Sequence of Tragedy

Hai! Hajimashimete, nice to meet you, senang bertemu denganmu di sini! Terima kasih udah mau menyempatkan waktu untuk melihat cerita saya yang super abal ini -w-

Here is ... Ranranchaa! Just call me Ranranchaa. Indonesian girl, born at 1998.

Eng ... aku baru pertama kali ngepost cerita di sini, lho. Kalau aneh, maaf banget. Ini Bakugan Battle Brawlers fanfic. Habisnya, saya fans Bakugan, sih. OC-ku juga ada di sini. Banyak tokohnya yang sifatnya OOC, lagi. Well, ini cerita penuh kegajean, komedi garing, suatu tragedi, dan ditambah lagi ada pembunuhannya. Sesuatu banget.

Warning aja buat yang nggak bisa menerima cerita seram, harap tidak dibaca (walaupun ini nggak serem-serem amat, sih). Tapi cerita ini penuh darah di tengah-tengahnya. Well, ini chapternya panjang.

Credits to :

Anime Bakugan Battle Brawlers.

Thanks to the creator of that, by the way.

Well it's fanfic, the character and the others it isn't made by me.

But I'm really own of that story. Sequence of Tragedy – Ranranchaa.

Genre :

Tragedy, Horror, Mystery, Murderer, Comedy.

Rated :

T

Summary :

Setiap kali aku bermimpi, aku selalu terbayang-bayang wajah seseorang. Bayangan perempuan. Matanya merah, rambutnya putih, dan perangainya seperti vampire. Lalu, aku dengar lagi suara tangis dan suasana yang mencekam, penuh perasaan yang menusuk tepat pada sasarannya. Aku benar-benar takut. Seperti ada sesuatu yang akan menimpaku. Apalagi, dalam bayanganku itu, banyak sekali darah di sekelilingku, seperti kasus pembunuhan saja. Dan seseorang yang ada di sampingku ...

Danma ... penuh ... bersimbah ... darah ...

Just a fail vampire story. Too long to waiting, let's cekidot. Kalau ada kesalahan, mohon maaf sebelumnya. Aku member baru. Let's come to Ranran's weird imagination ...

...

...


...

Tuhan, apa salahku?

Kenapa takdirku menjadi seperti ini?

Apakah ini mimpi?

Sampai kapan aku menyakiti orang yang kusayangi ...

...

...

Jum'at Kliwon, pasca Halloween, tepat jam 12 malam ...

...

Di kediaman seseorang ...

"Siapa itu?".

Aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya membutuhkan darahmu. Hihihi ...

"Apa ...?".

...

NOOOOOOOOOOOOO !

...

...

Di kediaman Kuso ...

Saat itu semua Brawlers menginap di rumah pemimpin Battle Brawlers yang bodoh tapi setia kawan itu. Siapa lagi kalau bukan Dan Kuso? Gara-gara pasca Halloween, dan kebetulan sedang liburan, mereka menginap saja di rumah Dan. Enak, bisa ngisengin Marucho (lho?).

Tengah malam begini, seharusnya mereka semua sudah tidur. Tapi, di kamar Brawlers Boys, rupanya ada yang masih hidup ... eit, maksudnya masih terjaga. Gampang ditebak siapa orangnya.

...

N.B : Shun POV

Aku sama sekali tidak bisa tidur. Sudah tiga hari ini aku susah tidur. Tapi, ada sebabnya. Aku serasa dihantui. Suasana mencekam dan penuh kesedihan yang menusuk hatiku ...

Setiap kali aku bermimpi, aku selalu terbayang-bayang wajah seseorang. Bayangan perempuan. Matanya merah, rambutnya putih, dan perangainya seperti vampire. Lalu, aku dengar lagi suara tangis dan suasana yang mencekam, penuh perasaan yang menusuk tepat pada sasarannya. Aku benar-benar takut. Seperti ada sesuatu yang akan menimpaku. Apalagi, dalam bayanganku itu, banyak sekali darah di sekelilingku, seperti kasus pembunuhan saja. Dan seseorang yang ada di sampingku ...

...

...

Danma ... penuh ... bersimbah ... darah ...

...

"Tidaaaaaak!".

...

Bayangan itu langsung menghilang. Itu dia, bayang-bayang yang selalu menerorku setiap malam. Aku tidak main-main, ini benar-benar membuatku takut. Perasaan mencekam ini terus menghantuiku setiap malam. Apalagi ... saat aku melihat lautan darah itu ...

Aku langsung meringis ketakutan. "Hentikan ... hentikan ... Tuhan ... apa salahku?" lirihku penuh ketakutan. Siapa yang ada di sampingku dan penuh darah seperti itu ...

...

BRAK!

Suara itu spontan membuatku terkejut. Perasaan takutku hilang sesaat. Aku langsung berdiri dan melihat ke arah balkon. Aku melihat ada bayangan seseorang di luar. Aku langsung membuka pintu jendela, dan aku berpapasan dengan seorang perempuan. Rambutnya putih, matanya merah, senyumannya penuh dengan rahasia. Ia menatapku cukup lama. Aku mengernyit karena heran. Siapa dia?

...

"... Selamat malam." ucapnya manis. "Malam ...". "Siapa kamu?" tanyaku sambil menatap perempuan itu tajam. "Eh?" perempuan itu tertegun sesaat, lalu tersenyum. Tiba-tiba ia langsung menarik mukaku. "Kh ...!".

...

"Kamu keren juga. Mau jadi pacarku?".

Aku bengong karena heran. Aku langsung mengernyit lagi.

"Hah? Tunggu dulu, ini nggak masuk akal, bodoh!" omelku keras. "Sayang kamu manusia ... hahaha." gumamnya penuh maksud. "Hei, aku sudah bertanya, ya. Siapa kamu?".

...

Aku bisa menebak sifatnya dengan melihat matanya. Hihihi ... dia orang yang kucari.

...

"Hihihi ... sepertinya kamu adalah orang yang kucari ..." gumam perempuan itu. Aku makin mengernyit heran. "... Sebenarnya aku nggak mau melakukan hal sebodoh ini. Tapi ...".

...

"Demi rencanaku ... hihihi.".

...

Tiba-tiba tubuhku langsung didorong tepat pada pelukannya.

Dalam sekejap, entah kenapa, pikiranku langsung kosong ...

...

...

Entahlah apa yang terjadi padaku ...

...

...

...

Keesokan harinya ...

"... Shun-kun?".

...

Suara Alice membuatku terbangun dari tidurku. Hah, rupanya aku tertidur di lantai.

...

"... Aduh ... badanku sakit semua ..." lirihku sambil berupaya bangun.

"Kamu sih, tidur kok di lantai?" tanya Marucho heran.

"Hah? Entahlah. Aku pusing tadi malam. Sepertinya aku terjatuh dari tempat tidur.".

"Oh, hati-hati, dong ...".

...

Aku mengulang memoriku. Rasanya, tadi malam tidak ada kejadian apa-apa. Tapi, aku yakin, sepertinya ada apa-apa. Aduh, apa, ya? Sepertinya aku melupakan sesuatu ... kok aku bisa nggak ingat, ya? Hm ... coba aku ulang lagi memoriku baik-baik.

Alhasil, aku tidak ingat apa-apa. Ah, sudahlah ...

Mungkin hanya perasaanku saja?

...

...

...

Malamnya ...

Malam hari. Jam 10 malam. Aduh, waktu-waktu seperti inilah yang membuatku tidak bisa tidur. Bayangan itu, lagi-lagi menghantuiku. Aku benar-benar takut. Bayangan itu serasa akan menjadi kenyataan. Apalagi ... Dan ...

"Shun-kun?" Marucho langsung menyadarkanku dari lamunanku.

Aku tersadar dari lamunanku. Aku melihat Marucho, meskipun samar-samar.

"... Ma ... ru ... cho?" panggilku pelan. "Shun-kun!" Marucho berseru riang.

"... Aduh ... makasih ya." ucapku pelan sambil memegang kepalaku. "Hah? Makasih buat apa?" tanya Marucho heran. "Ah, bukan apa-apa, kok ... abaikan saja." aku langsung menggelengkan kepala. "Bohong, pasti ada apa-apa." bantah Marucho. "... Memang ada apa-apa." kataku pelan. "Kalau begitu, ngomong, dong." suruh Marucho singkat dan jelas.

"Sudah beberapa hari ini aku susah tidur. Tapi, ada sebabnya. Aku serasa dihantui. Suasana mencekam dan penuh kesedihan yang menusuk hatiku ..." jelasku pelan-pelan. "Hah, kamu serius? Suasananya gimana?" tanya Marucho dengan raut wajah cemas.

"Setiap kali aku bermimpi, aku selalu terbayang-bayang wajah seseorang. Bayangan perempuan. Matanya merah, rambutnya putih, dan perangainya seperti vampire. Lalu, aku dengar lagi suara tangis dan suasana yang mencekam, penuh perasaan yang menusuk tepat pada sasarannya. Aku benar-benar takut. Seperti ada sesuatu yang akan menimpaku. Apalagi, dalam bayanganku itu, banyak sekali darah di sekelilingku, seperti kasus pembunuhan saja. Dan seseorang yang ada di sampingku ...".

...

...

Aku langsung terbayang wajah Dan lagi. Danma ... penuh ... bersimbah darah ...

...

...

"Tidaaaaaaaaaaaak!".

...

Aku langsung menutup mataku dengan tangan. Suasana ini ... lagi-lagi menghantuiku ...

Bayangan ini ... apakah ini akan menjadi kenyataan?

...

"Shun-kun!" Marucho langsung mengguncang-guncangkan tubuhku. "Hentikaaan! Tuhan, apa salahku ...?" lirihku kencang seiring suasana itu masih menghantuiku. "Aduuuh, maafin aku, ya, udah suruh-suruh kamu untuk cerita! Shun-kun, sadaar! Ini aku Marucho!" Marucho langsung menghadapkan mukanya padaku.

Aku perlahan-lahan menurunkan tanganku. Suasana itu memang masih menghantuiku, tapi rasa takutku sudah mulai hilang. Perlahan-lahan ...

...

Saat itu juga, Marucho langsung menghindariku perlahan-lahan.

Marucho mundur selangkah demi selangkah, seperti menghindariku. Aku mengernyit heran, dan langsung melirik padanya tanpa rasa bersalah, meskipun menyimpan rasa heran.

...

"Hei ..." sahutku pelan.

...

...

"GYAAAAAAAAAAAAAAKH!".

BLAM! Pintu kamar ditutup kencang. Aku tersentak kaget melihat perilaku Marucho yang aneh seperti itu. "Kenapa, sih? Memangnya aku terlihat seperti setan, apa!" gerutuku.

...

...

Marucho langsung bersembunyi di ruang keluarga. Tubuhnya gemetaran, seperti melihat sesuatu yang sangat ia takuti. Matanya sembab, rupanya dia sudah menangis dari tadi. Dia memegang bantal dari sofa yang dia duduki.

"... Waktu Shun menurunkan tangannya ... aku melihat dengan jelas ... matanya itu ..." lirih Marucho gemetaran. "... Mata merah darah ... aku nggak salah lihat ... gyaaaaaaaakh!" Marucho langsung menutup wajahnya dengan bantal sofa.

"Marucho?" panggil Dan heran. "GYAAAAAAAAKH!" Marucho spontan berteriak lagi.

"Kamu kenapa, sih! Iyih, emang susah ya, ngurusin anak penakut!" gerutu Dan heran. "AKU SERIUS, TAHU! AKU BENER-BENER NGELIAT SETAN!" bentak Marucho kencang-kencang, tapi suaranya gemetar. Dan langsung menutup telinganya, dan terdiam sesaat. Marucho sendiri, ia menangis tersedu-sedu. Dan menghela napas, dan ia langsung memeluk Marucho.

...

"Dasar penakut ...".

...

...

...

...

Ini baru permulaan. Aku bisa mengacaukan hidupmu lebih dari ini.

... Kalian pasti tahu aku siapa. Hihihi.

...

...

...

Sequence of Tragedy, still not end.

To be continued ...