BROTHER
by Kwonhosh
Main cast : Choi Seungcheol, Jeon Wonwoo, Hyosang
Support cast : Lee Seokmin, Wen Junhui, Boo Seungkwan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seungcheol kecil berjalan bersama ibunya ditengah malam. Ia baru saja berkunjung kerumah bibinya untuk menjenguk adik sepupunya yang sakit, Mingyu. Seungcheol menggadeng tangan ibunya erat sambil menahan dinginnya udara. Ia beberapa kali membenarkan posisi syal merah dilehernya untuk mendapat kehangatan. Mereka hampir tiba di halte bus, ketika tiba-tiba Seungcheol menangkap sosok kecil sedang berjongkok disamping sebuah toko kue yang sudah tutup tidak jauh dari halte bus.
"Eomma ada seseorang disana" ucap Seungcheol sambil menarik tangan ibunya untuk mengikutinya.
"Dimana, Seungcheol?" tanya ibunya sambil mengikuti langkah putranya. Mereka pun sampai dan dapat dilihat dengan jelas sosok kecil itu adalah seorang anak perempuan. Anak itu berjongkok dan menundukan kepalanya sambil menangis. Ibu Seungcheol mengiba menatap anak itu sebab ditengah malam di musim dingin seperti ini, anak itu hanya menggunakan piyama kecilnya dan sebuah cardigan tipis. Ibu Seungcheol pun ikut berjongkok didepan anak itu.
"Apa yang kau lakukan ditengah malam seperti ini, nak? dimana eommamu?" tanya Ibu Seungcheol sambil mengusap pelan kepala anak itu. Anak itu pun mengangkat kepalanya, sambil menangis tersedu-sedu ia menggeleng pelan.
"Eomma, apa dia baik-baik saja?" tanya Seungcheol kecil sambil ikut berjongkok.
"dia akan baik-baik saja, tapi eomma rasa ia kedinginan" jawab Ibu Seungcheol. Seungcheol perlahan melepaskan syalnya lalu melilitkan syal kecilnya pada leher anak itu.
"Gunakan ini. Ini akan membuatmu hangat" ucap Seungcheol sambil tersenyum. Ibu Seungcheol mengelus surai hitam putranya.
"Nak, apa kau mau ikut kami? Ini sudah terlalu malam" ucap Ibu Seungcheol sambil bangkit berdiri kemudian mengulurkan tangannya kepada anak itu. Anak itu menatap tangan ibu Seungcheol dan perlahan menggenggamnya. Seungcheol tersenyum lalu menggamit tangan anak itu juga.
"Mulai sekarang, panggil aku 'oppa'" ucap Seungcheol sambil tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya. Anak itu mengangguk pelan sambil mengikuti ibu Seungcheol dan Seungcheol.
Seungcheol terbangun ditengah malam. Lagi. Kaus putihnya basah oleh keringat. Ia melepasnya lalu melemparkan asal. Ia berjalan keluar dari kamarnya, menuju ke dapur, membuka kulkas dan menenggak air dingin yang ia dapat. Ia berjalan melewati ruang tengah dan melihat jam menunjukan pukul 2.00 pagi. Ia bermaksud kembali ke kamarnya namun melihat lampu kamar disebelah kiri kamarnya masih menyala, ia pun mengurungkan niatnya. Perlahan ia membuka pintu kamar itu lalu masuk ke dalamnya.
"Kau belum tidur?" tanya Seungcheol sambil menghampiri si pemilik kamar yang sedang duduk diatas ranjang sambil mengetik sesuatu di laptopnya.
"Aku harus mengerjakan tugas presentasiku" jawabnya sambil menurunkan letak kaca mata, membuat kaca mata itu bertengger dipucuk hidungnya yang tinggi. Seungcheol berbaring disisi si pemilik kamar. Memainkan ujung rambutnya yang tergerai.
"Berhentilah sebentar, aku ingin bicara" ucap Seungcheol lalu dengan si pemilik kamar meletakan laptop dan kaca matanya dimeja belajarnya kemudian kembali duduk diatas ranjangnya.
"Hyosang-ah" Gumam Seungcheol sambil mendudukan dirinya didepan si pemilik kamar yang bernama Hyosang.
"Ada apa?" tanya Hyosang.
"Apa kau pernah terpikirkan untuk menemui ibu kandungmu?" Tanya Seungcheol sambil menyelipkan beberapa helai rambut Hyosang ditelinga kanannya. Hyosang tersenyum lembut lalu menggenggam tangan Seungcheol.
"Kau memimpikanku lagi ya?" Tanya Hyosang sambil mengelus pelan tangan Seungcheol. Seungcheol mengangguk pelan, raut wajahnya berubah sendu. Hyosang perlahan memeluk Seungcheol lalu menepuk pelan punggung pria yang sudah menjadi kakaknya selama 15 tahun itu.
"Yang perlu kau tau adalah aku akan tetap menjadi adikmu, tidak peduli siapa ayah dan ibu kandungku, aku adalah adikmu dan itu tidak akan berubah" ucap Hyosang pelan. Seungcheol memeluk erat tubuh ramping Hyosang, menghirup wangi lavender yang menguar dari tubuh gadis berambut panjang itu.
"Aku menyayangimu" gumam Seungcheol.
"Aku juga menyayangimu, oppa" jawab Hyosang sambil tersenyum.
Seungcheol terbangun. Ia mendudukan tubuhnya lalu bersandar pada kepala ranjang. Ini kamar Hyosang. Ia menyadari semalam ia pasti tertidur dikamar adiknya. Matanya mencari-cari sosok adiknya, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Hyosang. Tak lama, pintu kamar terbuka menampilkan Hyosang yang sudah berseragam sambil mengigit roti dengan selai kacang kesukaannya.
"Jam berapa ini?" tanya Seungcheol sambil menghampiri Hyosang yang sedang mengikat rambutnya didepan cermin.
"Jam 7" Jawab Hyosang masih sambil mengikat rambut panjangnya. Seungcheol memeluk tubuh Hyosang dari belakang, dan lagi, menghirup wangi lavender dari tubuh adiknya.
"Aku akan mengantarmu ke sekolah" ucap Seungcheol sambil mencium bahu Hyosang. Hyosang melepas tangan Seungcheol pada pinggangnya, lalu berbalik dan merapihkan rambut Seungcheol.
"Aku berangkat bersama appa" Jawab Hyosang. "Lebih baik kau mandi dan berangkat kuliah. Kau ada kelas jam 9.00" lanjutnya lalu bergegas pergi. Sepeninggal Hyosang, Seungcheol pergi ke kamarnya lalu mandi. Setelahnya ia berjalan menuju dapur dan menemukan ibunya sedang sarapan sendirian.
"Selamat pagi, eomma" sapa Seungcheol sambil mendudukan dirinya dimeja makan.
"oh kau ada kelas pagi?" Tanya ibu Seungcheol melihat putranya telah berpakaian rapi sepagi ini.
"Hyosang yang memberitahuku hari ini aku ada kelas pagi" Jawab Seungcheol dan sukses dihadiahi pukulan dikepala oleh ibunya.
"Lihat itu lihat, kuliah saja harus diingatkan adikmu. Kapan kau akan dewasa Choi Seungcheol" Gerutu ibunya.
"Baiklah baiklah jangan mengomel lagi. Aku harus berangkat, sampai jumpa nanti malam eomma" pamit Seungcheol sambil mengecup pipi ibunya dan bergegas pergi.
Hyosang masih diperjalanan menuju sekolahnya. Ia menatap kosong jalanan yang mulai ramai. Ayahnya melirik pada Hyosang yang terdiam.
"Apa yang kau pikirkan, Hyosang?" Tanya ayahnya. Hyosang menoleh lalu tersenyum.
"Tidak ada, appa." Jawab Hyosang.
Tak lama Hyosang pun sampai di sekolahnya. Ia turun dari mobil lalu berjalan santai ke area sekolah.
"Hyosang!" Panggil seseorang membuat Hyosang menoleh. Orang itu berlari kecil menghampiri Hyosang. Pipinya yang bulat bergoyang saat ia berlari, Hyosang tersenyum geli.
"Kau tidak perlu berlari seperti itu, Seungkwan" Ucap Hyosang sambil kembali berjalan. Seungkwan mengikutinya.
"Apa kau sudah dengar beritanya?" Tanya Seungkwan.
"Berita apa?" Ucap Hyosang bertanya balik.
"Wonwoo sunbae" Ucap Seungkwan. Hyosang terdiam, ia kenal orang yang disebut Seungkwan bahkan sangat mengenalnya.
"Hyosang kau baik-baik saja?" tanya Seungkwan sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Hyosang.
"o-oh aku baik-baik saja" Jawab Hyosang lalu menarik Seungkwan untuk masuk ke kelas.
"aku dengar Wonwoo sunbae pindah ke sekolah kita. Wah seperti apa dia sekarang? terakhir aku bertemu dengannya dia sangat tampan dan terkenal" gumam Seungkwan.
"Seungkwan-ah, bisakah kita tidak membicarakan ini?" ucap Hyosang yang Seungkwan tanggapi sebagai pernyataan bukan pertanyaan.
"Baiklah, ayo kita masuk ke kelas" jawab Seungkwan.
"Hyosang ponselmu bergetar" ucap Seokmin pada Hyosang yang sedang memakan bekal makan siangnya. Seungkwan, Hyosang bersama senior tingkat satu mereka, Seokmin berada dikafetaria sekolah saat ini. Hyosang melirik ponselnya, lalu mengangkat telepon tersebut.
"Oh? Aku harus rapat bersama klub jurnalistik"
"..."
"Benarkah? Lebih baik cepat pulang"
"..."
"Hmm"
"..."
"Aku? Seungkwan dan Seokmin sunbae"
"..."
"Ya baiklah, aku menyayangimu" Ucap Hyosang lalu menutup sabungan teleponnya. Seokmin mengernyit.
"Kau bicara dengan siapa?" tanya Seokmin.
"Kakakku" jawab Hyosang. Seokmin melirik pada Seungkwan. Seungkwan seperti mengerti dengan cepat ia mengangguk. Tiba-tiba Seokmin tertawa, membuat Hyosang bingung.
"Ada apa?" tanya Hyosang bingung.
"Aku punya seorang adik perempuan dan kami bahkan tidak pernah seperti itu. Entahlah, kami hanya bertengkar setiap waktu" Ucap Seokmin.
"Hubungan Hyosang dengan Seungcheol hyung lebih dari yang kau bayangkan, sunbae" celetuk Seungkwan membuat Hyosang dengan senang hati memukul kepala orang yang sudah menjadi sahabatnya sejak 4 tahun lalu itu dengan sendok. Seungkwan meringis.
"Hyosang-ah, kau punya kakak yang baik dan keluarga yang harmonis. Belum lagi kau berasal dari keluarga yang kaya. Betapa menyenang-"
"Sunbae, aku harus mengerjakan tugasku. Permisi" ujar Hyosang memotong ucapan Seokmin dengan sopan, lalu bergegas pergi.
"Jangan bahas tentang keluarga Hyosang, sunbae. Ia tidak begitu suka membicarakannya." ucap Seungkwan lalu kembali makan. Seokmin hanya mengangguk canggung karena merasa tidak enak dengan Hyosang.
Bel pulang sudah berdering, Hyosang segera membereskan barang-barangnya lalu bersama dengan Seungkwan ia pergi ke ruang klub jurnalistik. Rapat berlangsung hingga pukul 8.30 p.m. Seungkwan pulang lebih dulu karena harus mengantar Hanbyul, ketua Jurnalistik, pulang.
Hyosang dan Seokmin adalah orang terakhir yang pulang, kemudian mereka berdua berjalan keluar dari sekolah. Saat hendak keluar dari gerbang sekolah, sebuah mobil sport menghadang jalan mereka. Tak lama si pemilik mobil keluar.
"Aku bilang kan tidak perlu menjemput" ucap Hyosang. Seokmin hanya diam sambil memperhatikan.
"Aku merindukanmu, jadi aku datang untuk menjemput. Ayo pulang, ibu sudah memasak makan malam" ucap Seungcheol sambil menggandeng tangan Hyosang dan mengambil tas gadis itu.
"Sunbae, mau kami antar?" tanya Hyosang.
"Ah tidak perlu, rumahku tidak jauh dari sini, kau pulang saja" jawab Seokmin. Hyosang mengangguk mengerti.
"Ayo" ucap Seungcheol sambil menarik Hyosang dan membawanya masuk ke dalam mobil. Seungcheol sempat melihat Seokmin sesaat lalu tersenyum tipis dan bergegas pergi. Mobil itu pun menjauh.
"Dia itu kakak atau kekasihnya" gumam Seokmin bingung.
Hyosang telah selesai makan malam dan saat ini tengah berkutat dengan tugas biologinya. Ia berhenti sesaat untuk mengistirahatkan kepalanya yang penat. Gadis itu melepas kaca matanya lalu memejamkan mata. Perlahan rasa kantuk menyerangnya. Ia merasa sangat mengantuk namun tiba-tiba hawa dingin menusuk kulitnya. Dingin itu berbeda, rasanya benar-benar menusuk. Ia membuka matanya lalu bergegas masuk ke kamar mandi ketika sadar kausnya tersiram darah segar. Ia menyeka darah segar dari hidungnya lalu membersihkannya dengan air. Setelah itu ia segera mengganti pakaiannya, sebelum Seungcheol masuk dan melaporkan pada ibunya.
"Selalu seperti ini" gumam Hyosang ketika kembali duduk dimeja belajarnya.
"Seperti apa?"
"Oh sejak kapan kau disana?" tanya Hyosang ketika tau ia kedatangan tamu. Orang itu bersandar dipintu kamar Hyosang yang tertutup.
"Cukup lama hingga melihatmu tergesa-gesa masuk ke dalam kamar mandi" jawab orang itu sambil berjalan kearah ranjang Hyosang, lalu berbaring diatasnya.
"Tugas sekolahku sedang banyak, Jun. Jangan ganggu aku" Ucap Hyosang lalu kembali mengerjakan tugasnya.
"Kau berdarah lagi?" tanya Jun.
"Tidak perlu bertanya kalau kau tau jawabannya" Jawab Hyosang malas.
"Hey apa tidak sebaiknya kau pergi ke rumah sakit, aku rasa ada sesuatu yang salah denganmu." Ucap Jun sambil memainkan ponsel Hyosang. Hyosang berhenti menulis, ia menoleh pada Jun membuat Jun mengernyit.
"Apa?" Tanya Jun bingung.
"Tidak ada. Pergilah, aku ingin tidur" Ucap Hyosang lalu perlahan berbaring diranjangnya. Jun masih belum beranjak dari sana, terlihat enggan untuk pergi.
"Hyosang" Gumam Jun sambil memainkan ponsel Hyosang.
"Hm" jawab Hyosang malas sambil menarik selimut tebalnya sampai sebatas leher.
"Kau tau? Aku hanya memilikimu saat ini" gumam Jun masih sibuk memankan ponsel Hyosang.
"Aku sudah mendengar itu hampir jutaan kali, Jun" Jawab Hyosang membuat Jun tertawa.
"Baiklah baiklah, sepertinya tuan putri sudah sangat mengantuk. waktunya Pangeran pulang ke kerajaan. Selamat malam, Tuan Putri" Ucap Jun sambil tersenyum tipis. Hyosang tersenyum menanggapi lalu mulai terlelap.
"Hyosang! Choi Hyosang!" Panggil Seungkwan. Hyosang yang sedang mengobrol dengan salah satu anggota klub jurnalistik pun menoleh.
"Ada apa? Tidak perlu berteriak seperti itu, Seungkwan" Jawab Hyosang kemudian berpamitan dengan temannya.
"Ikut aku" ucap Seungkwan lalu dengan cepat menarik tangan Hyosang menuju ruang Kepala Sekolah. Hyosang mengernyit.
"Apa yang terjadi?" Tanya Hyosang bingung karena melihat Seungkwan mengintip dicelah jendela ruangan pemimpin sekolah tersebut. Hyosang yang penasaran pun ikut mengintip apa yang terjadi di dalamnya. Setelah tau, ia mundur perlahan lalu meninggalkan Seungkwan.
"Hyosang!" Panggil Seungkwan kemudian mengejar Hyosang. Ia kemudian meraih tangan gadis bersurai hitam tersebut.
"Seungkwan, aku mohon." Gumam Hyosang pelan.
"Hyosang, aku tidak bermaksud membuatmu sedih" Ucap Seungkwan.
"Aku mengerti tapi aku mohon saat ini tolong tinggalkan aku sendiri" Ucap Hyosang kemudian pergi meninggalkan Seungkwan yang merasa bersalah.
Sementara itu di Ruang Kepala Sekolah, Kepala Sekolah Lee tengah berbincang dengan seseorang. Wajahnya yang keriput terus tersenyum pada orang tersebut.
"Aku merasa sangat senang, kau mau bersekolah disini. Dengan prestasimu saat ini, aku benar-benar merasa terhormat bisa menyambutmu sebagai siswa di SMA Yanggu." ucap Kepala Sekolah Lee.
"Aku mohon bimbingannya, Kepala Sekolah." jawabnya sopan.
"Baiklah, Jung saem akan mengantarmu ke kelas barumu" Ucap Kepala Sekolah lalu Jung saem beserta sang murid baru keluar dari ruangan.
"Kau akan masuk dikelas 3-1. Ah ya, dan selamat datang di SMA Yanggu, Jeon Wonwoo" Ucap Jung saem dibalas senyum oleh Wonwoo.
"Disini ruang olahraga"
"Disini adalah ruangan bagi klub-klub ekstra disekolah"
"Dan kelasmu berada di lantai 2, ada disebelah kiri perpustakaan" Ucap Jung saem setelah selesai membawa Wonwoo berkeliling.
"Jadi aku bisa masuk ke kelas sekarang?" Tanya Wonwoo ketika mereka sampai didepan ruangan bertuliskan '3-1'.
"Ya, pelajaran sudah dimulai. Kau bisa masuk sekarang" Jawab Jung saem lalu mengantar Wonwoo masuk ke kelas barunya.
"Perhatian! Aku membawa murid baru, mulai sekarang ia akan menjadi teman sekelas kalian. Wonwoo silahkan perkenalkan dirimu" ucap Jung saem.
"Annyeonghaseyo. Namaku Jeon Wonwoo. Mohon bantuannya" Ucap wonwoo mengenalkan diri. Hampir seluruh siswa dikelas ini tau bahwa Wonwoo adalah juara Olimpiade Sains SMA tingkat nasional. Selain itu ia juga mahir bermain basket sehingga menghantarkan SMA Yooshim, sekolah lamanya, menjadi juara pertama pada kejuaraan tingkat nasional. Siswa perempuan diam-diam bersorak karena merasa beruntung bisa berada dikelas yang sama dengan Wonwoo. Beberapa bahkan menyapa sekaligus menggodanya, yang ditanggapi sebagai candaan untuk Wonwoo.
"Wonwoo, kau bisa duduk dengan Soonyoung dibaris tengah." Ucap Jung saem. Wonwoo pun menghampiri tempat yang dimaksud Jung saem dan pelajaran pun dimulai.
"Hai, namaku Kwon Soonyoung" ucap Soonyoung ramah.
"Ah salam kenal Soonyoung-ssi. Mohon bantuannya." Jawab Wonwoo.
"Wonwoo-ssi, namaku Ahn Sujeong. Semoga kita bisa jadi teman yang baik" Sapa Sujeong, gadis yang duduk tepat dibelakang Soonyoung.
"Jangan pedulikan dia, Wonwoo-ssi. Mari berteman, namaku Mikoto Hanami, panggil Nami saja. Aku murid pindahan dari Jep-"
"Nona Mikoto, apa kau ingin menggantikanku didepan untuk menerangkan materi ini?" tegur Jung saem, membuat Nami tersenyum kikuk. Jung saem pun melanjutkan pelajaran.
"Aku suka sekolah ini" gumam Wonwoo pelan.
Kelas pun berakhir. Seungcheol menyandang tasnya kemudian berjalan menuju mobilnya. Baru saja ia akan masuk kedalam mobil, ponselnya bergetar. Ia merogoh ponsel dari jaketnya dan mendapati Hyosang menghubunginya.
"Ada apa, cantik?" Jawab Seungcheol.
"Oppa, bisa kau jemput aku disekolah?"
"Sekarang?" Seungcheol mengernyit. Tidak biasanya Hyosang meminta untuk dijemput.
"Aku merasa tidak enak badan, aku ingin pulang saja"
"Baiklah, aku akan menjemputmu sekarang" Jawab Seungcheol panik lalu dengan cepat menutup telepon dan bergegas menjemput Hyosang. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dalam 15 menit Seungcheol sudah sampai disekolah Hyosang dan dengan segera ia menjemput Hyosang yang berada diruang kesehatan.
"Oppa" gumam Hyosang ketika melihat Seungcheol berdiri didepan ruang kesehatan. Seungcheol menghampiri Hyosang lalu memeluk tubuh ramping Hyosang.
"Aku baik-baik saja, hanya kedinginan dan sedikit pusing" Ucap Hyosang menjelaskan. Seungcheol menatap wajah pucat Hyosang khawatir.
"Ayo kita pulang" Ucap Seungcheol lalu membantu Hyosang berjalan. Setelah membawa Hyosang ke mobil, Seungcheol bergegas mengambil tas Hyosang dikelasnya.
"Jangan bilang ibu kalau aku sakit" Ucap Hyosang sekembali Seungcheol ke dalam mobil. "Aku ingin ke Sungai Han, bolehkah?" Tanya Hyosang.
"Apapun yang membuatmu merasa lebih baik, aku akan menurutinya" Jawab Seungcheol sambil mengelus rambut Hyosang sayang. Hyosang tersenyum lalu mereka pun pergi.
Wonwoo, Soonyoung, Nami dan Sujeong saat ini berada di tengah kafetaria sekolah. Mereka duduk sembari memakan bekal makan siang mereka. Nami terus berceloteh tentang kehidupannya di Jepang, Soonyoung dan Sujeong mencibir betapa berlebihannya Nami dengan segala ceritanya. Wonwoo menanggapinya dengan tersenyum dan beberapa kali tertawa.
"Bagaimana dengamu Wonwoo?" Tanya Sujeong.
"Ah bagaimana apanya?" Tanya Wonwoo bingung.
"Ceritakan apapun yang bisa kau ceritakan pada kami" Ucap Soonyoung.
"Aku tinggal dengan bibi dan pamanku. Kami memelihara beberapa ekor anak anjing dan yaa begitulah. Ah dan aku punya adik perempuan" Ucap wonwoo sambil tersenyum.
"Wah adikmu pasti sangat cantik, melihat oppanya yang setampan ini. Aku mulai bisa membayangkan bagaimana rupa adikmu" Gumam Sujeong sambil menyeruput jusnya. Wonwoo tertawa pelan menanggapi ucapan Sujeong. Tiba-tiba mata Wonwoo menangkap sosok yang ia kenal baik berjalan keluar dari kafetaria sekolah.
"Teman-teman, aku ada perlu sebentar" Ucap Wonwoo lalu bergegas mengejar orang yang ia maksud.
"Seungkwan!" panggil Wonwoo sambil menarik lengan Seungkwan.
"Oh sunbaenim!" Girang Seungkwan melihat Wonwoo.
"Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu" Ucap Wonwoo.
"Aku baik, sunbae. Bagaimana dengamu? Ah pastinya sangat baik. Kau tau? Kau sangat populer dikalangan siswa dan siswi SMA" ucap Seungkwan.
"Ya begitulah kabarku baik. Aku mau menanyakan suatu hal padamu" Ucap Wonwoo, suaranya memelan.
"Menanyakan apa?" Tanya Seungkwan mengernyit.
"Apa Hyosang masuk sekolah hari ini?" Tanya Wonwoo.
"Ah itu, Hyosang masuk sekolah tapi ia pulang lebih dulu karena sakit" Jawab Seungkwan.
"Apa?! Di-dia sakit?" Panik Wonwoo.
"Ya begitulah. akhir-akhir ini ia sering terlihat pucat karena terlalu banyak tugas yang harus ia kerjakan" Ucap Seungkwan menjelaskan. Air muka Wonwoo berubah sendu.
"Baiklah, aku akan menemuinya besok. Terima kasih, Seungkwan" Ucap Wonwoo lalu pergi.
"Ya baiklah" Jawab Seungkwan sambil menatap punggung Wonwoo yang semakin menjauh.
"Kau membuatku khawatir setengah mati, Hyosang" Gumam Seungcheol sambil memainkan jemari Hyosang. Hyosang menyamankan dirinya didada Seungcheol.
"Bukankah kau memang selalu khawatir tentang apapun yang berhubungan denganku" Ucap Hyosang sambil terkekeh pelan.
"Kau ini selalu saja" cibir Seungcheol lalu memeluk tubuh ramping Hyosang. Dan untuk kesekian kalinya menyesap wangi Lavender dari tubuh adiknya.
"Aku melihatnya disekolah" gumam Hyosang.
"Siapa?" Tanya Seungcheol.
"Kakakku, maksudku kakak kandungku" Jawab Hyosang pelan. Seungcheol secara reflek melepas pelukannya lalu menatap Hyosang dalam.
"Bagaimana?" Tanya Seungcheol. Wajah khawatir itu muncul lagi.
"Tidak ada. Aku hanya melihatnya dan aku langsung pergi" Jawab Hyosang membuat Seungcheol bernapas lega. Seungcheol menangkup pipi kiri Hyosang.
"Aku tidak bisa kehilanganmu, Hyosang. Tidak bisa." Gumam Seungcheol.
"Kau tidak akan kehilanganku, itu tidak akan terjadi" Jawab Hyosang sambl tersenyum lalu menggenggam tangan Seungcheol yang berada di pipinya. Setelah itu wajah khawatir Seungcheol pun hilang.
Setelah puas berjalan-jalan, Hyosang dan Seungcheol sampai dirumah saat sore hari. Mereka sengaja pulang sore agar ibunya tidak curiga. Hyosang segera masuk ke kamar dengan alasan mengerjakan tugas. Hyosang pun berkata pada Seungcheol untuk tidak mengganggunya, ia butuh istirahat. Hyosang berbaring di ranjangnya lalu memejamkan mata. Lama ia memejamkan mata sampai ia merasa seseorang mengelus kepalanya. Hyosang membuka mata dan mendapati Jun duduk diatas ranjangnya. Lagi-lagi masuk tanpa izin.
"Jun, aku benar-benar butuh istirahat sekarang" Gumam Hyosang malas lalu duduk dipinggir ranjang.
"Kau akan gila dalam waktu dekat jika kau terus menahan diri, Hyosang" Ucap Jun prihatin tapi terdengar menasehati. Ia berdiri di depan Hyosang lalu menatapnya.
"Aku harus bagaimana?" Tanya Hyosang. Matanya mulai berkaca. Benar apa yang Jun katakan, ia terlalu menahan diri. Banyak hal yang membebani pikirannya namun tidak satupun dapat dia ungkapkan. Hyosang mulai terisak pelan, sangat pelan hingga hanya Jun yang dapat mendengarnya. Jun berlutut di depan Hyosang, menghapus air mata yang mengalir dipipi gadis berambut panjang itu. Jun memeluk Hyosang, menepuk-nepuk pelan punggungnya membuat Hyosang semakin terisak.
"A-aku tidak tau apa yang...harus aku lakukan sekarang, Jun" Gumam Hyosang ditengah isakannya.
"Tidak ada yang perlu kau lakukan, Hyosang. Kau hanya perlu menunggu. Sampai saatnya tiba" Jawab Jun pelan.
"Apa aku begitu membebani mereka sampai mereka membuangku? Apa kesalahanku?! Kakak kandungku dipukuli hingga babak belur dan aku selalu dikatakan anak yang tidak diharapkan! Aku tidak pernah minta dilahirkan jika harus membebani hidup orang lain" Ucapan terakhir Hyosang menghancurkan segala pertahanan yang ia buat selama ini. Ia berusaha melupakan masa lalunya namun setelah bertahun-tahun luka itu muncul lagi.
Tanpa Hyosang sadari seorang wanita paruh baya jatuh bersimpuh di depan pintu kamarnya. Wanita itu menutup mulutnya menahan tangis. Setelah 15 tahun menjadi ibunya, ia baru mengetahui betapa kelam hidup putrinya sebelum mereka bertemu.
Hyosang berada diperpustakaan sekarang. Jam makan siangnya ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Ia mencari beberapa buku seputar dunia jurnalistik, karena ia butuh referensi untuk project klubnya. Setelah menemukan buku yang cocok, ia mengumpulkan buku-buku tersebut ke sebuah meja besar ditengah perpustakaan lalu mulai membaca. Perpustakaan terlihat sepi karena sepertinya hanya ada petugas perpustakaan dan Hyosang disana. Tak lama, pintu perpustakaan terbuka dan masuklah dua orang siswa. Mereka mulai berjalan di antara rak-rak buku yang tinggi. Hyosang bermaksud meletakan salah satu buku yang ia rasa kurang bagus, ia pun mulai berjalan ke sebuah rak besar untuk mengembalikan buku itu ke tempat semula. Ia mencari tempat buku itu, tanpa sadar seseorang yang berada dibalik rak itu menatapnya. Merasa ditatap, Hyosang pun menoleh. Tak terasa keduanya sampai diujung rak buku itu, dan akhirnya bertemu. Hyosang terkesiap dan bermaksud untuk pergi sesecepat mungkin namun tanganya ditahan.
"Aku mohon jangan pergi, aku akan menjelaskan semu-" ucap orang itu.
"Aku tidak ingin melihatmu lagi" gumam Hyosang tanpa berani menatap.
"Kumohon, Hyosang" lirih orang itu sambil menggenggam tangan Hyosang.
"Lepaskan aku" Ucap Hyosang hampir menangis.
"Hyosang, dengarkan aku sekali ini saja" Ucap orang itu, jatuh berlutut.
"Maaf aku tidak bisa" Jawab Hyosang kemudian melepaskan tangannya lalu bergegas pergi. Mata sendu itu menatap nanar punggung Hyosang yang semakin menjauh.
"Wonwoo, kau baik-baik saja?" Tanya Soonyoung sambil menghampiri Wonwoo.
"Kau tau bagaimana rasanya dicampakan orang yang paling kau sayangi dalam hidupmu?" Gumam Wonwoo. Soonyoung menatap iba pada Wonwoo.
"Siapa yang kau bicarakan, Wonwoo?" Tanya Soonyoung.
"Jeon Hyosang" Gumam Wonwoo.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUE
Ini fanfic straight pertama hoho. Tiba-tiba kepikir buat bikin FF Seungcheol dan jadilah chap pertama disela-sela UAS hehe. FIND YOU update mingge depan setelah UAS yaaaww. PPYONG!
