Bagi anak-anak berusia 16 tahun yang baru masuk SMA, hari pertama masuk sekolah adalah hari yang bersejarah atau bahkan sakral. Pas berangkat sekolah sungkem dulu sama orang tua, yang rumahnya dekat sekolah jalan kaki, yang jauh naik sepeda ontel atau angkot, atau mungkin nebeng mobil papah yang mau berangkat kerja.
Hari pertama masuk sekolah juga merupakan hari yang penting dan bersejarah bagi Akashi Seijuurou, putera tunggal keluarga konglomerat Akashi yang kekaya'annya awet sampek lebih tujuh turunan. Sebenarnya nggak sebegitunya juga, masalahnya tuan muda Seijuurou untuk pertama kalinya harus sekolah jauh dari rumah, jauh banget lebih tepatnya.
Kediaman utama keluarga Akashi ada di Kyoto, dari zaman masih orok sampai kelas tiga SMP Seijuurou sekolahnya paling jauh satu setengah kilo dari rumah. Dan sekarang, entah hasutan dari mana, Seijuurou minta sekolah di SMA Teikou yang jelas-jelas ada di Tokyo, dari rumah jauh pakek banget.
Dan perminta'an Seijuurou itu sukses membuat kedua orang tuanya keselek teh lavender.
.
.
Kuroko no Basuke Fanfiction
"Kiseki Kazoku ~The Beginning~"
Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Kiseki Kazoku by Arasu Eru
~Saya Hanya meminjam karakternya~
WARNING : OOC, Humor garing krenyes krenyes, bahasa gado-gado, typo, Shounen-Ai, dan segala kekurangan lainnya.
Don't Like Don't Read !
.
.
Awan biru langit putih... Oh bukan, Langit bitu awan putih, kelopak sakura berguguran dan rontokannya menghiashi jalan setapak di sebuah komplek perumahan sehingga tampak seperti karpet merah muda. Di antara warna pink sakura yang mendominasi bisa kita lihat seorang anak lelaki bersurai semerah darah sedang berjalan santai dengan ransel di punggung dan koper merah berstiker piyo-piyo yang digeret bersamanya.
Akashi Seijuurou, 16 tahun, di Tokyo, untuk pertama kalinya pergi dari rumah sejauh lebih dari satu setengah kilo sendirian, dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumah sepupunya yang akan menjadi rumahnya juga tiga tahun kedepan.
Setelah jungkir balik membujuk orang tuanya supaya di bolehkan sekolah di Tokyo, akhirnya Seijuurou mendapat restu dengan syarat wajib lapor tiap satu minggu di tiga bulan pertama dan harus berbekal gunting keramat yang sudah di mandraguna oleh Ibu-nya. Syarat lainnya adalah tinggal di rumah sepupunya. Kebetulan sepupunya juga sekolah di SMA Teikou, sudah kelas dua, rumahnya dekat dari sekolah, jalan kaki cuma 10 menit, dan kebetulan rumah sepupunya itu di jadikan kost-kostan, jadi di jamin bakal dapat banyak teman.
Seijuurou setuju saja dengan syarat-syarat di atas, yang penting bisa pergi dari rumah. Seijuurou sumpek di rumah, memang di manja sih, tapi Seijuurou juga pingin sesekali bebas main di luar. Masa' dari kecil keluar rumah paling jauh cuma satu setengah kilo ? itupun ke sekolah. Seijuurou mah apa atuh, cuma anak remaja yang mulai penasaran dengan dunia luar, ingin tahu rasanya pergi jauh dari rumah meskipun belum mampu cari uang jajan sendiri.
Jadilah karena alasan itu, Seijuurou sampai gelundungan jungkir balik memohon dan menjatuhkan sedikit harga diri-nya supaya di bolehkan sekolah di Tokyo, dan berhasil setelah Seijuurou pura-pura akan menangis dengan mata berkaca-kaca dan mengancam mogok bicara selama sebulan lebih satu minggu.
Dan disinilah Seijuurou sekarang, Tokyo ! Seijuurou mendadak merasa seperti anak kecil yang kegirangan di belikan gula-gula oleh orang tuanya.
Perjalan Seijuurou menuju rumah sepupunya aman-aman saja, meskipun tadi sempat di cegat pereman komplek, tapi justu tiga pereman berbadan besar itulah yang babak belur di rajam gunting sakti Seijuurou. Ingat, guntingnya sudah di guna-guna sama mamah.
Seijuurou terus berjalan santai sampai tiba-tiba dia menyenggol seseorang dan membuat orang itu terjatuh.
"Ah ! Ma'af. Kau baik-baik saja ?" Seijuurou berbalik dan mengulurkan tangan pada sesorang yang terjatuh setelah bersenggolan dengannya.
Mata Seijuurou menangkap figur seorang pemuda dengan perawakan mungil dan surai sewarna langit musim semi. Pemuda mungil itu meraih tangan Seijuurou, kepalanya masih tertunduk menyembunyikan wajahnya. Satu hal yang Seijuurou yakini adalah pemuda mungil yang di bantunya berdiri ini memiliki kulit seputih porselain dan tangannya benar-benar halus dan mungil seperti perempuan.
"Uh.. Aku juga minta ma'af dan aku baik-baik saja, terimakasih sudah membantuku berdiri."
Pemuda mungil itu berterimakasih pada Seijuurou, dan perlahan mengangkat wajahnya, menampakkan paras manis yang sejak tadi tertutup bayang-bayang poni yang berjuntai halus di dahinya.
Bagaikan adegan klise di shoujo manga dimana si protagonis bertabrakan dengan seseorang kemudian jatuh cinta pada orang itu. Itu-lah yang terjadi pada Seijuurou sa'at ini, mungkin, Seijuurou sendiri juga tidak begitu yakin tapi yang pasti, dia di buat terpana oleh sepasang iris sewarna langit yang seolah menghipnotisnya untuk tidak berpaling. Sosok pemuda mungil di hadapan Seijuurou ini benar-benar seperti malaikat, atau seperti itulah Seijuurou menganggapnya.
"Ano... Kau baik-baik saja ? Tidak baik melamun di tengah jalan begini, nanti kesurupan hantu tiang listrik lho." Pemuda bersurai baby blue itu tampak khawatir melihat Seijuurou yang tiba-tiba seperti melamun meskipun sebenarnya ekspresinya benar-benar datar sedatar talenan.
Seijuurou menelan ludah. Berusaha menenangkan diri.
"Ah.. Aku baik-baik saja dan aku tidak melamun." Aku hanya mengagumi keindahan-mu. Niatnya Seijuurou ingin bilang begitu sekalian tapi dia tahu diri, belum juga kenal kok langsung menggombal. Bisa-bisa dia ditolak duluan.
"Kalau begitu aku permisi dulu, ma'af sudah merepotkan." Si Malaikat Biru –begitu julukan dari Seijuurou- sedikit membungkuk. Padahal menurut Seijuurou dia sama sekali tidak merepotkannya.
"Ah, sebentar ! Apa kau tahu di mana kediaman Nijimura ?" Sebenarnya Seijuurou tahu di mana kediaman Nijimura yang merupakan kediaman sepupunya itu, sudah hapal di luar kepala malah. Seijuurou Cuma modus, biar bisa agak lama'an menikmati keindahan si Malaikat Biru sekalian kenalan.
"Kediaman Nijimura ? Yang tempat kost itu kan ? Dari sini lurus lewat pertiga'an dua kali, setelah itu ada perempatan belok kanan, dari situ lurus saja, rumahnya mencolok kok, pagarnya di cat pelangi." Si Malaikat Biru yang tadi sudah akan pegi berhenti sejenak dan menjelaskan arah menuju kediaman Nijimura dengan senang hati, sampai memberi tahu warna pagarnya juga.
Seijuurou merasa agak aneh dengan pagar yang katanya di cat pelangi, seingatnya dulu di cat cokelat muda. Tapi Seijuurou bodo amat dan lebih memilih si Malaikat Biru daripada memikirkan warna cat pagar rumah sepupunya.
"Begitu... Terima kasih." Rasanya Seijuurou jadi grogi, jadi seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta dan malu-malu berbicara dengan si puja'an hati. Setelah sesi malu-malu meong, Seijuurou memutuskan untuk menanyakan nama si Malaikat Biru, tapi...
"Boleh aku tahu nam..." Si Malaikat Biru sudah menghilang tanpa jejak, sebenarnya tadi sudah pamitan, tapi Seijuurou malah nggak dengar.
"Hah... Sudahlah.."
Tidak... Seijuurou tidak menyerah, malah sekarang dia membuat catatan mental untuk mencari si Malaikat Biru dan berkenalan dengannya.
Jadi, Intinya...
Akashi Seijuurou, 16 tahun, baru pindah dari Kyoto ke Tokyo untuk melanjutkan sekolah, dan untuk pertama kalinya merasakn perasa'an aneh yang di sebut cinta. Cinta pada pandangan pertama, sama orang yang di julukinya Malaikat Biru yang jelas-jelas si Malaikat itu sama-sama cowok sepertinya. Hari itu Seijuurou menyadari orientasi seksualnya menyimpang. Tapi Seijuurou bodo amat, yang namanya Cinta itu kan Buta. Jadi mau cewek atau cowok, asal dia si Malaikat Biru, Seijuurou rapopo.
Maka... Dimulailah perjalan Seijuurou berjuang menaklukan hati seorang Malaikat Biru berwajah sedatar teflon dengan serangan kode-kode dan gombalan maut sampai jungkir balik gulung-gulung.
Demi mendapatkan cinta sang Malaikat Biru, Seijuurou rela melakukan apapun !
.
.
.
To Be Continued...
Pojok Author
Doumo minna-san... Saya Author baru yang sedang mencoba peruntungan dengan mempublish cerita aneh ini di FFN... Salam kenal... ^v^
Sebenarnya saya sudah lama menghuni fandom KuroBasu sebagai silent reader (tapi kadang-kadang meninggalkan jejak) karena saya suka bingung kalau mau meninggalkan jejak di kotak review... :'v
Ide cerita ini udah ngendap di otak sejak beberapa bulan yang lalu dan baru kesampaian di ketik semalem gara-gara kena ArtBlock. Oh, dan ini baru prolog-nya.
Dikarenakan ini fanfic perdana saya (benar-benar perdana), jadi saya mohon ma'af sebesar-besarnya apabila ada banyak kesalahan ataupun keanehan di cerita ini, dan saya juga mohon saran atau apa-pun itu supaya di chapter selanjutnya bisa saya perbaiki apa-apa yang sekiranya salah.
Akhir kata, Terimakasih banyak untuk yang sudah meluangkan waktu dan membaca fanfic aneh ini.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya~~~
