KEINGINAN

Gintama And all the character belong to ©Hideaki Sorachi

This Fanfiction belong to me

WARNING

Typo, OOC,

RnR ~


"Mengenalnya membuatku muak..."

Aku tidak pernah senang karena mengenalnya. Sial. Aku benci sekali dengannya. Aku ingin menonjok mukanya. Aku ingin teriak di depan telinganya ' AKU BENCI KAU, DASAR SADIS BODOH!'. Aku ingin menghajarnya habis-habisan. Dia tidak pernah melakukan hal yang kusukai. Selalu membuatku marah. Selalu membiarkanku dalam masalah. Malah cenderung membawaku ke dalam masalah baru setiap harinya. Kenapa manusia seperti dia bisa hidup di dunia ini, sih. Bahkan kebodohannya menyamai kakakku yang bodoh. Bahkan melebihi!

.

.

Tapi.

.

Kenapa seperti ini. Harusnya aku merasa senang kalau dia tidak menggangguku. Tapi hari yang tenang ini terasa janggal. Janggal karena tidak ada apapun menarik terjadi. Janggal karena hari ini terlalu damai. Janggal karena, dia tidak menggangguku lagi. Mungkin tak akan pernah lagi menggangguku.

Orang itu...

Si sadis bodoh itu,

.

Aku menyusuri jalan. Seakan berpacu dengan pemikiranku sendiri. Cuacanya terlalu cerah. Sangat tidak sesuai dengan apa yang kurasakan hari ini. Kulitku terasa terbakar, payung yang kupakai seakan tidak menolongku menyembunyikan diri dari panasnya matahari. Walau begitu, aku tetap berjalan. Berharap akan sampai ke tempat yang aku tuju dengan cepat.

Dalam beberapa menit kemudian aku berdiri di depan bangunan yang besar namun tidak terlihat menyenangkan. Memasuki bangunan itu, pria berjas putih banyak yang berlalu lalang. Dan bangunan ini, aku tidak pernah suka baunya. Bau kebersihan dan keputus-asaan yang menyatu. Entahlah, sulit menjelaskannya.

.

Sampailah. Ruangan ini yang kutuju.

.

"Permisi", kataku menyusul derit pintu yang terbuka.

Tak ada siapa-siapa. Tapi terlihat banyak buah-buahan dan snack di meja kecil sebelah tempat tidur yang dipadati kabel dan beberapa monitor. Diantara buah-buahan itu, ada sebotol mayonaise. Dari situ aku langsung mengetahui kalau orang-orang dari shinsengumi sudah lebih dulu menjenguknya.

Aku menghampiri sosok yang terbaring di tempat tidur itu. Kaku, dengan matanya yang tertutup, perban hampir di seluruh tubuhnya, dan selang oksigen yang bertengger di lubang hidungnya.

.

" Kau terlihat makin bodoh dengan penampilan seperti ini."

.

Kata-kata itu meluncur begitu saja. Membelah kesunyian yang tercipta di ruangan ini. Satu-satunya suara berisik di sini adalah bunyi rengekan monitor yang mengawasi detak jantung si bodoh ini.

"Maaf aku tidak membawakanmu makanan seperti yang lainnya, tadinya aku mau membawa 1 lusin sukonbu, tapi aku lupa itu untukmu, jadi aku memakan semuanya"

.

.

Hening.

.

.

"Kau bodoh sekali." Aku melanjutkan. " Kau tidak akan pernah menang melawan Baka- Aniki itu."

Tidak ada jawaban. Tidak ada respon. Aku mengajak bicara seorang yang sudah koma selama 3 minggu. Harusnya aku tahu. Aku tampak berbicara sendiri seperti orang gila. Tapi kalimat-kalimat terus keluar dari mulutku. Seakan menolak untuk menunggu.

"Biarpun tahu begitu, kenapa kau keras kepala?" Kali ini aku merasa vibrasi suaraku mulai kacau. "Kenapa kau keras kepala ingin membawanya kembali kepadaku?!" nada bicaraku meninggi. Mungkin sudah setengah berteriak.

"Kakimu... tangan kiri mu..." kalimat itu tersendat di tenggorokan. Sisanya, aku hanya terdiam. Membiarkan tubuh ini bergetar. Entah karena menahan amarah atau menahan kepedihan.

.

"Cepatlah bangun, sadis bodoh. Aku ingin menonjokmu, aku ingin menghajarmu,..." dan tanpa kusadari wajahku sudah basah dan pandanganku telah buram.

.

.

"Kau tidak boleh mati selain aku sendiri yang membunuhmu"

.

.

.

It's not the end, To be Continue ~


(A/N Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca fanfic ini ~ saya tunggu komentar dan sarannya, Terima kasih o(_ _)o)