Aku hanyalah budak untuk memuaskan hawa nafsu. Hidupku hanya berkutat dengan kelakar setan yang memanfaatkanku. Mereka mencumbuku dengan rakus—dan aku tahu aku tidak bisa menolaknya. Mereka adalah raja—dan aku hanya seorang bawahan rendahan yang tidak dapat berbuat apa-apa. Meski begitu—mereka hanyalah kumpulan orang yang mudah terjatuh dalam gravitasiku.

Aku hanyalah budak cinta. Cicipi aku sekali—dan kau akan merasakan apa yang dinamakan obsesi.

.

.

.

.

.

Obsesi

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: SasuSaku

Warning: Typo, OOC,AU,abal, gaje, payah,ancur, garingdll

Genre: Drama /Romance (?)

Rated :T

Maaf kalau mungkin ada yang ngerasa agak OOC. keOOCan chara diperlukan dalam cerita OAO

.

.

.

.

.

Seorang lelaki bersurai chicken butt—menebarkan pandangannya pada benda besar dengan tulisan 'mesin minuman otomatis' yang terpampang di depannya. Ekor matanya mengikuti gerak pengait di dalam benda tersebut dan jemarinya sibuk memencet-mencet tombol pengaturnya. Sedetik kemudian pengait itu mengeluarkan benda berbentuk silinder yang disambar cepat oleh lelaki itu. Membukanya kasar—dan bulir bulir bening segera menyegarkan kerongkongannya yang terasa kering.

"Hey Sasuke—"sedikit terkejut, lelaki yang dipanggil Sasuke itu menoleh sebal.

"—kau mengagetkanku saja. Aku hampir tersedak—Gaara,"

Yang menjadi sumber penyebab tertawa kecil. Kemudian melengkahkan kaki pada bangku panjang yang terpampang di tengah-tengah taman mungil tempat mereka berdiri saat ini. Jemarinya kemudian mengisyaratkan agar lelaki bermanik hitam jelaga itu mengikutinya.

"Kau—tumben sekali memanggilku kemari. Kalau bukan karena ada hal penting kau pasti tidak akan mau repot-repot memanggilku keluar. Apalagi sampai mengadakan janji bertemu di tempat ini,"

Manik itu memandang lurus pada lelaki dengan surai merah menyala yang hanya mengusap-usap dagunya sembari terkikik geli. Ia merenggakan otot-ototnya sejenak kemudian berdehem kecil.

"Aku hanya ingin mencari udara segar," lelaki berambut raven itu hampir tersedak untuk yang kedua kalinya.

"Kau bercanda?" Yang ditanya hanya mengedikkan bahu. Setelah kemudian memposisikan duduknya sejajar dengan lelaki di sampingnya.

"Aku hanya rindu padamu setelah kita lama tidak bertemu—Sasuke-kun~"

Jeda sejenak sebelum lelaki bermanik onyx itu mengambil ancang-ancang untuk mundur.

"Kau menjijikan,"

"Hahaha—"

Tawa lelaki itu pecah ketika sukses melihat raut wajah teman sejawatnya itu memandangnya geli. Yang ditertawai mulai menjauhkan jarak dari lelaki itu.

"Kau pikir aku serius? C'mmon Sasuke—aku masih normal dan aku masih bernafsu pada perempuan. Kau tidak mungkin berpikir bahwa orientasiku sudah belok bukan? Lagipula kalaupun aku belok—aku pasti akan memilih partner yang lebih 'macho' dibandingkan dirimu,"

Lelaki bermarga Uchiha itu hanya memutar bola matanya malas. Menyeruput kembali kaleng minuman dalam genggamannya;meneguk isi cairan kental di dalamnya hingga habis.

"Kau memang sakit Gaara,"

"—haha baik baik maafkan aku Sasuke. Kali ini aku serius. Dude, yang sebenarnya ingin kukatakan adalah—apa kau merasa bosan Sasuke?"

"Kalau kau bertanya padaku, apa aku bosan karena arah pembicaraan ini hanya berputar-putar saja, dengan gamblang aku akan menjawab ya,"

Giliran Sabaku no Gaara yang hampir tersedak mendengarnya. Ia menahan tawanya kembali kemudian buru-buru melanjutkan kembali ucapannya—sebelum lelaki di sampingnya itu benar-benar mulai merasa bosan.

"Aku serius—dude. Aku tau kau mungkin tengah berada dalam kehidupanmu yang datar-datar saja itu. Kau selalu menjalani hidupmu dengan teratur dan terarah. Kau tahu aku yang tidak merasakan hidupmu saja bosan melihatnya—apalagi kau yang menjalani hidupmu sendiri,"

Lelaki itu menyipitkan mata sejenak.

"Apa maksudmu,"

"Kau tahu semenjak gadis itu memutuskanmu? Hidupmu jadi kacau , bukan?"

Uchiha itu mulai mengerti arah pembicaraan mereka. Ia hanya meremas kaleng dalam gengammannya.

"Aku tidak sekacau yang kau pikirkan—kalaupun hidupku berantakan, itu bukan urusanmu,"

Gaara hanya mengosok-gosok pangkal hidungnya gemas. Ia tahu melunakkan hati lelaki di sampingnya itu tidak akan semudah yang ia bayangkan. Dan rencananya harus berhasil—meskipun lelaki itu menolaknya mentah-mentah.

"Ya—aku tahu itu hidupmu, kawan. Dan aku tidak berhak untuk ikut campur. Tapi—kau tahu sebagai sahabat baikmu, aku hanya ingin sedikit membantumu,"

"Membantuku? Kau tidak perlu repot-repot melakukan itu Gaara,"

Ada nada sinis yang terlontar dari bibir Sasuke—Uchiha itu memang keras kepala, tepat seperti yang lelaki dengan tattoo di pucuk kepalanya itu pikirkan. Jika bukan Gaara yang menghadapinya—orang lain pasti sudah menyerah untuk mempengaruhinya.

"Dengar Sasuke—aku tidak akan mengatakannya lebih dari dua kali. Atau bahkan hanya sekali saja yang perlu untuk kau dengarkan. Aku hanya ingin kau mencoba saranku—dan aku yakin kau pasti akan menyukainya—"

Sedikit penekanan kata 'menyukainya' tetap tak merobohkan ego yang dipegang teguh lelaki bersurai raven itu. Meskipun ia sedikit penasaran—lelaki itu tetap tak bergeming pada posisinya.

"Kau tahu bar yang ada di sebelah sana?"

Telunjuk Gaara mengarahkan manik onyxnya menatap sebuah tempat ramai dengan lampu berkelap-kelip di ujung jalan. Ia tetap tidak merespon ucapannya meskipun sekarang ia telah sepenuhnya penasaran.

"Kau pernah mendengar istilah—émeraude ?"

Tidak ada jawaban yang didapatnya—Gaara kembali melanjutkan ucapannya untuk menarik minat lelaki itu.

"Ia adalah permata yang paling berharga di bar itu. Banyak orang yang mencoba mendapatkannya—tapi ia bernilai terlalu tinggi. Berapa pun berani membayar mahal harganya hanya untuk sekedar menjamaah seinchi dari bagian tubuhnya. Sayangnya, ia adalah seorang pemilih. Kalau kau beruntung dan ia memilihmu—kau akan menikmati yang namanya surga duniawi,"

Jade itu berbinar cerah. Lelaki itu hanya melengos kecil mendengar kata permata sebagai parafrasa 'seorang gadis'.

"Aku tidak tertarik,"

Gumaman kecewa dilontarkan Sabaku no Gaara.

"Oh—ayolah dude. Kau pasti tidak akan menyesal—aku jamin itu. Aku tidak pernah meminta apapun darimu selain yang satu ini. Dan aku tidak mengambil keuntungan apapun atas saranku ini. Aku hanya ingin membantumu dan aku janji ini akan menyenangkan. Aku yakin, kau akan menikmatinya. Bukankah kau sedang bosan? Baiklah kalau kau mengatakan hidupmu tidak sestatis yang aku kira, tapi—ini kesempatan langka yang aku coba tawarkan kepadamu. Kau tahu aku tidak akan menawarimu macam-macam kecuali kau adalah bocah bawang yang baru saja kutemui,"

Lelaki itu hanya diam mendengarkan ceramahnya. Maniknya tampak bosan;meski diam-diam ia mulai tertarik pada penawaran lelaki itu.

"Kuulangi lagi kalau telingamu benar-benar tidak tuli Gaara. Aku tidak tertarik,"

Sasuke Uchiha kemudian berdiri dari tempat duduknya semula, kemudian melenggang pergi meninggalkan lelaki bersurai merah kemerahan itu sendiri. Mengabaikan teriakan kecewa dari sahabatnya itu—dan tetap melangkah dengan bibir terkunci rapat.

Walau ia harus akui kalau sekarang pikirannya mulai sedikit teracuni.

.

.

.

.

.

Ia berhenti sebentar di ujung jalan. Maniknya menatap awas pada lalulalang orang yang melaluinya.

Ia mengacak surainya sebentar;merutuk pada diri sendiri kenapa langkah kakinya membawa pada tempat yang tidak ingin ditujunya sama sekali.

Ia menghembuskan napas lelah saat seorang pelayan menyambutnya dan mepersilakannya masuk.

Ragu untuk melangkah ke dalam—namun entah apa yang mengendalikan dirinya; tubuhnya sama sekali tidak mau menuruti akal sehatnya.

Ia perlahan masuk ke dalam tempat itu. Kemerlap lampu-lampu bar adalah hal pertama yang dapat panca indranya tangkap. Dan bau menyengat alkohol adalah hal kedua yang panca indranya tidak sukai.

Ia mengambil salah satu tempat di dalam bar itu—memesan segelas wine murah dan kembali menatap sekelilingnya dengan tatapan bosan.

Apanya yang mengusir kebosanan? Ini lebih dari sekedar membosankan.

Satu tegukan mengusir dahaganya. Satu tepukan hangat hampir membuatnya tersedak.

"Boleh—aku menanimu sebentar—tuan?"

Manik itu membeku untuk sesaat.

Onyxnya mengarah lurus pada sesosok manusia—ralat—dewi yang menurutnya salah tempat untuk mendarat.

Ia menatap sosok di hadapannya tanpa kedip.

"—kalau kau beruntung dan ia memilihmu—kau akan menikmati yang namanya surga duniawi,"

.

.

.

Perlahan tapi pasti—emerald itu telah berhasil menarik seluruh perhatiannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ayo mulai permainan ini. Dan mari bertaruh—siapa yang lebih dulu terjebak dalam permainan ini.

Kau ataukah—aku?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc


A/N:

*Émeraude diambil dari bahasa prancis yang artinya emerald.

Haiiiiiii ini fict keempat yang publish sehari ini HAHAHA~ /diem entah apa yang merasuki saya kenapa saya jadi ngebet gini pengen ngetik terus ? QAQ /yaudah sih ya jangan curhat.

Ini baru prolog jadi maaf kalau kependekan QAQ

Ini fict multichap yang mengambil tema 'dunia malam'. Semoga suka ya ~

Butuh review kalau mau fict ini lanjut soalnya authornya butuh penyemangat /ha QAQ

RnR?