Bleach itu pemutih handal buatan Tite Kubo.

Fic ini baru mikir saat tanggal 5 Desember 2013.

Sekuel dari "212"


:: 512 ::

.

.

5 Desember, aku akan dipindahkan ke kamar 512. Para pemaksa menyeretku begitu kejam sampai aku menggores lantai dengan kukuku.

"Aku tidak mau! AKU INGIN TETAP DI 212!" teriakku.

Para pemaksa ini tidak mau mengindahkan perkataanku. Mereka mengancam akan menyuntikku. Aku tidak mau. Terpaksa aku diam sekaligus sedih.

Air mata tak dapat kubendung lagi. Tumpah sudah membanjiri lantai kamar 512. Para pemaksa itu mengunci pintu dan pergi, meninggalkanku seorang diri.

Kau tahu alasan aku sedih? Karena 212 tempat Rukia terakhir membesukku. Aku ingin selalu mengenangnya dengan keindahan yang tak terkira di dalam hatiku dan pikiranku.

Sayang sekali, kenangan terakhir ia hidup aku gunakan untuk menghancurkannya. Mau tahu bagaimana bisa terjadi?

Aku bertanya aku berada di kamar berapa meski sebenarnya aku tahu dan aku sengaja bertanya karena ingin berbincang saja. Rukia menjawab, "Dibaca dua ratus dua belas."

Seusai ia menjawab, aku pikir ia sungguh bodoh. Rukia tidak tahu betapa aku tahu di mana aku berada. Kemarahan yang aku rasakan saat itu yang membuatku kehilangan kendali yang akhirnya membuatku sadar bahwa aku mengaguminya melebihi 212. Sedih, aku sangat sedih dan menyesal. Itulah alasan aku mengaguminya melebihi 212.

Wahai 512, apakah ada yang akan membesukku lagi? Apakah ia mirip Rukia yang baik hati? Aku harap begitu. Sungguh, Rukia berbeda dengan para pemaksa itu meskipun ia bagiannya. Aku mengaguminya.

Argh! Kini, aku hanya bisa tiduran menatap langit-langit kamar berharap… mau berharap apa lagi? Jika aku benar-benar normal, aku sudah pasti dipenjara di penjara.

Jadi, sekarang apa kau mengerti? Aku ini bodoh, kemudian pemarah, lalu hilang sadar sampai sadar apa yang aku lakukan.

.

.

: Tamat? :


Sebenarnya fic sebelumnya yang saya buat, 212, itu bersifat tebak-tebakkan (yang berujung nggak jelas), makanya saya yakin ada yang nggak ngerti. Di sini, saya buat lanjutannya biar tahu sendiri. :D

Saya sebenarnya nggak tahu persis RSJ itu isinya kayak apa, jadi ini cuman hasil khayalan aja. Jangan dimasukan ke hati, ini hanya fic saja (takut ada yang mengira saya mengejek yang bekerja di RSJ, saya tidak bermaksud seperti itu).

Jadi, yakin mau review? Saya nggak akan balas, lho (bukannya males -_-)! Cuma dibaca takut-takut (takut ketemu flame). Tapi kalau ada pertanyaan, mungkin akan saya balas. :D