.
Talk Friend
('C9 Ent. Trainee' Bae Jin Young x 'Starship Ent. Trainee' Jung Se Woon')
BlueBerry's Fanfiction
Don't Like, Don't Read
Warning : gajelas, seme!Baejin, uke!Sewoon
.
Bae Jin Young bukan orang yang memiliki masalah dengan nilai pelajaran walau dia terkesan acuh saat Seonsaengnim menerangkan pelajaran di depan kelas, jadi Jinyoung menghentikan kegiatan menggunakan ponsel untuk melempar tatapan bertanya saat orangtuanya mengatakan kalau mereka akan memanggil guru privat untuk menemaninya belajar. Peringkat Jinyoung berada di posisi yang biasa, tidak termasuk murid jenius yang mendapat nilai sembilan pada pelajaran yang tidak digemarinya juga bukan termasuk diantara murid bebal yang menghiasi buku nilai dengan angka lima warna kemerahan. Orangtua Jinyoung tidak mempermasalahkan peringkat Jinyoung selama anak itu belajar dengan baik, hanya saja mereka mengkhawatirkan Jinyoung yang berdiam diri di rumah pada waktu penghujung pekan dan menjawab 'tidak' untuk pertanyaan 'apakah Jinyoung tidak memiliki teman yang mengajaknya bermain pada akhir pekan'. Mudahnya, orangtua Jinyoung memanggil guru privat agar Jinyoung berinteraksi dengan orang lain, bukan hanya berdiam diri atau menunduk sewaktu mengobrol dengan orang lain.
Pemuda marga Jung yang memperkenalkan diri sebagai Guru Privat Jinyoung ini sangat berbeda dari apa yang dipikirkan oleh Jinyoung, bukan tipe orang yang kaku seperti umumnya para guru privat juga bukan tipe orang yang terlampau berisik seperti orang yang pandai melakukan interaksi. Kepala Jinyoung hanya mengangguk untuk membalas perkenalan singkat dari Guru Privatnya, Pemuda marga Bae itu kembali menggerakkan kepala hanya untuk menggeleng saat Sewoon menanyakan apakah dirinya merasa kesulitan untuk mengerjakan tugas. Sewoon hanya mendudukkan diri di alas duduk kamarnya selagi menulis sesuatu (Jinyoung menduga bahwa Sewoon sedang mengerjakan tugas kuliah miliknya sendiri), sesekali melontarkan pertanyaan singkat terkesan basi dan melirik pada Jinyoung yang berhenti menggores pena pada buku catatan. Jinyoung hanya ingat bahwa dia biasa menjawab pertanyaan membosankan dari Sewoon dan menoleh untuk melempar pandangan tidak mengerti atau ragam pandangan pada situasi berbeda, tapi dia mulai terbiasa untuk membalas perkataan lawan bicaranya dengan kalimat panjang setelah satu bulan terlewati.
Tangan Jinyoung bergerak untuk menutup buku pelajaran maupun buku catatan miliknya, memutar posisi duduk hingga menemukan ekspresi Sewoon yang serius sewaktu mengerjakan tugas. Pandangan innocent Sewoon menemukan pandangan intens Jinyoung, Pemuda Jung itu mengerjap dan hanya melihat Jinyoung yang memandang malas padanya . . .
"Apakah ada pertanyaan yang tidak kau mengerti?" Sewoon bertanya karena merasa tidak biasa bagi Jinyoung untuk memperhatikannya, selain pada saat Jinyoung tidak mengerti tugasnya namun juga enggan memanggil secara langsung
"Tidak, aku sudah menyelesaikan tugasku" Ujar Jinyoung dengan ekspresi datar, seperti ekspresi andalan yang biasa diperlihatkan. Pandangan si Jung mengarah pada buku pelajaran dan buku catatan Jinyoung yang sudah tertutup, menganggukkan kepala untuk memberi paham kalau Jinyoung sudah menyelesaikan tugas
"Lalu, apa yang ingin kau katakan padaku?" Tanya Sewoon, berpikir kalau Jinyoung memiliki hal serius untuk dibicarakan hingga Pemuda itu memandang dirinya. Pembicaraan mereka selama ini selalu diawali oleh Sewoon yang berusaha mencari topik pembicaraan tidak begitu pribadi, hanya obrolan ringan seperti 'bagaimana kabarmu?', 'cuaca di luar sedang bagus ya?', 'apakah menu di kantin sekolah enak?', atau pembahasan lain yang membuat Jinyoung hanya membalas seadanya, sesekali juga membalas cukup panjang untuk menceritakan kejadian tidak menyenangkan di sekolahnya
"Kau hampir selalu menemaniku belajar, padahal kau juga terlihat sibuk. Apa kau tidak merasa kerepotan untuk menerus pergi ke rumahku pada hari biasa, Sewoon-Hyung?" Jinyoung memang tidak akrab dengan si Jung, tapi Sewoon yang tidak bicara banyak pada hari pertama hanya menekankan pada Jinyoung untuk tidak memanggilnya dengan 'seonsaengnim' karena dirinya belum setua itu
"Aku hanya duduk dan menghabiskan waktu, di rumah yang memiliki selisih tiga rumah dariku. Ini bahkan lebih singkat, daripada aku menunggu ramyeon instan bisa dimakan. Aku tidak berpikir, kalau ini merepotkan" Balas Sewoon yang membuat manik Jinyoung melebar, merasa dia tidak pernah mengetahui fakta tersebut
"Benarkah?" Kalau ada orang mengatakan Jinyoung itu tipe anti sosial, Jinyoung menolak karena dirinya masih membalas perkataan orang lain padanya, tidak sepenuhnya menarik diri dari lingkaran pertemanan yang orang lain sediakan untuk dirinya. Tapi, mendengar fakta kalau Sewoon merupakan tetangga dekatnya, Jinyoung pikir dirinya tidak begitu memperhatikan orang lain
"Iya. Kau tidak sering melihatku, karena kita tidak memiliki jadwal dan tempat kegiatan yang sama, ini bukan karena kau terlalu sibuk pada dirimu sendiri hingga abai pada lainnya" Sewoon membuka suara, menebak apa yang dipikirkan oleh Jinyoung dengan benar
"Apakah perbedaan kegiatanku dengan Hyung memang sejauh itu, hingga aku tidak pernah bertemu dengan Hyung?" Jinyoung sudah tiga tahun menempati rumahnya saat ini, harusnya Jinyoung pernah bertemu dengan Sewoon setidaknya dalam kegiatan santai dimana dia menelusuri jalanan untuk menemani sepupunya berkeliling atau menuruti Ibunya untuk membelikan sesuatu di minimarket
"Kalau kau mengatakan soal kegiatan yang berbeda, tentu saja, karena aku memulai kuliah dan kau memulai sekolah menengah atas pada tahun ini. Tapi, kalau kita tidak pernah bertemu, aku pikir kau orang yang terlalu sibuk hingga tidak sempat melihat orang di sekitar" Jawab Sewoon yang membuat Jinyoung mengernyit, berusaha mengingat kapan dirinya memiliki pertemuan dengan Sewoon
"Tidak ada yang istimewa dari pertemuan kita, hanya beberapa pertemuan biasa di minimarket atau berpapasan di sisi jalan. Ada satu pertemuan yang tidak terlalu biasa di Bis, aku tidak mendapat bangku dan kau berdiri di depanku, jadi setiap kali Paman Supir menginjak pedal rem aku meminta maaf padamu karena aku selalu menabrak tubuhmu" Lanjut Sewoon dengan senyum kecil, mengusap bagian belakang kepala seperti merasa bersalah. Padahal, Jinyoung sendiri hanya mengingat dengan samar, memiliki pikiran bahwa itu pasti terasa tidak menyenangkan kalau itu terjadi setelah kegiatan menyebalkan lagi melelahkan di sekolah, tapi dia juga berpikir kalau Sewoon tidak perlu meminta maaf lagi untuk kejadian yang sudah terjadi lebih dari satu bulan lalu (karena Jinyoung sudah terbiasa dengan wajah Sewoon selama satu bulan terakhir)
"Bukan masalah. Karena aku juga tidak mengingatnya dengan baik, aku pikir itu bukan kejadian yang menyebalkan" Memori Jinyoung biasa mengingat suatu kejadian, kalau hal itu sangat membahagiakan atau sangat menyebalkan. Ini bukan kejadian menyenangkan hanya dengan membayangkan situasi Bis yang penuh hingga mereka harus berdiri, tapi sepertinya bukan kejadian menyebalkan yang membuat Jinyoung mengumpat selama berjalan dari halte menuju rumah
"Aku masih merasa tidak nyaman, kalau aku memikirkan itu. Ekspresi wajahmu sangat dingin, setiap aku meminta maaf karena menabrakmu" Kata Sewoon dengan ekspresi polos, membuat Jinyoung menunduk untuk menyembunyikan senyuman di wajahnya
"Ekspresi wajahku memang seperti ini, Hyung" Lengkungan tipis masih terlihat di wajah Jinyoung saat dia kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Sewoon, membuat Sewoon menggumam membenarkan sebelum dia kembali menaruh fokus pada catatan tugasnya
"Hyung, kau masih ingin berada disini?" Pertanyaan Jinyoung menghentikan goresan tinta pulpen Sewoon pada catatan tugas, melihat buku tugas maupun buku catatan yang Jinyoung simpan pada sisi meja belajarnya
"Kau benar. Karena kau sudah menyelesaikan tugasmu, seharusnya aku pulang dan melihat apakah Ibu memerlukan bantuanku untuk mempersiapkan makan malam" Balas Sewoon, selagi menyimpan barang dalam tas selempang hitam miliknya
"Tapi, aku tidak bermaksud mengusir Sewoon-Hyung" Kata Jinyoung, tidak ingin membuat Sewoon merasa salah paham dengan perkataannya
"Tentu, aku tidak akan merasa tersinggung. Aku kesini sebagai guru privatmu, jadi aku hanya datang untuk memastikan kau mengerjakan tugasmu dengan baik. Kalau kau sudah mengerjakan tugasmu dengan baik, sudah seharusnya aku segera pulang" Balas Sewoon yang menghasilkan ekspresi mengernyit di wajah Jinyoung, ada hal yang membuatnya merasa terganggu dari perkataan Jinyoung
"Kau bukan hanya guru privatku, Sewoon-Hyung" Jinyoung berujar selagi mengantar Sewoon menuju pintu depan rumahnya
"Lalu, apakah aku adalah Hyung bagimu?" Sewoon membalas dengan senyuman yang biasa dia berikan pada orang lain, terlihat lucu juga menggemaskan menurut Jinyoung. Eh? Apa yang baru saja dia pikirkan?
"Bae Jin Young, kau melamun" Manik Jinyoung mengerjap untuk menemukan Sewoon yang sudah memakai sepatu canvasnya, hanya berdiri diam di dekat rak sepatu seperti menunggu Jinyoung sadar agar dia bisa berpamitan dan kembali ke rumahnya
"Ah, maafkan aku" Langkah Jinyoung melewati Sewoon untuk meraih kunci rumahnya dan memutar besi itu sebanyak dua kali, membukakan pintu untuk Sewoon yang kembali tersenyum
"Terima kasih, Bae" Orang lain bisa memanggilnya dengan sebutan seperti itu, para guru yang memanggil dengan sebutan 'Bae Haksaeng' atau orang tidak akrab yang memanggilnya dengan 'Bae-Gun'. Tapi, Sewoon yang memanggil dirinya dengan sebutan 'Bae' itu membuat Jinyoung menarik sudut bibirnya dengan senyuman tipis. Senyuman Sewoon sebelum menutup pagar rumahnya mengingatkan Jinyoung kalau dia belum selesai mengatakan, bahwa Sewoon bukan hanya guru privat baginya
"Sewoon-Hyung, kau adalah . . . teman bicara bagiku" Ada senyuman kesan canggung dari Jinyoung setelah dia mengatakan itu, merasa malu karena situasi sepi di sekitar mereka memungkinkan orang lain untuk mendengarnya juga merasa senang karena situasi sepi itu membuat dirinya bisa mendengar suara tawa ringan Sewoon yang menggelitik sudut bibirnya menjadi lebih tinggi
"Sampai jumpa" Tubuh Sewoon tidak terlihat saat Pemuda marga Jung itu merapatkan pagar rumahnya, setidaknya Jinyoung sempat membalas lambaian tangan Sewoon sebelum pagar rumahnya benar-benar tertutup.
.
Interaksi Jinyoung menjadi lebih baik daripada sebelumnya, pandangan bertemu selagi membalas dengan lawan bicaranya atau dia mendekatkan posisi sewaktu merasa tertarik dengan pembicaraan teman satu kelasnya. Pembicaraan separuh tidak penting dengan Sewoon menjadi jadwal harian yang tidak terlewatkan pada waktu petang, sesekali hanya mengisi ruangan dengan dentikan jarum jam karena kehabisan bahan obrolan yang bisa diperpanjang. Sewoon hanya mencari bahan pembicaraan yang tidak memiliki kaitan dengan urusan pribadi, atau Jinyoung yang lebih memilih untuk melirik ekspresi serius Sewoon pada tengah kegiatan menyelesaikan tugas. Jinyoung benar untuk mengatakan bahwa dia tidak menganggap Sewoon sebagai guru privat maupun kakak laki-lakinya, tapi mengatakan Sewoon adalah teman bicaranya bukan lagi anggapan yang tepat menurut Jinyoung. Jinyoung memiliki teman bicara di kelasnya yang biasa membicarakan apapun dengannya, ada teman bicara yang lebih senang membicarakan permainan video genre peperangan, atau teman bicara yang senang mengoceh tentang para perempuan populer yang disebut cantik, tapi antusias Jinyoung mendengar suara Sewoon lebih dari antusias pada obrolan dengan teman-temannya.
Jinyoung mengerti bahwa akan ada saat dimana Sewoon sebagai mahasiswa aktif tidak menemani dirinya belajar (walau hanya mendudukkan diri di satu sisi kamar dan melempar pertanyaan tidak penting padanya), Jinyoung hanya tidak mengerti alasan dirinya merasa tidak bersemangat sewaktu tidak menemukan Sewoon di sisi kamarnya. Alasan Sewoon menjadi guru privatnya tidak berkaitan dengan pelajaran, jadi Jinyoung tidak memiliki masalah dalam menyelesaikan tugas sekolahnya, tapi dia merasa ada yang kurang. Punggung Jinyoung bersandar pada meja belajarnya yang pendek, memainkan ponsel dengan bosan dan tidak mengerti bagaimana orang lain bisa menghabiskan waktu bersama papan elektronik kecil ini dalam jangka yang panjang. Kalau saja bunyi notifikasi yang mengganggu Jinyoung sedaritadi adalah notifikasi pesan dari Sewoon, dia bisa mengubah pemikirannya bahwa ponsel bisa saja menyenangkan. Kemungkinan Sewoon hanya menganggap Jinyoung sebagai muridnya dalam les privat yang aneh ini, atau kemungkinan lain yang tidak kalah buruk adalah Sewoon menganggapnya sebagai adik laki-laki. Hembusan nafas Jinyoung terdengar kasar, sewaktu dia berusaha memikirkan bagaimana Sewoon dalam anggapannya.
Pandangan Jinyoung mengarah pada Sewoon di tengah kegiatan menyelesaikan tugas, menemukan pemilik marga Jung itu mengusup sudut mata seperti berusaha menahan kantuk. Tentu dia memiliki kegiatan sibuk hingga tidak menemani Jinyoung mengerjakan tugas selama lima hari ini, dan mungkin alasan merasa tanggung jawab yang membuatnya menemani Jinyoung belajar untuk hari ini . . .
"Hyung. Kalau kau memiliki waktu luang, seharusnya kau beristirahat saja" Jinyoung membuka suara dan membuat mata mengantuk Sewoon bertemu dengan matanya, bibir Jinyoung melengkung tipis karena usaha Sewoon menyadarkan diri di perbatasan kantuknya
"Aku merasa tidak nyaman karena Bibi Bae memberi bayaran untukku sebagai guru privatmu untuk sebulan, dan aku sudah meliburkan diri selama hampir satu pekan" Kerjapan mata Sewoon lamban, seperti kantung matanya terlalu berat untuk kembali menyadarkan diri
"Kupikir tidak ada masalah, kalau Sewoon-Hyung ingin meliburkan diri satu hari lagi" Tangan Jinyoung masih memegang pena untuk menulis, tapi matanya enggan melepaskan ekspresi mengantuk Sewoon untuk menyelesaikan tugas
"Bukan hal baik untuk melarikan diri dari tugas yang diberikan" Jinyoung tidak menyesali pilihan untuk terus memperhatikan Sewoon, karena pemandangan Sewoon yang menutup mulutnya karena menguap lebar dan mengerjapkan mata berulang kali untuk mempertahankan kesadaran
"Terserah pada Hyung" Balas Jinyoung selagi mengembalikan fokus pada buku catatan, tidak ingin menjadi begitu kentara bahwa dia memperhatikan Sewoon tanpa berhenti
'Tik! Tik! Tik!' Dentikan jarum jam menjadi gema suara dalam ruang tidur Jinyoung yang terlampau sepi, telinga Jinyoung menangkap suara hembusan nafas teratur membuat Pemuda marga Bae itu menoleh pada Sewoon yang terlelap dengan posisi duduk
"Aku sudah mengatakan padamu untuk beristirahat, Hyung" Gumam Jinyoung, menutup buku pelajaran maupun buku catatan karena sudah menyelesaikan tugas. Dia menyimpan buku di sisi meja belajar dan menaruh peralatan menulis pada tempat pensil bahan kaleng miliknya, sebelum beralih untuk melihat Sewoon yang masih lelap dengan posisi duduk
'Tik! Tik!' Jinyoung melirik pada jam dinding yang menerus berdetak, pandangannya lebih fokus pada Sewoon yang terlelap dengan mulut setengah terbuka
'Tik! Tik!' Pandangan Jinyoung belum melepaskan sosok Sewoon yang begitu tenang dalam tidurnya, tatapannya menajam setelah beberapa saat
'Tik! Tik! Tap!' Langkah Jinyoung menjauhi kamarnya untuk pergi ke ruang tengah, mengambil kotak obat dari lemari dan kembali menyimpannya setelah mengambil satu plester pereda panas
"Eung? Aku tertidur ya?" Sewoon sedang mengusap wajahnya seperti ingin menghilangkan wajah tidurnya, saat Jinyoung kembali ke kamar. Kaki Jinyoung melangkah hingga dia berhenti di hadapan Sewoon, mendudukkan diri untuk mengimbangi tinggi sebelum si Jung mendongak dan menanyakan ada apa
"Kau terlihat kurang sehat, Sewoon-Hyung" Jinyoung berujar selagi mengulurkan tangan untuk mengukur suhu tubuh Sewoon, tidak mendapat respon menolak dari Sewoon yang masih mengumpulkan kesadaran. Suhu tubuh Sewoon memang diatas suhu normal, walau tidak sampai membuat Jinyoung berpikir kalau dia bisa menggoreng telur di wajah Sewoon (ini hanya perumpamaan dari suhu tubuh yang sangat tinggi dan mengkhawatirkan, tentu Jinyoung tidak ingin dianggap kurang ajar oleh Sewoon kalau dia benar-benar menggoreng telur di wajah si Jung)
"Kau bersikap seperti seseorang yang mengkhawatirkan Kekasihnya, Bae" Sewoon hanya menarik sudut bibirnya dengan tipis, membiarkan Jinyoung menyingkap poni rambutnya untuk merekatkan plester pereda panas. Pandangan canggung Jinyoung membentur pandangan Sewoon yang biasa, Pemuda Bae berusaha bersikap biasa dengan kembali merapikan poni rambut Pemuda Jung walaupun dia sempat tersedak dengan ludahnya sendiri
"Lalu, apa Sewoon-Hyung sudah memiliki seseorang yang mengkhawatirkan Hyung?" Pertanyaan Jinyoung bukan pertanyaan yang diduga oleh Sewoon, jadi Pemuda marga Jung itu mengernyit dan memandang tidak mengerti pada Jinyoung
"Apa Sewoon-Hyung itu tipe orang yang menghabiskan waktu pada akhir pekan karena ajakan jalan bersama dari seseorang?" Jinyoung kembali bertanya, kali ini mendapat balasan berupa anggukan dari Sewoon
"Sewoon-Hyung memiliki seseorang yang dekat dan menghubungi ponsel Hyung, setiap hari?" Tanya Jinyoung yang kembali mendapat balasan anggukan dari Sewoon, membuat Jinyoung mengangguk memberi tanda seolah dia mengerti
"Jadi, Sewoon-Hyung sudah memiliki Kekasih?" Pandangan datar Jinyoung bertemu dengan pandangan bingung Sewoon, tidak lama Sewoon memutuskan kontak mata untuk menundukkan kepala dan melontarkan tawa dengan samar
"Tidak, aku belum memiliki Kekasih. Donghyun dan Youngmin mengajakku bersama mereka di akhir pekan, karena mereka tidak ingin membuatku terabaikan sekalipun mereka menjadi pasangan, tapi pada akhirnya aku pasti tersisihkan dengan momen manis mereka. Taedong itu satu kelas denganku, kami sering berada di kelompok yang sama sehingga dia menghubungiku untuk mengetahui bagian mana dari tugas kelompok yang sudah kuselesaikan" Kalimat paling panjang tanpa kaitan materi pelajaran yang pernah Jinyoung dengar dari Sewoon, sedari mereka bertemu tiga bulan lalu. Biasanya, Jinyoung tidak suka mendengar celoteh panjang dari orang lain, apalagi celoteh Sewoon adalah pengecualian. Tepatnya, Sewoon selalu menjadi pengecualian bagi Bae Jin Young
"Apa kau mau jalan denganku di akhir pekan, Sewoon-Hyung?" Jinyoung berusaha mengacuhkan pemikiran tidak menyenangkan, kalau Sewoon hanya menganggap dirinya sebatas murid les privat ataupun adik laki-laki. Sewoon memegangi kepalanya, merasa pening karena kurang istirahat atau tidak siap dengan pernyataan yang terasa begitu mendadak dari Jinyoung
"Sebaiknya, kau beristirahat dan tidak memikirkan perkataanku, Sewoon-Hyung" Paham Jinyoung yang mengambil langkah mundur, membantu Sewoon saat si Jung berusaha berdiri setelah merasa peningnya sudah mereda. Jinyoung mengantarkan Sewoon hingga pagar rumahnya, berdiri di balik pagar rumahnya hingga merasa yakin bahwa Sewoon sudah sampai di rumah dengan selamat.
.
Jinyoung melihat pantulan dirinya pada cermin wastafel di depan kamar mandi, memastikan untuk sekian kali bahwa dia sudah terlihat baik untuk melakukan pertemuan dengan teman jalannya di akhir pekan. Ibu Jinyoung menarik sudut bibirnya dan melihat penampilan anaknya secara dekat, memastikan bahwa Jinyoung memang tidak menggunakan kaos santai dan celana pendek seperti puluhan akhir pekan sebelum ini. Melihat sebentar Ibu Jinyoung hanya berpikir bahwa sang anak sedang memainkan ponsel, tapi saat melihat dalam waktu yang lebih lama Ibu Jinyoung menyadari bahwa Jinyoung berulang kali melirik pada sisi layar (sepertinya untuk melihat waktu). Kalau memang Jinyoung khawatir tentang waktu, Ibu pikir seharusnya dia segera menuju tempat bertemu yang disepakati olehnya maupun teman jalannya. Hampir lima menit memperhatikan Jinyoung yang berulang kali melirik pada sisi layar, Ibu Jinyoung melebarkan matanya sewaktu Jinyoung beranjak berdiri secara tiba-tiba. Pandangan antusias dan senyuman tipis Jinyoung membuat Ibunya tersenyum, mengatakan pada Jinyoung untuk berhati-hati sewaktu berjalan dengan teman-temannya. Jinyoung meralat bahwa dia ingin jalan bersama dengan Sewoon, membuat Ibunya terdiam selama beberapa saat dan tersenyum setelah Jinyoung berlalu.
Sewoon mengernyit saat Ibunya mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin dia menjadi guru privat bagi anaknya, namun tidak menolak saat Ibunya menambahkan bahwa rumah mereka hanya berjarak selisih tiga rumah dari rumahnya (posisi rumah Sewoon yang berada di paling ujung membuat Sewoon menebak dengan mudah, kalau yang dimaksud adalah rumah Keluarga Bae). Pemuda Jung itu menanyakan pada Ibunya tentang perkiraan alasan dirinya menjadi guru privat untuk membantu interaksi Jinyoung dengan lingkungan sekitar, mengingat Sewoon bukanlah pemilik dari peringkat sepuluh teratas juga bukan orang yang pandai menemukan bahan obrolan menyenangkan, hanya dibalas sang Ibu dengan mengatakan 'mungkin karena Ibu Jinyoung merasa Sewoon adalah orang yang cocok untuk Jinyoung'. Sewoon tidak terlalu mengingat pertemuan pertama dengan anak keluarga Bae itu, tapi dia ingat mereka memiliki beberapa pertemuan biasa yang membuat Sewoon mulai memberi perhatian lebih sewaktu dia bertemu dengan Jinyoung. Ibu Sewoon mengatakan kalau tidak ada yang kebetulan di Dunia ini, membuat Sewoon tertawa dengan geli saat ini. Jinyoung berada di hadapan Sewoon dengan memandang tajam namun turut menarik sudut bibirnya setelah beberapa saat, merasa lucu dengan perjodohan ketinggalan jaman dari orangtua mereka tanpa keinginan menolaknya.
.~~~KKEUT~~~.
Aku masih shipper Jaehwan sama Sewoon kok, sampe ngejerit heboh pas ngeliat banyak momen mereka di episode kemarin. Cuman aku lagi suka masangin Baejin sama Sewoon karena latihan OLG, suka sama Youngmin (penampilannya di Open Up terlalu panas untuk diabaikan), juga sama Donghyun (wait! IM SO EMO ㅠ.ㅠ). Aku pikir banyak orang yang lebih seneng Baejin jadi Uke, dan Sewoon jadi Seme, tapi ya gimana aku ini Uke!Sewoon Hardcore shipper. Aku tahu masih banyak kesalahan dan kekurangan, jadi silahkan review ^v^
Aku ada rencana mau bikin sequel dari fanfic 101 yang pernah kutulis, ada yang pengen request?
