Disclaimer
Hotarubi no Mori e milik Yuki Midorikawa
Tapi cerita ini sepenuhnya milik author.
Author tidak mengambil keuntungan materi apapun dari fanfiksi yang di-publish.
.
Tadaima
Romance, Fantasy, Supernatural
Rate : T
.
Warning! : Typo(s), Miss-Type, Semi Canon, Alternative Ending, and many more!
.
.
.
Hujan itu tidak kunjung berhenti. Derasnya air membuat banyak genangan di dalam hutan. Namun walaupun seperti itu, hujan yang turun menyuburkan pepohonan di hutan tersebut. Sebuah hutan tempat di mana sebuah cerita dimulai. Tentang persahabatan, tentang sebuah kasih tak sampai. Cinta yang berbeda dunia, berbeda alam. Namun cinta itu tak akan pernah terlupakan dan akan selalu menjadi kenangan terindah di hati.
Kala ini, Hotaru sedang memandang derasnya air hujan yang jatuh dari balik jendela kamarnya. Ia menantikan musim panas di tahun ini. Entah mengapa semenjak tanpa sengaja tersasar di dalam hutan, Hotaru begitu menyukai kedatangan musim panas dibandingkan dengan musim-musim lainnya.
"Rasanya ... aku ingin segera berkunjung ke sana."
Gadis ini baru saja merayakan kelulusan SMA, ia ingin segera berlibur ke rumah kakeknya di desa. Tapi keadaan musim yang tak menentu, membuatnya harus menahan hasrat untuk pergi berlibur. Ia rindu, merindukan sesosok pemuda yang telah merelakan waktu untuk menemaninya semenjak kecil. Belasan tahun bersama, namun harus berpisah tanpa sengaja.
Ya, Hotaru rindu akan Gin. Kehangatan pelukan terakhir itu masih Hotaru rasakan hingga ini. Betapa besar rasa sayangnya kepada Gin, begitupun sebaliknya. Namun sayang, takdir berkata lain.
Hotaru kini sendiri dan akan selalu sendiri. Keputusannya sudah bulat untuk tetap menunggu Gin datang kembali.
.
.
.
Musim Semi...
Tanpa terasa waktu pun kian berlalu. Musim semi telah datang, bunga-bunga Sakura mulai bermekaran. Seperti hati Hotaru yang ikut senang menyambut kedatangan musim semi kali ini. Ia terlihat tersenyum di depan meja kerjanya sambil sesekali meneguk secangkir teh hangat.
Hotaru kini berprofesi menjadi seorang penulis skenario drama FTV di kotanya. Berkat kerja kerasnya dalam mendedikasikan diri, ia mampu mengalahkan persaingan sengit di kompetensi menulis skenario pada musim gugur lalu.
Jiwa pantang mundurnya membuat ketiga dewan juri akhirnya memilih dirinya dan memberikan kesempatan untuk menulis sebuah novel.
Kala ini Hotaru sedang menulis cerita tentang dirinya dan juga Gin. Yang mana harus ia selesaikan sebelum musim panas datang. Karena Hotaru berniat mengunjungi rumah Gin pada musim panas tahun ini.
"Hotaru, kulihat sedari tadi kau begitu bersemangat menyelesaikan cerita ini."
Sosok teman sekantor Hotaru menyapa sambil membawa beberapa laporan.
"Hu-um, ya. Aku ingin segera bertemu dengannya."
Hotaru membalas ucapan sang teman sambil tersenyum semringah. Ia merasa jika Gin masih ada di dalam hutan sana. Kehangatan tubuh Gin, harum napasnya seakan selalu mengiringi ke mana langkah Hotaru pergi.
"Baiklah, terus berjuang, Hotaru!"
Sejujurnya teman Hotaru merasa sedikit khawatir akan sikap Hotaru, yang mana menurut dirinya melampaui batas. Ia mengetahui sepercik cerita tentang pengalaman Hotaru di masa kecil. Dan juga sosok yang menyelamatkan dirinya kala tersasar di hutan. Dan itu bukanlah seorang manusia. Namun, sesama seorang penulis ia hanya dapat memberikan semangat kepada Hotaru. Walaupun terkadang ada niat untuk menyadarkan Hotaru dari delusinya.
Kehidupan mereka sangat saling menghargai profesi masing-masing. Walaupun terkadang terjadi selisih paham. Namun, hal itu tidak akan berlangsung lama.
.
.
.
"Ibu, aku berangkat!"
Hotaru berpamitan kepada sang ibu. Ia membawa berbagai macam perlengkapannya untuk pergi ke desa sang kakek.
"Ini topinya, Hotaru!"
Sang ibu berteriak mengingatkan anaknya agar jangan lupa membawa topinya.
"Ah, iya. Hampir saja terlupa."
Hotaru lekas-lekas mendekati sang ibu lalu segera memakai topi musim panas itu.
"Sampaikan salam ibu kepada Paman dan Kakekmu, ya?" pesan sang ibu kepada Hotaru.
"Baik, Bu. Aku berangkat."
Hotaru segera berpamitan lalu sang ibu pun ikut mengantarkannya sampai di depan halaman rumah.
Keduanya saling berbalas lambaian tangan sebelum Hotaru meninggalkan rumah. Lambaian tangan itu seakan memberi semangat kepada Hotaru agar segera tiba di desa sang kakek.
Ya, Musim panas telah datang. Hotaru telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Dan kini tiba waktu bagi Hotaru untuk bertemu dengan sang pujaan hati. Walaupun hanya sebatas di dalam angan-angannya sendiri.
.
.
.
Di sepanjang perjalanan, Hotaru tersenyum sambil melihat pemandangan dari balik kaca kereta listrik. Ia mengingat masa-masa kecilnya dan awal pertemuannya dengan Gin.
Dan untuk yang kesekian kalinya, Hotaru mengunjungi desa itu. Desa sang kakek yang dekat dengan hutan tempat di mana ia bertemu dengan Gin.
'Gin ... tadaima ...'
Hatinya benar-benar merindukan sosok Gin. Padahal sudah tiga tahun berlalu sejak pertemuan terakhirnya dengan Gin. Namun kehangatan itu masih sangat terasa di hatinya. Telapak tangannya pun masih merasakan hangat tubuh Gin.
Hati Hotaru selalu merasa bahagia walaupun ia tidak dapat bertemu lagi dengan Gin. Hotaru mempunyai keyakinan jika suatu hari nanti ia akan bersama dengan Gin dan bahagia selamanya.
Cinta itu benar-benar tidak mempunyai logika. Kenyataan saat ini seolah-olah ditentang mentah-mentah oleh Hotaru. Ia selalu berharap dan terus berharap suatu keajaiban akan segera datang dan mempersatukan dirinya dengan cintanya yang telah lama menghilang.
'Gin ... suki da yo ...'
.
.
.
Hotaru tiba di kediaman sang kakek di desa. Seakan tidak sabar, ia segera bergegas pergi menuju hutan tempat di mana para arwah bersemayam.
Hotaru berjalan penuh dengan rasa gembira, ia berlari menuju hutan itu seakan Gin merentangkan kedua tangan menyambutnya datang.
Sesampai di depan pintu masuk, Hotaru terhenti. Ia tiba-tiba teringat kenangan yang masih tersimpan baik di dalam hatinya. Di depan pintu masuk inilah ia berkenalan dengan Gin sewaktu kecil dulu.
Tersirat senyum manis dari wajahnya. Tak banyak perubahan pada diri Hotaru. Dengan pakaian sederhana berupa kaus pas badan berwarna merah muda yang dibalut rompi panjang berwarna krim setinggi lutut dan leging hitam, Hotaru berjalan memasuki hutan.
Kedatangannya itu tak lama disambut oleh Youkai. Sosok hantu bermata satu yang dulu mengasuh Gin sewaktu orang tuanya membuang Gin, semasa bayi di hutan sendirian.
"Hotaru-chan."
"Youkai."
"Senang bisa melihatmu kembali di musim panas ini."
"Ya, aku datang ke rumah keduaku, Youkai."
Hotaru tersenyum lalu segera berjalan bersama Youkai untuk masuk lebih dalam ke hutan.
Ia teringat, bayang-bayang Gin seakan berada di sampingnya. Menuntunnya, berjalan bersama. Perasaan Hotaru itu entah mengapa membuat Youkai merasa iba. Ia tidak menyangka jika cinta Hotaru kepada Gin benar-benar tulus walaupun keduanya berbeda alam dan telah berpisah lama.
"Hotaru ..."
"Hm?"
"Ini musim panas ketiga semenjak Gin pergi. Apakah kau tidak merasa jika semua yang kau lakukan ini hanyalah sia-sia belaka?"
Youkai bertanya, mencoba mengetahui isi hati Hotaru.
"Hah, aku tidak pernah merasa yang kulakukan ini sia-sia. Walaupun sejujurnya aku sangat merindukannya. Namun ... aku yakin suatu saat akan bertemu kembali dengannya."
Hotaru tersenyum penuh keyakinan sambil menoleh ke samping kiri tempat di mana Youkai berjalan bersamanya. Jawaban dari Hotaru itu membuat Youkai seakan ingin meneteskan air mata.
"Hotaru ... semoga dewa yang menjaga hutan ini mendengar dan melihat apa yang kau lakukan untuk Gin."
Youkai ikut berdoa untuk Hotaru, yang disambut senyuman manis oleh gadis penanti keajaiban ini.
Di setiap musim panas, Hotaru selalu saja berkunjung ke hutan. Mengingat kenangan yang telah terukir bersama Gin. Sejak dirinya berumur enam tahun hingga enam belas tahun.
Sepuluh tahun bersama bukanlah waktu yang sebentar. Di setiap musim panas itu adalah waktu yang selalu ditunggu Hotaru hanya untuk bertemu dan bermain bersama Gin.
.
.
.
Gadis ini sungguh sangat pantang untuk berputus asa. Sambil terus mengerjakan pekerjaannya sebagai seorang penulis, di setiap malam ia kembali mengingat Gin bersama dengan kenangan yang telah terukir.
Hatinya merasa sedih, kenyataan pahit harus ia terima. Ia berpisah dengan cintanya. Hatinya telah dibawa Gin pergi jauh. Walaupun sebenarnya ia dapat membuat dirinya bertemu kembali dengan Gin dalam ceritanya, tapi sungguh ia benar-benar ingin bertemu dengan Gin.
.
Gin...
Aku tak menyangka jika harus menanggung kesedihan ini bertahun-tahun.
Aku pun tak menyangka jika harus berpisah denganmu.
Di setiap malam aku kembali mengingat masa-masa itu.
Kau mengajakku bermain, hingga aku tumbuh menjadi remaja.
Sejak saat itulah kau mulai mengajarkanku apa artinya kasih sayang.
Walau nyatanya kita berbeda alam.
Pesonamu...
Matamu...
Air wajahmu yang menenangkan.
Seakan membuatku terpaut dan tak dapat terlepas.
.
Gin...
Apakah kau merindukanku di sana?
Apa yang sedang kau lakukan saat Ini?
Masih adakah ingatanmu akan diriku?
Atau telah hilang terbawa malam?
.
Gin...
Kumohon kembalilah...
Temani aku hingga masa tuaku.
Hingga habis masaku.
Lalu kitapun bersama.
Untuk selama-lamanya...
.
Gin...
Aku mencintaimu...
.
Tak terasa, bulir-bulir air mata itu menetes dari kedua mata Hotaru. Hatinya pilu, raganya pun seakan rapuh. Ia berpura-pura menjadi sosok yang kuat dan tangguh. Hanya untuk menutupi kesedihannya selama ini.
Kadang kala rasa rindu itu begitu menggebu-gebu, membuat Hotaru ingin mengakhiri hidupnya agar dapat bertemu dengan Gin di alam sana. Tapi setiap hal itu terjadi, entah mengapa Gin selalu mendatangi dirinya di dalam mimpi. Seakan marah jika Hotaru melakukan hal itu hanya untuk bertemu dengannya.
Perasaan sayang yang tulus, membawa keduanya ke dalam ikatan batin yang kuat. Membuat Hotaru terus bersemangat menjalani kehidupannya. Dan tetap menantikan hari bahagia itu. Untuk kembali bersama Gin.
.
.
.
Tanggal demi tanggal dilalui, bulan demi bulan dilewati. Hari ini Hotaru berulang tahun yang ke-20. Tak terasa usianya sudah menginjak kepala dua. Namun, ia masih betah sendiri dan tidak berniat untuk mencari seorang kekasih. Rupanya, Hotaru benar-benar bersikukuh untuk terus menunggu Gin.
Di malam hari jadinya ini, Hotaru berdoa dan memohon agar dapat bertemu kembali dengan Gin.
.
Gin...
Malam ini aku berulang tahun yang kedua puluh.
Apa kau ingat akan hari jadiku ini?
Aku berharap kau masih menyimpan semuanya.
Kau tau?
Di sini aku masih menantikan dirimu.
Untuk bersama-sama kembali.
Tahun ini adalah tahun keempat kita berpisah.
Apa kau masih betah di sana?
Tak rindukah padaku?
.
Gin...
Lihat, aku sudah bertumbuh dewasa saat ini.
Rambutku pun sudah mulai panjang.
Berharap nanti kau akan memujiku.
Ah, lupakan saja.
Aku hanya ingin bertemu dengamu.
Merasakan kehangatan itu di tengah dinginnya malam.
.
Gin...
Aku menunggu kedatanganmu...
.
Bak orang gila, Hotaru tak henti-hentinya bergumam sendiri. Tersenyum dan sesekali tertawa. Rindu yang ia rasakan membuat jiwanya terganggu. Dan akhirnya Hotaru pun jatuh sakit.
.
.
.
Keluara Hotaru tampak cemas, sudah dua hari Hotaru dirawat inap di rumah sakit kota. Sang ibu terlihat bersedih melihat anak semata wayangnya belum juga sadarkan diri.
"Bagaimana, Dok?" tanya ibu Hotaru kepada dokter yang menangani anaknya.
Dokter itu terlihat begitu gelisah. Ia seakan enggan untuk menceritakan keadaan yang dialami Hotaru.
"Dok?"
"Nyonya, sepertinya nona Hotaru menderita sakit yang sangat langka. Tes laboratorium menunjukkan jika secara fisik nona Hotaru baik-baik saja. Kamipun tidak mengerti mengapa nona Hotaru belum juga siuman dari tidurnya."
"Tidur?"
"Iya, nona Hotaru bukanlah mengalami koma. Namun ia tertidur. Sebaiknya ibu segera mencari tahu apa penyebabnya. Agar kami bisa menindaklanjuti keadaan nona Hotaru."
Dokter itu seakan mengisyaratkan agar sang ibu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak semata wayangnya itu.
Dan akhirnya setelah dua hari mencari tahu sebab-musabab hal yang membuat Hotaru tertidur, sang ibu memutuskan meminta bantuan kepada penduduk desa di dekat hutan arwah. Untuk mendoakan para arwah agar tenang di alam sana.
.
.
.
"Hotaru ..."
"Gin ... kaukah itu?"
Pemandangan kontras terlihat dikedua mata Hotaru. Tampak dirinya yang tengah berada di hutan. Dan sosok yang ia rindukan sedang berdiri di hadapannya.
"Hotaru ... aku datang."
Ia tersenyum, merentangkan kedua tangannya.
"Kemarilah, kau bisa menyentuhku sekarang."
Hotaru tersenyum mendengar perkataan sosok itu. Ia segera berlari, mendekat. Dan perlahan-lahan ia mulai merasakan kehangatan di dalam tubuhnya.
Hotaru memeluk sosok itu dengan pelukan yang erat. Ia seperti mengalami de javu, namun kali ini sedikit berbeda.
"Gin ... aku merindukanmu ..."
Hotaru menitikkan air matanya saat kata rindu itu terucap. Sedang sosok yang disebut Gin itu hanya tersenyum sendu, menahan perasaan di kalbu.
"Aku juga, Hotaru. Kau tak perlu bersedih. Aku selalu bersamamu. Menemani langkahmu, dan menjagamu, Hotaru."
Sosok itu tersenyum, memegang kepala Hotaru lalu mengusapnya pelan. Atmosfer haru pun menyelimuti keduanya.
"Tapi aku ingin ini menjadi nyata, Gin. Aku ingin kita bersama. Bisakah kita kembali seperti dulu? Bisakah kau menemani hari-hariku di musim panas? Bisakah semua itu kembali? Gin ... jawab aku!"
Hotaru menghentak-hentakkan tangan kanannya pada dada bidang Gin. Seakan memberontak atas apa yang terjadi pada dirinya.
"Hotaru ... datanglah pada musim panas tahun ini. Aku menunggumu, aku pulang. Hotaru ..."
Entah mengapa setelah perkataan itu terdengar, kehangatan yang Hotaru rasakan berangsur-angsur menghilang. Ia kemudian dapat merasakan detak jantungnya sendiri. Dan akhirnya Hotaru pun terbangun dari tidurnya yang panjang.
.
.
.
Cinta itu membutakan. Namun cinta itu juga menguatkan. Cinta dapat mengubah segalanya. Yang tidak mungkin menjadi mungkin. Yang tidak ada menjadi ada.
Cinta Hotaru kepada Gin, membuat dirinya kembali bersemangat menantikan musim panas tahun ini. Keadaan Hotaru yang mulai membaik itu tentu saja membuat pihak keluarga senang bukan main.
Kini Hotaru meneruskan hidupnya dan kembali menantikan musim panas. Tampak dirinya yang sedang bersiap-siap mengunjungi rumah sang kakek di desa, di dekat hutan arwah.
"Hati-hati, Nak."
Tak lupa sang ibu berpesan kepada anaknya, sebelum mereka berpisah.
"Ibu ... maafkan aku."
Perasaan bersalah itu terlintas di benak Hotaru.
"Ya, sudah ibu maafkan. Pergilah ... menjemput kebahagiaanmu."
Senyum itu tersirat dari wajah sang ibu. Seakan memberikan kekuatan batin untuk Hotaru. Gadis penanti keajaiban ini segera pergi meninggalkan rumahnya di kota, lalu berangkat menuju desa sang kakek. Memenuhi janji untuk bertemu kembali dengan Gin.
.
.
.
Sesampainya di desa, Hotaru diberi mantra oleh sang kakek sebelum pergi menuju hutan arwah. Ia pun menurut kepada kakeknya. Tak lama berselang dari itu, ia kemudian berjalan menuju hutan arwah seorang diri.
Hatinya berdebar kencang, seakan sesuatu akan segera terjadi padanya. Namun ia tetap memenuhi janjinya. Mendatangi rumah Gin. Dan ternyata ...
Terlihat sosok yang sama tengah berdiri di depan pintu masuk hutan arwah. Ia tersenyum ke arah Hotaru sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
"Gin!"
Melihat hal itu tentu saja membuat Hotaru segera berlari cepat, mendekat ke arah pintu masuk hutan.
"Gin ..."
"Hotaru ... tadaima."
Suara itu terdengar jelas di kedua telinga Hotaru, membenarkan jika sosok itu adalah Gin. Seseorang yang ia rindukan.
Kehangatan itupun mulai terasa, Hotaru dapat kembali merasakan hangat tubuh Gin. Ia memeluk Gin dengan erat. Seakan enggan untuk terlepas.
"Aku merindukanmu, Gin."
"Aku juga, Hotaru."
"Jangan pergi lagi dariku, kumohon ..."
Permintaan Hotaru membuat Gin tersenyum bahagia. Dalam rengkuhan pelukannya, Gin kemudian mengabarkan sesuatu kepada Hotaru.
"Kali ini tidak. Aku berjanji akan selalu bersamamu."
"Sungguh?"
"Ya. Karena aku mencintaimu, Hotaru."
"Ummu, aku juga."
Mereka terus berpelukkan dan melepas kerinduan yang mendalam. Setelah bertahun-tahun lamanya berpisah.
Gin diberikan izin oleh dewa penunggu hutan arwah untuk kembali menampakkan diri. Atas bantuan para Youkai di hutan tersebut, Gin mempunyai kekuatan kebal dari sentuhan manusia sepanjang musim panas berlangsung. Dan cinta Hotaru memberikan Gin kekuatan untuk menampakkan dirinya di hadapan manusia yang lain.
Selang dua tahun kemudian, Hotaru dan Gin memutuskan untuk menikah. Walaupun pada kenyataannya mereka hanya dapat bertemu di musim panas. Namun hal itu sudah cukup bagi Hotaru untuk melepas rindu dan menyalurkan rasa cintanya kepada Gin.
Dan percaya atau tidak, tiga tahun setelahnya mereka dikaruniai seorang bayi laki-laki. Membuat kebahagiaan yang mereka rasakan semakin bertambah besar.
Cinta itu mampu mengubah segalanya. Penantian panjang yang membuahkan hasil. Tentunya tidak terlepas dari doa dan kerja keras.
.
.
.
TAMAT
.
.
.
A/N :
Yo, ChiiChan kembali membawakan sebuah Alternative Ending dari anime Hotarubi no Mori e.
Jujur saja fanfiksi ini sebagai rasa ketidakterimaan Chii atas ending Hotarubi no Mori e yang menyayat hati, bikin baper dan menguras banyak air mata.
Hieksss... T_T
Semoga terhibur ya.
Salam Hangat,
ChiiChan.
