Let Me Hear Your Voice

1/?

Lee Taeyong/Nakamoto Yuta

T+.

Disclaimer:

Sesungguhnya NCT adalah milik kita bersama.

Warning:

AU. Typo(s). Boys Love/sho-ai. OOC.

.

.

.

Suasana kelas yang biasanya memang sudah ramai itu bertambah dua kali lipat lebih ramai ketika sang wali kelas membawa masuk seorang bocah laki-laki yang begitu manis.

Terlihat dari paras anak-anak kelas 5 SD itu, jika mereka antusias dengan kedatangan bocah baru yang memikat mata mereka.

Bocah laki-laki yang manis nan pemalu.

"Kalian mendapatkan teman baru hari ini. Ibu harap, kalian bisa berteman baik dengannya. Namanya—"

Sang wali kelas mengambil kapur, dan menuliskan hangul bertuliskan nama bocah laki-laki itu pada papan tulis.

"Nakamoto Yuta. Dia pindahan dari Jepang, tapi ia bisa berbahasa Korea dengan lancar. Kalian bisa mengobrol dengannya nanti," ucap sang wali kelas. Wanita cantik itu menunjuk bangku yang berada di deretan 2 dari belakang.

Bocah laki-laki bernama Nakamoto Yuta itu melangkahkan kakinya. Ia tersenyum manis ketika teman-temannya menyapanya dengan ramah.

Bocah manis itu duduk dengan tenang dibangkunya. Senyum manis tak luntur dari parasnya, justru bertambah lebar ketika melihat antusiasme teman barunya ketika melihatnya.

Ia senang bukan kepalang.

Aku akan memiliki teman.

.-.-.

Bangku si manis Yuta dikelilingi oleh bocah-bocah yang penasaran dengannya—walaupun pada akhirnya hanya ada 4 bocah laki-laki yang masih bertahan disana. Bertanya apapun tentang bocah itu. Mulai dari dimana ia tinggal, hingga alasan kenapa ia mau pindah ke Korea.

Yuta tersenyum, hingga akhirnya bocah bernama Doyoung menunjuk earphone yang terpasang ditelinganya.

"Kau pakai earphone? Apa kau suka mendengarkan musik?" tanya Doyoung antusias.

Yuta tersenyum, ia menggeleng. Tangannya bergerak membentuk gerakan yang tidak Doyoung—dan kawannya mengerti.

"Kau ini melakukan apa?" kali ini Kun, salah satu siswa China dikelas itu buka suara. Ia menatap aneh Yuta.

Bocah manis itu menghela napas. Ia merogoh tasnya, mengambil sebuah note kecil berwarna biru muda. Tangan mungilnya bergerak lincah, menuliskan beberapa hangul.

Doyoung, Kun, dan dua kawannya mengernyit melihat Yuta yang justru menyodorkan note itu dihadapannya.

Aku suka musik, tapi ini bukan untuk itu. Ini alat bantu dengar, aku tidak bisa mendengar dengan normal seperti kalian.

Doyoung dan Kun saling bertatapan, sementara dua orang bocah lain yang bersama mereka langsung berlari menjauhi Yuta dan berteriak—Yuta tidak bisa mendengar! Dia cacat!

Yuta menundukkan kepalanya dalam.

Selalu begini.

Doyoung menepuk bahu Yuta, membuat bocah manis itu mendongakkan kepalanya. Doyoung mengulas senyum lebar, tak lupa dengan jempol yang teracung dihadapan Yuta.

"Yang penting kau suka musik! Kita bisa berteman!" ucapnya riang.

Kun tertawa, ia memukul bahu Doyoung pelan, "Kalau sudah soal musik saja, kau begini."

"Itu karena orang yang suka musik itu tidak jahat!"

"Mana ada yang seperti itu?"

Yuta tertawa tanpa suara. Ia menahan air matanya yang hendak turun—terlalu bahagia karena memiliki teman baru yang mau menerima keadaannya yang memang tidak sempurna.

Doyoung dan Kun yang melihat Yuta tertawa pun ikut tertawa. Dua bocah itu bahkan kini sudah berisik sendiri, menceritakan apa saja yang bisa mereka bagi. Entah itu tentang Kun yang tidak jadi dibelikan game, ataupun Doyoung yang dipaksa untuk makan sayuran. Yuta pun sesekali ikut dalam percakapan mereka—meski dua temannya itu harus menunggu Yuta menulis di notenya karena mereka tak mengerti bahasa isyarat.

Namun suasana itu tak berlangsung lama, salah seorang bocah jahil—yang bernama Jaehyun, ia mendekati Yuta, menepuk bahunya pelan, dan ketika Yuta berbalik ke arahnya, bocah itu menarik earphone yang dikenakan oleh bocah manis itu.

Doyoung yang melihat kelakuan Jaehyun terkejut, "Jaehyun! Apa yang kau lakukan?!"

Jaehyun tersenyum jahil, tangannya memainkan alat bantu dengar milik Yuta dengan melempar-lemparnya rendah, "Kalau ini diambil, dia tidak bisa dengar apapun ya? Dasar cacat!"

"Ya! Jaga mulutmu!" teriak Doyoung tidak terima.

Jaehyun tersenyum mengejek, ia melemparkan benda yang sedari tadi dimainkannya itu menuju pojok ruangan, dimana seorang bocah tampan sedang duduk diatas meja—lengkap dengan senyum mengejeknya.

"Jangan marah begitu, Doyoung. Dia 'kan tidak bisa mendengar apapun yang kita ucapkan," ucap bocah itu sembari mendekat kearah Yuta yang masih terdiam.

Bocah itu menunjukkan earphone milik Yuta, yang reflek langsung diraih olehnya, namun dengan sigap ditarik lagi oleh bocah itu.

"Taeyong!" bentak Kun. Bocah China itu berang mendapati kelakuan jahil kawan sekelasnya.

Taeyong tak mengindahkan teriakan Kun, bocah itu justru mendekatkan wajahnya kedepan wajah Yuta. Tersenyum mengejek.

"Kau pasti tidak bisa mendengarkanku 'kan? Dasar cacat. Tidak berguna. Tempatmu itu bukan disini, ini tempat untuk orang normal. Orang cacat sepertimu tidak pantas berada disini."

Yuta terdiam, sementara Kun dan Doyoung langsung menjerit memarahi Taeyong yang begitu kasar.

Taeyong berjalan menjauh, ia kini berdiri disisi jendela yang terbuka.

"Kau mau ini kembali?" tanyanya pada Yuta sembari menggoyang-goyangkan earphone berwarna perak itu.

Yuta mengangguk, ia berjalan mendekati Taeyong. Namun, sebelum tangannya berhasil meraih benda miliknya, Taeyong terlebih dahulu membuangnya kebawah. Membuangnya ke sebuah kolam yang berada tepat dibawah kelas mereka.

Yuta menatap nanar percikan air yang tercipta akibat benda yang baru saja tercebur kesana.

Ia menatap Taeyong sedih, tangannya bergerak membentuk sebuah bahasa isyarat.

Kenapa kau lakukan itu?

Taeyong jelas tak mengerti, ia justru menunjuk kolam dibawah sana dengan jempolnya, "Itu adalah tempat untuk orang cacat sepertimu."

Bahu Yuta bergetar, ia langsung berlari keluar kelas—menuju kolam dibawah sana demi menyelamatkan earphonenya—yang menjadi korban kejahilan kawan sekelasnya.

Doyoung dan Kun yang melihat kawan barunya dikerjai menatap jengkel kearah Taeyong dan kawan-kawannya. Mereka berdua ingin menyusul Yuta, namun Jaehyun justru menghalangi pintu keluar dan melempar senyum menyebalkan kearah mereka berdua.

Akhirnya dua bocah itu melihat Yuta dari kejauhan. Memandang sendu Yuta yang kini sudah masuk kedalam kolam demi mencari alat bantu dengarnya.

.-.-.

Yuta melepas sepatunya dan langsung masuk kedalam kolam ikan yang tidak terlalu dalam tersebut. Ia bergidik ketika merasakan sensasi dingin yang membelai kakinya.

Matanya bergerak menyusuri kolam, mencari keberadaan benda berharga miliknya. Benda yang membantunya untuk berinteraksi dengan dunia luar.

Ia berjalan kesana-kemari, tak jarang ia terjatuh karena dasar kolam yang terlalu licin untuk kaki telanjangnya.

Meski begitu, ia tak menangis—lebih tepatnya mencoba untuk tidak menangis lagi. Ia sudah lelah untuk menangis. Ia juga sudah berjanji pada ibu dan kakak sepupunya untuk tidak menangis jika ada orang yang menjahatinya.

Sejujurnya, Yuta mengerti, apa saja yang dikatakan oleh Jaehyun dan Taeyong. Ia sangat mengertimeski tak menggunakan alat bantu dengar. Ia sudah cukup lama berlatih membaca gerak bibir orang dengan ibunya.

Namun, ia sudah terbiasa. Dimanapun ia berada, orang-orang selalu mencacinya hanya karena ia cacat. Yuta sudah berulang kali meminta pada ayahnya, untuk memasukkannya ke sekolah luar biasa saja. Tempat dimana ada banyak anak-anak yang sama sepertinya. Tapi, ayahnya selalu menolak dengan tegas.

"Yuta-kun itu cerdas. Meski tidak bisa mendengar dan bicara, kau bisa belajar di sekolah umum. Jagoan kecilku ini harus melihat dunia yang luas."

Itu adalah kata-kata ayahnya setiap kali Yuta meminta. Ayahnya selalu ingin Yuta untuk tak malu terhadap kekurangan yang ia miliki. Ayahnya—dan juga ibunya selalu memberikan motivasi padanya, bahwa Yuta berhak merasakan apa yang anak normal lain rasakan. Sekolah di sekolah umum, bermain dengan sebayanya, dan memiliki banyak teman.

TEK.

Yuta tergelincir lagi—kali ini karena kakinya tanpa sengaja menginjak sesuatu. Ia mengambilnya, seketika bibirnya mengulas senyum manis.

Tangannya mengangkat benda itu tinggi-tinggi, berharap air yang sempat masuk kedalamnya akan keluar.

Setelah dirasa tak ada lagi air didalamnya, Yuta kembali memasangnya ketelinganya. Ia mengernyit ketika merasakan telinganya lembab—tidak nyaman. Bocah itu akhirnya melepasnya kembali dan menyimpannya.

Yuta berniat kembali ke kelas, namun keberadaan Taeyong yang kini berdiri di tepi kolam membuatnya terkejut.

Bocah manis itu tersenyum lebar, ia pikir, Taeyong mungkin merasa bersalah sudah memperlakukannya seperti itu. Ia berjalan mendekati bocah tampan itu—masih dengan senyum yang menghiasi parasnya.

Tangan mungil Yuta bergerak membentuk bahasa isyarat ketika ia sudah sampai dihadapan Taeyong—masih dengan senyumnya.

Bahasa isyarat yang bisa diartikan—Tidak apa. Alat bantu dengarku tidak rusak.

Taeyong mengernyit heran, tidak mengerti. Yuta yang mendapati ekspresi Taeyong memukul dahinya pelan. Merasa bodoh.

Bocah manis itu merogoh kantung celananya, hendak mengeluarkan notes birunya, namun tangan Taeyong mencegahnya. Yuta hanya bisa memandang Taeyong tak mengerti—apalagi ketika bocah tampan itu menuntunnya untuk berjalan mundur.

Yuta menatap Taeyong bingung. Ia memiringkan kepalanya. Sementara itu, Taeyong tersenyum lebar. Tangannya kini memegang erat bahu Yuta.

"Ayo bermain," ucap Taeyong.

Yuta diam, ia masih bertahan menatap Taeyong dengan pandangan bingung. Bocah manis itu melebarkan matanya ketika ia merasakan badannya terhuyung kebelakang. Tangannya mencoba meraih sosok Taeyong, namun hanya udara yang bisa ia dapatkan.

Yuta memekik—walaupun tak ada suara yang keluar dari bibirnya—ketika tubuhnya bersua dengan dinginnya air kolam.

Taeyong yang memang sengaja mendorong Yuta hingga tercebur itu tertawa puas. Ia memanggil kawannya—Jaehyun yang ternyata sedari tadi berdiri dibelakangnya, menjadi penonton. Bocah tampan itu mendekat kearah kolam, dengan sebuah tas punggung hitam.

"Mau diapakan sampah ini?" tanya Jaehyun pada Taeyong.

"Kembalikan saja pada pemiliknya, sepertinya dia membutuhkannya," jawab Taeyong sembari menatap Yuta dengan tatapan menghina.

Jaehyun mendekat kearah Yuta yang tengah menatapnya nanar. Bocah itu membuka resleting tas hitam yang ternyata ada milik Yuta dan langsung menumpahkan isinya ke dalam kolam—tepat dihadapan Yuta.

Bocah manis itu hanya diam, menundukkan kepalanya, menatap sedih buku-buku barunya yang kini sudah tenggelam dengan sempurna. Bukan hanya bukunya, namun bekal makan siang buatan ibunya kini juga bernasib sama.

Setelah semua isinya keluar, Jaehyun pun ikut membuang tas hitam itu ke dalam air, membuatnya basah.

Melihat keadaan Yuta yang hanya bisa pasrah, Taeyong dan Jaehyun sama sekali tak merasa iba. Dua bocah itu justru menertawakan Yuta dan dengan teganya meninggalkan Yuta sendiri disana.

Terdiam didalam kolam dengan keadaan yang begitu mengenaskan.

Sepeninggal Taeyong dan Jaehyun, Yuta menarik napasnya. Ia mengusap matanya yang berair.

Tidak. Yuta tidak ingin menangis walaupun sesungguhnya ia sangat ingin menumpahkan air matanya saat ini juga.

Tangan mungilnya bergerak untuk memunguti barang-barangnya yang kini sudah basah itu. Ia memunguti bukunya satu persatu dan menjemurnya di pinggiran kolam, berharap teriknya matahari bisa mengeringkan buku-bukunya. Tak hanya buku, alat tulis, sapu tangan, bekal makan siang, dan juga tasnya pun ikut dijemur.

Bocah manis itu menata barang-barangnya berjejeran, dan ia juga mendudukkan dirinya di sisi tasnya yang tengah dijemur.

Yuta mengeluarkan alat bantu dengarnya yang berada di kantong celana. Ia menghela napas ketika tetesan air kembali keluar dari benda itu. Ditaruhnya benda serupa earphone itu diatas tas hitamnya—ikut menjemurnya.

TES

Yuta mengerjapkan matanya, tangannya langsung mengusap sepasang mata yang mulai mengeluarkan air. Ia menggeleng pelan, menghapus segala prasangka buruk yang berputar-putar dibenaknya.

Ia mengepalkan tangannya, bibirnya menyunggingkan senyum manis—untuk dirinya sendiri. Matanya menatap lantai dua, tepat dimana kelasnya berada.

Tidak apa. Mungkin mereka sedang ingin usil saja. Mereka tidak membenciku. Mereka orang yang baik. Aku tidak boleh membenci mereka. Mereka adalah temanku.

.

.

To be Continued

.

(Aloha, aku bawa ff baru dengan pair TaeYu lagi. Ahahaa. Aku lagi kesengsem berat sama mereka. Huhu, papa dan mamaku yang baru.)

(Btw, ini terinspirasi dari manga Koe no Katachi karangan Yoshitoki Ōima. Tapi aku cuman ambil plot dimana MC ceweknya itu tuna rungu, dan cowoknya itu tukang bully pas kecil. Tapi, untuk kedepannya, berbeda sama manga itu.)

(Btw, mau ngasih tau dulu mungkin aku ngga bisa fast update untuk ini. karena yah, bentar lagi aku ujian hiks. lalu kenapa ngga aku simpen dulu aja? alasan klasik sih, mubazir. Aku sendiri tipe yang nggabisa bikin cerita cepet, kalau lagi produkif aja, biasanya cuman bisa nyelesaiin 1 chapter baru untuk satu story-jangan tanya kalau writer block kayak gimana ;;)

(Oh ya, terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca dan mereview! PPyong~ )