Tittle: Marriage not dating

Cast: Park Chanyeol (23yo), Byun Baekhyun (22yo) , Etc.

Genre: Romance, Drama.

Rating: T-M

.

.

Chanyeol yang menjadi CEO di suatu perusahaan dan terkenal akan ke-brengsek-annya, namun apa jadinya bila dia bertemu dengan yeoja mungil yang membawa dampak baik baginya?

.

.

WARNING! GS FOR UKE. NO BASH. NO COPY-PASTE (?). GASUKA LEBIH BAIK GAUSAH BACA.

.

.

Namja berbadan tegap yang memiliki suara berat, kini tengah terbaring lemah di sofa apartementnya. Berbagai botol minuman ber-akohol tergeletak begitu saja di sampingnya dengan keadaan kosong. Penampilan nya yang berantakan menambah kesan brengsek baginya. Dua kancing baju teratasnya sudah terbuka begitu saja. Well, apalagi yang ia lakukan jika bukan bermain perempuan? Ini bukan pertama atau kedua kalinya ia menyewa perempuan untuk menuntaskan hasrat biologisnya.

Chanyeol. Namja yang sangat tampan dengan lesung pipi di wajah, kini menjadi CEO perusahaan milik sang ayah. Hell, ini memang cita-citanya sejak ia kecil. Ia sangat suka dengan dunia per-bisnisan. Oleh karena itu, ia bersekolah hingga harus ke Rumania hanya untuk mempelajari bisnis dan saham.

Seiring berjalannya waktu, Chanyeol merasa terbebani oleh adanya jabatan ini. Tak ayal dirinya selalu mengabaikan pekerjaannya di kantor dan berakhir menyewa perempuan setiap malamnya. Pekerjaan serta beberapa tugas menumpuk setiap harinya, membuat Chanyeol frustasi akan hal ini. Lelah. Ya dirinya sangat lelah. Saat semua orang di luar sana sudah terlelap bahkan sudah memasuki mimpi, tetapi dia masih harus berkutat oleh berkas-berkas yang membuatnya muak. Keanehan Chanyeol belakangan ini tentu saja sudah diketahui oleh kedua orang tuanya, dan tidak jarang mereka harus menemui Chanyeol yang sudah tergeletak dengan minuman akhol di sampingnya, seperti saat ini.

"Astaga Chanyeol!"

Bisa kalian tebak bukan itu suara siapa? Yeah, itu suara Nyonya Park. Nyonya Park memandang sedih anaknya saat ini, bahkan anaknya lebih menyedihkan dari hari kemarin.

Chanyeol masih terpejam, kepalanya sangat berat dan dirinya hanya mendengar suara tangisan eommanya. Chanyeol merasa dirinya sangat tidak berguna saat ini.

"Sudahku bilang, berhenti!"

PLAK

Suara yang tidak kalah berat dan keras menggema memenuhi ruangan. Tuan Park memandang benci kepada anaknya saat ini. Bahkan dirinya dulu tidak pernah seperti ini, lantas darimana Chanyeol belajar menjadi buruk?

Chanyeol yang setengah sadar saat itu, hanya bisa meringis menahan perih di pipinya. Tamparan itu cukup keras mengenai pipinya.

"Jika kau seperti ini terus, aku tidak akan segan menjodohkanmu dengan anak kenalan ku. Dan jabatanmu akan ku lepas!" tegas Tuan Park masih dengan nada tinggi.

Chanyeol dapat mendengar dengan jelas ucapan orang tuanya saat ini. Hatinya sedikit bertentangan. Disatu sisi ia ingin sekali meninggalkan jabatan sebagai CEO tetapi disatu sisi lainnya ia sangat menyayangkan ini. Ini cita-citanya sejak kecil, lantas ia harus memilih jalan apa? Seseorang tolong Chanyeol.

"Chanyeol, berubahlah. Eomma menyayangi mu."

Chanyeol meneteskan air matanya mendengar pernyataan eommanya, dirinya kini sudah berada di dekapan sang eomma. Air mata keduanya tidak bisa di bendung. Chanyeol ingin sekali berubah, tetapi tidak bisa. Ini seperti kebiasaan menyenangkan baginya.

"Eomma, jangan menangis. Maafkan Chanyeol." suara lirih Chanyeol berusaha menenangkan eommanya. Hanya eommanya saja yang membela disaat seperti ini.

"Besok aku akan menemuimu dengan calon istrimu!" suara Tuan Park menggema dan meninggalkan keduanya keluar apartemen.

Mungkin kalian sedikit bingung, bagaimana bisa orang tua Chanyeol bisa datang disaat yang tepat seperti sekarang. Well, kedua orang tua itu sebenarnya memasang CCTV di sudut ruangan. Meski terkesan terlalu mem-protect anaknya. Tapi bukankah itu menjadi suatu ide yang bagus? Jadi mereka tidak perlu repot-repot melihat keadaan anaknya. Dan tentu saja, Chanyeol tidak mengetahui hal ini.

"Eomma, aku tidak ingin menikah."

Nyonya Park sebenarnya juga tidak rela anaknya menikah di usia muda, tapi mau bagaimana lagi? Ini demi kebaikan anakanya. Dia tidak mau anaknya menjadi seperti ini secara terus-menerus.

"Kau sudah besar, Chanyeol-ah. Coba kau lihat dirimu saat ini, kau berantakan Chanyeol. Ini demi kebaikanmu, eomma memang tidak bisa menjagamu secara dekat. Dan tolonglah, turuti permintaan Appamu kali ini."

Chanyeol menggeram dalam hati. Bahkan disaat seperti ini, eomma nya sama sekali tidak mendukungnya. Astaga, Chanyeol masih sangat muda. Dan bagaimana jadinya jika ia di jodohkan dengan perempuan jelek dan bodoh? Hancur sudah wibawanya.

"Sekarang kau bergegaslah mandi, dirimu sangat bau. Dan eomma mohon berubahlah, tinggalkan kebiasaan burukmu. Eomma akan buatkan makanan." ujar Nyonya Park seraya meninggalkan Chanyeol menuju dapur.

Chanyeol terpaku akan perkataan eommanya. Menikah? Apakah dirinya seburuk itu? Baiklah, berendam sebentar mungkin dapat menghilangkan kepenatannya.

.

.

Baekhyun baru saja memasuki rumah minimalisnya, di sofa sana sudah terpampang wajah kedua orang tuanya yang ia yakini sedang menunggunya.

"Eomma, Appa." sapanya seraya memeluk tubuh keduanya. Baekhyun memang sudah terbiasa melakukan hal seperti ini. Memeluk kedua orang tuanya sebelum dan sesudah pulang kerja.

"Kenapa pulang telat, hm?" tanya Nyonya Byun seraya mengelus punggung buah hatinya pelan.

"Tadi ada sedikit tambahan tugas di kantor eomma, appa. Maafkan aku tidak mengabari kalian," jelasnya dengan nada sangat lembut.

"Baekhyun, kami ingin berbicara serius denganmu," ucap Tuan Byun dengan nada sangat serius.

"Uhm? Bicaralah Appa," instrupsinya, dirinya sangat penasaran 'perihal' apa itu.

"Lebih baik kau bergegas mandi lalu temui kami lagi disini," ujar Nyonya Byun. Baekhyun hanya menjawabnya dengan raut wajah bingung serta anggukan tidak yakin dan bergegas menuju kamarnya.

.

Baekhyun menuruni tangga dengan perlahan, ini menjadi kebiasaannya. Dirinya yang didik oleh sang eomma dengan segala kelemah-lembutan membuatnya tak ayal menjadi seperti ini. Dirinya juga tumbuh menjadi yeoja yang bisa dibilang sangat sempurna, postur tubuhnya yang mungil membuatnya disebut sebagai Barbie hidup oleh teman kantornya. Well, dirinya sedikit risih oleh panggilan itu. Tapi ya mau bagaimana lagi? itu seperti panggilan wajib untuknya.

"Kau sudah selesai? Duduklah," instrupsi Nyonya Byun seraya membuat Baekhyun melangkahkan kakinya cepat untuk duduk.

"Memang apa yang ingin Appa dan Eomma bicarakan? Sepertinya sangat serius."

Tuan Byun menarik nafas panjang lalu menghembuskannya begitu saja, "Baekhyun, umurmu sudah 22 tahun. Dan kau sudah tumbuh dengan baik dan sangat dewasa. Oleh karena itu, kami akan menjodohkanmu dengan anak rekan Appa. Ya, Appa tahu ini sangat mendadak. Dan besok aku ingin kau bertemu dengan calon suamimu,"

Seluruh tubuh Baekhyun seketika menengang, bibirnya terasa sangat kelu. Tenggorokannya juga menjadi sakit, dan mata puppy nya seraya melotot begitu saja.

"A..APA!?"

.

.

Chanyeol baru saja selesai dari acara berendamnya, kakinya melangkah keluar kamar dan mendapati ruangannya sudah sangat bersih. Bahkan botol minuman yang ia minum tadi sudah tidak ada. Chanyeol merasa sangat bersalah saat ini.

"Eomma, kau memasak apa?" tanya Chanyeol membuat Nyonya Park menolehkan kepalanya dan tersenyum.

"Kimchi kesukaanmu, cha makanlah. Kau pasti belum makan sejak tadi," instrupsi Nyonya Park masih dengan nada lembutnya.

Chanyeol bergegas duduk dan menyantap cepat makanan di depannya ini.

"Eomma, ingin kemana?" tanya Chanyeol dengan raut wajah bingung ketika melihat Nyonya Park sudah berdiri dan membawa tas.

"Pulang, appamu pasti sudah menungguku. Dan ini sudah cukup larut," ujarnya seraya memakai flatshoes andalannya.

Chanyeol melirik jam dinding di dekatnya, dan lagi-lagi dia membuang nafas kasarnya. Jam sudah menunjukan pukul 23.00 KST dan ini sudah sangat larut.

"Lanjutkan makanmu, jangan lupa juga untuk mencucinya, dan matikan seluruh lampu jika ingin tidur! Dan bangunlah pagi, eomma akan menelfonmu nanti. Dan ingat! Tinggalkan kebiasaan mabukmu yeol, kau sudah besar. Eomma menyanyangimu." Ujar Nyonya Park panjang lebar lalu mengecup kedua pipi sang anak.

"Eomma pergi, selamat tidur anakku."

Chanyeol seketika menghentikan acara makannya, matanya terpejam sesaat meski air mata mengalir begitu saja. Chanyeol menangis dan menyesali perbuatannya.

.

.

Sinar pagi perlahan memasuki kamar, membuat siapapun di dalamnya terganggu akan sinar menyehatkan ini. Baekhyun perlahan membuka matanya dengan mengerjap-ngerjap, sinar mentari pagi sangat menusuk matanya. Baekhyun mengkerutkan dahinya kala melihat gordennya sudah di buka begitu saja.

"Selamat pagi, Baekhyun. Cepat bergegas mandi, kau ingin telat kerja?"

Suara Nyonya Byun memecahkan segala pikiran kalut Baekhyun, Baekhyun menolehkan kepalanya melihat sang eomma tengah berdiri di depan pintu kamar. Dan Baekhyun merutuki kebodohannya akibat lupa menguci pintu semalam. Well, setelah Tuan Byun berbicara mengenai rencananya, Baekhyun melakukan segala penolakan dan berujung dirinya yang harus mengalah dengan kedua orang tuanya. Dirinya sempat menggerutu dan berlalu memasuki kamar dan menutupnya dengan kencang. Baekhyun pikir cara ini akan meluluhkan kedua orang tuanya, ternyata sama saja.

"Cepatlah bangun lalu mandi, setelah itu pergi makan. Eomma menunggumu dibawah."

BLAM.

Pintu kamarnya tertutup begitu saja, membuat Baekhyun sedikit kesal. Dan dengan segera ia bergegas menuju kamar mandi meski moodnya sedang buruk.

.

Baekhyun kini sudah rapih dengan pakaian kantornya. Rok span pendek –meski tidak terlalu pendek– serta kemeja putih dan blazer yang menutupi tubuhnya terlihat sangat pas di tubuhnya. Rambut panjang berwarna coklat miliknya, ia gerai begitu saja. Tidak lupa juga curly-an di ujung-ujung rambut itu. Kakinya berjalan menuju meja makan dengan terpogoh-pogoh. Ingat! Ia sedang berusaha berontak agar tidak di jodohkan!

"Tidak usah sok bermalas seperti itu. Eomma tidak akan mengubah keputusan eomma." seperti cenanyang, itulah satu kata yang Baekhyun keluarkan meski di dalam hati. Ikatan batin keduanya membuat Nyonya Byun bisa membaca pikiran Baekhyun, mungkin.

"Yak! Eomma…" rengek Baekhyun dan menduduki bokongnya di kursi. Ia menatap kedua orang tuanya dengan segala ekspresi melas.

"Berhenti ber-aegyo seperti itu, Baekhyun. Cepat makan, Appa akan mengantarmu." suara Tuan Byun membuat Baekhyun mempoutkan bibirnya. Tidak berbeda dengan Baekhyun, Tuan Byun sendiri sebenarnya adalah pemilik perusahaan industry di Seoul, cukup terkenal memang. Oleh karena itu, Tuan Byun sudah rapih dengan pakaian kantornya.

Baekhyun melahap kasar satu lembar roti bakar di tangannya, dahinya masih mengkerut menahan kekesalan.

"Baekhyun, tidak baik jika makan dengan kekesalan. Nanti Appamu akan menjemput pukul 3 sore." lagi-lagi seperti cenayang.

"Tapi eomma, aku hari ini harus lembur. Banyak pekerjaan kantor yang belum aku selesaikan." Jelas Baekhyun meski sedikit berbohong. Well, sebenarnya hari ini tidak ada acara me-lembur. Tugas-tugas yang semestinya ia kerjakan hari ini, sudah ia selesaikan kemarin.

"Tidak usah berbohong, Baekhyun."

Skakmat.

Baekhyun lagi-lagi menggerutu kesal dalam hati. Dirinya memandang kesal kedua orang tuanya, dan Tuan Byun hanya terkekeh pelan melihat tingkah ke-kanakan putrinya ini.

"Sudah cepat habiskan, Appa ingin memanaskan mobil."

Baekhyun hanya menjawabnya dengan anggukan, dan melanjutkan kembali acara makannya –meski dengan kekesalan–

.

.

Chanyeol berjalan memasuki kantornya dengan penuh amarah. Hell, bagaimana tidak marah, dirinya baru saja mendapat telfon yang mengatakan kalau proyek bangunan di lapangan sedang ada masalah yang cukup serius. Dan belum lagi, eommanya yang mengatakan jika pukul 3 sore nanti akan menjemputnya ke kantor. Astaga! Bahkan dirinya sudah besar hanya untuk pulang. Persetan dengan segalanya.

"Kau terlihat buruk, mate." ujar seseorang memasuki ruang kerja Chanyeol dengan 2 gelas coffee di tangannya.

"Diam kau sialan!" kesal Chanyeol dengan arah pandang masih menuju laptopnya.

"Kau seperti mempunyai banyak masalah, ceritalah." ucapnya seraya menaruh salah satu coffee di tangannya di meja Chanyeol bekerja.

Chanyeol membuang nafasnya, dirinya dengan segera menyeruput coffee yang baru saja di bawakan. "Aku akan di jodohkan." ujarnya dengan frustasi.

"Wow! Berita yang cukup bagus untuk hari ini, jika aku menjualnya pada wartawan mungkin akan mendapat banyak uang," jawabnya berusaha membuat Chanyeol kesal.

"Brengsek kau, Jongin!" amuk Chanyeol dengan tatapan tajam menusuk.

"Astaga, aku hanya bercanda bodoh! Ceritakan bagaimana bisa itu terjadi," kesal namja bernama Jongin ini. Hellyea, Jongin adalah sahabat baik Chanyeol sejak keduanya masih kecil. Jongin sangat berbeda dengan Chanyeol, meski ia sangat playboy tetapi dirinya cukup berbaur dengan para karyawan di kantor. Berbeda dengan Chanyeol yang selalu bersikap acuh.

"Mereka semalam datang setelah aku mabuk dan bermain dengan wanita jalang. Dan ya.. Appa menamparku dan berkata kalau hari ini aku akan di pertemukan oleh calon istriku." Jelasnya dengan nada lemas,

"Wow, mengapa mereka sangat mendadak?"

"Aku juga tidak mengerti, dan jika aku tidak menuruti permintaannya jabatan ini akan di cabut." ujarnya dengan nada sangat tidak rela.

"Apa Irene mengetahui perihal ini?"tanya Jongin dan sukses membuat kedua mata Chanyeol membulat dengan spontan.

"Shit! Aku lupa dengannya. Astaga, aku harus berbuat apa?" kini Chanyeol mengusak rambutnya dengan kasar. Berbagai masalah yang datang membuatnya lupa akan kekasihnya ini, Irene.

"Hubungi dia, bodoh!"

Dengan cepat, Chanyeol mengambil telfon genggamnya di atas meja dan memencet sesuatu.

"Halo?"

"….."

"Aku ingin menemuimu,"

"….."

"Ada yang ingin aku katakan, temui aku di caffe depan kantor. Maaf tidak bisa menjemputmu, aku sedang banyak kerjaan."

"….."

"Baiklah, nado."

PIP

Panggilan itu terputus dengan sendirinya, dan tangan besar Chanyeol memijat pelan pelipisnya.

"Kau ingin menemuinya?" tanya Jongin dengan tatapan mendelik

"Yeeah,"

"Kantor sedang ada masalah, dan kau seenaknya keluar?" kesal Jongin. Bukannya dia melarang atau semacamnya, tapi jika Chanyeol terus-terusan pergi maka semua tugas pria brengsek ini akan jatuh ke tangannya.

"Semua tugasku, aku serahkan padamu wahai istriku." ujar Chanyeol dengan tatapan menjijikan dan membuat Jongin mual.

"Pergi kau brengsek! Menjijikan!" usir Jongin dan Chanyeol pergi berlalu dengan tawa yang menggema.

.

Chanyeol menyeruput american coffe yang baru saja ia pesan, kaki besarnya ia hentak-hentakan pelan seraya menunggu kekasihnya datang.

Chup

Sebuah kecupan mendarat dengan cepat di pipi Chanyeol, dan dengan cepat pria ini menoleh berusaha melihat siapa pelaku dari semua ini. Well, siapa lagi kalau bukan kekasinya, Irene. Dan Chanyeol seraya memeluk tubuh rengkuh kekasihnya ini, sebuah kecupan juga ia lontarkan tepat di bibir ranum kekasihnya.

"Oppa, aku merindukanmu" rengeknya dengan bibir yang ia poutkan.

"Aku juga merindukanmu, chagi-ya" jawabnya seraya menempelkan hidung mancungnya dengan hidung kekasihnya.

"Um, tumben sekali Oppa mengajaku bertemu. Ada apa?"tanya Irene lalu menyeruput American coffe milik kekasihnya.

Chanyeol membuang kasar nafasnya. "Aku akan di jodohkan. Aku tahu ini sangat mendadak, tapi.. aku tidak bisa menolaknya. Aku berjanji dengan seiringnya waktu, aku akan menikahimu. Jadi aku mohon, mengertilah."

Irene membulatkan matanya mendengar semua penyataan Chanyeol. Ini sangat mendadak.

"A..apa!?"

"Percayalah, aku mencintaimu. Aku bahkan belum bertemu dengannya. Ku mohon mengertilah."

"Aku menyesal, menolakmu untuk bertemu dengan kedua orang tuamu." ujar Irene dengan penyesalan.

"Tidak ada yang perlu disesali, dan nanti sore keluarga kami akan bertemu."

"Secepat itu!?"

.

.

TBC.

An:

Lagi-lagi aku muncul dengan cerita baru, padahal cerita yang kemarin belum selesai. Hahaha, maafkan akuh tementemen *nyengir*. Tapi entah kenapa ide ini muncul gitu aja di otaku, dan aku ngetik ini sejak pukul 1tadi. Jadi kalo typo maaf heuheu.

10 review next, hehe^^