Vocaloid bukan milik penulis. Penulis hanya menggunakan karakter dalam cerita ini.

Sudah lama tidak menulis, mohon maaf bila banyak perubahan gaya penulisan. Review sangat diharapkan, saya masih memiliki banyak kekurangan. Happy reading :)


Prolog

Dimalam hari yang penuh dengan kebahagiaan. Salju turun menyelimuti kota Tokyo. Semua orang beramai ramai berkumpul dan bercanda ria. Bersama teman, kekasih, keluarga. Begitu pula dengan sebuah keluarga kecil yang dengan haru menyambut kelahiran kedua anaknya.

Sejak awal mereka tahu, anak anak itu tidak sempurna. Sejak awal mereka tahu, anak anak itu berbeda. Tapi mereka menerima hal itu. Memiliki dua orang anak kembar adalah sebuah karunia Tuhan yang tiada duanya. Lenka, dengan peluh yang mengalir dikedua pelipisnya, sekujur tubuhnya, berusaha melakukan persalinan secara normal. Tetapi, dokter sudah mengerti apa yang harus dia lakukan. Operasi persalinan secara caesar harus dilakukan untuk menjamin keselamatan pasiennya.

24 Desember 1998. Dua orang anak kembar bernama Rin, dan Len. Dilahirkan secara caecar oleh Lenka Kagamine.

Keluarga Lenka sudah tahu kalau anak dari Lenka bukanlah anak biasa. Mereka sepasang kembar bukan kembar biasa. Kembar siam. Dengan empat kaki, dua tangan, dua kepala. Tubuh mereka bersatu dari pinggul hingga dada, terlepas dibagian dada sehingga mereka memiliki sepasang bahu masing masing namun tanpa sebelah tangan. Sepintas terlihat hanya tubuh mereka yang bersatu, dan bisa dengan mudah dipisahkan. Tetapi nyatanya tidak. Mereka hanya memiliki sepasang ginjal dengan kondisi ginjal disebelah kanan, bagian Rin yang lemah. Pemisahan sangat beresiko hingga Rin dapat menemukan pendonor ginjal yang tepat.

Semestinya, ayah Rin dan Len akan dengan senang hati memberikan donor karena kondisinya sendiri diprediksi akan tetap sangat sehat walaupun hanya dengan satu ginjal. Tapi sejak kehamilan Lenka, ia meninggalkannya dengan sebuah surat perceraian.

Rinto tidak menginkan anak yang tidak sempurna. Apalagi kembar siam. Jadi ia meninggalkan Lenka dengan keluarganya. Tak ada sedikitpun kabar berhembus mengenainya. Keluarga Rinto seakan akan menutupinya. Tapi Lenka tidak ingin bercerai, ia tetap menggunakan nama keluarga Kagamine milik Rinto. Keluarga Rinto pun tidak menolak, entah karena kasihan, atau memang masih menganggap Lenka sebagai bagian dari keluarga mereka.

Nama Rin dan Len juga diambil dari nama Rinto dan Lenka. Lenka benar benar tidak mau melupakan ayah dari kedua anaknya ini. Kisah percintaan sepasang kekasih yang sudah terjalin selama lima tahun dan dua tahun pernikahan adalah kisah impian semua gadis. Penuh romantika. Tak boleh berakhir begitu saja.

Namun keluarga Kagamine tidak datang pada persalinan Lenka. Entah apa yang terjadi. Lenka tidak perduli. Kedua anak ini. Rin dan Len. Semestinya menggunakan nama keluarga Kagamine pula.

Lilly, adik dari Lenka yang mengurus Lenka sepanjang masa kehamilan, kini ia juga yang mengurus akta kelahiran Rin Kagamine dan Len Kagamine. Lilly sendiri tidak mau banyak bertanya mengenai nama keluarga yang digunakan keponakannya. Ia sudah lelah menasehati saudaranya mengenai Rinto. Persaudaraan nampaknya tak bisa meluluhkan kisah cinta yang sudah tertulis di hati dan otak Lenka.

Dokter keluarga yang mengurus persalinan. Kamui Gakupo, sudah tahu tentang cerita cinta Lenka dari awal sampai akhir. Tentu saja, dari perencanaan anak pun Rinto dan Lenka berkonsultasi ke Gakupo. "Kamui-san. Kami ingin mengikuti program dua anak." Masih jelas terekam wajah Rinto yang datang dengan penuh bahagia, dan tentu disambut dengan bahagia pula oleh Gakupo. Hingga pemeriksaan kehamilan, dan pada suatu saat Lenka hanya datang sendirian dengan wajah lesu. Ya, semuanya terekam jelas dibenaknya.

"Rin Kagamine dan Len Kagamine. Walaupun mereka satu tubuh, tapi karena kepala Rin berada lebih bawah dibandingkan Len. Kita asumsikan Rin sebagai kakaknya. Apa ada panggilan khusus untuk mereka?" Tanya Gakupo disamping kasur Lenka yang tengah terbaring. Wajahnya dipenuhi senyum, walaupun masih lesu karena operasi.

Dengan lemah Lenka mengangguk. "Ya, akan kupikirkan." Ujarnya yang diiringi sambaran Lilly "Aku tahu." Ujarnya sambil berjalan disamping suster yang mendorong kereta bayi.

"Lenny. Rinny. Ya, aku tau itu terlalu biasa. Tapi terdengar imut kan? Sama seperti mereka. Mereka imut sekali." Lanjut Lilly sambil memperhatikan Rin dan Len yang tertidur.

Gakupo menatap Rin dan Len dengan iba. Seharusnya ayah mereka ada disini. Tapi dimana Rinto? Ia tidak tahu dan tidak mau tahu. Ditambah kondisi mereka, jelas tidak bisa mendapat ASI pertama setelah persalinan. Setidaknya, tidak saat ini.

Senyum sayu menghiasi wajah Lenka. Dia tidak bisa berharap lebih dari ini. Melihat kedua anaknya, sudah cukup. Ia sudah membaca banyak artikel mengenai kembar siam. Ia sudah mengerti keadaannya tanpa penjelasan lagi dari Gakupo.

Sambil tersenyum, Lenka menatap Gakupo. "Terimakasih." Ujarnya, yang langsung dibalas dengan senyuman dari Gakupo. "Ya. Aku sudah menanganimu sejak awal, Kagamine-san. Sudah sepatutnya aku memberikan pelayanan terbaik." Jawab Gakupo.

Kereta bayi pun didorong kembali oleh suster. Mereka akan dirawat untuk sementara. Entah berapa lama. Setidaknya hingga kondisi mereka stabil.

Gemerlap malam kota Tokyo terlihat dari jendela kamar rawat Lenka. Pohon natal disebrang jalan berkilauan. Semua orang berlalu lalang dijalanan dengan penuh kebahagiaan. Seakan akan seluruh dunia tengah merayakan kelahiran sepasang kembar siam yang dilahirkan Lenka. Semua orang tersenyum, semua orang bahagia, begitu juga dengan Lenka.