"brengsek! Aku membencimu choi siwon!"

"aku juga mencintaimu sayang.. ayo kita pulang" yesung menyentak tangan siwon dari lengannya, ia segera berjalan berlawanan dengan arah dimana siwon akan membawanya pulang.

"yesung" siwon kembali berhasil menggapai lengan yesung lalu menahannya. "jangan sampai kau mendapat tatapan kecewa dari umma karena baby yesungie nya berubah nenjadi seperti ini"

" biarkan aku melakukan hal yang ku mau!"

"aku akan membiarkannya jika itu tidak membahayakanmu!" yesung terdiam ketika siwon berteriak mengimbangi suaranya. "kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan di belakangku huh? Kau berurusan dengan club tak punya aturan dan etika itu, kau pikir aku tak tahu?"

Melihat yesung hanya diam tak menanggapi, siwon mendesah pelan. "kajja, ikut bersamaku. Aku akan mengajakmu ke tempat yang lebih baik dari tempat club bodohmu itu berkumpul"

"aku membencimu choi siwon! demi apapun aku membencimu!" dengus yesung yang akhirnya setengah tak rela di seret choi siwon menuju tempat dimana mobilnya terparkir.

Siwon tersenyum samar, "aku lebih mencintaimu baby.."

.

.

.

Arika Tooru

.

A YeWon Fanfiction

.

.

ampir dua tahun setengah di dalem dokumen, ff ini calon penghuni Recycle Bin sebenernya. -a

tapi di pikir2 sayang juga, jd aku publish deh xD

dan seperti biasa tanpa edit *terlalu males ngedit*

aku ga nyangka aku dulu bisa juga bikin ff nyampe 6k word, emejing kan? wk~

karena bukan gayaku, jd aku potong deh jd 2shoot :p #dibakar

semoga masih ada yg mau baca y.. :3 *ga ngarep juga sih sebebernya*

.

.

.

Enjoy!

.

.

Happy Reading~~

.

.

.

Sekali lagi Yesung membaca kertas medical report ditangannya dan itu selalu berhasil membuatnya senang tak karuan. Ia terkekeh membayangkan bagaimana reaksi suaminya ketika mengetahui tentang hal ini. Dua minggu terakhir Yesung memang mengeluh tidak enak badan, pusing dan sedikit mual. Hari-hari pertama ia mengira itu hanya flu biasa atau hanya masuk angin, tapi setelah dua minggu tidak juga membaik, mertuanya yang super overprotectif mulai panik. Jadilah ia disini, duduk di ruang tunggu rumah sakit setelah menerima hasil chek-up nya dan beberapa test yang ia lakukan dua hari yang lalu.

"Yesung-ah" fantasinya berakhir ketika sebuah suara mengintrupsinya, ia menoleh mendapati dua orang namja tengah berjalan setengah berlari kearahnya, seorang namja tampan dan seorang lagi namja berjas putih yang juga tampan meski usianya tak lagi muda.

"Siwon, han appa!" seru Yesung girang, ia langsung berdiri dari duduknya.

"bagaimana? aku ingin tahu hasil testnya, Katakan padaku!" Yesung hanya mengigit bibir bawahnya. Senyum bahagia seperti betah berlama-lama membiangkai bibir manis itu membuat Siwon semakin merasa tidak sabar.

"ya! berikan padaku hasil testnya." Seru Siwon mulai gusar.

"kyaa~" bukannya memberikan hasil test yang diminta Siwon, Yesung justru melompat kearah Siwon dan memeluknya erat.

"Siwon! kita akan punya baby!"

"jinjja? Kau hamil?" Yesung hanya mengangguk.

"kau hamil dan aku akan menjadi appa?" Tanya Siwon lagi yang juga dibalas dengan anggukan oleh Yesung.

"oh tuhan.. terima kasih" Siwon membalas pelukan Yesung lebih erat dan mulai menggoyang-goyangkan tubuh Yesung dalam pelukannya. Hankyung yang melihat adegan anak-menantunya itu hanya tersenyum memaklumi sambil sesekali membalas sapaan para pegawai rumah sakit.

"ehm.." namja china itu berdehem kecil, sehingga pasangan suami-istri yang larut dalam dunianya sendiri itu langsung melepas pelukannya.

" kalian tidak lupa ini masih di area rumah sakit kan?" Tanya Hankyung sarkastis membuat Yesung maupun Siwon tersenyum malu dan bergumam maaf, Hankyung mendesah. Sebenarnya itu sudah biasa baginya, bahkan kerap kali anak-menantunya itu lupa diri dengan mengobral 'lovey dovey' di hadapan kedua orang tua Yesung apa lagi dihadapannya dan Heechul.

"apa yang kalian tunggu? Kabari umma mu, dia pasti sedang menunggu dirumah"

Keduanya mengangguk patuh, "appa, kau tidak pulang bersama kami?" Tanya Yesung. Hankyung menggeleng, menggoyangkan tangannya sebagai isyarat untuk Siwon dan Yesung segera pergi.

"kalian pulang saja lebih dulu, aku masih ada urusan yang harus diselesaikan. Aku akan pulang cepat dan kita rayakan kehamilan Yesung.." Hankyung tersenyum dan dibalas dengan hal yang sama oleh Siwon dan Yesung, kedua namja itu membungkuk sekilas kearah Hankyung sebelum berjalan pergi.

.

.

.

"masuklah lebih dulu.." Siwon tersenyum melihat Yesung mengangguk patuh, matanya tidak ia lepaskan dari sosok Yesung yang mulai keluar dari mobilnya hingga sosok itu menghilang di balik pintu. Ia kembali tersenyum lembut, siapapun tidak akan ada yang bisa membayangkan bagaimana bahagianya ia sekarang. Menikahi namja yang sangat dicintainya, keluarga Yesung yang selalu membanggakannya, apa lagi kedua orang tuanya yang kadang terlihat seperti lebih mencintai Yesung dibanding anaknya sendiri. Ditambah kenyataan bahwa namja manisnya itu akan menjadi seorang ibu untuk anaknya. Apa lagi? Siwon seperti sudah memiliki surga dunianya.

Setelah memarkirkan mobil, Siwon segera menyusul Yesung kedalam rumahnya. Diruang tamu ia melihat ummanya tengah memeluk Yesung dengan erat. Siwon terkekeh, ummanya itu pasti sangat senang mengetahui bahwa Yesung hamil, ia lalu menghampiri mereka. Senyum lembut itu berganti menjadi senyum evil yang hanya ia tunjukan untuk sang umma. -_-

"yak! Kau mau membunuh istriku eoh? kau terlalu erat memeluknya, kau tahu?" Siwon menarik Yesung dari pelukan Heechul.

Bukk!

"aww.. yak! Kenapa memukul kepalaku?!" Siwon mengusap tempat sang umma mendaratkan pukulan dikepalanya sambil bersungut tak jelas.

"dasar anak kurang hajar!" Heechul melotot garang kearah Siwon, kemudian ia kembali beralih kearah Yesung lalu menangkup pipi menantunya itu menatapnya dengan tatapan prihatin.

"oh Yesung-ku yang malang, bagaimana bisa kau menikahi namja seperti dia sweety? Hm?" Tanya Heechul berlebihan.

"apa yang kau bicarakan hyung? tentu saja karena aku adalah suami terbaik yang pernah ada, dan Yesung mencintaiku"

"jangan bersikap seolah Yesung beruntung memiliki suami sepertimu Choi Siwon! dan sekali lagi kuperingatkan, panggil aku umma!"

"tapi kau terlalu muda untuk ku panggil umma, hyung.."

Heechul tampak berpikir sebentar, seringaian khas muncul tercetak di bibirnya, "tentu saja, bukankah aku terlihat awet muda?"

Siwon memutar matanya imajinatif, "yah~ meski tak setampan putranya yang sempurna ini" ucap Siwon santai membuat ia mendapat tatapan meremehkan dari sang umma.

"tuhan.. mimpi apa aku mempunyai anak seperti makhluk ini.."

Siwon mendecak, "kau pikir aku seperti ini gen siapa? Kau sangat tahu, sifat ku dan appa berbeda"

"ya! ya! bisakah kalian berhenti?" ketiga namja yang masih berdiri di ruang tamu itu menoleh kearah Hankyung yang baru saja masuk berjalan menghampiri mereka. "tidakkah kalian lelah berdebat huh?"

"dia yang memulainya!" kilah Siwon, tangannya menunjuk Heechul.

Bukk!

"ugh~ aish! Itu sakit appa!"

"sopanlah sedikit tuan muda Choi"

Yesung tertawa kecil, membuat ayah-ibu-anak itu menoleh kearahnya berbarengan. Heechul tersenyum lembut.

"oh~ lihatlah.. menantuku manis sekali~" ucapnya tanpa sadar lalu merangkul Yesung kedalam pelukannya.

"tentu saja, dan dia istriku.." sahut Siwon bangga yang langsung di hadiahi tatapan sengit dari Heechul.

"semoga baby tidak menuruni sifat appa mu ya sayang~" tangan Heechul mengelus-elus perut datar Yesung lalu menunduk sekedar untuk menciumnya. Kali ini Siwon tidak membalas, ia hanya tersenyum samar.

"sebaiknya kau mandi dulu sweety, umma akan memasak sesuatu untukmu" melihat Yesung mengangguk saja sudah bisa membuat Heechul tersenyum, ia beralih menatap putranya yang entah mengapa tampak lebih cerah dari biasanya. Heechul paham, putra sulungnya itu pasti sangat bahagia.

"Siwon, kau juga. Setelah selesai, pastikan menantuku sampai di ruang makan dengan selamat. Kau mengerti?" Siwon tertawa, permintaan ummanya itu terdengar begitu lucu ditelinganya. Tentu saja, tanpa dimintapun ia akan melakukannya. Terkadang Heechul terlihat terlalu memperlakukan Yesung seperti seorang bayi yang butuh perhatian dan perlindungan ekstra. Apa lagi kini Yesung tengah mengandung cucu pertamanya. Hankyung menggeleng-geleng sambil tersenyum kecil, tidak habis pikir dengan istrinya itu.

"with my pleasure, madam~"

"aish.. hentikan! Hentikan! kalian berlebihan" dengus Yesung. Siwon mengecup bibir Yesung yang mempout sedikit lama membuat Heechul juga Hankyung memalingkan wajahnya kearah lain.

"ayo sayang.."

"ck! Mereka itu benar-benar." Gumam Hankyung pelan menatap punggung pasangan muda itu. Heechul menoleh dan tersenyum, ia mendekat, melepas jas yang dipakai Hankyung dan dasi yang masih terpasang rapi di kerah kemeja suaminya.

"uri Siwon sudah dewasa hannie.."

"ya, kau benar. Dan kita semakin tua" keduanya bertatapan lama sebelum akhirnya tersenyum.

Malam itu keluarga Choi berkumpul, orang tua Yesung, Leeteuk dan kangin juga hadir. Bahkan Choi Kyuhyun magnae keluarga Choi yang sedang melakukan pertukaran pelajar di jepang menyempatkan pulang karena dipaksa oleh sang umma. Jadilah 2 pihak keluarga itu berkumpul di kediaman Choi untuk makan malam bersama.

.

.

.

"Yesung, bagaimana perasaanmu? Kau senang?" Tanya Leeteuk. Ia masih tak percaya putra manisnya yang selalu terlihat polos itu akan segera memberinya seorang cucu. Ia melihat Yesung sangat cerah malam ini. Ia jadi sedikit menyesali perbuatannya yang dulu sempat tidak mengijinkan Siwon segera mempersunting Yesung-nya 2 tahun yang lalu.

Tentu saja! Saat itu Yesungnya baru saja lulus dari perguruan tinggi. Leeteuk bahkan masih ingat ketika Siwon melamar Yesung di podium ketika keduanya wisuda. Itu memalukan! Tapi disana ia melihat kesungguhan Siwon. ia mulai merasa risih dengan bagaimana Yesung juga Siwon terus meyakinkannya. Setelah berkali-kali gagal, akhirnya ia luluh juga. Walaupun itu di bantu kangin suaminya yang memang sudah memberikan ijin. Ditambah bujukan Hankyung juga Heechul yang merupakan sahabatnya dari kecil yang sudah sangat berambisius mendengar Siwon ingin menikahi Yesung. kedua orang tua Siwon dan Yesung memang sudah bersahabat, jadi tidak heran mengapa Heechul begitu menyeyangi Yesung. itu yang pertama, alasan kedua karena Heechul tidak memiliki anak perempuan, ia selalu berpikir Yesung kecil sangat cantik dan manis.

"umma~ bagaimana mungkin aku tidak senang? Aku selalu ingin jadi seperti umma dan sebentar lagi itu akan terwujud. Aku ingin menjadi umma terbaik sedunia, seperti kalian berdua" jawab Yesung antusias sembari menatap Leeteuk dan Heechul bergantian, Leeteuk tersenyum mendengar jawaban Yesung.

"aku juga senang karena Siwon yang menjadi appa untuk anak-anakku" lanjutnya menoleh kearah Siwon mengusap tangan suaminya lembut. Siwon tertawa, ia merangkul pundak Yesung lalu mencium pipi istrinya itu.

"bisakah berhenti mengobral kemesraan kalian di depan kami?" sindir Kyuhyun membuat seisi ruangan itu tertawa.

Heechul mengacak rambut putra bungsunya, "kau akan merasakan hal yang sama ketika kau menemukan seseorangmu nanti, dasar sok dewasa" Kyuhyun melawan protes, tangannya kembali merapikan tatanan rambutnya.

"aku jadi tidak sabar ingin melihat Yesung hyung versi mini"

Siwon memukul kepala dongsaengnya, "itu namanya bayi, kau ini."

"ya! hyung! maksudku Yesung yang seperti ini saja sudah seperti bayi, aku ingin melihat Yesung hyung yang benar-benar bayi. Jangan seperti umma yang memukulku seenaknya hyung"

"apa maksudmu yang sepertiku?" Heechul melotot kearah Kyuhyun, "oh~ bagaimana bisa aku mempunyai 2 orang putra yang sama-sama tidak menghormatiku" ucap Heechul berlebihan membuat Siwon maupun Kyuhyun memutar matanya bosan.

"aku yang baru menyadari atau Yesung semakin hari semakin terlihat tampan?" ucap Hankyung seraya berpura-pura meneliti penampilan Yesung. Yesung tersipu.

"Hankyung-ssi, putra ku memang tampan. Itu tergantung gen, kan?"

Mendengar jawaban kangin, Hankyung mendecak. "panggil aku hyung, youngwoon-ssi.."

"tapi kita berbesanan sekarang."

"berarti aku akan menyebut Yesung tampan ketika kau tidak disini."

Heechul memutar bola matanya, mereka mulai lagi pikirnya. "apa kalian buta? Yesungku tidak hanya tampan, dia manis dan polos seperti anak TK. Bukan begitu?" Heechul menatap Leeteuk mencari dukungan. Besannya itu hanya tertawa kecil.

"ya dia. Putraku.."

"geumanhae~ kalian membuatku malu.." Yesung merengek seraya menutupi pipinya yang merona. Orang-orang dewasa itu kembali tertawa.

"ayolah hentikan.. sebaiknya kita mulai makan malam kita."

"itu yang ku tunggu appa.." ucap Kyuhyun asal yang lagi-lagi dihadiahi pukulan dari sang umma.

.

.

.

Siwon keluar lebih dulu dari mobil lalu berlari ke sisi lain mobilnya untuk membukakan pintu, Yesung keluar dari mobil Siwon dan langsung menggandeng lengan suaminya itu. Siwon tersenyum, keduanya berjalan memasuki sebuah gedung tempat dimana Siwon selaku CEO bekerja dengan sesekali membalas sapaan para karyawannya yang menatap kagum kearah pasangan suami istri tersebut. walaupun tidak sedikit karyawan yang justru merutuk kecil karena sudah tidak mempunyai kesempatan lagi bahkan untuk sekedar bermimpi mendapatkan atasan tampan mereka.

Seharusnya posisinya kini jatuh untuk sang appa, tapi Hankyung lebih memilih menjadi dokter yang ia cita-citakan dan menjadi kepala rumah sakit ketimbang meneruskan perusahaan kedua orang tuanya atau kakek-nenek Siwon. jadilah Siwon yang harus ikut andil peran.

Siwon terpaksa mengajak Yesung ke kantornya karena Yesung yang mendadak manja dan sensitive di minggu ke 9 kehamilannya merengek dan hampir menangis meminta agar Siwon tetap disampingnya, otomatis Siwon harus mengajak Yesung kemanapun ia pergi. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti keinginnan istrinya itu.

Yesung menggerutu ketika memasuki ruangan Siwon, ia duduk di sofa sedangkan Siwon duduk si kursinya. Siwon mendesah melihat Yesung yang duduk tak nyaman di sofa, istrinya itu sedang merajuk. Ia memutuskan menghampiri Yesung dan duduk disampingnya.

"ada apa sayang?" Tanya Siwon seraya mengusap surai kecoklatan Yesung, memainkannya.

"kau pura-pura tidak tahu?" Yesung melotot tak percaya, ia mendecak lalu menjatuhkan tubuhnya bersandar di sofa. "aku tidak suka bagaimana cara yeoja tadi menatapmu, ck! Dia sudah seperti ahjuma-ahjuma yang ingin merebut suami orang"

"dia hanya asistenku sayang.."

"bagaimana mungkin kau menyebutnya sebagai asisten? Wonnie aku tidak suka dia"

"sayang.. sebagai istriku yang baik harusnya kau –"

"professional?" potong Yesung cepat. "Siwon bagaimana aku bisa tenang dirumah sementara suamiku berada di kantor bersama seorang yeoja yang mencintainya yang menyebut dirinya asisten dan mengikuti kemanapun suamiku pergi. Kau bisa membayangkan perasaanku kan?" Yesung mendesah, ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Siwon ikut menghembusakan nafas berat, mencoba bersabar menhadapi istrinya yang berubah menjadi menyebalkan seperti ini. Ia menggeser duduknya semakin menempel pada Yesung.

"kau cemburu hmm?" Yesung melepas tangkupan tangannya, beralih menatap tajam kearah suaminya.

"apa maumu Choi Siwon?! kau bertanya seolah kau tidak tahu?" Siwon tidak menanggapi Yesung yang berteriak padanya, ia hanya mengangguk kecil lalu bersandar di pundak Yesung, menutup matanya ia menelusupkan wajahnya di perpotongan leher Yesung menghirup wangi favoritnya, milky strawberry aroma sabun yang biasa Yesung gunakan. Kedua tangannya entah sejak kapan melingkari pinggang Yesung, menariknya kedalam sebuah rengkuhan yang hangat.

"kau tahu apa yang paling ku suka dari istriku ini?" Tanya Siwon sembari sesekali mengecupi leher Yesung, Yesung tidak berniat menjawab, ia tahu suaminya itu tak membutuhkan jawabannya.

"yaitu ketika istriku cemburu seperti ini"

"kau merayuku?" Yesung menunduk sekedar ingin melihat rupa tampan suaminya yang ternyata tengah tersenyum menatapnya.

"kau tahu sendiri sayang, aku tidak bisa menggunakan topengku jika bersamamu. Aku selalu menjadi manusia terpolos sedunia jika itu tentangmu.."

"jadi kau akan menggunakan topengmu itu untuk merayu yeoja tadi? mendapatkan hatinya lalu pergi bersamanya dan.. meninggalkanku?" kalimat Yesung terdengar ragu diakhir. Siwon berpikir apa ini termasuk sesi menyebalkan Yesung? Yesung tak pernah berani sefrontal ini mengungkapkan ketidaksukaannya. Siwon mendongak, menatap Yesung sebentar sebelum menempelkan bibirnya di bibir milik Yesung, menciumnya lembut.

"kata-katamu melukaiku Yesung, kau juga tahu itu kan?" ucap Siwon sedih setelah melepas pagutannya. Yesung tidak menjawab, sedikit merasa bersalah juga dengan ucapannya tadi. ia hanya sedang cemburu dan kata-kata tadi keluar begitu saja dari mulutnya. Ia tidak bermaksud melukai Siwon.

"Siwon.."

"bukankah kau pernah berjanji untuk tidak akan pernah meragukanku? Haruskah aku memintanya sekarang?"

"ng.. Siwon… mianhae, aku tidak bermaksud –"

"kumaafkan, selama kau mau berjanji, tidak akan mengulanginya lagi"

"aku berjanji!" sahut yesung cepat, siwon tersenyum menampilkan dua lekuk dimplenya lalu mengecup bibir yesung sekilas sebelum kembali memeluk istrinya itu.

"kau istri terbaik sedunia.."

"Dan kau suami terburuk sedunia!"

siwon segera melepaskan pelukannya, pasangan itu memperbaiki posisi duduknya ketika suara khas sang umma mengintrupsi kegiatan mereka. Heechul sudah berdiri di ambang pintu dengan seorang namja yang kini tengah mencoba mengalihkan perhatiannya kearah lain. Namja bishounen itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu berjalan menghampiri putranya yang tertangkap basah.

"yak! Kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu? Itu tidak sopan madam!"

"oh.. maafkan aku yang telah mengganggu acara romantic anda tuan muda. Tapi dengan senang hati kuingatkan, semenjak appamu yang bodoh itu menolak jadi pewaris, aku yang memegang kendali perusahaan ini!"

"maaf.." kali ini yesung yang bersuara. Tatapan sinis andalan heechul berubah drastis saat melihat yesung yang duduk dengan wajah menunduk, merasa bersalah. Ia berjalan menghampiri menantunya itu lalu duduk disampingnya.

"kumaafkan sweety, aku tahu itu bukan sepenuhnya salahmu.." ucap heechul melemparkan tatapan sinis kearah putranya.

Siwon memutar bola matanya, sembari mencibir. "jadi apa tujuanmu datang ke kantorku nyonya-pemegang-kendali?"siwon bertanya sarkastis.

Merasa diingatkan dengan tujuan awalnya, heechul menepuk hadinya sendiri. Ia melambaikan tangan kearah namja yang masuk bersamanya tadi, menunjuk sofa kosong mengintrupsinya untuk duduk. Sungmin sedikit terkejut dengan intrupsi heechul, ia hanya sedang tidak focus. Demi apa tadi ia mendengar obrolan konyol atasannya yang ia kenal berwibawa dengan sang umma. Ia tahu, bahkan mungkin karyawan lain tahu, hubungan siwon dengan orang tuanya tidak sama dengan kebanyakan orang lain. Tapi ia tidak menyangka hubungan keluarga atasannya itu sekonyol ini.

"ku dengar dari laporanmu, sungmin-ssi adalah design interior terbaik di perusahaan ini, benar begitu?" siwon mengangguk setuju dibalas ringisan dari sungmin.

"itu tidak seperti yang dimaksud sajangnim.. aku masih harus banyak belajar dari sajangnim.."

"tidak.. kau memang hebat sungmin-ssi" siwon menyela.

"ya, kau hebat.. siwon sering bercerita tentangmu.." sungmin tersenyum kearah yesung seraya bergumam terima kasih.

"nah aku ingin meminjam karyawan teladanmu ini untuk sementara waktu. Kita butuh renovasi kamar untuk baby nanti.."

"hyung –"

Bukk!

"panggil aku umma bodoh! Kau tidak malu di depan karyawanmu eoh?!"

"yak! Kau yang mempermalukanku!" siwon menghela nafas, "kita tidak perlu meminta sungmin melakukannya umma. Maksudku, aku juga bisa melakukannya. Sungmin memiliki peran penting di perusahaan."

"jangan bicara seolah aku akan menculik sungmin dari perusahaanmu tuan choi! Lagi pula aku tidak percaya padamu tuan sok sibuk! Aku sudah memikirkan semuanya, aku juga sudah bicara dengan hankyung. Dia setuju."

Skak! Siwon tidak bisa lagi membantah jika berurusan dengan appanya. Hankyung memang menyerahkan segala urusan perusahaan warisan keluarganya pada istrinya dan siwon. tapi ia tidak lepas kendali begitu saja. Ia tetap berkedudukan paling tinggi di bisnis keluarganya itu.

"umma~ apa tidak terlalu cepat? Usia kandunganku baru menginjak bulan ke 3 umma.."

"katakan kau senang sweety?"

"maksud umma?"

"apa kau senang dengan rencanaku?"

"tentu saja! Tapi –"

"kau senang saja itu sudah cukup memperkuat rencanaku"

Yesung mengangguk pasrah, meski setelahnya ia tersenyum. Yesung sudah tahu watak mertuanya itu, heechul adalah orang yang keras kepala apa lagi berurusan dengan kebahagiaannya. "I Love you, umma"

Heechul tersenyum lembut. Ia mengusap surai menantunya itu, "I love you more, sweety.."

.

.

.

Ada sesuatu yang mengganjal di hati yesung, ia tidak tahu apa tapi itu membuatnya merasa gelisah. Sebulan terakhir ini siwon sangat sibuk mempersiapkan proyek terbarunya, membuat suaminya itu kerap kali pulang larut bahkan sama sekali tidak pulang dan memilih tidur di kantor. Yesung memang hawatir, bagaimana jika siwon sakit karena terlalu lelah? atau suaminya itu stres dengan pekerjaannya? tapi inti masalahnya, ia selalu dibayang-bayangi oleh yeoja yang mengekor suaminya itu. Tiffany, sekretaris suaminya itu benar-benar membuatnya tidak tenang. Bayangan yeoja itu yang selalu bersama suaminya setiap waktu sungguh menghantuinya. Yesung cemburu, jelas saja! apalagi di usia kandungannya yang menginjak bulan ke-4 membuat semua yang ia rasakan menjadi terlalu berlebihan. Itu umum untuk seseorang yang tengah mengandung, tapi yesung benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengatasi kecemburuannya, padahal ia sudah berusaha menekannya.

Yesung melirik jam kecil diatas nakas, jarum pendek sudah melewati angka 1 ketika pintu kamarnya terbuka. Siwon muncul di balik pintu dengan wajah lelahnya, ia sedikit terkejut mendapati yesung masih terjaga.

"kau pulang?" yesung berusaha bangun dari posisi berbaringnya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.

"kenapa belum tidur sayang? sudah ku bilang jangan menungguku."

"aku tidak bisa tidur.." yesung mendesah, "perasaanku tidak enak."

siwon melihat istrinya menunduk, wajahnya berubah suram dan ia membencinya. Setelah melepas jas dan dasinya, ia menghampiri yesung dan duduk di sisi ranjang. Tangan besarnya mengelus lembut perut yesung yang mulai sedikit membuncit.

"ada apa? apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya siwon lembut setengah berbisik. Tangan yesung ikut mengusap perutnya, ia meletakan tangannya di atas tangan besar siwon. yesung mendongak membalas tatapan obsidian siwon yang menatapnya lembut.

"aku tidak tahu, aku-"

"katakan saja sayang.. jangan membebani pikiranmu sendiri" siwon tersenyum samar. Tangannya bersalih menuntun kedua lengan yesung untuk melingkari lehernya sementara ia melingkarkan lengannya sendiri di pinggang yesung. "ayo ceritakan.."

"aku- aku tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu.." ucap yesung mengawali, siwon mengangkat sebelah halisnya menunggu lanjutan dari yesung. Melihat ekspresi siwon, yesung mendesah.

"maafkan aku, tapi... aku tidak bisa menahan diriku sendiri untuk tidak merasa cemas. Maksudku, aku selalu berpikir seberapa sibuknya pekerjaanmu, bagaimana jika kau sakit? apa kau merasa stres? atau seperti, bagaimana kau bekerja dengan Tiffany disampingmu setiap saat"

"tunggu-" siwon berniat memotong tapi bibir yesung dengan cepat menciumnya.

"aku belum selesai, dengarkan aku dulu" siwon kembali diam, memberi kesempatan untuk yesung mengungkapkan sesuatu yang mengganggunya. siwon mengerti, mereka berdua sudah sering membahas tentang masalah ini, tapi ia juga tidak mau melihat yesung yang gelisah, itu membuatnya tidak nyaman.

"aku tahu kita sudah berkali-kali membahas soal ini, tapi aku tidak bisa menahannya.." yesung menatap wajah siwon, mengantisipasi bagaimana siwon menyikapinya, "aku tidak bisa mengatasi kecemburuanku..." lanjutnya lirih.

"setiap hari aku hanya duduk diam menunggu kau pulang. Tapi aku tidak bisa tenang, aku sendiri sementara kau di sana bersama Tiffany. Perasaan itu membuatku semakin merasa buruk dan merasa ini tidak adil." ia berhenti untuk melihat respon siwon, melihat siwon yang masih diam ia menghela nafas, "akhir-akhir ini kau hampir tidak punya waktu untukku.."

"meskipun ada umma, tapi aku tetap merasa kesepian..."

Melihat siwon yang hanya diam menatapnya, membuatnya mau tidak mau merasa takut. Ia tidak mau siwon marah, walaupun nyatanya ia tak pernah melihat siwon marah.

"maafkan aku, seharusnya aku tidak membahas soal ini kan? aku berjanji tidak akan membahasnya lagi, sungguh!"

Terdengar tawa kecil milik siwon, dahi yesung berkerut. apa yang siwon tertawakan?

"kau kesepian hmm? maaf" siwon mengecup pipi yesung sebelum memeluknya. Menggoyangkan tubuh istrinya itu kekiri dan kekanan.

"maaf membuatmu merasa kesepian.. sebagai gantinya, bagaimana jika besok kita makan siang bersama diluar, hmm? bukankah sudah lama kita tidak pergi kencan?"

Wajah yesung langsung berubah, ia tersenyum meski rasa tidak mengenakan itu masih ada. "ide bagus.."

"baiklah, saatnya tidur.." siwon mengecup pelipis yesung, membantunya berbaring dan menyelimutinya dengan selimut.

"jalga.."

Yesung mengangguk, "aku mencintaimu siwon.."

"me too, sayang"

.

.

.

Pukul 11 tepat waktu seoul, yesung sudah siap dengan coat beigenya berdiri di depan sebuah restoran keluarga –tempat yang siwon janjikan untuk menemui yesung. ia terlalu semangat hari ini, dan siwon memang selalu membuatnya semangat tanpa alasan. Di menit ke-10 ia menunggu, ponselnya bergetar tanda pesan masuk –dari siwon.

'kau menunggu diluar kan? Masuklah lebih dulu, aku masih bernegosiasi dengan client jadi aku pasti sedikit telat. Pesanlah makanan lebih dulu, ini sudah lewat dari waktu makan siangmu sayang. Aku akan segera menyusul kesana'

Yesung menggulum bibir bawahnya. Padahal dalam kepalanya, ia akan berjalan bergandengan bersama siwon memasuki restoran langganan keluarga siwon itu lalu para pengunjung akan menatap kagum karena keserasian mereka. Ia mendengus, merasa bodoh dengan apa yang dipikirkannya sendiri lalu bergegas masuk.

Tepat menit ke-34, suara 'yesungie' menyapa pendengarannya. Si pemilik nama dengan senyuman yang mengembang berbalik bermaksud menyambut kedatangan namja yang sudah ditunggunya berpuluh menit tersebut. Namun, apa yang ia lihat membuat senyumnya yang sempat mengembang itu kembali pudar. Siwon menghampirinya dengan seorang yeoja yang mengekor, itu Tiffany sang asisten.

"maaf membuatmu menunggu" siwon memeluk sekilas yesung lalu membawanya duduk kembali di kursi, "kau sudah memesan makanan lebih dulu?" Tanya siwon, belum menyadari perubahan raut yesung saat ini dengan sebelum ia datang tadi. melihat yesung hanya diam tidak menjawab, siwon melirik sekilas kearah Tiffany yang masih berdiri canggung.

"ah, maaf tadi sepulang menemui client tiba-tiba hujan turun, aku tidak mau membuatmu menunggu terlalu lama, jadi aku mengajaknya kemari sebelum nanti mengantarnya pulang. Tidak apa-apa kan sayang?"

"hmm" yesung hanya bergumam kecil. Ia tidak tahu, tiba-tiba saja ia ingin segera pulang. Tanpa disadari siwon, wajahnya memucat. Tatapannya mendadak tak focus, pikirannya mengabur entah kemana. Yang terakhir ia dengar samar-samar ia mendengar siwon meminta Tiffany untuk duduk.

Sungguh 20 menit terakhir yang amat menyiksa bagi yesung, kencan yang diluar rencana. yesung menulikan diri, membiarkan makanannya hingga sama sekali tak menyentuh ujung lidahnya. Kencannya bersama siwon berubah menjadi acara atasan – asisten yang membahas soal kontrak dengan client –atau apalah itu. dengan tangan yang sedikit bergetar yesung meraih gelas di atas meja, menempelkan bibir gelas tersebut dengan bibirnya, menghisap sedikit air putih itu hanya untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang mengering. Ia kembali meletakannya diatas meja –dengan tidak sempurna sehingga isi gelas tersebut tumpah, membuat siwon yang sadar menjadi panik.

"kau tidak apa-apa sayang?" Tanya siwon cemas, ia segera mengambil beberapa helai tisu lalu membantu mengeringkan ujung coat –yang terkena tumpahan air –yang dikenakan yesung.

Yesung yang terkejut dengan perbuatannya sendiri hanya berhasil menggeleng pelan. "kurasa a-aku harus pulang.."

"wae?" dan siwon baru menyadari makanan yang dipesan yesung sama sekali tak tersentuh. "kenapa kau tidak memakan makan siangmu? Kau sakit?"

"aku… aku lelah, aku ingin segera pulang dan istirahat" jawab yesung dengan suara hampir hilang. Ia mencoba berdiri, tubuhnya sedikit limbung yang dengan sigap siwon menahannya.

"kau sakit? kenapa kau tidak bilang padaku jika kau sakit huh? Aku bisa membatalkan rencana kita jika kau sakit dan makan siang dirumah saja" sangat jelas terdengar nada cemas dalam ucapan siwon. yesung bisa mendengarnya tapi ia terlalu bingung, entahlah.. ia hanya ingin pulang saat ini.

"aku baik-baik saja ketika kemari" yesung menjawab ambigu, sayang siwon tidak menyadari makna konotatif disana.

"kajja, kita pulang saja"

Yesung mencoba melepas rangkulan siwon –mencoba berdiri sendiri, "aku bisa pulang sendiri dengan taksi. Kau lanjutkan saja makan siangmu."

"ya! aku tidak mungkin membiarkanmu pulang sendiri dengan taksi apa lagi dengan keadaanmu yang seperti ini. Diluar hujan dan –"

"aku baik-baik saja siwon!" tanpa sadar, nada suara yesung meninggi. "aku baik-baik saja, jadi jangan khawatir dan lanjutkan makan siangmu. Kau harus mengantar Tiffany pulang, ingat?"

"yesung –"

"aku akan menganggap rencana kencan kita hari ini tak pernah ada" yesung tersenyum, tapi siwon tahu, lebih tahu dari siapapun apa makna senyuman itu. dan disanalah, siwon mulai menyadari apa yang terjadi. Ia mulai mengerti apa yang mengganggu yesung dan alasan yesung berteriak seperti tadi.

"bukan seperti itu sayang.. baiklah, aku minta maaf. Tapi kumohon dengarkan aku"

"siwon, kau tidak mau kita bertengkar di hadapan asistenmu kan? Biarkan aku pergi!"

Siwon menarik lengan yesung yang akan beranjak pergi lalu menyentaknya, "biar ku jelaskan,"

"Aku tidak memintamu menjelaskan. Aku hanya ingin pulang –"

"BERHENTI BERSIKAP KEKANAKAN!"

Mata yesung melebar, demi apapun siwon berteriak padanya? Jikapun siwon membentaknya, itu sudah bisa dipastikan berbeda dengan situasinya saat ini. Siwon sangat memanjakannya, meskipun ia yang salah, siwon yang selalu mengalah untuknya dan meminta maaf setiap kali mereka berbeda paham.

"jangan karena aku dan umma memanjakanmu kau jadi kekanakan seperti ini choi yesung!"

Tatapan tak percaya yesung sudah mulai buram oleh air mata, ia masih terkejut. Beberapa pengunjung restoran melirik kearah mereka, membuat Tiffany yang sedari tadi ada disana seolah menjadi orang ketiga.

"aku hanya ingin pulang, apa yang salah dengan itu?" suara yang hilang beberapa menit itu akhirnya terdengar pelan dan bergetar. Antara takut, terkejut dan akan menangis, yang membuat siwon mau tidak mau merutuki emosinya sendiri yang tiba-tiba tak bisa terkontrol dalam situasi seperti ini.

"sayang, aku –" belum sempat siwon melanjutkan ucapannya, yesung sudah berlari keluar dari restoran. Siwon mengutuk dirinya sendiri, ia bergumam minta maaf kepada Tiffany lalu berlari mengejar yesung. well, bagaimanapun Tiffany adalah pegawai setianya. Yesung sudah akan menyembrangi jalan ketika siwon baru saja keluar dari restoran. Melihatnya siwon sedikit panik karena yesung akan menyembrang tanpa persiapan dengan keadaan –yang diyakini siwon –yesung menangis.

Suara beberapa klakson yang memekik dan sumpah serapah pengendara terdengar merutuki yesung yang berlari menyembrang jalan bukan pada tempatnya. Dengan tubuh yang sudah basah kuyup yesung mencoba menyembrangi jalan yang padat oleh kendaraan itu, tidak menyadari laju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju kearahnya.

.

.

To Be Continue

.

.

butuh masukan, perlu aku post bagian 2 nya ga nih? terserah sih heheh *ngunyah permen*

mind to review baby? #plak