紅蓮(Guren)
Story by DeathSugar.
.
I just own storyline and dirty mind in my head.
.
Happy reading~
.
.
"kau selalu memperhatikannya dari sini, ya?"
Gadis manis itu menenggokkan kepalanya ketika pendengarannya mendengar suara dari arah sampingnya. Gadis itu tersenyum ketika ia menemukan sahabatnya—Byun Baekhyun—duduk disampingnya, dibawah pohon maple yang ada didekat lapangan basket kampus mereka.
Si rambut coklat dengan bagian bawahnya yang ikal itu tersenyum sekilas sebelum akhirnya ia kembali memfokuskan tatapan matanya menatap para pemain basket yang berada dilapangan sana. Senyumnya terbentuk ketika mata rusa beningnya menemukan pemuda tampan itu tengah mendribble bolanya dan kemudian melakukan shoot.
"Mau aku kenalkan dengannya?" suara Baekhyun membuat si manis itu kembali menatapnya. Membawa focus matanya menatap wajah teman perempuannya dengan eyelinernya yang membingkai mata puppynya itu.
"Kau kenal dengan Sehun?" Luhan—gadis itu menatap sahabatnya dengan tatapan terkejut. Sejak kapan? Baekhyun tidak pernah memberitahu tentang ini padanya.
"Tidak, sih" Baekhyun nyengir, "pacarku kenal dengan Sehun."
"Pacar?"
"Kami jadian kemarin." Baekhyun nyengir dengan jari membentuk huruf V yang disambut Luhan dengan tatapan melotot kearah Baekhyun, "Byun Baekhyun! Kau tidak memberitahuku kalau kau—"
"Bukan begitu Lulu…" Baekhyun menjeda sejenak, "aku tidak memberitahumu, bukan karena aku tidak menganggapmu sebagai sahabatku.. maksudku.. duh.." Baekhyun menutup wajahnya yang memerah karena malu, "Aku—aku malu kalau kau akan menertawanku. Kau tahu 'kan.. aku dan Si Park itu—ya begitulah pokoknya."
Luhan tersenyum, senyum yang membuat paras ayu-nya semakin terlihat sempurna, "Jadi benar dengan Park Chanyeol?" si mungil Byun mengangguk, dan kemudian disambut Luhan dengan pelukan hangat untuk Baekhyun. "Selamat Baekhyun akhirnya kau menaklukan Park Chanyeol juga."
"Terimakasih, Lulu."
Luhan melepas pelukan itu sebelum akhirnya ia menatap Baekhyun dengan senyum yang membuat Baekhyun mendelik—merasa akan ada sesuatu yang tidak diinginkan.
"Kalau begitu kau harus mentraktirku di toko cheese cake milik Bibi Yang sebagai perayaan jadianmu dengan Chanyeol."
Tuh 'kan, benar.
Baekhyun hanya mendesah pelan ketika ia melihat binar kemenangan di mata sahabatnya itu. Luhan dengan nafsu makannya akan cukup membuat dompetnya mendesah untuk sejenak. Ini akhir bulan dan Papa-nya belum memberikan uang saku lagi.
"Baiklah.."
Luhan bersorak kegirangan ketika ia menarik pergelangan tangan ramping milik Baekhyun yang hanya disambut Baekhyun dengan wajah yang benar-benar kusut.
.
Hujan turun saat yang benar-benar tidak tepat dan Luhan benar-benar sial sore itu. Gadis manis itu hanya mendengus kesal ketika ia menyadari bahwa ia tidak membawa payung, dan tidak juga dengan mantel hangat. Tubuh ramping dan mungilnya hanya berbalut baju tipis dan juga rok mini empat centimeter diatas lututnya, dengan sebuah cardigan yang tidak cukup membuat tubuh mungilnya itu merasa hangat.
Hari sial apa yang terjadi padanya hari ini?
Luhan mendengus kesal, mengembungkan pipinya ketika hembusan angin bercampur buliran-buliran kecil air hujan itu menyentuhnya, membuatnya bergidik karena kedinginan. Ia mungkin bisa meminta bantuan pada Baekhyun untuk menjemputnya di kampus sekarang setelah ia menyelesaikan tugas dari dosen killer itu, tapi salahkan ponselnya yang mati disaat yang sangat tidak tepat.
Luhan mengeratkan pelukannya pada dirinya sendiri mencoba untuk mencari kehangatan barang seminim mungkin walau hasilnya nihil. Tubuh mungil rampingnya menggigil, bibir plumnya sedikit memucat dengan gigi yang bergemeratak beradu satu sama lain.
Gadis manis itu hanya berharap kalau ia tidak mati kedinginan disini.
Luhan terlonjat kaget ketika ia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pundaknnya. Sebuah hoodie berwarna hitam menyentuhnya dan memberikan sedikit kehangatan dari sana. Mata rusanya mengerjab beberapa kali ketika ia menemukan siapa pemilik hoodie itu. Dalam kedinginan, gadis manis itu merasakan rasa panas yang menjalar di wajahnya. Matanya menatap pemuda itu untuk beberapa saat sebelum ia kembali membuang tatapannya untuk menatap buliran air hujan yang turun.
Gadis asal China itu merasakan dadanya bergemuruh, perutnya seakan digelitik yang membuatnya ingin menjerit dan memberi tahu Baekhyun kalau ia tengah berdiri disamping seorang Oh Sehun dengan hoodie yang dipenuhi bau Sehun yang membungkus tubuhnya.
"tidak membawa mobil?" suara husky itu cukup membuat Luhan untuk menghentikan nafasnya sejenak dan menelan ludahnya dengan sangat berat dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Itu yang hanya bisa ia lakukan saat ini.
Pemuda tampan itu bersunggut mengerti, "Mau kuantar?"
Luhan hanya berdiri mematung ketika manik matanya menatap tepat kearah mata tajam milik Oh Sehun itu. Ia tidak mengatakan apapun dan hanya pasrah ketika Sehun menarik pergelangan tangannya dan melepas kemejanya—yang didalamnya dirangkap dengan kaos putih tipis—yang kemudian Sehun gunakan untuk memayungi dirinya sendiri dengan Luhan yang tidak berhenti untuk menormalkan detak jantung dan rasa panas yang menjalar di pipinya.
Sehun… melakukan semua ini untuknya…
Luhan mengeratkan genggamannya pada hoodie milik pemuda yang sudah lama ia sukai itu atau sesekali menatap wajah tampan yang terlihat sangat jelas terekam dalam matanya dan otaknya dengan sangat baik menyimpan itu.
Setiap lekukan itu, rahang tegas, hidung mancung, bibir tipis, semua terlihat sempurna. Sorot mata tajam yang seakan membuat siapapun bersedia bertekuk lutut dihadapan seorang Oh Sehun. Dan Luhan sekarang melihat itu dengan sangat jelas. Dengan jarak yang begitu dekat.
Luhan hanya menurut ketika Sehun membuka pintu mobil miliknya untuk Luhan dan kemudian Sehun berlari kesisi lain pintu mobilnya dengan senyum tipis.
"kau basah Sehun" suara lirih Luhan membuat Sehun menatap si mungil yang kini berada disampingnya itu—berniat melepas hoodie milik Sehun—yang kemudian dibalas gelengan dari sosok tampan itu.
"kau pakai saja. Kau jauh lebih butuh itu daripada aku."
"T-Terimakasih, Sehun."
Perjalanan dalam mobil itu haya berada dalam keheningan. Luhan maupun Sehun tidak terlalu banyak berbicara. Luhan hanya focus pada detak jantungnya yang beradu begitu cepat dengan perasaan gugupnya yang membuatnya harus meremas-remas ujung hoodie milik Sehun.
Luhan tidak pernah terfikir ataupun berharap hal seperti ini terjadi. Luhan selama ini hanya mengagumi Sehun dari jauh. Menatap punggung kokoh nan tegap itu dari belakang. Hanya sebatas itu. Tidak pernah lebih.
Luhan tahu, ia tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk mencoba mendekat pada pesona seorang Oh Sehun. Ia terlalu takut. Luhan terlalu kolot dengan pikirannya sendiri bahwa ia cukup untuk mengagumi Sehun dari jauh dan tidak untuk berada disamping seorang Oh Sehun.
Luhan mengigit bibir bawahnya ketika mobil Sehun itu berhenti didepan kawasan apartemennya. Luhan menatap Sehun sebentar dan memberikan sebuah senyum yang terlihat kaku—itu karena Luhan gugup. "Terima kasih sudah mengantarku. Tentang Hoodiemu... aku akan mengembalikannya besok. Aku pastikan akan aku cuci."
Sehun mengangguk. Terlihat tengah menimbang sesuatu dan kemudian si tampan itu menatap Luhan, tepat kearah matanya dan cukup untuk Luhan menahan nafasnya beberapa detik. "apa kau ada waktu luang sabtu ini?"
"Eh?"
"kalau kau tidak sibuk, aku ingin.. maksudku—bagaimana menjelaskannya—um.. kau suka pantai?"
Luhan mengerjab sesaat, mata rusa itu hilang akan fokusnya. Luhan tidak berani untuk menatap pemuda dihadapannya itu. Sorot mata Sehun selalu membuat nyalinya menjadi ciut.
"Diam berarti 'iya'. Baiklah, aku tunggu jam sembilan pagi disini, hari sabtu. Selamat malam."
Mobil Sehun terlihat menjauh yang perlahan menghilang ditikungan. Menyisakan Luhan sendiri dengan pikiran-pikiran yang membuat kepala kecilnya pusing. Gadis cantik itu menepuk pipinya yang kemudian menangkupkan kedua tangannya diwajahnya.
Rasa panas itu kembali. Membuat Luhan harus kembali menetralkan detak jantungnya yang berpacu dengan begitu cepat. Luhan buru-buru masuk kedalam apartemennya. Mencoba untuk mencari cara untuk membuat perasaan yang menggelitik itu hilang.
Uh.. ajakan Sehun tadi.. apakah itu kencan?
.
Sehun menjatuhkan dirinya diatas sofa ketika pemuda tampan itu sampai dikamar apartemennya setelah mengantar Luhan tadi. Si tampan itu tersenyum tipis ketika bayang-bayang wajah manis perempuan itu meluncur begitu saja dalam pikirannya.
Luhan.
Gadis itu begitu manis dan polos. Sehun tau jika gadis itu diam-diam memperhatikannya. Ia sering kali melihat gadis itu menghabiskan waktunya di bawah pohon maple untuk melihatnya bermain basket atau diam-diam mengikutinya ketika ia dikantin.
Sehun tahu. Semuanya.
Oh Sehun harus akui bahwa paras cantik Luhan benar menggodanya. Senyum malu-malunya, hidung mungilnya, bibir tipis plum alami itu ketika tersenyum terlihat begitu hangat, rambut coklatnya yang wangi—dan juga tubuh mungil dan langsing itu seperti pas dalam pelukannya. Uh—Sehun harus tersenyum untuk itu.
Luhan terlihat begitu sempurna.
Bohong ketika Sehun tidak tertarik. Sehun akui, ia tertarik pada Luhan. Gadis itu memiliki sejuta pesona yang memikat. Si cantik itu seperti bunga yang mengundang siapapun untuk mendekat. Siap untuk menggoda siapapun.
"Aku rasa dia menyukaimu, Hun."
Tersenyum, senyum itu kembali terukir ketika Sehun memikirkan Luhan. Dia baru tadi—untuk pertama kalinya—berbicara dengan Luhan dan kemudian ia mengajaknya untuk.. kencan.
Kencan?
Sehun mendengus—masih dengan lngkungan keatas dibibirnya—dia tidak tahu, kenapa ia jadi sebegitu beraninya memulai. Selama ini Sehun tidak pernah mencoba untuk memulai lebih dahulu dengan perempuan manapun, karena Sehun tahu mereka yang menginginkan Sehun bukan Sehun yang mengingkan mereka. Dan ketika ia melihat Luhan, segala ego dan harga dirinya seketika ia abaikan.
Sehun menyukai perempuan itu. Paras ayu milik Luhan terlihat begitu hangat, dan menyejukkan. Uh, haruskah Sehun mengulangi itu? Luhan begitu membuat akal sehatnya sedikit tidak bekerja. Dan Luhan melakukan itu tanpa ia sadari, bahwa si mungil itu telah masuk dalam pertahanan seorang Oh Sehun.
Bahwa Luhan telah membuat Sehun jatuh dalam pesonanya.
Pesona Seorang Luhan.. dan Sehun tak kuasa menolaknya. Kenapa harus menolak pesona dari gadis baik-baik seperti Luhan?
Ya, Sehun harus mendapatkan gadis itu. Harus. Dan Sabtu ini adalah waktu yang tepat.
.
Luhan menatap dirinya dihadapan cermin. Gadis sembilanbelas tahun itu terlihat begitu sibuk dengan baju yang akan ia pakai. Ini akhir pekan dan ini hari Sabtu. Weekend.
Weekend, adalah hari yang biasa orang-orang gunakan untuk beristrahat. Melepas penat sejenak setelah aktivitas selama lima hari dengan kesibukan. Menghabiskan waktu bersama keluarga atau untuk bermalas-malasan. Dan Luhan tidak melakukan itu.
Si manis itu terlalu sibuk memilih dan melempar semua baju koleksinya, mencobanya dan kemudian meletakkannya. Ini masih terlalu pagi, jam masih menunjuukan pukul enam lebih tigapuluh menit dan Luhan sudah terlalu sibuk. Ia sudah selesai mandi lima menit yang lalu. Dan kemudian seperti membongkar lemari dan tumpukan bajunya.
"apa yang harus aku pakai?"
Gadis itu mendengus, melempar lagi potongan bajunya diatas ranjagnya. Mendesah -lagi-ketika ia tidak menemukan pakaian yang cocok dalam gunungan kain itu. Apa yang penting sih untuk dilakukan di hari sabtu hingga membuat gadis itu hampir membuat kamar apartemennya terlihat seperti kapal pecah.
"Bagaimana jika Sehun menertawakanku? Bagaimana ini. Haruskah aku bertanya pada Baekhyun?"
Luhan menatap sekumpulan kain itu, sebelum akhirnya mendesah. "Mama… tolong Lulu.."
Apakah setiap gadis selalu memusingkan penampilannya untuk berkencan di hari sabtu?
.
Mobil hitam metalik itu berhenti dan kemudian menampilkan sosok tampan dengan setelan kaos putih polos dengan jaket denim dan jeans berwarna gelap yang berjalan dengan gagahnya keluar dari mobil dan bersandar sisi mobilnya. Menghadap tepat kearah pintu untuk menunggu seseorang keluar dari sana.
Dia—Oh Sehun tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya diam dan acuh dengan tatapan kagum beberapa wanita yang melirik kearahnya dengan tatapan tertarik. Siapa yang tidak akan tertarik dengan pesona seorang Oh Sehun?
Dia tinggi, tampan, dan juga kaya.
Sehun adalah putra dari pemilik Oh Corp—salah satu perusahaan besar di Korea Selatan dengan beberapa cabang di kawasan Asia. Tampan dengan segudang warisan yang akan dia warisi kelak. Menggiurkan.
Si tampan itu menegakkan tubuhnya ketika matanya menemukan sosok mungil dengan balutan dress berwarna biru muda dengan bawahan rok pendek yang berumbai ketika ditiup angin itu berjalan kearahnya itu tersenyum manis. Gadis itu membungkuk sebentar dan dibalas sebuah senyuman tipis.
Sehun akui Luhan benar-benar mengagumkan.
Gadis itu selalu tampil natural, tidak dengan make up berlebihan dan tebal. Tidak dengan pakaian seksinya. Tidak dengan kecentilan dan keagresifannya—seperti bekas-bekas Sehun sebelumnya—dan Luhan dengan kesopanannya.
Uh, Sehun yakin ibu dan Noona-nya akan menyukai Luhan.
"Maaf membuatmu menunggu lama, Sehun."
"Tidak. Aku juga baru sampai. Kau sudah siap?"
Luhan hanya mengangguk dan menurut ketika Sehun menarik pergelangan tanganya—itu cukup untuk membuat jantng Luhan berdetak dengan tidak normal—dan kemudian membukakan pintu mobil untuk Luhan. Luhan tersenyum ketika ia menemukan satu hal yang membuatnya merasa nyaman disamping Sehun; Sehun memperlakukannya dengan baik.
Dan Luhan suka itu.
Pintu mobil disamping Luhan tertutup bersamaan Sehun yang masuk didalamnya dan kemudian pemuda itu menggenakan seatbelt miliknya. Luhan melihat itu semua. Ketika tangan kokoh Sehun memegang kemudi mobil, ketika mata tajam itu menatap lurus kedepan dengan yakin, ketika Sehun menunjukkan wajah nakal itu, Sehun terlihat begitu mangagumkan. Luhan merasa ia begitu beruntung bisa sedekat ini dengan Sehun.
.
Hamparan pasir putih pantai menyentuh kaki mereka ketika mereka mulai melangkahkan kakinya diatas pasir pantai itu. Luhan dan Sehun begitu menikmati suasana pantai hari ini. Luhan berlari pertama kali menuju sisi pantai dan menyentuhkan kulit kakinya didalam dinginnya air laut. Membirkan air laut menyentuhnya dan membiarkan angin laut menerbangkan helai-helai rambut panjangnya.
Luhan tertawa lepas ketika ombak menyapu kulitnya lagi dan kemudian membawa tatapan matanya kearah Sehun. Memberi gesture 'Ayo kemari' kepada Sehun dengan tangan rampingnya dan hanya dibalas gelengan dari Sehun. Dan itu cukup membuat Sehun bisa melihat gadis mungil itu memberengut. Itu terlihat menggemaskan dimata Sehun dan memaksa sebuah senyum hangat terukir dibibir Sehun.
Sehun masih memperhatikan ketika Luhan masih bermain dengan pasir dan juga air laut itu—sedikit kekanakan—dan apa yang dilihat Sehun kali itu membuat Sehun memandang kagum. Sehun mengambil ponsel dalam saku celananya saat itu dan mengarahkan kamera ponselnya untuk mengambil potrait dari gadis manis yang kini tengah sibuk dengan mainan barunya itu.
Satu. Dua. Tiga.
Sehun dengan sangat baik mengambil angle dari Luhan saat itu. Luhan dari arah samping terlihat menakjubkan ketika angin meniup helai-helai rambutnya, menerbangkannya perlahan, angin yang dengan nakal menyentuh rok pendek milik Luhan dan mengibarkannya pelan, Luhan dengan senyuman yang terlihat sangat manis. Matanya berbinar memancarkan kebahagiaan dari sana.
"Luhan!"
Luhan menenggok kearah Sehun dan tersenyum kemudian ketika tepat saat Sehun mengambil potrait Luhan lagi. Sehun melambaikan tangan dan menyusul Luhan dan menyipratkan air laut kearah Luhan.
Luhan mendelik ketika Sehun mengenai wajahnya dan kemudian Luhan membalas itu, begitu terulang bahkan sampai keduanya hampir basah.
"Mau menunggu sampai sunset muncul?"
Itu adalah Sehun yang membuka suara ketika mereka berdua menjatuhkan dirinya diatas hamparan pasir setelah melewat hari melelahkan bermain di pantai. Matahari sudah mulai untuk turun saat itu. Hamparan jingga telah bergradasi dengan warna langit yang mungkin sebentar lagi akan menjadi kelam. Desiran air laut dan juga sapuan angin menyentuh mereka berdua, membuat Luhan sedikit mengeratkan pelukannnya sendiri pada tubuhnya untuk melawan sapaan angin yang menyentuhnya.
"Ya, tentu." Luhan menjawabnya dengan senyumannya yang begitu merekah. Luhan banyak tersenyum hari ini bahkan beberapa kali ia tertawa terbahak karena Sehun. Luhan tidak pernah tahu jika Sehun memiliki sifat semenarik itu. Dan Luhan harus bersyukur untuk menjadi yang beruntung melihat Sehun yang berbeda kali ini.
Matahari mulai untuk menyembunyikan dirinya. Memberikan warna gradasi dilangit ufuk timur. Warna jingga seperti meretakkan langit yang mulai menggelap. Sehun dan Luhan melihat itu. Luhan beberapa kali terdengar begitu kagum dan mengarahkan kamera ponselnya kali itu. Sementara Sehun hanya memperhatikan Luhan dari samping.
Luhan dan Sunset adalah kombinasi yang mengagumkan.
"Lu.."
Sehun menghela nafas ketia jemari kokohnya mencoba meraih jemari lentik nan halus milik Luhan saat itu. Menggenggamnya dengan erat dan matanya tepat menatap kearah manik rusa itu.
"aku tahu.. ini mungkin terlalu cepat. Kau tahu.. hari ini aku merasakan hari yang paling bahagia yang pernah aku lalui dalam hariku selama ini." Sehun tersenyum, dan senyuman itu membuat Luhan luluh, "aku ingin berjalan bersamamu. Aku yakin pertemuan denganmu bukanlah sebuah kebetulan. Cukup dengan bertemu denganmu kemarin saja, memberikan sedikit senyuman. Semuanya terasa membahagiakan jika berdua denganmu."
Sehun melepas genggaman tangan itu dan mengarahkan satu tangannya untuk menyentuh sisi wajah Luhan. Mengusap pipi lembut itu dan meyampirkan beberapa helai rambut halus milik gadis dihadapannya itu, "hey Lu, teruslah temani aku, aku merasa seakan kamu akan selalu disampingku. Aku ingin berjalan denganmu selalu. Dengan rasa kagumku padamu. Dengan perasaanku yang tumbuh padamu dengan begitu cepat. Teruslah disisiku, mau 'kan?"
"S-Sehun..aku.."
"Jadilah kekasihku. Kita mulai semua dari sini."
Luhan tidak mengatakan apapun, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian menghambur dalam pelukan Sehun. Membiarkan tubuh mungilnya berada dalam dekapan Sehun, merasakan rasa hangat dan bau Sehun yang terlihat begitu dominan.
Membawa tatapan mata mereka berdua, Sehun mengusap sisi wajah cantik itu dan perlahan menghapus jarak diantara mereka berdua.
Menautkan bibir mereka dengan lembut. Sehun kecup bibir itu lembut, membiarkan Luhan menikmati tautan itu, perlahan dan perlahan mulai menggerakkan bibirnya membalas ciuman dari Sehun. Sehun hisap bibir bawah Luhan dengan tangan yang perlahan menuju tengkuk Luhan, menekannya dan membuat ciuman mereka lebih dalam.
Sehun tersenyum dalam ciuman itu ketika Luhan membuka bibirnya, memberikan akses untuk Sehun menciumnya lebih dalam. Saling berbagi saliva satu sama lain, menarikan lidah mereka didalam sana. Menghisapnya atau sesekali sehun gigit bibit itu. Membuat si manis itu mengerang. Membiarkan Sehun memiliki kendali atas tubuhnya.
Hisapan, kuluman, dan kecupan itu terus berlanjut. Menghasilkan suara decapan dan erangan yang beradu dengan suara desiran angin dan juga ombak.
Tautan saliva keduanya saling terhubung ketika Sehun melepas ciuman mereka, menatap mata sayu Luhan yang terlihat begitu menggoda. Wajah menggodanya, bibir merah yang membengkak dengan nafasnya yang sedikit terengah.
Sehun menengguk ludahnya kasar ketika melihat itu semua dan kemudian menyenyuh sisi wajah itu lagi sebelum akhirnya menyatukan dahi mereka. "mau dilanjutkan? Kita bisa menyewa kamar hotel didekat sini.."
Dan anggukan dari adalah jawaban dari pertanyaan yang akan membawa malam panjang bagi keduanya.
.
TBC
.
紅蓮(Guren) dalam bahasa jepang memiliki arti Teratai Merah
.
2804 words.
Finally.. bisa nyelesaiin fanfic ini. Aku beneran ga yakin sama ceritanya. Ini pertama kali bikin ff GS dan RATED M ! /siapin tisu/ awal yang manis tidak untuk fanfic angst? /ditoyor/
Ga yakin sama chapter ini, chapter ini rasanya kaku. Susah ya bikin ff GS ternyata. Salut sama author yang bisa bikin ff GS yang manis manis gt ceritanya. TwT
Maaf kalau ceritanya garing. Aku akan berusaha memperbaikinya chapter depan. Chapter depan NC-21+ for sex scene. X'DD *bunuh gue han bunuh gue*
Happy reading and review ?
21 Oktober 2015
DeathSugar
-Fanfic ini untuk mengikuti Giveaway dari HunHan INA line-
