..Ibuku Bukan Ibuku..

(fanfic from anime Hell Girl / Jigoku Soujo)


cuap-cuap penulis : silahkan dibaca fanfic ku yang ini... semoga dapat menghibur yang membacanya.. dan ditunggu reviewnya.. :d


Reina menghela nafas saat ia bangun dan menatap jam wekernya. Sudah pukul 5 pagi. Ia harus cepat-cepat bangun atau oka-san akan memarahinya, atau bahkan menyiramnya dengan air satu ember.

Reina merapikan tempat tidurnya lalu keluar kamarnya. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil sapu. Setiap bangun pagi dan sebelum pergi ke sekolah, Reina selalu menyapu, mengepel, dan merapikan rumahnya terlebih dahulu.

Saat melewati TV, ia melihat oka-san tertidur di depan TV ditemani bungkus-bungkus rokok bekas dan botol bir yang berserakkan tak karuan. Kalau mabuk, berarti ia tidak akan bangun sampai Reina pergi sekolah. Reina menghela nafas lagi. Pemandangan seperti ini sudah tidak aneh lagi bagi Reina. Belakangan, oka-san pulang pagi atau bahkan tidak pulang ke rumah dan baru pulang kebesokkan harinya. Entah apa yang dilakukan oleh oka-san, Reina tidak peduli.

Cepat-cepat ia melakukan tugasnya supaya tidak terlambat ke sekolah. Sesudah itu ia mandi lalu meletakkan semangkok bubur di meja makan untuk oto-san yang terbaring sakit di kamar. Kemudian ia pun berangkat ke sekolah.

Nao menepuk punggung Reina saat Reina hampir tertidur di kereta. "Hei Rei!"

Reina tersenyum. Melihat sosok Nao yang selalu fresh, membuatnya tidak mengantuk lagi. "Pagi," balas Reina

"Bagaimana tugasmu? Sudah dibuat?" tanya Nao yang kebetulan satu kelas dengan Reina.

Reina terdiam. Karena mengurusi oto-san, ia tidak sempat membuat tugas atau bahkan belajar sehingga nilainya menjadi turun belakangan ini.

"Rei?" tegur Nao

"Aku belum membuatnya," bisik Reina sambil menghela nafas. Terlihat dibawah matanya terdapat kantong mata hitam. Itu karena ia cukup kelelahan beberapa malam ini. Oto-san harus pulang pergi ke rumah sakit karena ia tidak mau dirawat inap di rumah sakit. Dan belakangan, oka-san juga tidak peduli lagi pada oto-san.

"Sepertinya kau butuh istirahat," kata Nao lagi, khawatir

Reina tersenyum tipis. "Terima kasih sudah memperhatikanku," jawabnya

Lalu mereka pun turun di stasiun kota X, di dekat sekolah mereka.


"Reina," tegur Matsuyama sensei yang sedang mengajar matematika dari depan kelas. Matsuyama sensei mengerutkan dahinya saat melihat Reina tidak terbangun saat ia memanggilnya.

Sementara itu Nao menyenggol-nyenggol pundak Reina supaya gadis itu terbangun, namun Reina tetap tertidur pulas.

"Reina!" tegur Matsuyama sensei lagi sambil menggebrak meja Reina sehingga Reina pun terbangun seketika. Reina menatap Matsuyama sensei dengan tatapan lesu. "Apa-apaan kau tertidur di tengah pelajaran seperti ini, hah?!" tegur Matsuyama sensei

"Reina sedang sakit, Pak!" bela Nao yang duduk dibelakang Reina

Matsuyama sensei melirik kearah Nao sesaat lalu kembali menatap Reina garang. "Kalau sakit ya tidak usah masuk sekolah!"

Tiba-tiba jendela kelas yang ada di sebelah Reina diketuk. Terlihat Kazu sensei memperhatikan Matsuyama Sensei dari koridor kelas, kemudian ia membuka kaca jendela kelas lalu melongokkan kepalanya. "Matsuyama sensei tidak perlu memarahi Reina, ia memang sedang sakit," bela Kazu sensei.

"Ya sudah, sana tidur di UKS!" kata Matsuyama sensei

"Biar saya antar," sambung Nao yang sudah siap-siap bangkit dari duduknya

"Tidak perlu biar saya saja," kata Kazu sensei. "Kalau kau meninggalkan kelas, bisa ketinggalan pelajaran," Kazu sensei memegang pundak Reina yang berdiri di depan jendela. "Ayo Rei, biar saya antar kamu ke UKS,"

Reina berjalan gontai menuju pintu kelas lalu keluar kelas dan Kazu sensei sudah menunggunya.

"Kamu sakit?" tanya Kazu sensei sambil menyentuh dahi Reina

"Aku hanya mengantuk," jawab Reina sambil menguap

"Kantung dibawah matamu tebal sekali. Kenapa bisa begitu?"

"Aku terlalu sibuk mengurusi Oto-san. Ia sedang sakit,"

"Oh, aku sudah dengar," jawab Kazu sensei sambil mengangguk. Mereka pun sampai di depan pintu ruang UKS. Kazu sensei menyentuh pundak Reina. "Kalau kau perlu sesuatu atau ada yang ingin kau ceritakan, kau bisa menghubungiku,"

Reina tersenyum. "Terima kasih Kazu sensei," kata Reina sambil menunduk.


"Reina!!!!" panggil oka-san

Reina yang sedang mencuci baju setelah pulang sekolah, dengan tergesa-gesa membilas tangannya lalu menghampiri oka-san yang berteriak memanggilnya. "Ada apa oka-san?"

"Si tua bangka itu muntah lagi, lebih baik kau cepat bereskan atau kamar itu akan semakin bau bangkai,"

Reina menggigit bibir lalu melaksanakan saja apa yang diperintahkan oka-san. Ia masuk ke kamar oto-san dan melihat pria setengah baya itu terbaring lemah di tempat tidurnya. Terlihat muntahannya itu disamping tempat tidurnya. Reina cepat-cepat membersihkannya. Terlihat beberapa obat keluar bersama muntahannya. Setelah beres, ia lalu menatap oto-san yang sudah kembali tertidur. Tapi kemudian ia kembali teringat dengan cuciannya. Cepat-cepat ia keluar dari kamar.

Dan saat melintas ruang makan, ia tak menyadari kalau ternyata di luar mulai turun hujan. Cepat-cepat ia mengangkat cucian bajunya yang sedang dijemur di luar. Ia melirik oka-san. Kalau meminta bantuannya, pasti ia akan dimakinya. Karena itu dia diam saja dan mengerjakannya sendiri.

Terdengar pintu rumah dibanting. Itu berarti Oka-san pergi lagi. Reina menghela nafas sambil menarik tangannya ke atas. Capek sekali dia hari ini. Rasanya hidup ini begitu berat.

Setelah merapikan baju, ia merapikan ruang TV yang berantakan dan kemudian ia menemukan sebotol obat tidur. Ia menggoyangkannya dan rupanya botol itu sudah kosong. Reina pun membuangnya ke tempat sampah bersama bungkus rokok dan botol bekas lainnya.

Ketika waktu menunjukkan hampir pukul 7, ia memasakkan bubur untuk oto-san. Lalu setelah selesai, ia membawakan mangkuk bubur itu ke kamar oto-san.

"Oto-san?" panggil Reina sambil meletakkan bubur di meja. Namun oto-san tidak bangun, ia terus terlelap begitu pulas. "Oto-san, waktunya makan lalu minum obat," Reina mengguncang-guncang tubuh oto-san. Namun saat melihat wajah oto-san yang pucat pasi, ia langsung panik. Cepat-cepat ia merasakan nafas oto-san meskipun badan oto-san mulai mendingin. Reina menggigit bibir, berpikir. Apa yang harus ia lakukan sekarang.

Cepat-cepat ia menekan nomor telepon Kazu sensei, wali kelasnya. Terdengar nada sambung sesaat lalu diangkat. "Halo?"

"Halo sensei, ini Reina!" kata Reina panik

"Ada apa ya, Reina?" tanya Kazu sensei dengan suara tetap tenang

"Oto-san sekarat, aku…" Reina menangis. "Aku harus bagaimana?"

"Sekarat?" Kazu sensei terdiam dan entah kenapa dari jauh terdengar suara tawa seorang perempuan. "Kalau begitu, kau telepon rumah sakit dan aku akan ke rumahmu,"

Reina yang masih panik kemudian menelepon rumah Nao. "Halo?"

"Nao," balas Reina yang masih menangis. "Oto-san,"

"Kenapa? Ada apa?" tanya Nao yang panik saat mendengar isak tangis Reina yang tersedu-sedu. "Rei, aku dan orang tuaku akan ke rumahmu! Sabarlah!"


Ambulance datang dan membawa oto-san ke ruang UGD. Reina bersama kedua orang tua Nao dan juga Nao, duduk di kursi koridor rumah sakit.

Air mata Reina sudah berhenti. Ia bersandar di pundak Nao.

Beberapa saat kemudian, Kazu sensei muncul bersama oka-san. "Reina!"

"Sensei dan Oka-san?" tanya Reina

"Aku bertemu sensei saat pulang ke rumah dan ia memberi tahu kalau oto-san masuk rumah sakit. Lalu kami sama-sama kemari," jawab Oka-san sambil menatap sesaat Kazu sensei.

Nao menggeram. Ia bisa melihat kepanikan yang dibuat-buat oleh kedua orang yang baru datang itu. Sementara Reina tidak memperdulikannya. Yang ia pikirkan sekarang, hanya oto-san.

Lalu dokterpun muncul dari ruangan tempat oto-san berada.

"Dokter, bagaimana keadaan oto-san?" tanya Reina

"Masa kritisnya sudah lewat. Ini karena ia terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan atau over dosis. Saya lihat di sample nya, ia terlalu banyak minum obat tidur," jelas dokter

Oka-san mengangguk. "Tadi pagi saya melihatnya meminum obat itu, tapi saya tidak melihat kalau ia minum sampai berlebih,"

"Tapi oto-san tidak pernah meminum obat tidur sebelumnya," sahut Reina sambil menatap oka-san. "Dan kami tidak pernah membeli obat tidur untuk oto-san!"

Oka-san hanya mengangkat bahu. Lalu ia duduk di kursi.

Reina menatap tajam ke arah Oka-san. "Oka-san yang memberinya obat tidur?"

Oka-san menghardik, "Jangan sembarangan menuduh, ya! Tadi pagi aku masih tidur saat ia terbangun,"

"Tapi tadi bibi bilang kalau bibi melihat paman minum obat tidur," sambung Nao

Oka-san terdiam. Ia menyadari kalau dirinya telah salah bicara.

"Jadi Oka-san yang meracuni Oto-san?" tanya Reina

Oka-san tertawa. "Mana mungkin aku meracuni suamiku tercinta yang sedang sekarat itu? Jangan kurang ajar ya kamu, Rei!" Oka-san bangkit dari duduknya lalu bergelayut manja di lengan Kazu sensei. "Ayo kita pergi,"

Reina menatap Oka-san dan Kazu sensei dengan amarah. "Oka-san sudah mabuk!"

Oka-san berbalik dan menarik Kazu sensei untuk pergi.

"Aku tidak menyangka kalau Kazu sensei ternyata sama saja!" jerit Reina histeris. Reina jatuh berlutut, menangis tanpa melihat kepergian Oka-san bersama dengan wali kelasnya itu, Kazu sensei. Ia sudah benar-benar marah dengan Oka-san. Oka-san lah yang ternyata berusaha membunuh Oto-san. Dan ternyata, Oka-san ada main dengan Kazu sensei.

Nao hanya mengelus-elus pundak Reina, berusaha menenangkan temannya itu.


Reina tinggal di rumah sakit untuk menemani Oto-san. Namun ia akan pulang sebentar untuk membawa beberapa barang milik Oto-san.

Dan saat sampai di rumah, ia melihat Oka-san bersama dengan Kazu sensei sedang minum-minum dan bermesraan di ruang TV. Reina begitu geram. Disaat Oto-san sedang sekarat, Oka-san malah bersenang-senang dengan laki-laki lain yang merupakan guru dari anaknya. Entah apa reaksi teman-teman sekolahnya jika mengetahui hal ini.

Reina masuk ke kamarnya melalui jendela lalu mengambil barang-barangnya dan dimasukkannya ke tas. Kemudian ia berlari pergi meninggalkan rumahnya dan kembali ke rumah sakit. Disana masih ada Nao yang menggantikannya menunggui Oto-san.

"Reina?" sapa Nao saat Reina datang sambil menangis dalam diam. "Ada apa?"

"Oka-san," Reina terisak. "Aku benci Oka-san!"

"Dan Kazu sensei?" tanya Nao. Lalu Reina pun mengangguk.

Mereka berdua duduk diam di kursi koridor rumah sakit. Lalu terdengar suster bercakap-cakap dengan salah satu pasien.

"Akses saja situs Hell Comunication! Situs itu hanya bisa diakses pada jam 12 malam. Jika kita menuliskan nama orang yang kita benci di situs itu, maka gadis neraka akan mengirimnya ke neraka,"

Reina yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya dan bangkit berdiri.

"Mau kemana kau, Rei?" tanya Nao

Reina melirik jam tangannya. Pukul 12 kurang 10 menit. "Mengakses hell comunication," jawab Reina.

Reina menuju ruang komputer rumah sakit diikuti Nao lalu membuka situs tersebut tepat di jam 12. Lalu ia mengetikkan nama Oka-san disitus itu.

Sanaka Nagami

Tiba-tiba saja seorang perempuan muncul dibelakang mereka. Seorang gadis berseragam sekolah yang tidak asing lagi. Dia Emma Ai, teman sekelas Reina dan Nao. "Kamu memanggilku?"

Emma Ai memberikan sebuah boneka jerami bersimpul pada Reina. "Kalau kamu lepas simpul ini, berarti kita terikat perjanjian. Orang yang kamu benci akan jatuh ke neraka,"

"Benarkah?" tanya Reina sambil menatap boneka yang sudah ada digenggamanannya.

"Tapi mengutuk orang lain ada dua kelemahan. Sebagai imbalan atas terbalaskan dendammu, setelah mati nanti, rohmu pun akan masuk ke dalam neraka,"


Reina dan Nao tertidur di bangku koridor rumah sakit dan mereka terbangun saat ibunya Nao menyentuh pundak mereka. "Reina, Nao,"

"Ah bibi," Reina terbangun sambil mengusap-usap matanya.

"Ibumu tidak kembali lagi?" tanya ibu Nao

Reina menggeleng sambil tersenyum muram. Ia masih menggenggam boneka jerami bersimpul yang belum ditariknya.

"Aku rasa lebih baik kalian pulang dulu. Mandi, lalu pergi ke sekolah. Biar bibi yang menjaga ayahmu," kata ibu Nao sambil mengelus pipi Reina.

"Bibi baik sekali," balas Reina sambil memeluk ibu Nao

"Kalau begitu, kita ke rumahmu saja Rei, kan lebih dekat," kata Nao

Lalu mereka berdua ke rumah Reina. Rumah itu dalam keadaan sepi namun begitu berantakan.

"Oka-san?" panggil Reina dan Oka-san pun muncul sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk.

"Kemana saja kamu?" tegur Oka-san

"Aku menunggui Oto-san di rumah sakit," jawab Reina

"Untuk apa kau menunggui si tua bangka itu?!"

Reina terdiam dan Oka-san menarik baju Reina sehingga Reina terseret bersama bajunya sementara itu Nao yang masih diluar, terkunci, tidak bisa menolong Reina.

"Masih banyak pekerjaan yang harus kamu lakukan!" teriak Oka-san

Reina hanya menangis. Sementara Oka-san terus menariknya ke kamar mandi. Dilepaskannya Reina lalu Oka-san mencengkram rambut Reina dan menenggelamkannya di kamar mandi. "To…" Reina meronta namun kekuatan Oka-san terlalu kuat.

"Tidak seharusnya aku punya keluarga seperti ini! Suami cacat, anak tak berguna!"

Reina meronta-ronta namun Oka-san tak melepaskannya. Dan tiba-tiba saja tubuh Oka-san ditarik sampai terjatuh oleh Nao yang berhasil masuk ke dalam rumah. Reina megap-megap kehabisan nafas, dengan tenggorokkan yang sakit karena tertelan air, juga kedinginan karena seluruh tubuhnya sudah basah kuyup.

"Kurang ajar!" teriak Oka-san sambil bangkit dan tiba-tiba saja ia mengeluarkan pisau lipat.

Nao dan Reina menatap pisau lipat itu dengan takut. "Oka-san tega membunuhku?" tanya Reina sambil terus menangis tersedu-sedu

"Tentu saja, aku menyesal telah menganggapmu anak!" Oka-san hendak menghunuskan pisaunya itu ke arah Reina namun tiba-tiba saja kedua anak muda itu hilang dari hadapannya. Dan tiba-tiba saja, pisau yang dipegangnya berubah menjadi ular. Seketika itu juga ia melepaskannya.

Dibelakangnya muncul sosok Kazu sensei, kekasih gelapnya sekaligus wali kelas anaknya. Mereka mulai menjalin hubungan ketika pertama kali bertemu saat pertemuan orang tua murid.

"Kazu?" Oka-san hendak memeluk sosok Kazu sensei namun Kazu sensei menatap jijik ke arahnya.

"Sepertinya aku sudah muak dengan hubungan kita yang seperti ini. Kau pembunuh dan penipu!" tuduh Kazu sensei

"Oka-san tega membunuhku?" tanya Reina yang tiba-tiba muncul disamping Kazu sensei

"Sanaka, kamu melukaiku," sambung Oto-san yang juga muncul disamping Reina

"Kau, kau kan sedang sekarat di rumah sakit!" jerit Oka-san

Lalu ketiga sosok dihadapannya itu berubah wujud. Kazu sensei berubah menjadi seorang laki-laki berbaju jas, tampan, dengan model poni yang menutupi mata sebelah kanannya. Lalu sosok Reina berubah menjadi perempuan berpakaian kimono, dan sosok Oto-san berubah menjadi laki-laki tua memakai topi. "Kau penipu!" seru ketiga orang itu bersamaan

Dan muncul seorang perempuan berkimono di belakang Oka-san, Emma Ai. Oka-san begitu terkejut. "Apa-apaan ini?"

"Bayangan menyedihkan yang tersesat dalam kegelapan, selalu menyakiti orang lain, jiwa yang tenggelam dalam dosa, bagaimana kalau kau mati saja?"

"AAAAAA….."

Yang tersisa hanya jeritan sang ibu 'palsu' yang terbawa ke neraka.


Reina duduk di kursinya sambil memakan bekalnya pada jam istirahat sementara tangan kirinya membaca majalah remaja.

"Kazu sensei mengundurkan diri dari sekolah," kata Nao yang langsung menuju meja Reina saat kembali dari luar kelas.

Reina hanya diam sambil terus mengunyah makanan di mulutnya.

"Kenapa?" Nao menatap Reina dalam. "Kau menyesal telah mengirim ibumu ke neraka?"

Reina menggeleng. "Oto-san akan segera sembuh dan kembali beraktifitas. Ia juga telah memberitahuku kalau ternyata, Oka-san bukanlah ibu kandungku,"

Nao mengangguk. "Pantas saja,"

"Aku hanya kecewa, kenapa Oto-san tidak mengatakannya lebih awal,"

"Ia hanya tidak mau membuatmu sedih karena kau tidak pernah melihat ibu kandungmu sejak lahir,"

"Bukan begitu," Reina menerawang kembali. "Waktu kecil, aku dan ibu kandungku mengalami kecelakaan dahsyat yang menelan jiwa ibuku. Sementara aku, kehilangan ingatan. Dan disaat ini lah, Oka-san memanipulasi ingatanku."

Nao mengangguk. "Kau tidak perlu menyesal karena membuang wanita seperti itu ke neraka. Karena setelah ini kau akan hidup bahagia." kata Nao sambil menggenggam tangan Reina. "Dan aku akan selalu berada disampingmu,"

"Aku begitu banyak berhutang budi padamu dan keluargamu," kata Reina lagi

"Itu karena aku dan keluargaku, menyayangimu Rei,"

"Aku juga menyayangimu," balas Reina sambil tersenyum tersipu-sipu

the end.


cuap-cuap lagi : ditunggu review nya... terima kasih karna sudah baca fanfic ku... :d