Disclaimer Naruto tetap menjadi milik Masashi-Sensei
Tapi, cerita ini milik ane 100%
Warning = abal, gaje, dapat menyebabkan diare, muntah muntah, gangguan janin dan lain sebagainya.
Happy reading all :*
Chapter 000
Tik tok tik tok tik tok...
Dentingan jarum detik dari jam klasik menggema di sebuah kamar yang tergolong mewah. Di kamar yang megah ini terbaring seorang pria tua penuh uban di atas kasur king size miliknya.
Deng...
Jam klasik tersebut mendenting dengan keras saat jarum jam dan jarum menitnya tepat menunjuk ke angka dua belas. Seusai suara nyaring jam beberapa saat lalu, sang dewi malam mulai bersembunyi dibalik awan hitam pekat yang terlihat dari jendela kamar tersebut.
Gelap... Kamar yang tadinya hanya memanfaatkan cahaya bulan, kini berubah menjadi sangat gelap saat awan hitam pekat telah berhasil menyembunyikan sang dewi malam sepenuhnya.
"Enghhh..." Erang orang tua itu dengan raut wajah ketakutan. Mimpi buruk. Mungkin itu yang ia alami.
"Uawhhhhh... Hah... Hah..." Tak lama kemudian orang tua itu bangun terduduk dengan wajah shock yang dipenuhi oleh keringat seperti telah dikejar sesuatu yang menakutkan. "Untung hanya mimpi." Ucapnya lega sambil mengelus ngelus dadanya yang sempat sesak sesaat bangun tadi.
Beberapa saat kemudian ia bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi yang terdapat di dalam kamarnya. Sesaat sebelum memasuki kamar mandi, ia memandang dulu jam klasik miliknya yang menunjukan jarum pendek ke angaka antara dua belas dan satu juga jarum panjang yang menunjukan ke angka enam. Lalu ia tersenyum sekilas sebelum memasuki kamar mandi miliknya. Teringat akan bagaimana ia mendapatkan jam antik tersebut.
Sresssssss!
Air dari dalam kran mengalir deras saat orang tua beruban itu memutar krannya. Dirinya pun menatap pantulan dirinya yang sudah keriput di dalam kaca sebelum wajah tuanya itu merasakan dingin yang menusuk dari air kran tersebut. Saat orang tua itu menunduk untuk membilas wajahnya dengan kepalanya, di dalam kaca yang ia pakai tadi menampilkan sesosok orang serba hitam yang memakai topeng rubah dengan mata merah menyala.
Seusai mencuci mukanya dengan air, ia kembali menatap wajah tuanya yang terpantul dari kaca di depannya. Menghalangi pantulan dari seseorang serba hitam tadi.
"Siapa disana?" Teriaknya sambil menoleh ke belakang, namun yang ia lihat hanyalah tirai dari bath hub miliknya. "Mungkin hanya perasaanku saja." Ucapnya cuek sambil mengangkat kedua bahunya. Tetapi, ia tidak dapat menyembunyikan perasaan khawatir yang menyelimuti dirinya saat ini.
Setelah memastikan bahwa di kamar mandinya tidak ada seorang pun, ia pun memutuskan kembali untuk pergi tidur setelah menutup pintu kamar mandinya.
Betapa terkejutnya ia saat membalikan badannya untuk menghadap ke arah kasur king size miliknya. Betapa tidak? Saat ia melihat ke kasur miliknya, ia mendapati seseorang sedang tiduran dengan salah satu kakinya bergoyang di atas lutut kaki lainnya yang tertekuk dan menjadikan kedua tangan miliknya sebagai bantalan kepala.
"Si... Siapa kau? Kenapa bisa masuk kesini?" Bingung, yang ia rasakan saat ini. Mengapa tidak? Ia mengira bahwa penjagaan rumah miliknya itu sangat ketat. Dengan dilengkapi puluhan cctv dan puluhan penjaga yang ia sewa tak mungkin ada yang bisa lolos dengan santainya di kamar pribadi miliknya. Namun, dugaannya salah besar. Karena sekarang di kamarnya kini sedang ada seseorang yang lagi tiduran di atas kasurnya.
"Yo, Gato." Bukannya menjawab, ia malah menyapa orang tua tersebut dengan santainya.
Sementara itu, orang yang dipanggil Gato, malah gemetar ketakutan melihat ke arah orang yang mendekatinya dengan perhalan.
Buagh!
"Ughhh!"
Sebuah bogem mentah yang diterima Gato dari orang di depannya tersebut menyebabkan ia terpental ke dekat meja rias miliknya. Dengan tergesa gesa dan melupakan sudut bibirnya yang berdarah, Gato bangkit dan langsung mencari sesuatu dalam laci meja riasnya.
"Hei. Hei, kau kan punya tamu penting, tapi kenapa kamu malah asik sendiri, Gato?" Tanya pria yang memakai topeng sambil melihat Gato sibuk di laci meja riasnya di tempat ia berdiri.
'Ketemu!' Ekspresi Gato mencerah saat menemukan barang yang ia cara. Lalu ia pun berbalik menghadap pada pria yang memukulnya. "Diam kau bangsat!" Bentak Gato yang menodongkan sebuah hand gun tepat ke arah kepala pria yang memukulnya.
"Hey, bahaya tau mengarahkan mainan tersebut ke arah kepala orang lain."
Seringai tipis pun menghiasi wajah tua Gato, merasa ia berada di atas angin. "Aku tak tau kenapa kau datang kemari, tapi..."
Dor!
Dor dor dor!
"Aku tak akan memafkanmu karena kau telah memukul wajahku." Seringai Gato tambah lebar saat ia melihat orang yang di depannya tergeletak di tanah akibat peluru dari hand gun miliknya.
"Sudah kubilangkan kalau mainan itu berbahaya!" Sebuah suara yang ia dengar beberapa saat lalu terdengar tepat di samping kana Gato.
"Ke...kenapa bisa?" Bola mata Gato membulat saat menoleh ke kanan. Di kanannya kini berdiri seorang pria yang sama persis dengan pria yang memakai topeng tadi. Dengan gerakan lambat, ia kembali melihat tempat yang seharusnya ada mayat pria bertopeng tadi.
Kosong. Tak ada apa pun di sana, yang ada hanyalah sebuah karpet malah yang ia miliki.
"Mencari apa?"
Buagh!
"Uhuk!" Punggung Gato berbenturan keras dengan tembok kamarnya dan menimbulkan sebuah batuk darah baginya.
"Oke, sebelum aku membunuhmu, aku akan menyebutkan alasannya." Pria bertopeng itu mendekati Gato yang tersungkur di tembok dengan perlahan. Sedangkan Gato hanya bergetar ketakutan melihat pria di hadapannya. "Pertama. Kau telah menyebabkan masyarakat desa Kirigakure sengsara akibat jalur transportasimu. Kedua. Kau dengan seenaknya memperjual belikan anak anak dan juga organ organ manusia. Ketiga..."
Drtttt... Drtttt...
Klik.
"Ada apa Teme? Kau menggangguku saja." Di saat seperti ini, pria dengan topeng rubah itu sempat sempatnya menjawab panggilan dari orang yang meneleponnya. "Ya, baiklah. Padahal aku masih belum puas."
Melihat pria di depannya lengah, Gato memanfaatkan momen itu untuk meraih senjata dan langsung menodongkannya kepada pria bertopeng rubah itu. Berniat menembaknya kembali.
Dor!
Slash!
"Arghh..." Tembakan Gato meleset, ia hanya mengenai pipi dari orang yang di depannya ini.
"Sia...lan." Ucap Gato dengan mulut penuh darah. Setelah itu, Gato menunduk dengan mata terpejam selamanya.
Pria itu pun lantas mencabut tanto miliknya yang menembus dada Gato. Entah dapat dari mana, tapi yang jelas, ia sudah menggenggam tanto dengan ukuran 50cm itu di tangan kanannya.
!
!
!
!
Seorang pria berbaju serba hitam dengan rambut ravennya sedang bersandar di tombok sebuah gang. Mata yang awalnya terpejam, kini mulai terbuka, menunjukan sepasang mata berwarna hitam kelam.
"Kau telat Dobe." Ucapnya dingin entah pada siapa.
"Maaf. Maaf, kau tau sendirikan ini tugas pertamaku setelah tiga bulan aku cuti." Sebuah suara terdengar dari dalam gang.
"Hn.."
Tak lama kemudia keluarlah seorang pemuda dengan pakaian serba hitam, berambut pirang jabrik dengan tiga garis kembar di masing masing pipinya, juga sebuah topeng rubah yang menempel di salah satu telinganya. Yap, dialah yang membunuh Gato tadi.
"Oy Sasuke." Wajahnya tiba tiba murung saat memanggil rekan ravennya tersebut.
"Asalkan tidak lama saja, Naruto." Seakan sudah tau yang akan rekannya tanyakan, Sasuke menjawabnya dengan tenang.
Naruto kemudian menyunggingkan sebuah senyum tipis, "Terimakasih Sasuke."
TBC
Sekian fanfic gaje dari ane, semoga kalian semua menyukainya :*
Kritik dan sarannya pun sangat di terima. Mau flame juga tak apa :* tapi sertakan alasannya anda nge-flame fanfic ane ye :* bye :*
