DISCLAIMER: Yunjae not mine! Line story not mine too!
Title: OUR GAME
Pair: Yunho & Jaejoong
Editor: BananaMin YCTY
Story line: Esti Kinasih
Genre: Drama, Hurt, Romance, School life!
Warn: YAOI! BL, Boys X Boys
.
©Fairish, novel by Esti Kinasih - 2004
.
A/N: Fanfic ini adalah bentuk re-make, re-edit, dari novel Fairish karya sang penulis senior Esti Kinasih. Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan kagum editor kepada penulis asli, editor mencantumkan nama beliau sebagai pemilik asli plot cerita. Adapun pengubahan tokoh, tempat, latar, penambahan serta pengurangan kalimat dalam cerita, semata-semata author gunakan sebagai bentuk penyesuaian cerita rombakan.
DONT LIKE DONT READ
Mohon maaf jika ada sebagian readers yang tidak menyukai ff hasil olahan dari novel. ^^)/ gampagnya, DLDR aja. Okay, thank you :)
.
.
.
.
.
Semua mata mentap terkesima. Sosok itu berdiri seperti magnet yang kuat. Memukau dengan segala pesona yang dimilikinya. Tubuhnya tinggi menjulang, dan wajah kecilnya memancarkan keangkuhan yang sempurna.
"Nama saya Jung Yunho. Tapi cukup panggil Yunho saja," ucapnya. Tegas tapi dingin. Dan sama sekali tanpa senyum sedikit pun.
"Aigo~ Nama yang bagus sebagus orangnya!" kata Heechul pelan. Si namja cantik yang terkenal judes di kelasnya.
"Halaaah, seperti itu aja bagus. Bagus darimananya?" ejek suara di belakang.
Heechul menoleh, tampangnya langsung sewot. "Diam kau. Daripada kau, jauh-jauh dari Amerika ke Korea, namamu tetap saja jidat lagi jidat lagi!" serang balik Heechul dengan kalimat pedas seperti biasanya.
Sang empunya jidat yang nama aslinya Yoochun pun mendengus tidak terima.
"Sudah! Sudah!" potong Shin songsaenim, wali kelas mereka. "Silakan Jung Yunho, pilih tempat dudukmu."
Yunho mengangguk hormat, lalu memandang berkeliling. Gadis-gadis dan para uke langsung sibuk overacting. Berusaha menarik perhatian si pemuda bermarga Jung itu supaya duduk tak jauh dari mereka.
Tapi pilihan Yunho jatuh ke seraut wajah tak acuh, yang sejak awal telah menarik perhatiannya. Wajahnya yang dia tahu persis benar-benar tak peduli, bukan pura-pura tak peduli, yang sejak tadi cuma menatapnya tanpa ekspresi dan lebih memandang berkeliling, menikmati kehebohan di sekitarnya.
Yunho menatap sosok Jaejoong, sang pemilik wajah yang sedang mengangguk-angguk sambil tertawa ke arah Siwon, pemuda tamapn yang duduk di depannya.
Dihampirinya meja Jaejoong. "Annyeong," sapa Yunho dengan suara yang lebih tepat dibilang bentakan pelan daripada menegur.
Jaejoong menoleh kaget dan kontan terperangah.
"Boleh duduk di sini, kan?!"
"Eoh...?" dengan wajah bingung, Jaejoong menoleh ke arah Siwon. Tadi Siwon bilang dia mau pindah ke sebelah Jaejoong gara-gara dongkol dengan kelakuan uke genit di sebelahnya, Park Karam. Soalnya, dari cara Karam memanggil Yunho, orang-orang pasti akan menyangka karam seperti fanboy yang sedang memanggil idolanya; U-Know DBSK.
Tsk, benar-benar berlebihan!
"Tapi-" kalimat Jaejoong terpenggal karena begitu dia menoleh, Yunho telah bertengger manis di sebelahnya.
"S-siwon mau duduk -di sini..." sambung namja cantik itu tergagap.
"Silahkan," jawab Yunho tenang. "Aku tidak keberatan duduk bertiga."
Jaejoong tercengang. Sepasang mata doenya melebar. Grrrrrrr... Orang ini, ganteng tapi pabbo. Duduk bertiga? Memangnya ini bangku taman?
..
..
..
..
..
..
Jam lonceng di ruang tengah kediaman Kim baru saja selesai berdentang dua belas kali. Dan Jaejoong masih bengong di depan pantulan dirinya di cermin sejak beberapa jam tadi.
Dia masih susah mengerti. Masih can't belieupe at all and amazing really. Jung Yunho, anak baru yang tampan itu... memilih duduk di sebelahnya? Gila, kan? Amazing, kan? Unbelievable, kan? Makanya dia jadi takut tidur. Takut ini cuma mimpi, dan besoknya pagi-pagi buta, Jaejoong meloncat bangun dari ranjangnya.
Ini pertama kalinya dalam sejarah jam bekernya kalah langkah. Dan ketika si Jiji-jam beker berbentuk kucing dengan warna abu-abu-miliknya itu, memperdengarkan deringnya yang melengking, buru-buru Jaejoong menekan tombol off di atasnya.
Dengan satu kalimat pendek diiringi tawa, Jaejoong mencibir. "Telat kau kucing kecil! Aku sudah bangun dari tadi, hohoho!"
Jaejoong buru-buru lari ke kamar mandi. Cepat-cepat mandi, cepat-cepat menganti baju, cepat-cepat menyisir rambut hitam pendeknya, dan segala persiapan lain yang serba cepat-cepat.
Kim Kibum, adik Jaejoong yang tidur sekamar dengan Jaejoong, terbangun kaget dan langsung jadi panik.
"Mwoya?! Jam berapa ini? Jam berapa hyung?"
"Setengah enam, Bummie.."
Kalang kabutnya Kibum beres-beres buku pun langsung terhenti. "Apa? Baru setengah enam? Kenapa hyung sudah rapi begitu?"
"Memang tidak boleh?"
"Bukan begitu... Aaaah... Aku tau! Hyung pasti mau bikin contekan untuk ulangan jam pertama yah..."
"Sok tau kau!" Jaejoong menjitak kepala adiknya, lalu langsung melesat ke ruang makan, sarapan kilat, dan buru-buru lari keluar.
..
..
..
..
..
Betapa kagetnya Jaejoong begitu tiba di sekolah, karena dia pikir dia bakalan menjadi orang pertama yang menginjakkan kakinya di sekolahan. Tapi ternyata, dia salah besar.
SM Seoul High School, sekolahnya ini memang masih sepi, tapi begitu sampai di kelas... Woah! Jaejoong kontan terbengong.
Ige mwoya?! Pelajar perempuan dan para uke sudah pada duduk manis! Dan yang paling membuat Jaejoong jengkel adalah bangkunya ternyata keburu disambar orang. BoA telah bertengger manis di sana.
Terpaksa Jaejoong mengungsi. Sementara duduk di mana saja, dan agak jauh pula, karena semua bangku di sekitar mejanya sudah berpenghuni.
Jaejoong makin bengong begitu sadar pagi ini telah terjadi banyak perubahan. Kalau dia pribadi responnya hanya sekedar bahagia dan berbunga-bunga sampai terbawa mimpi, reaksi teman-temannya lebih dahsyat lagi.
Ada yang rambutnya tiba-tiba jadi keriting. Ada yang kemarin-kemarin keriting, pagi ini mendadak jadi lurus. Hyuna, yang rambutnya ikal, pagi ini sih tetap ikal. Cuma basah. Dan sampai bel pulang, itu rambut tidak kering-kering juga. Ada lagi Ahra yang jadi serba biru. Dari sepatu, kaus kaki, ikat pinggang, tali jam, bros, anting, sampai bando. Dan Heechul, yang perasaan tingginya cuma beda lima senti dengan Jaejoong, pagi ini jadi menjulang. Selidik punya selidik, ternyata sepatunya ada haknya.
Aish... Jinjja!
Tiffany, yang punya mata indah, pagi ini melepas kacamatanya dan pakai lensa kontak. Sudah pasti supaya mata indahnya kelihatan jelas. Tapi yang paling membuat Jaejoong kaget, Karam dan BoA nekat pakai eyeshadow! Meskipun tipis, tetap aja kelihatan. Supaya tidak ketahuan guru, waktu jam pelajaran mereka menutupinya dengan poni.
Dan pagi ini kelasnya jadi semerbak dengan segala macam wangi-wangian. Anak laki-laki yang datang kemudian, masuk kelas dengan ekspresi bingung.
"Aigo, wangi benar pagi ini?" kata Siwon sambil menatap berkeliling lalu mengendus-endus.
Sementara Yoochun menatap muka BoA sampai nyureng. "Matamu kenapa? Kok ada kelap-kelipnya?"
"Tidak usah banyak tanya deh!" jawab BoA ketus.
So, alhasil cuma Jaejoong seorang yang pagi ini tanpa perubahan apa-apa. Tetap polos, tanpa hiasan apa pun, baik di kepala-pundak-lutut-kaki. Tetap cuma pakai sedikit gel rambut, tetap cuma bau wangi cologne yang biasa dipakai bayi.
..
..
..
..
..
Besoknya Jaejoong tidak mau lagi datang pagi-pagi. Soalnya kata SooMan ahjushi si penjaga sekolah, sejak pagi-pagi buta kelasnya sudah penuh. Jadi kesimpulannya, kalau mau datang paling dulu, ya jangan pulang. Alias tidur di sekolah sekalian.
Tapi Jaejoong sempat bengong juga begitu datang sesuai jadwalnya yang biasa, jam tujuh kurang lima belas. Kelasnya tetap penuh dengan para yeoja dan uke yang bertebaran di sana-sini.
"Excuse me! Excuse me!" teriaknya keras sambil mencoba menerobos masuk.
Begitu sampai di mejanya, Jaejoong lebih tercengang lagi. Ahra dan BoA duduk berdempet-dempetan di bangkunya. Seperti tidak ada tempat lain saja.
Di bangkunya Yunho, Karam duduk berdesak-desakan berdua dengan Tiffany. Di bangku Siwon ada Heechul. Sementara dua bangku di belakang Jaejoong juga penuh. Bangku di depannya, begitu juga. Pokoknya just like yesterday. Semua bangku di sekitar bangku Jaejoong dan Yunho penuh para uke dan para gadis.
Membuat para pemilik bangku yang datang belakangan menjadi dongkol dan akhirnya, sama seperti Jaejoong, terpaksa mengungsi sampai bel berbunyi karena kebanyakan para gadis dan uke itu susah sekali diusirnya.
Besoknya, Jaejoong baru datang setelah nyaris bel. Percuma saja dia datang pagi-pagi, soalnya paling cuma bisa titip tas. Karena siapa pun yang duduk di bangkunya, tidak bakalan mau berdiri dan enyah dari situ kalau bel belum berbunyi. Selain itu, buat apa dia sampai harus seperti mereka? Toh dia akan duduk di sebelah Yunho, dalam jarak yang paling dekat, dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang. Tujuh jam! Dan selama-lama waktu itu, kecuali jam istirahat pastinya, tidak akan ada yang berani merebut bangkunya. Jadi biar saja para gadis dan uke itu berebut sisa.
Selain itu lagi, setelah dua hari duduk bersebelahan dengan Yunho, Jaejoong mulai mencium ada sesuatu yang ganjil pada namja itu. Dia cuek banget. Terlalu cuek. Sadis malah! Itu langsung terasa di hari pertama Yunho duduk di sebelahnya. Dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang, namja bermata sipit itu cuma mengajaknya bicara satu kali.
Cuma satu kali! Itu juga cuma tanya nama.
"Namamu siapa?"
Jawaban Jaejoong juga jadi agak-agak gimana gitu. Soalnya Yunho nanyanya mirip polisi menginterogasi perampok. Menatapnya tajam dan tanpa senyum.
"Jae.. Jaejoong."
"Udah? Cuma itu?" Sepasang alis Yunho bertaut.
"Kim Jaejoong. Iya. Kenapa? Kalo kau mau menambahkan, juga tidak apa-apa. Asal jangan minta dicantumin di akte kelahiran aja."
Bibir Yunho mengembangkan senyum. Tipis, dan cuma sesaat. "Aniya.. Jadi nanti aku akan memanggilmu Jaejoong saja."
Cuma itu! Hari kedua dan hari ketiga malah... blas!
Jaejoong dianggap tidak kasat mata. Hari keempat, lagi-lagi cuma satu kalimat selama tujuh jam. Itu juga dalam rangka pinjam pensil. Dan si Yunho itu, ganteng-ganteng begitu, ternyata kalau meminjam properti orang suka lupa mengembalikan. Sementara Jaejoong-nya juga ngeri sendiri mau minta.
Tapi cueknya Yunho itu ternyata malah melambungkan namanya. Di mana-mana sesuatu yang misterius itu memang lebih membangkitkan rasa ingin tahu. Jaejoong sendiri bukannya tidak mau mengakrabkan diri. Tapi dari pengamatannya, Yunho itu kalau diajak ngobrol atau ditanya, jawabannya cuma "Ani", "Ne", "Jinjja?", atau "Molla". Malah sering banget dia belaga tuli.
Kalau ada yang nekat bertanya, tanpa memedulikan sikap penolakannya yang terang-terangan, dengan sadis Yunho menatap sang penanya, diikuti kalimat bernada dingin. "Kau bisa diam tidak?!" Atau kalau dia sudah kelewat jengkel, si penanya itu cuma ditatapnya tajam-tajam tanpa ngomong sedikit pun. Mengerikan banget, kan? Makanya Jaejoong malas mau mengajak ngobrol. Takut kena libas mata dinginnya Yunho. Baru jadi penonton aja dia suka nelangsa, apalagi kalau ikut kebagian juga. Bisa berantakan hati dan harga dirinya.
Jaejoong melirik Yunho yang duduk di sebelahnya diam-diam. Mencibir dalam hati. Dia kira siapa dia? Jaim banget gitu. U-Know DBSK? Cih!
..
..
..
..
..
Semakin hari, Jaejoong mengamati gerak-gerik Yunho secara diam-diam. Dan dia sadar, ada yang semakin aneh pada diri pemuda tampan tersebut. Sebab, jikalau sedang bersama anak laki-laki, Yunho bisa bersikap normal. Wajar, apa adanya. Tapi kenapa kalau bersama anak perempuan dan para uke yang kegeniatan padanya Yunho terkesan sadis?
"Minggir!"
Semua tersentak kaget dan seketika menoleh ke sumber suara. Termasuk Jaejoong yang sedang mengungsi di bangku Shindong. Saat ini Jaejoong tengah asyik memperhatikan Yoochun yang sedang membuat sketsa. Si jidat lebar pindahan asal Amerika ini memang jago menggambar dan ilustrasi-ilustrasinya sering muncul di majalah-majalah.
Sama seperti yang lain, Jaejoong terkesima menatap bangkunya sendiri. Sejak kedatangan Yunho, bangku itu serasa jadi tongkrongannya BoA. Di sebelah BoA, wajah Karam tampak pucat gara-gara dibentak Yunho barusan.
"Kau tidak dengar apa yang aku bilang tadi huh?! Minggir!?" bentak Yunho lagi.
"A-aku cuma mau menumpang duduk kok, Yunho yah.." jawab Karam tergagap.
"Ini bukan bangku kosong!" cetus Yunho.
"Kau bisa duduk di tempat lain! Jangan di sini. Cepet pergi!" usirnya.
Saking tidak percayanya Yunho bisa sesadis itu, Karam kontan membeku di tempat. Dan itu malah membuat Yunho meledak.
"CEPET PERGI!" bentaknya dengan suara menggelegar, diikuti pukulan keras di meja. Benda itu berderit seiring mumemucatnya wajah-wajah yang berkerumun di sekitar situ. Karam jangan di tanya lagi. Mukanya sudah seputih cat tembok kelas. Dan dengan gerakan mirip robot, dia berdiri dan lari keluar sambil menangis.
Dengan tenang, tanpa merasa sudah melakukan tindakan keterlaluan, dan entah sadar atau memang masa bodo dengan suasana kelas yang mendadak jadi benar-benar senyap, Yunho menjatuhkan tubuhnya pada bangku. Namun mendadak ekspresi wajahnya jadi kaku lagi begitu dia sadar ada sesuatu yang bertengger manis di atas mejanya. Sebuah kotak kue penuh potongan blackforest dengan butiran stroberi merah di atas setiap potongnya. Serpihan-serpihan cokelat menutupi seluruh permukaan kue.
Tapi ternyata Yunho tak terpengaruh. "Ini punya siapa?" tanyanya sambil menatap satu-satu kerumanan para gadis dan uke di sekitarnya. BoA yang duduk persis di sebelahnya, menjawab pelan. Jadi ngeri juga dia setelah menyaksikan jatuh korban.
"Itu... Untukmu, Yun."
Seketika mata sipit Yunho menajam. Dan karena kebetulan BoA tepat di sebelahnya, Yunho menghadapkan wajahnya persis di depan BoA. Jantung cewek itu serasa jumpalitan. Senang, tapi juga ngeri.
"Dengar!" desis Yunho. "Aku bukan orang kelaparan! Jadi tidak usah lagi kau bawa macam-macam benda seperti ini!"
Pemuda tampan itu memajukan wajahnya."Sebenarnya apa maksudmu membawa makanan seperti ini huh?"
"Ti... Tidak kok," BoA makin tergagap. "Itu juga... kalau kau suka. Kalau tidak... ya tidak apa-apa."
"Begitu?" Yunho menarik kembali wajahnya. "Kebetulan... Aku tidak suka!" suaranya mengeras. "Ambil kembali cepat!"
Namun BoA bergeming. Meskipun mengerikan, inilah saat yang paling ditunggunya. Sampai mimpi-mimpi malah, bisa duduk di sebelah Yunho.
"Cepat ambil!" bentak Yunho.
BoA tetap bertahan, tidak memberikan reaksi. Dengan jengkel Yunho meraih kotak kue, lalu menyodorkannya ke arah kumpulan anak laki-laki yang duduk berkerumun tak jauh dari situ.
"Kalian mau tidak?"
Langsung aja mereka menyerbu. "Asyiiik. Jelas kami mau banget dong!"
Kotak itu pun berpindah tangan ke segerombolan mulut-mulut rakus yang menyambutnya dengan sorak kegirangan. Sejak tadi mereka memandangi kue itu, tapi cuma bisa ngiler karena BoA, yang memang spesial membawa kue untuk Yunho jelas tidak sudi membaginya ke yang lain.
Dan kue itu ludes dalam sekejap. "Enak gila!" kata Shindong sambil menjilat-jilat tangan. Satu isyarat samar dari sepasang mata sipit Yunho membuatnya tahu, apa balasan untuk kue yang barusan dia makan.
Yoochun menghampiri BoA dengan kotak kosong di tangan kanannya. "Gomawo cantik.. Kuenya benar-benar enak sekali!" katanya. Tidak jelas, memuji atau merayu.
"Kau membuatnya sendiri atau membeli? Kalau membuatnya sendiri, waaah... Kwon BoA benar-benar hebat deh. Sudah cantik, pinter membuat kue pula!" Ucapan Yoochun membuat seisi kelas ketawa.
Sementara BoA... Jangan tanya. Dari dulu dia membenci Yoochun.
"Asyiiikk... Hohohohoho~" Di belakang Yoochun, Shindong berjoget-joget gembira. Girang banget dia. Musuh bebuyutannya dipermalukan begitu.
"Untung tidak kau makan, Yun. Ketahuan tuh kue ada jampi-jampinya. Buktinya Yoochun langsung bertekuk lutut begitu!" ejeknya.
"Diam kau!" bentak BoA. membuat seisi kelas tertawa lagi.
Akhirnya BoA pergi, karena dua alasan. Pertama, Yunho sibuk sama bukunya dan tidak ambil pusing dengan adegan ungkapan cinta yang terjadi di sebelahnya. Kedua, karena Yoochun benar-benar membuat BoA ingin menjerit. Para gadis antek BoA yang lain kontan ikut pergi begitu kepala suku mereka hengkang dari situ.
"Jaejoong ah, bangkumu sudah kosong tuh, " Shindong mengingatkan namja cantik yang masih membeku di sebelahnya.
Jaejoong langsung menggelengkan kepala. "Ng... Aku duduk di sini ya, Shindongie?" pintanya memelas.
Shindong tertawa. "Bilang sama yang punya bangku sana."
Jaejoong langsung menoleh ke sana kemari. Mencari-cari Yoochun. "Chun! Sst!" panggilnya lirih.
Yoochun menoleh dan mengangkat alis.
"Siniii!" panggil Jaejoong lagi, tetap tidak berani keras-keras. Cuma tangannya yang memberi isyarat.
Yoochun berdiri dan menghampiri. "Ada apa?"
"Aku duduk di sini ya? Sehari aja."
"Kenapa memangnya?"
"Kau tidak denger tadi uh?"
"Kan bukan kau yang kena bentak, Jaejoongie.."
"Ya kali aja nanti ada session keduanya. Boleh ya, Chun? Please..."
"Ini kan sarang penyamun loh," kata Shindong. "Tidak ada uke cantik yang duduk di sekitar sini."
"Nah kan! Kau mau digodain anak-anak yang duduk dibangku belakang sampai jam terakhir?"
"Tidak apa-apa kok. Mendingan digodain," jawab Jaejoong spontan. "Habis terlalu seram duduk di sana."
Shindong dan Yoochun tertawa geli. "Kalau kau sepertinya tidak apa-apa Jae..." Shindong menenangkan. "Buktinya Yunho memilih duduk di sebelahmu. Padahal masih banyak tempat kosong. Lagian juga kalau kau duduk di sini, kau tidak bakal bisa melihat apa-apa. Kangin duduk persis di depanmu."
"Iya tuh." Yoochun mengangguk. Memang, di depan bangku Yoochun ada Kangin, si preman yang berbadan tambun. Duduk di belakang Kangin dijamin cuma bisa menyaksikan satu pemandangan: punggung si preman itu. Tapi masih mending begitu daripada kena bentak Yunho!
"Kkajja, aku antar," kata Yoochun.
"Yaaah, Chunnieeee..."
"Makanya aku antar. Biar aman. Tidak bagus kalau kau duduk di belakang seperti ini, Jaejoongie."
Jaejoong bangun ogah-ogahan. Sebelum dia pergi, sambil tertawa Shindong berbisik di telinganya, "hati-hati, Jae.. Jangan duduk membelakangi Yunho. Nanti tau-tau kau dicekiknya!"
"YA! Kau ini, jangan menakut-nakuti dong!" Jaejoong melotot kesal. Shindong tertawa terbahak.
"Sudah, tidak usah didengar!" Yoochun menarik Jaejoong kembali ke tempat asalnya. Sebelum meninggalkan bangku Jaejoong, Yoochun membisiki Yunho, "Jaejoong ketakutan tuh. Sampai nekat mau duduk di bangkuku."
"Oh ya?" Mata Yunho seketika menyipit. Diliriknya Jaejoong yang mulai sibuk mengeluarkan buku-bukunya. Ketika tatapan mereka bertumbukan, sepasang mata doe itu buru-buru menghindar.
Kejadian berikutnya membuat Yunho menjadi tambah geli. Hari ini ada jam kosong. Dua jam. Makanya Jaejoong membawa sekotak kue kebangsaannya, stroberi cake, serta satu botol air mineral. Diletakkannya kotak kue itu di atas meja, di susul buku Open the Earth's Hidden Secrets. Buku yang heboh banget dan tak sabar ingin cepat-cepat dia tamatkan.
Tapi kesibukannya langsung terhenti waktu tak sengaja dia melihat Yunho sedang memperhatikan kotak kuenya.
"Ng... Kue itu buat aku sendiri kok, Yun... Bukan buatmu! Dan aku juga... Tidak bermaksud menawarimu. Sumpah!" kata Jaejoong buru-buru, takut dikira mau ikutan cari muka.
Yunho jadi menahan tawa. Apalagi begitu dilihatnya ternyata Jaejoong benar-benar melahap semua kuenya tanpa menawarinya sama sekali. Lekat ditatapnya si namja cantik yang tenggelam dalam buku sambil sibuk mengunyah itu. Mengamati sikapnya, mempelajari sifatnya, dan mendadak, satu rencana muncul di kepala Yunho.
..
..
..
..
..
NEXT?
