Suara ombak membuat melodi menyenangkan utnuk pria itu, pasir putih yang lembut membuat diri itu ingin tenggelam di dalamnya, dan angin khas pantai yang menerpa tubuhnya membuat ia merasa ringan. Onyx nya perlahan membuka, menatap pemandangan yang disuguhkan untuk matanya. Ia tak tahu persis dimana dirinya sekarang, yang ia tahu hanyalah satu. Cukup pikirkan tempat terindah yang ia ingin kunjungi dan dengan ajaib tubuh itu berpindah ruang dan waktu. Ya, Teleportation.Teleportation adalah anugerah yang tuhan berikan padanya, sebuah kekuatan yang mampu membawa tubuhnya berpindah ruang dan waktu sesuai dengan keinginannya.


"Beautiful Creatures"

Chapter 1 : New Place

Cast : EXO OT12, Others.

Genre : Fantasy, Friendship, Romance, Supernatural

Rating : T+/M

Warning : Typos, Yaoi, bxb

A/N :

Hai, aku tahu bukannya selesain hi! School aku malah bikin fic baru, maafin akuuuu. Sebenernya fic ini udah pernah di post, but suddenly gone *cries* jadi aku putusin buat ngerombak ceritanya. Semoga suka ya! Selamat baca dan jangan lupa review + like + follow *merong*


Kim Jongin, pria yang selalu bangga akan dirinya. Memiliki wajah rupawan, tubuh proposional dan harta melimpah adalah tiga poin penting yang membuat Jongin bangga akan dirinya. Dengan satu kedipan mata sepuluh wanita akan takluk pada pesonanya dan dengan sebuah senyuman miring mampu membuat mereka pingsan ditempat. Tapi tak selamanya kehidupan sang rupawan berjalan mulus, satu fakta yang ribuan orang tak mengetahuinya. Jongin ini special. Bukan karena wajah, postur tubuh maupun harta, tetapi ini berkaitan dengan anugerah yang ia miliki. Sebuah kemampuan 'aneh' yang melekat pada dirinya. Ia mampu membawa tubuhnya menembus ruang maupun waktu sesukanya. Jongin sama sekali tak menyesali kemampuannya, namun sesuatu mengganjal dirinya akhir akhir ini. Kemampuannya mulai tak terkendali, tubuhnya bisa saja berpindah ruang tanpa ia inginkan. Jongin bingung akan hal ini, ia terus termenung di kafetaria seperti siang ini. Jongin membenci fisika, ia lebih memilih termenung memikirkan nasib dirinya.

"Ada apa sebenarnya? Apa yang salah?"

Jongin berdecak kesal saat melihat lengan kirinya, sudah seminggu ini noda aneh itu muncul di lengannya. Dan yang paling menyebalkan, noda itu tak bisa di hapus. Jongin berpikir noda itu akan menghilang dengan sendirinya. Namun ia kembali kesal saat noda itu melebar dan membentuk suatu pola. Segitiga mungkin?

"Jika guru konseling itu melihat bisa bisa ia mengira ini sebuah tato." Jongin bergumam sambil menggosok noda di lengannya.

"Apa yang akan ku lihat?"

Sial. Suara itu jelas jelas milik Guru konselingnya yang menyebalkan. Dan dengan seenaknya guru itu duduk di hadapan Jongin dengan muka malaikat –coret- setannya.

"Kau seharusnya berada di kelas." Guru itu kembali bersuara.

"Maafkan aku Kim Saem. Aku agak pusing." Jongin beralasan.

"Kenapa tak pergi ke ruang kesehatan?"

Jongin diam tak menanggapi. Namanya Kim Joonmyeon, guru konseling yang baru bekerja selama tiga bulan terakhir disekolahnya. Menyebalkannya, guru baru ini selalu berlebihan dalam memperhatikan Jongin. Dia terlalu teliti atau mungkin dia memiliki dendam terhadap Jongin. Setidaknya itulah yang Jongin pikirkan kepada guru berwajah malaikat –maut- ini.

"Apakah itu sebuah tato? Lengan kirimu."

Benar perkiraan Jongin, guru ini pasti akan menganggap noda aneh itu tato. Jongin yang sudah malas berbicara bangkit dari duduknya,

"Aku harus pergi, Saem. Permisi."

Jongin membungkukkan badannya sebelum benar benar meninggalkan Joonmyeon. Yang ditinggalkan hanya tersenyum. Joonmyeon menarik kaca matanya dan meletakan alat bantu baca tersebut pada meja.

"Sudah waktunya."


Awalnya Jongin ingin mengunjungi ruang kesehatan untuk membaringkan badannya –yang sebenarnya sehat. Namun perjalanannya harus terganggu karena segerombolan siswa menghalangi pintu masuk ruang kesehatan.

"Permisi."

Seperti tersihir, para siswa itu membuka jalan untuk Jongin. Lelaki itu berjalan dengan acuh melewati para siswa tadi.

"Kenapa ramai sekali?" Jongin bertanya kepada petugas ruang kesehatan.

"Salah satu siswa terjatuh di tangga, ia sedang menunggu ambulance."

Jongin hanya membulatkan mulutnya, dengan rasa penasaran ia mengintip siswa yang disebutkan petugas tadi. Tangannya dengan perlahan membuka tirai yang menutupi salah satu ranjang, jantung Jongin berdetak kencang. Bukan karena Jongin mengenal siswa tersebut, namun karena sesuatu yang mengalir dari kepala siswa itu. Cairan merah kental yang berbau anyir jatuh dari atas kepalanya mengalir dengan indah melewati dahi sang siswa. Sementara Jongin, dahinya mengeluarkan keringat dingin. Padahal Jongin yakin beberapa detik yang lalu keadaannya baik baik saja.

"Ada apa Jongin? Apa kau sakit?"

Petugas ruang kesehatan itu menepuk bahu Jongin sebelum mengikuti arah pandangnya. Betapa ia terkejut saat mendapati siswa itu mengalami pendarahan.

"Astaga!"

Dengan sigap petugas itu mengambil beberapa peralatan yang Jongin tak tahu apa itu. Yang Jongin tahu adalah dirinya harus segera pergi dari tempat itu. Ia berlari cukup kencang dan tak menentu arah.

Nafas Jongin tersengal-segal, kepalanya sakit dan tenggorokannya terbakar. Satu lagi yang membuat Jongin keheranan, jika dirinya melihat darah maka tubuhnya akan bereaksi. Jongin tak pernah mengalami ini sebelumnya, namun beberapa bulan setelah dirinya menginjak usika ke-18 gejala aneh ini terus menghantuinya. Jongin sempat berpikir apakah ia mengalami gangguan jiwa atau semacamnya?

"Jongin!"

Jongin menolehkan kepala dengan kerutan di dahinya. Dia Oh Sehun, siswa baru di sekolah ini tengah berlari ke arahnya.


"Ini minum lah, kau terlihat haus."

Sehun menyodorkan sebotol minuman dengan cairan aneh berwarna merah pekat di dalamnya. Jongin menatap ragu minuman itu, Sehun yang menyadari keraguan Jongin hanya tertawa renyah.

"Ini hanya jus." Sehun menarik tangan Jongin menerimanya.

"Sehun ini anak baru, mana mungkin dia macam macam." Batin Jongin.

Sehun membiarkan Jongin yang mulai membuka botol itu dan meneguknya. Awalnya hanya satu tegukan, namun tampaknya tegukan pertama itu membuat Jongin ketagihan. Ia meneguk cairan dalam botol itu sampai habis.

Sehun dan Jongin terdiam. Mereka terhanyut dalam pikiran masing masing. Suasana rooftop sangat sepi, mengingat sekarang adalah jam pelajaran.

"Kenapa kau tiba tiba memberiku minuman? Tertarik padaku?" Jongin membuka pembicaraan.

"Aku tak tertarik pada laki laki hitam." Sehun berucap dengan wajah datarnya.

Kerutan muncul di kening Jongin, ia menatap Sehun dengan jengkel. Jongin hendak meninggalkan Sehun, namun suara milik laki laki berambut pirang membuat Jongin kembali duduk.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu."

"Apa?" Tanya Jongin cuek.

"Pesan dari Joonmyeon Saem."

"Jika ini membahas 'tato' yang berada di lenganku aku tak mau dengar."

"Bukan. Bukan tentang itu."

"Lalu apa?"

"Apa kau tahu siapa dirimu? Maksudku dirimu yang sebenarnya."

"Maksudmu?"


Jongin masih tak bisa mencerna semua yang Sehun ucapkan. Dirinya tak bodoh, ia bisa mengerjakan puluhan soal fisika yang bahkan ia benci. Namun cerita Sehun ini sulit untuk ia terima, terlalu fiktif. Satu kata itu yang terus menari nari di kepala Jongin. Jongin ini orangnya keras, pikirannya sangat realistis. Dan cerita Sehun yang mengatakan bahwa ia adalah seorang uhm—Vampire itu sungguh sangat sangat tidak mungkin. Tapi, terlepas dari semua fakta bahwa Jongin tak percaya dengan cerita Sehun ia tetap menerima ajakan Sehun untuk datang ke tempatnya. Asrama para vampire.

Semenjak turun dari mobil, Jongin belum berkomentar apapun. Ia kira asrama ini sama dengan asrama di sekolahnya. Tapi yang Jongin lihat adalah sebuah mansion bergaya victoria yang megah. Jongin berdecak kagum dengan semua detail tempat ini. Mulai dari pagar hitam yang menjulang tinggi dengan lilitan sulur tumbuhan, patung yang berdiri angkuh sebagai penjaga dan masih banyak lagi yang membuat mata Jongin enggan untuk berkedip.

"Kau terlihat dungu." Sehun menatap Jongin datar.

Yang di sebut dungu hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Silahkan masuk." Sehun membuka pintu mansion itu.

Tak berbeda jauh dengan bagian luar, bagian dalam mansion itu pun sama indahnya. Di ruang yang Jongin yakini sebagai ruang tamu ini temboknya berwarna putih dengan satu chandelier besar yang menggantung ditengah ruangan.

"Duduklah dan tunggu sebentar, aku akan kembali."

Jongin mengangguk dan membawanya duduk di atas sofa berwarna merah pekat. Selang beberapa menit, Sehun kembali dengan seseorang disampingnya. Senyuman itu—

"Selamat datang." Suara itu menyapa indera Jongin.

"Wow Kim Saem. Kenapa aku tak terkejut." Jongin menatap Joonmyeon malas.

"Sehun sudah menceritakan semuanya?" Joonmyeon bertanya.

Jongin menjawabnya dengan sebuah anggukan. Suasana sangat canggung, sampai seorang lagi datang membawa satu set peralatan minum teh di atas nampan.

"Silahkan."

Suara orang itu membuat Jongin menatap orang tadi dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Jangan memandangku seperti itu. Aku Byun Baekhyun."

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jongin dengan refleks.

Baekhyun tertawa renyah dan duduk disisi Sehun. Byun Baekhyun, seorang diva Korea Selatan yang menghilang kurang lebih dua tahun ini. Kabarnya sama sekali tak terdengar dan sekarang dengan ajaibnya Jongin menemukan Baekhyun yang menyuguhkan teh didalam mansion yang disebut sebut sebagai asrama vampire.

"Baekhyun adalah bagian dari kami." Kini Joonmyeon yang bersuara.

"Astaga ini tidak mungkin." Jongin mengusap wajahnya kasar.

"Dan kaupun sama, kau bagian dari kami Jongin."

"Bagaimana Saem tahu?" Jongin bersuara agak keras.

"Tanda mu. Tanda itu milik kaum kami."

Jongin melirik lengan kirinya, "Maksudmu noda aneh ini?"

"Ya, itu persis seperti yang kami miliki."

Joonmyeon menunjukkan sebuah tanda berbentuk seperti tetesan air dengan detail di leher sebelah kanannya. Sedangkan sehun menunjukan tanda seperti pusaran angin di dada kirinya. Baekhun sedikit mengangkat kaosnya dan memeperlihatkan tanda berbentuk matahari di pinggang sebelah kanan. Jongin tak memberikan komentar apapun, ia kembali menatap lengan kirinya. Noda itu makin jelas sekarang, bentuknya segitiga dengan lingkaran didalamnya.

"Apa maksud semua tanda ini?" Tanya Jongin.

"Itu identitasmu. Identitas kemampuan. Yang kau miliki adalah tanda dari seorang teleporter. Milik Sehun tanda seorang Aerokinesis, Baekhyun Lunarkinesis dan milikku, Hydrokinesis." Jelas Joonmyeon.

Kepala Jongin terasa pening saat mendengar penjelasan dari gurunya itu. Tapi ada satu fakta yang Jongin dapat, Joonmyeon benar tentang kemampuannya.

"Benarkah itu?" Jongin asal bicara.

Joonmyeon hanya tersenyum. Tangannya ia gerakan dan dengan secara perlahan cairan teh dari dalam teko terbang keluar. Cairan itu membentuk pola pola tertentu di udara, rahang Jongin terasa keras. Ia tak mampu berkedip menatapnya.

"Aku selalu suka pertunjukkan dari Suho hyung!" Seru Baekhyun sambil bertepuk tangan.

"Kalian ini sebenarnya vampire atau avatar?" Tanya Jongin.

Suho mengendalikan the itu kembali kedalam teko. Sedangkan tawa Baekhyun sudah meledak begitu mendengar pertanyaan bodoh dari pria berkulit tan itu.

"Setiap vampire memiliki gift nya masing masing. Kami memiliki kekuatan khusus yang berbeda beda." Terang Joonmyeon dengan sabar.

Jongin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia menatap satu persatu makhluk yang berada dengannya di ruangan itu bersamanya.

"Jadi, langsung pada intinya. Kalian ingin aku melakukan apa?" Tanya Jongin.

Joonmyeon, Baekhyun dan Sehun saling melempar pandangan. Dan pada akhirnya Joonmyeon yang mengalah dan berdehem pelan.

"Kami ingin kau bergabung dengan kami. Demi keselamatanmu dan kaum kami, tinggal lah di asrama ini." Joonmyeon berucap.

"Demi keamanan?"

Joonmyeon mengangguk, "Seorang diluar sana ingin melukai kaum kita."

"Kenapa harus tinggal bersama kalian?"

"Karena kita akan saling menjaga." Kini Baekhyun bersuara.

"Hanya kalian bertiga yang tinggal disini?"

"Berempat." Ralat Sehun.

"Dan ditambah dirimu jadi lima." Baekhyun menambahkan.

"Jadi bagaimana Jongin?" Joonmyeon kembali bertanya.


Jongin tak diberikan banyak waktu untuk sekedar berpikir. Ia merasa seperti dipojokkan untuk segera tinggal ditempat itu. Lagipula Jongin mulai tertarik dengan mansion indah itu, hati kecilnya berkata ia ingin tinggal disana. Dan pada akhirnya Jongin benar benar tinggal disana. Ada banyak kamar di sini, namun Jongin memilih kamar yang sama dengan Sehun. Ia tipikal orang yang tak suka sendirian dan menurutnya Sehun adalah orang yang bisa ia andalkan. Sekarang disinilah Jongin, di asrama barunya tengah berdiri di balkon bersama Sehun. Mereka berdua memandangi langit malam, malam ini bulan hampir sempurna. Cahayanya sangat indah.

"Sehun, apa kau merasa haus?" Jongin bertanya tanpa menatap Sehun.

"Sedikt."

Jongin mengangguk dan dengan tiba tiba tubuhnya menghilang dari samping Sehun. Sehun yang belum terbiasa itu sedikit terkejut dengan menghilangnya Jongin. Dan belum selesai rasa terkejut itu Jongin sudah kembali membawa dua gelas minuman dengan cengiran bodohnya.

"Kau seperti hantu saja!" Protes sehun sambil merebut gelas yang dipegang oleh Jongin.

"Maafkan aku." Jongin meringis.

Kembali sunyi, Sehun tengah meneguk minuman yang Jongin ambil. Jongin sendiri menatap gelas itu dengan miris.

"Aku bertanya tanya, apakah minuman yang di dalam botol tadi siang itu darah juga?"

Sehun menoleh, menghadap Jongin yang masih menatap isi gelasnya. Merah pekat, persis yang Sehun bawa saat siang tadi.

"Begitulah."

"Milik siapa?" Kini Jongin menatap Sehun.

"Entah. Yang jelas, itu O negatif." Jawab Sehun sambil tertawa.

Jongin ikut tertawa, "Aku mulai gila karena meminum darah."

Sehun dan Jongin telah menghabiskan minuman mereka. Banyak sekali yang cerita yang Jongin bagi kepada Sehun, begitu pula sebaliknya. Sehun dilahirkan dan dibesarkan di mansion ini, ia memiliki seorang kakak yang juga vampire. Tapi Sehun ataupun yang lainnya tak pernah tahu siapa kakak kandungnya, mereka hanya memiliki foto keluarga bermarga Oh itu yang terpajang di ruang perapian. Dan Joonmyeon, ternyata dirumah ini ia dipanggil Suho. Seorang pelindung. Sehun bilang bahwa kekuasaan tertinggi kaum mereka –kami-tengah kosong, jadi Suho bertugas menjaga para vampire muda selama kekosongan kekuasaan itu terjadi. Sedangkan si diva Byun bernasib sama seperti Jongin, ia baru menyadari dirinya seorang vampire saat berusia delapan belas tahun.

"Ngomong ngomong, kalian bilang ada lima orang termasuk aku disini."

"Ya, itu benar." Sehun menanggapi.

"Sejauh ini aku hanya melihat Suho hyung, Baekhyun dan kau. Siapa satu orang lagi?"

"Oh, nama dia—"

Ucapan sehun terpotong saat mereka mendengar deritan pagar yang terbuka. Penglihatan Jongin menajam, bahkan dari jauh ia bisa melihat sosok yang baru memasuki halaman mansion. Seorang bertubuh pendek dengan surai hitam.

"Dia Do Kyungsoo. Terrakinesis." Sehun menunjuk tubuh mungil yang memasuki halaman mansion.

Jongin terus memandangi tubuh pria mungil itu dan yang diperhatikan mendadak menghentikan lagkahnya. Kepalanya ia angkat ke atas untuk menatap balkon. Wajah itu sangat manis, kulitnya putih, hidung kecilnya yang mancung, bibirnya yang tebal dan mata bulat yang tengah menatap Jongin. Menantang, pira mungil itu tersenyum miring ke arah Jongin dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Dia seorang pria? Kecil sekali."

-To be Continue-


A/N:

Pada awalnya, aku buat fic ini mereka tetep sebagai penyihir. Tapi setelah liat teaser exodus mendadak pengen buat fic vampire!au. Maaf aku labil, semoga cerita yang kali ini lebih menarik. Apakah alurnya kecepetan? Atau ada saran mungkin?

Jangan lupa buat review, like & follow guys! Love ya!

(ps: maaf aku kurang bisa mendeskripsikan lambang masing masing member exo *cries*)

-dearpanda.