tak lagi membutuhkan perhatian. Sejak kecil memang hanya Kai yang menyayanginya dengan tulus. Kai yang selalu perhatian padanya. Kai berperan sebagai orang tua bagi Sehun. Dan Sehun sangat bersyukur memiliki Kai. Bagi Sehun Kai bukan hanya orang tua, tapi juga malaikat. Kai yang selalu mengangkatnya dari keterpurukan dan melindunginya dengan raga dan jiwanya.
Menginjak umur 19 tahun. Nama Sehun semakin di kenal sebagai supermodel muda yang mempesona. Karirnya melejit hingga ia haru pindah dan menetap di New York. Meninggalkan kakaknya di Korea. Namun itu tak membuat keduanya kehilangan kontak. Mereka masih saling berhubungan. Sehun sering berkunjung ke Korea begitupun Kai juga sering berkunjung ke New York.
Memasuki umur 21 tahun, Sehun mulai dihujani cobaan lain. Ia harus terbiasa hidup tanpa sang kakak yang selalu menemaninya, yang selalu menghubunginya, yang selalu membuat lelucon bodoh untuknya. Dalam arti lain, ia kehilangan malaikat pelindungnya.
Ia sangat hancur. Kehidupan mewahnya sama sekali tidak memberi kepuasan batin untuk Sehun. Tidak, Sehun tidak depresi. Ia masih bisa tersenyum pada hal-hal cantik di luar sana, dan tertawa pada lelucon lucu. Ia masih bisa berhubungan dengan orang lain dan menikmati hari yang indah.
Tapi ketika ia di didalam. Ketika ia sendiri. Ada sesuatu yang hancur. Dan ia jatuh dalam kesedihan manis yang menelannya. Ketika ia melihat pada cermin, ia tak menyukai apa yang ia lihat. Air matanya selalu mengalir ketika ia tertidur. Ia selalu merindukan sesuatu yang tak ada. Sehun tidak depresi. Ia hanya sangat sedih untuk sementara.
"Lavender green dilly dilly lavender blue. If you are a king dilly dilly i shall be queen. Who told you so dilly dilly who told you so. T'was my own heart dilly dilly who told me so." Sehun bersenandung kecil sambil melepas pakaian dan aksesoris dari tubuhnya. Ia baru saja menyelesaikan jadwalnya hari ini. Memang ada after party, hanya saja ia tak mabuk. Ia harus kembali. Ada seseorang yang menunggunya di rumah.
"Nini aku sangat sibuk akhir-akhir ini, aku harus terbang kesana kemari untuk pemotretan. Sepertinya aku harus mengajakmu." Sehun berbicara sambil menghapus riasannya.
"Bagaimana harimu? Pasti sangat bosan ya tanpa aku di rumah." Sehun menyengir dan berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya.
"Kau merindukanku? Dasar kau ini bisa saja." Sehun memunculkan kepalanya dari bilik kamar mandi sambil menyikat gigi.
"Aku seeperti orang gila saja. But its okay, you won't care any way." Ia tertawa pada leluconnya sendiri.
"Nahh.. selesai. Sekarang kita tidur." Ia mematikan lampu utama dan mengganti dengan lampu tidur yang disetel remang-remang.
"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan aku lagi." Sehun menarik selimut menutupi tubuh mereka.
"Aku akan memelukmu, selamat malam Nini. Aku mencintaimu." Sehun memeluk sebuah boneka beruang cokelat seukuran tubuhnya itu dengan erat dan menyembunyikan kepalanya pada ceruk boneka raksasa itu. Sehun meraih pita tebal berwarna merah di leher boneka itu dan menekannya.
"Lavender green dilly dilly lavender blue. If you are a queen dilly dilly i shall be king. Who told you so dilly dilly who told you so. T'was my own heart dilly dilly who told me so." Suara Kai terdengar. Air mata mengalir dari sudut mata Sehun seiring ia meraih alam bawah sadarnya.
Desember 2017
Author POV.
Malam tahun baru adalah malam yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat manusia di muka bumi. Orang-orang akan merayakannya dengan berpesta, musik, kembang api, makan-makan, dan hal menyenangkan lainnya.
Begitupun Sehun. Ia merayakannya di salah satu club mewah milik temannya. Keadaan di club itu sangat ramai. Orang-orang berdansa, seperti orang gila. Ini memang bukan club biasa. Yang diundang hanya orang-orang tertentu. Para pengusaha, artis-artis papan atas, super model, dan orang-orang terkenal lainnya.
Ini adalah pesta akhir tahun yang meriah, di dalam club itu terdapat sebuah kolam renang air panas yang telah dipenuhi orang-orang yang sedang menari maupun bercumbu. DJ-DJ yang diundang juga bukan Dj biasa, melainkan DJ kelas Diplo, Martin Garrix, dan David Gueta.
"Hei Sehun, kau terlihat sangat cantik dan seksi." Seorang wanita datang dan memeluk Sehun dari belakang.
"Gigi babyyyy. Aku senang kau datang." Sehun berbalik badan dan mencium bibir Gigi. Hal seperti itu sangat wajar di kalangan mereka.
"Dimana fuck boymu?" Mereka menggoyangkan tubuh mereka sesuai alunan musik.
"Aku di sini. Lama tak bertemu denganmu Sehun." Zyn muncul dari balik punggung Sehun dan memberi sebuah kecupan di pipinya sebagai salam.
"Apa kau akan mengambil gadismu? Aku baru meminjamnya sebentar." Sehun memasang wajah berpura-pura marah.
"Disini banyak pria menarik. Orang-orang sedang bercumbu dan aku tak mau kehilangan gadisku? Ini sangat tidak keren." Sehun mempoutkan bibirnya dan memberi jari tengah pada pasangan itu tapi mereka malah menganggap tingkah Sehun menggemaskan. Sehunpun melenggang pergi. Dan memutuskan untuk berdansa sendirian di tengah kerumunan orang.
"Pretty!" seseorang menarik Sehun keluar dari keramaian itu.
"Jack! Long time no see." Sehun melonjak dalam pelukan Jack.
"Ayo kita minum."
"Aku tertarik dengan kegiatan lain dari pada minum." Sehun mengerling nakal pada pria di depannya. Mereka menuju lantai dua ke sebuah ruangan terutup yang memang tersedia dalam club itu. Ruangan itu remang-remang, ada sebuah tempat tidur queen size di sana. Tidak ada pintu masuk, hanya sebuah tirai tipis yang menutupi satu sisi yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar.
Jack menjatuhkan Sehun di atas tempat tidur dan langsung mencumbu Sehun. Sehun melingkarkan lengannya pada leher Jack dan membalas ciuman itu. Tangan jack tak tinggal diam, ia masuk ke dalam gaun malam Sehun dan meremas-remas kedua bongkahan pantat sintal Sehun.
"Kau pintar menggoda Sehun." Jack menurunkan ciumannya menuju belahan dada dan mencari-cari puting Sehun. Sehun yang memang sudah terangsang merasa senang dengan perlakuan Jack.
"Kau sudah basah Sehun." Jack menaikkan gaun pendek Sehun dan menarik celana dalam Sehun lalu memainkan vaginadengan jarinya. Sehun mendesah. Ciuman itu turun dan berhenti di bawah pusar Sehun. Jack menjulurkan lidahnya dan bergerak menuju pusat surga dunia di tubuh Sehun.
Ia menggerakkan lidahnya memutar memainkan klitoris Sehun. Sehun melengkungkan tubuhnya dan menjambak rambut Jack agar mempercepat tempo gerakannya. Orgasme yang sangat nikmat. Desahan Sehun membakar gairah Jack. Jack memasukkan dua jarinya ke dalam lubang Sehun.
Jack menggerakkannya pelan. Ia mencium i puting Sehun yang masih mencuat. Jarinya bergerak lebih cepat. Sehun mengerang rendah begitu ia merasa sudah dekat. Jack melepas hisapannya pada puting Sehun dan mengamati perubahan ekspresi Sehun darena rasa nikmat yang menjalar kewanitaannya.
"Jackk!" Sehun memanggil namanya tatkala ia mencapai puncaknya. Ia langsung menarik Jack dan mencumbunya dengan agresif.
"Jack aku harus pergi maaf." Sehun langsung berdiri dan meninggalkan Jack yang sudah sangat tegang. Sehun berjalan tergesa menuju mobilnya. Ia sama seklai tak menyentuh alkohol selama di dalam tadi. Ia hanya memesan jus cranberry dan beberapa gelas coke.
"Nini kau menunggu lama? Maafkan aku. Masih ada waktu untuk kembang api." Sehun memasang sabuk pengaman pada tubuhnya lalu mengecek apakah sabuk pengaman Nini masih terpasang.
"2017 menjadi tahun yang berat untukku, kuharap 2018 akan menjadi tahun yang lebih baik." Ia tersenyum pada Nini dan memacu mobilnya.
"Nini, selama ada kau, aku akan baik-baik saja. Aku yakin itu, kau tak perlu bersedih." Sehun menggenggam tangan Nini.
"Aku hanya ingin bersamamu. Bukan orang lain. Kita akan bersama selamanya." Sehun memacu mobilnya dalam kecepatan sedang.
"Tiap akhir tahun Kai selalu memiliki jadwal. Aku kasihan padanya, seharusnya ia bisa menghabiskan waktu bersama orang yang ia sayang."
"Aku yakin mama dan papa sedang merayakan tahun baru juga. Aku berharap mereka selalu sehat dan bahagia."
"Nini, rasanya aku akan gila. Aku selalu memikirkan orang yang tak pernah memikirkanku. Aku selalu berimajinasi tentang keberadaan mereka di sekitarku. Aku bahkan berimajinasi tentang merayakan ulang tahunku bersama mereka. Aku sangat gila bukan?"
"Kumohon jawab aku! Aku lelah selalu berpura-pura mendengar jawabanmu. Nini, kumohon!" Sehun berteriak hingga air luirnya mengenai kaca didepannya.
"Kai Kim. Kim Jongin. Nini. Mereka adalah orang yang sama." Sehun tersenyum remeh karena ia terdengar gila.
"Bukankah happy ending sangat lucu? Mereka menamainya ending karena akhir cerita akan selalu ada yang meninggalkan dan ditinggalkan. Mereka pikir akhir akan menyenangkan? Tidak!" sehun berteriak seperti orang gila pada dirinya sendiri.
"Aku senang hidupku berawal dengan happy start. Well tidak sepenuhnya menyenangkan, tapi saat itu aku memiliki seseorang yang membuatku selalu menanti kejuan-kejutan kecil yang ia buat. Dan berakhir dengan bullshit ending!"
"Hahaha.. kau lucu Sehun!" sehun tertawa rendah.
"Kalian menyakitiku, tapi kalian berperan solah-olah aku yang menyakiti kalian. Dan bodohnya, aku sendiri merasa bersalah karena tumbuh dan ada di tengah-tengah kalian. Menyedihkan!" Air mata mengalir begitu saja, merusak tatanan rias Sehun.
Sehun berhenti saat lampu merah. Ia menatap Nini lama. Dari arah sebrang ada sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan tinggi. Dan menghantam mobil Sehun hinggan mobilnya terdorong ke samping dan membentur keras beton pembatas jalan. Air bag dalam mobil Sehun mengembang secara otomatis. Tapi sayangnya karena mobilnya tertabrak dari samping, kepala Sehun tidak mendapat perlindungan dari air bag itu. Kepalanya terbentur pada kaca pintu mobil hingga kaca itu pecah.
Serpihan kaca itu melukai kepalanya. Darah segar keluar dari hidung dan pelipis Sehun. Tubuhnya terjepit. Ia tak bisa keluar. Sobekan lebar menganga di lengannya akibat pecahan kaca. Ia merasa beberapa tulang di tubuhnya remuk.
Wajahnya berlumuran darah. Gaun putihnya berubah warna menjadi merah. pandangannya kabur. Ia merasa ada sebuah benda tumpul yang menusuk perutnya. Sehun merabanya, handbrake mobil Sehun menusuk perut bagian sampingnya.
"Nini, kau akan selalu bersamaku kan?" Sehun mengulurkan tangannya untuk melepas sabuk pengaman Nini.
"Kamarilah, jika kau memelukku rasanya tidak akan sakit." Sehun tersenyum dan malingkarkan tangan kanannya pada leher Nini.
"Aku mencintai kalian. Mama, papa dan Kai." Sehun menekan pita merah Nini.
"Lavender green dilly dilly lavender blue. If you are a queen dilly dilly i shall be king. Who told you so dilly dilly who told you so. T'was my own heart dilly dilly who told me so."
"Aku senang, suaramu jadi lagu pengantar tidur panjangku kali ini." Air mata Sehun kembali mengalir.
"Selamat tinggal." Sehun tersenyum dalam tidur abadinya.
00.00 p.m 31 Desember 2017
Sehun menghembuskan nafas terakhirnya.
Halo para readers!
Saya penulis baru, jadi mohon dukungannya.
jangan lupa review, karena review kalian nyemangatin saya buat nulis.
Second Story of Redaddict.
