A/n: Aku mencoba untuk membuat fic mystery dan horror. Jadi, fic ini adalah fic pertamaku yang bergenre mystery/horror. Maafkan jika mystery/horrornya fail. Sebenarnya aku bukan penyuka horror sama mystery. Biarin dah /plak!

Main character disini Len, Miku, Rin. Mau romance? Silahkan me-request.

Judul fic ini aku meniru (yah, meniru) dari film di Thrill yang berjudul H. Itu singkatan dari Hypnosis. Jadi, silahkan menebak judul fic ini.


Selama beberapa bulan dalam tahun ini, virus baru yang membahayakan terus menyebar. Korban terus membanyak setiap harinya. Ilmuan belum dapat menemukan apa obat dari virus berbahaya tersebut. Virus tersebut dapat menular dengan sangat cepat. Apalagi jika ada orang yang terkena virus tersebut sedang berbicara dengan orang lain, tanpa basa-basi, virus tersebut langsung menular ke orang yang belum terkena virus tersebut.

Sang korban akan menggigit lengan sang mangsa, ataupun korban sedang berbicara dengan mangsanya. Apakah penyebabnya? Apakah obatnya? Dapatkah ilmuan atau orang biasa menemukan obat dari virus tersebut?


Z

Len K., Miku H., Rin K.

Warning: Bisa jadi gore, typo, mainstream, gaje, garing, dll.

Vocaloid Yamaha © Crypton Future Media.

~ # Prolog # ~


"Meydey! Meydey! Korban terus bertambah banyak! Lokasi berada di Cafe Ombento sekarang."

"Ugh! Berita itu melulu. Aku sangat bosan mendengarnya setiap hari," aku mengeluh dengan malasnya—siapa yang tidak bosan? Setiap hari berita yang diberitakan itu melulu. Aku tahu kalau virus tersebut sudah banyak memakan korban. Dan yang kutahu dari salah satu saluran TV yang menyediakan acara TV yang khusus untuk membahas virus tersebut, jika virus tersebut mengenai seseorang, orang tersebut bisa jadi menyeramkan. Bisa menyeramkan dari fisik maupun perilaku seseorang. Yah, ada juga sih korban yang wajahnya tidak menyeramkan, sama seperti manusia normal yang lain. Tapi seharusnya orang tidak harus membuat acara TV khusus virus itu tersebut, ya 'kan? Virus berbahaya adalah judul acara TV tersebut. Aneh? Ehe, mana ku tahu.

"Namanya juga manusia. Pasti jika ada hal yang baru, mereka akan langsung memberitahunya melalui saluran televisi. Lihat saja, kau tahu yang berita batu akik yang dulunya sangat tren dikalangan para pria? Bahkan adikku dulu sempat mengikuti tren tersebut—dia membeli banyak batu akik...dan yang paling membuatku marah, dia menggunakan uangku untuk membeli batu akik sialan itu. Sama saja seperti virus tersebut. Apakah kau ingin virus tersebut menyerang dirimu, Miku?" gadis berambut honeyblonde itu menghisap jus jeruknya.

Namanya Kagamine Rin. Dia adalah teman dekatku yang sangat setia. Oh ya, sekarang kami berdua berada di Cafe Mizzy, bukan di Cafe Ombento yang tadinya cafe tersebut masuk kedalam berita di acara TV menyebalkan itu. Kami—tepatnya aku, selalu menghindari cafe tersebut. Kenapa? Karena di cafe tersebut banyak sekali kejadian aneh. Seperti tadi, virus membahayakan itu menyerang orang yang berada di cafe tersebut. Cafe Mizzy cukup jauh dari Cafe Ombento. Jaraknya sekitaran 1 km.

Aku melihat kearah Rin.

"Yah, tapi kan itu beda, Rin. Aku tahu kalau adikmu itu sangat suka mengikuti tren-tren yang baru. Tidak perlu jauh-jauh, kau juga suka mengikuti tren-tren itu," aku menatap dalam mata Rin ketika Rin akan protes dengan perkataanku tadi, "Ah! Jangan katakan tidak. Kau kira aku tidak tahu bagaimana sifatmu itu? Meh, aku ini adalah teman dekatmu, kau tahu," ketusku. Aku mendengar suara tertawa dari mulut Rin. Aku menghela nafas sekali lagi lalu beranjak menuju pintu exit. Rin mengikutiku dari belakang.

Sesaat aku membuka pintu tersebut, aku melihat mobil polisi bertebaran di mana-mana. Mataku membesar ketika aku sedang melihat polisi yang tergeletak diatas aspal, dan terdapat darah di mana-mana di sekitar polisi tersebut. Di tempat kejadian itu juga terdapat jejak-jejak kaki bercap darah yang sangat banyak. Dan aku tidak melihat ada polisi lain disini. Kurasa, mayat polisi tersebut dibiarkan saja oleh orang-orang. Maupun rekannya sendiri.

"Miku? Kau kenapa?"

Rin membuyarkan pikiranku. Aku langsung memegang tangan Rin dan menunjuk-nunjuk kearah polisi yang tergeletak disana—atau yang paling tepat, polisi itu tewas. Mata Rin juga membesar seketika, dan terdapat air mata yang mulai keluar dari pelupuk matanya. Rin langsung berjongkok dan menyembunyikan matanya diantara kakinya. Aku juga ikut berjongkok untuk menyamakan tinggiku dan tinggi Rin. Dan aku mengelus rambutnya untuk menenangkannya.

"M-Miku. Aku tidak suka jika melihat orang mati. A-Apalagi jika orang tersebut belumuran darah. K-Kenapa polisi itu tewas?" Rin mendongkakkan kepalanya sehingga kami membuat kontak mata. Aku terus menutup mulutku, tidak menjawab pertanyaan dari Rin.. karena aku memang tidak tahu apa jawabannya. Hehe..

Satu alasan kenapa Rin jangan jijik jika ia melihat manusia yang mati dengan darah yang belumuran disekitarnya. Ketika Rin masih kecil, ia melihat sepasang kekasih yang baru saja mengalami pertengkaran hebat. Sang pria memegang pisau dan menusuknya di tubuh sang wanita. Pisau yang berada ditangan pria tersebut terus ditancapkan menuju tubuh wanita yang berada didepannya—mantan kekasihnya. Kekasih wanitanya terus berteriak meminta pertolongan. Tetapi apa dayanya sang wanita, di sekitar mereka tidak ada orang yang lewat ataupun yang dekat dengan mereka. Hanya Rin yang berada disana, menyaksikan pembunuhan tragis tersebut. Kaki kecil Rin terus bergetaran, dan boneka yang di tangannya jatuh disana ketika Rin kabur dari tempat kejadian tersebut. Aku tahu karena Rin sendiri yang menceritakannya kepadaku.

"M-Mungkin.. karena virus tersebut?"akhirnya aku menjawab pertanyaan Rin tadi, tetapi asal-asalan. Wajah Rin yang tadinya sedih langsung berubah menjadi wajah marah. Dia berdiri dan sontak mengagetkanku yang berada disamping dirinya. Aku juga berdiri dan kami berdua berhadapan. Suasana menjadi aneh.

Dan, mataku membesar ketika Rin mengatakan, "Mari kita temukan apa penyebab dari semua kejadian ini dan virus tersebut. Bersama diriku, adikku, dan kau tentunya."


To be continue.


A/n: Fuh, kayaknya judul itu mudah ditebak. Fic ini adalah versiku. Hm, mau romance? Mumpung aku nawarin nih.. Di chapter kedua tawarannya aku tutup.

Sampai jumpa di chapter berikutnya atau fic baru /njer