VioletUngu proudly presents

The Innocent Girl

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

.

WARNING!

Cerita ini hanya fiktif belaka, hanya untuk kepentingan hiburan semata.

OOC, OC, typos (mungkin), bahasa kacau (mungkin), abal-abal, alur maksa dan lain lain, dan lain lain.

.

harap maklum, author masih amatir :D

.

happy reading, readers :D

.

.

.


Chapter 1

.

.

.

.

.

Suna Gakure. Tempat di mana matahari selalu memancarkan sinarnya tanpa ragu, di mana cuaca selalu cerah, di mana langit selalu tampak indah dengan warna birunya, di mana hamparan pasir membentang sejauh mata memandang, di mana angin berhembus dengan bebas. Pemandangan yang langka bagi sebagian orang yang belum pernah datang ke tempat ini.

Tapi tidak bagi gadis brunette yang berdiri di balkon ruang rapat kantor Kazekage itu. Baginya mataharinya terlalu terang di sini, hingga membuatnya sulit melihat karena silau, cuacanya terlalu kering dan panas bukan main, dia benci iklim kering dan panas seperti ini, dan langitnya.. well, dia tidak terlalu keberatan dengan langit biru cerah di atas sana, tapi pasir yang membentang itu menambah kesan kering dimatanya, ditambah dengan warna bangunan yang monoton hampir sama dengan warna pasir di bawahnya. Membosankan.

Satu-satunya hal yang menahannya tetap di sana adalah sesuatu yang berwarna biru dan berkilauan di ujung penglihatannya. Mungkinkah itu laut? Atau itu hanya ilusi mata yang diciptakan oleh indera penglihatannya… fatamorgana?

"Itu bukan fatamorgana, nona Erina.." suara seorang pria tua itu sedikit mengejutkannya. Gadis itu pun segera berbalik melihat siapa yang ada di sana. Seorang kakek, berpakaian seperti yang kebanyakan orang-orang disini pakai. Tapi karena dia tahu namanya, jadi jelas dia bukan warga biasa. Jadi langsung saja gadis bermata hazel itu membungkuk hormat.

"Yang ada di ujung sana itu laut sungguhan kalau kau mempertanyakannya.." mendengar kata laut, mau tidak mau secara refleks bibir tipis merah muda segarnya membentuk sebuah lengkungan yang semakin mempercantik wajahnya.

"Ah.. Tuan Ebizou.." seorang kakek lain muncul dari balik pintu ruang rapat di belakang mereka itu.

"Tuan Eikichi.. lama tidak berjumpa. Anda kelihatan sehat." Dan kedua kakek ini terlihat akrab sekali. Dari situ gadis bernama Erina Hakumei itu tahu pria tua yang tadi bicara tentang laut itu adalah tetua Sunagakure, sahabat kakeknya. Untung dia bersikap sopan tadi.

"Maaf atas keterlambatan ini, karena Kazekage juga harus mengurus beberapa hal sebelum ke sini. Tapi sebentar lagi dia pasti sampai."

"Tidak masalah.. kami juga baru saja datang.."

" Mari kita mengobrol di dalam sembari menunggu.." kakek bernama Ebizou itu mengulurkan tangannya mengarah ke pintu ganda yang terbuka itu.

"Ya.. tentu saja. Erina, ikutlah masuk. Di luar panas sekali, kan?"

"Aku masih ingin di sini, kek.."

"Hm.." kedua kakek itu pun berjalan masuk meninggalkan si gadis berwajah cantik itu di luar sana sesuai keinginannya.

Gadis itu lebih memilih berada di bawah paparan sinar matahari langsung seperti ini daripada harus mendengarkan 'obrolan' orang tua yang terkesan berat dan hanya membuat kepalanya sakit. Bukan karena dia tidak mampu mengikuti semuanya, hanya saja, dia tidak suka bagaimana orang-orang tua itu kadang membuat sesuatu yang seharusnya mudah dan cepat selesai jadi sesuatu lain yang lebih besar dan berkepanjangan. Menyebalkan.

Kalau saja dia bisa, dia ingin sekali berlari ke arah pantai di hadapannya itu dan berenang dengan bebas di laut yang rasanya akan sangat menyegarkan baginya. Sayangnya, pembicaraan yang sedang kedua kakek itu bicarakan di dalam sana memaksanya untuk tetap berada di sana. Bahkan seharusnya dia turut masuk ke dalam sana. Tapi topik yang mereka pilih untuk dibicarakan sama sekali tidak menarik perhatiannya.

Pernikahan politik.

Antara dirinya dengan sang Kazekage.

Erina sadar betul, bagaimanapun kerasnya dia mencoba menyuarakan penolakannya terhadap ide ini, para orang tua tidak akan mendengarnya dan akan tetap melangsungkan pernikahan politik ini. Sia-sia saja dia berada di dalam sana.

.

.

.

.

.

Entah sudah berapa puluh menit dia menunggu di luar sana. Sudah tak terhitung lagi berapa kali gadis cantik itu mengusap dahi dan lehernya yang berkeringat. Entah sudah berapa kali dia berniat meninggalkan tempat ini dan berlari ke pantai itu namun semua niatnya itu tidak ada yang berhasil dilakukannya. Selama dia menunggu di sana juga tak ada seorang pun yang datang. Tidak juga si Kazekage. Oh, mungkin dia sudah ada di dalam ruang pertemuan itu. Dia kan ninja yang bisa menghilang dan muncul tiba-tiba di manapun dia mau. Pikir gadis itu.

Beberapa detik kemudian perhatiannya teralihkan oleh suara langkah kaki yang perlahan semakin keras terdengar olehnya. Segera saja dia berbalik. Dan yang dilihatnya adalah seseorang yang memakai jubah putih dan caping yang di bagian depannya bertuliskan kanji 'Kaze'. Sang Kazekage akhirnya muncul.

Seolah menyadari keberadaan gadis itu di sana, seseorang dalam balutan jubah Kage desa angin itu berhenti lalu melepas capingnya. Ketika melihat seseorang itu membuka capingnya, hal pertama yang diharapkan Erina adalah dia bukan seseorang yang mencolok dan tidak terlampau tua dari usianya. Dahi gadis itu secara refleks berkerut saat dia dengan saksama mengamati sosok asing dihadapannya itu.

Dan begitu caping kage itu sudah berada di sisi tubuh sosok itu bersama tangan yang masih memeganginya, gadis itu sedikit terkejut. Kerutan di dahinya bertambah. Pemuda ini jelas tidak tua. Malah bisa dibilang dia seumuran dengan Erina. Tapi warna rambutnya merah menyala, tidak punya alis, dan ada tato kanji 'Ai" di dahi kirinya. Sangat mencolok. Dan jika digabungkan dengan statusnya sebagai pemimpin desa ninja yang berusia masih sangat muda dan berotak brilian, pemuda ini terlalu mencolok.

"…" bagi Gaara Sabaku, pandangan ngeri dan penuh kebencian sudah sering diterimanya. Dia bahkan sudah terbiasa dengan semua itu. Tapi pandangan dari gadis ini terlihat sedikit asing. Pandangannya bukan jenis pandangan takut yang bisa membuat emosinya meningkat, atau pandangan mata yang centil menggoda yang biasa diberikan oleh beberapa calon istrinya yang akhirnya ditolaknya mentah-mentah. Pandangan gadis ini lebih seperti pandangan tidak terima yang seolah mengatakan 'kenapa kau harus berpenampilan seperti itu?'

"Ah.. Kazekage..!" suara kakeknya membuat kerutan di dahi Erina seketika menghilang.

"Tuan Eikichi.." Gaara membungkuk.

"Anda sudah bertemu dengan cucuku Erina?"

"Saya rasa begitu.."

"Bagus kalau begitu!"

"Sesuai dengan permintaan anda tadi, kami sudah membicarakan semuanya dengan saksama." Ebizou angkat bicara.

"Kalian berdua akan menikah tiga bulan lagi." mendengar kalimat itu keluar dari mulut sang kakek, membuat kerutan di dahi Erina kembali.

"Apa waktu tiga bulan cukup untuk melakukan semua persiapannya?" mendengar pertanyaan yang terlontar dari sang Kage, gadis itu spontan menatapnya lagi.

Dia mabuk atau apa? Kepalanya pasti baru saja terbentur sesuatu. Atau mungkin dia memang sudah putus asa dengan kehidupan cintanya yang buruk? Jangan-jangan dia seorang gay dan menggunakan sarana pernikahan ini sebagai kedoknya.. otaknya pasti sudah bergeser..

"Tentu saja. Bahkan itu sudah terlalu longgar. Sebenarnya semua ini bisa dilakukan dalam waktu satu bulan saja."

"Kenapa tidak? Kurasa lebih cepat lebih baik."

Otaknya memang sudah benar-benar bergeser dari tempatnya. Astaga..

.

.

.

.

.

Bersambung


Halo, minna-san.. apa kabar?

saya datang lagi dengan mengusung cerita terbaru.

cerita lama yang kemarin-kemarin itu kayanya kurang menggugah, entahlah.. (emang nggak bakat nulis aja kali, lu -.- )

karena saya lagi kebanyakan ide akhir-akhir ini (yailah PD bener -.- ) jadilah saya mempublish cerita baru. aku masih harus mendapat masukan lebih banyak dari para readers.

gimana cerita di atas?

Bagus? jelek? mengecewakan? memuaskan? sesuai selera?

menurut minna-san layak dilanjut nggak?

jangan takut-takut kritik dan saran serta review ya, readers.. semuanya saya terima dengan lapang dada kok :) (lagi bulan puasa kan nggak boleh emosi ya?)

hehehehe.. oke deh sekian dari saya. saya tunggu reviewnya minna sekalian :D

Sincerely,

VioletUngu :D