Sebuah kisah daur ulang dari salah satu koleksi fanfiction lawas made in dapur cerita saya.
.
.
.
143 Pounds Beauty
.
.
.
Luhan-Minseok
Genderswitch for Minseok
.
.
.
How did I let myself get so fat?
-Kim Minseok
.
.
.
-000-
Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari ketika Minseok selesai menyusui dan menidurkan Oscar Xi Junjie alias Oscar, bayinya yang baru berumur lima bulan. Dengan hati-hati sekaligus mati-matian menahan kantuk yang mendera, pemilik paras manis menggemaskan yang disempurnakan lewat pipi chubby itu bangkit dari tempat tidur dan membawa Oscar menuju boksnya yang menempati sudut kamar.
"Jal ja, my baby boy Oscar," bisik Minseok di telinga Oscar. Dikecupnya kening Oscar, si bayi super imut yang mewarisi pipi bakpaonya. Sebagai bentuk responnya terhadap sang ibu, Oscar hanya menggeliat pelan, sama sekali tak merengek atau membuka mata.
Melihat respon Oscar, Minseok tersenyum manis. Oscar agaknya nyenyak saking kekenyangan minum ASI-nya. Bayinya ini termasuk tipe yang kuat ASI, tak heran Minseok selalu merasa payudaranya kosong melompong setelah menyusui Oscar. Oscar alias 'Si Rakus' atau 'Si Vampir Cilik' menurut istilah ayahnya, mengacu pada porsi konsumsi ASI-nya yang tak sedikit dan karakter tidak sabaran yang diperlihatkannya saat menyusu pada Minseok. Bahkan saking kuatnya Oscar menyusu, tak jarang Minseok mengalami lecet dan itu membuatnya selalu waswas menantikan Oscar tumbuh gigi kelak.
Minseok membaringkan Oscar di boksnya, memastikan bayinya tak terbangun begitu punggungnya menyentuh lapisan kasur dalam boks. Beruntung dugaan Minseok tak meleset. Oscar benar-benar nyenyak hingga menggeliat pun tidak saat sang ibu berhasil membaringkannya di boks. Minseok sangat mensyukurinya, pasalnya dia tak sanggup jika Oscar terbangun dan minta ASI lagi. Puting Minseok masih terasa perih gara-gara gesekan gusi-gusi Oscar yang lumayan keras. Jika Oscar menyusu lagi sekarang, bisa dipastikan ASI yang ditelannya bakal bercampur darah sang ibu.
Minseok menyempatkan diri membelai pipi Oscar sebelum beranjak menjauhi boks. Wanita itu melangkahkan kaki menuju meja riasnya. Niatnya sih ingin mengambil salep untuk mengobati putingnya yang lecet, tapi alih-alih salep, perhatiannya justru tertuju pada cermin di meja riasnya. Entah kenapa, cermin tersebut seolah mengandung daya tarik magnet yang membuat Minseok mendekat dan berdiri persis menghadap permukaannya.
Minseok mematut diri di depan cermin. Tak lama, pemilik rambut hitam lurus sepunggung itu menggigit bibir.
"Astaga," Minseok menggumam, nyaris tak terdengar. "Ternyata benar apa kata Baekhyun sore tadi. Tubuhku benar-benar melar," lanjutnya dengan raut wajah sedih.
Memorinya perlahan melayang ke acara reuni SMA yang dihadirinya sore tadi, memutar ulang episode pertemuannya dengan sang kawan lama di bangku SMA, Byun Baekhyun.
FLASHBACK ON
"Kim Minseok? Omo, ini sungguhan kau? Seokkie?!" Suara takjub milik seorang wanita cantik bertubuh mungil kontan mengejutkan Minseok.
Minseok menoleh. Dia tak langsung mengenali siapa gerangan wanita itu. Minseok berusaha mengingat-ingat.
"Kau... Byun Baekhyun?" Minseok agak sangsi.
Wanita cantik bernama Byun Baekhyun itu sekonyong-konyong tertawa.
"Tepat sekali! Ini aku, Baekhyun. Omo, Seokkie-ya! Aku sempat pangling tadi, soalnya kau jadi gendut, sih. Padahal waktu SMA dulu 'kan badanmu super langsing!" Baekhyun menyerocos dengan hebohnya, menyita perhatian teman-teman SMA mereka dulu yang meramaikan acara reuni sore ini.
'Mwo? Gendut?!'
Minseok kontan tertohok mendengar kata gendut meluncur dari bibir tipis Baekhyun yang dipulas gincu warna koral menggoda. Kuping Minseok mulai terasa panas. Sungguh, untuk kesekian kalinya pada sore yang nahas ini, Minseok kembali mendengar dirinya disebut gendut oleh kawan-kawan lamanya. Baekhyun mungkin orang ke-30 yang menyebutnya gendut. Sebenarnya sih wajar-wajar saja kalau kawan-kawan lamanya itu menyebut Minseok gendut. Maklum, Minseok yang sekarang memang gemuk, berbeda jauh dengan zaman SMA dulu. Waktu SMA, Minseok memiliki bentuh tubuh ideal yang membuat teman-temannya yang perempuan mendelik iri dan teman-temannya yang laki-laki meneguk ludah. Dia langsing dan punya S-Line yang menggoda.
Minseok hanya bisa tersenyum kecut mendengar cerocosan Baekhyun meski dalam hati merasa keki. Diam-diam dia jadi iri melihat penampilan aduhai Baekhyun. Baekhyun memang mungil, tapi dia langsing layaknya wanita-wanita muda Korea kebanyakan. Langsing dan sensual berkat shocking pink V-neck dress pas badan yang memperjelas lekuk S-Line serta memamerkan belahan milik dadanya yang berukuran fantastis untuk wanita bertubuh mungil. Minseok langsung yakin bahwa Baekhyun memasang implan pada asetnya itu, pasalnya Minseok ingat betul Baekhyun termasuk jajaran 'dada rata' semasa SMA dulu.
Dulu Baekhyun bukan apa-apa soal fisik, tapi sekarang?
Duhai, malangnya engkau, Kim Minseok.
"Maklum, aku belum lama melahirkan, jadi ya masih melar beginilah." Minseok menanggapi Baekhyun dengan setengah hati meski berusaha terlihat biasa-biasa saja. Gengsi, man!
Baekhyun terbelalak. "Oh, kau belum lama melahirkan? Selamat, ya. Ngomong-ngomong kau melahirkan berapa bulan yang lalu? Satu atau dua?" tanya Baekhyun yang terkesan kepo.
"Lima bulan yang lalu," jawab Minseok pelan.
Mendengar jawaban Minseok, Baekhyun memasang ekspresi bak tersambar geledek. "Mwo? Lima bulan dan badanmu masih melar begini? Sesange, Seokkie! How come? Aku saja nih, ya, dua bulan setelah melahirkan my baby Chanhyun, berat badanku bisa turun 10 kilo dan bentuk badanku bisa kembali normal! Itu saja sudah membuatku panik campur senewen, soalnya targetku itu sebulan bisa kembali normal. Sedangkan kau, lima bulan masih seperti ini. Seokkie-ya, apa kau tak khawatir suamimu hilang selera melihatmu melar begini?" Baekhyun berceloteh dengan kejamnya.
Hell, Minseok lupa kalau Baekhyun ini kelewat ceplas-ceplos! Sialan!
Minseok mengumpat dalam hati, merasa malu lantaran beberapa teman-teman SMA-nya memperhatikan interaksi antara dirinya dan Baekhyun, bahkan tersenyum-senyum mendengar suara Baekhyun yang tak bisa dibilang pelan itu. Sungguh sialan Byun Baekhyun ini. Minseok langsung merasa harga dirinya amblas dengan tidak elitnya.
Baekhyun sialan! Benar-benar sialan!
Eh, tunggu-tunggu. Apa katanya tadi? Khawatir suami hilang selera, katanya?
Minseok seolah kena sabet. Baekhyun mendadak menyadarkannya akan satu hal: pendapat Luhan, suaminya.
Baekhyun mengingatkan Minseok pada Luhan. Minseok sadar. Sejak melahirkan Oscar, dia memang termasuk cuek untuk urusan penampilan. Minseok hanya fokus mengurus anak pertamanya itu. Luhan sendiri tak pernah protes soal penampilan Minseok. Laki-laki itu terlihat oke-oke saja meski Minseok tak lagi langsing seperti dulu.
"Suamiku santai-santai saja, tuh." Minseok mencoba terlihat santai. "Dia tak protes soal bentuk badanku."
"Dia tidak protes, tapi bagaimana kalau diam-diam dia mencari pelampiasan di luar sana? Ingat, Seokkie. Laki-laki itu gampang tergoda oleh wanita berpenampilan menarik. Jangan sampai kau menyesal seandainya suamimu berpaling ke yang lain gara-gara dia tak tahan melihat istrinya tak pandai merawat diri," kata Baekhyun serius.
"Tampil cantik di depan suamimu itu penting, Seokkie-ya."
Minseok meneguk ludah. Tak terbayangkan olehnya jika Luhan berpaling ke wanita lain gara-gara tak tahan melihatnya berubah menjadi wanita gemuk dan tak lagi menarik. Memikirkan itu, Minseok merinding. Dia mencintai Luhan, sumpah!
"Sibuk mengurus anak bukan halangan untuk merawat dirimu, Seokkie. Kita harus tetap jadi hot mommy, hot wife," Baekhyun menasihati. Kali ini nada suaranya berubah lembut, seolah-olah dia teramat prihatin pada Minseok yang gemuk.
"Ehm, sebenarnya aku sudah berusaha menurunkan berat badan. Mulai dari mengurus anakku tanpa bantuan siapapun, memberinya ASI eksklusif, bahkan tidak makan nasi. Tapi ya, beginilah. Berat badanku belum turun juga," Minseok yang terbawa perasaan tanpa sadar malah curhat kepada Baekhyun.
"Itu tidak cukup, Seokkie," kata Baekhyun. "Kau harus rajin olahraga juga, biar lapisan lemakmu yang tebal itu cepat hancur. Contohlah aku. Aku rajin ikut belly dance, salsa babies, juga pilates. Hasilnya kau lihat sendiri," Baekhyun memamerkan bentuk tubuhnya pada Minseok.
Minseok meneguk ludah melihat bentuk tubuh Baekhyun yang aduhai itu. Demi Tuhan, Minseok iri!
"Makin cepat kau serius memulai program penurunan berat badan makin bagus, Seokkie-ya. Jangan tunggu suamimu hilang selera. Kau bakal menyesal nanti." Baekhyun lebih kedengaran menakut-nakuti ketimbang memotivasi.
Minseok diam saja, meski dalam hati dia membenarkan kata-kata Baekhyun.
FLASHBACK OFF
Minseok menghela napas. Bayangan dirinya di cermin jelas-jelas menunjukkan tubuhnya tak lagi langsing seperti saat sebelum hamil dulu. Minseok tak habis pikir. Semula dia percaya diri bakal kembali langsing berkat kesibukannya mengurus Oscar dan memberikan ASI untuk putranya itu. Namun, berat badannya masih berkisar di angka 65 kilogram meski lima bulan telah berlalu sejak Oscar lahir, berbeda jauh dengan berat badannya sebelum hamil yang berkisar di angka 45-47 kg.
"How did I let myself get so fat?" Minseok bertanya pada dirinya sendiri, terdengar memelas. "Lama-lama aku bisa mirip Hulk. Mana lenganku jadi mirip lengan tukang pukul. Astaga, tahu begini aku stay di Stockholm saja."
Bertubuh gemuk di Korea ibarat aib, mengingat masyarakat negeri ini menjunjung tinggi lookism yang menuntut siapapun tampil menarik, sempurna. Minseok seakan baru sadar kalau dia sekarang tinggal di Korea, bukan lagi Sweden yang tidak menuntut seseorang harus good-looking. Nampaknya tujuh tahun tinggal di Sweden membuat Minseok cenderung cuek pada penampilan. Well, di Sweden otak dan skill jauh lebih dihargai ketimbang penampilan fisik, ngomong-ngomong, meski penampilan menarik tetap jadi nilai plus dimanapun kau berada.
Sekarang dia harus menghadapi tantangan dari apa yang disebut lookism. Komentar teman-temannya tentang bentuk tubuhnya, juga nasihat Baekhyun agar dia mulai serius untuk mengembalikan bentuk tubuh demi suami tercinta membuat Minseok sadar kalau dia harus berbenah. Dia tak boleh menunda-nunda lagi untuk berusaha mengembalikan bentuk tubuhnya. Demi Luhan.
Luhan.
Minseok melirik suaminya yang tengah tertidur lelap itu. Melihat suaminya yang tampan dan imut pada saat bersamaan, entah kenapa hati Minseok rasanya tak tenang. Sejak Minseok melahirkan Oscar, Luhan memang tak pernah protes dengan bentuk tubuh Minseok. Luhan terkesan santai-santai saja. Namun, kini Minseok baru menyadari sesuatu yang sedikit banyak membuatnya yakin kalau daya tariknya terhadap Luhan tak sekuat dulu lagi.
Minseok baru sadar, sudah tiga bulan ini Luhan amat sangat jarang memintanya untuk menghabiskan quality time berdua saja!
Menyadari itu, Minseok menggigit bibir. Dia mulai khawatir, khawatir kalau-kalau ocehan Baekhyun sore tadi menjadi kenyataan. Minseok khawatir Luhan akan berpaling pada wanita lain lantaran Minseok yang sekarang sudah tidak menarik lagi. Luhan begitu tampan, tak sulit baginya mendapatkan wanita cantik.
Dan jangan lupa, Korea Selatan adalah surganya wanita cantik bertubuh ideal!
Minseok meneguk ludah. Satu tekad segera menyala dalam hatinya: menjadi hot and sexy mommy, hot and sexy wife!
Demi Luhan.
-000-
"Baekkie-ya, bagaimana? Kau bisa mengantarku ke tempat kursus belly dance, 'kan?" tanya Minseok melalui sambungan telepon.
"Iya, bisa," jawab Baekhyun dari seberang sana. "Kau jemput aku, ya? Sekarang aku ada di Starbucks COEX. Kau ke sini saja."
"Call," sahut Minseok. "Aku ke sana sekarang."
"Sip. Aku tunggu," sahut Baekhyun.
Minseok buru-buru mengakhiri percakapannya dengan Baekhyun, lalu bergegas memanggil ibunya, Kim Ryeowook.
"Eomma!"
"Seokkie, Eomma -mu ini belum tuli." Ryeowook menyahuti panggilan Minseok. Wanita setengah abad yang masih terlihat segar itu menghampiri putrinya sambil menggendong cucu tercinta yang montok lagi kelewat menggemaskan, Oscar.
Minseok mengelus pipi gembil Oscar dan mendaratkan kecupan singkat yang membuat bayinya itu terkekeh menggemaskan.
"Mianhae, Eomma." Minseok nyengir. "Eomma, aku titip Oscar dulu ya. Aku mau pergi sebentar dengan Baekhyun. Tidak akan lama, kok. Nanti pulangnya kubawakan green tea cheesecake kesukaan Eomma," rayu Minseok. Dia memang sengaja menitipkan Oscar pada sang ibu demi bisa pergi bersama Baekhyun.
"Tidak usah menyogokku dengan cheesecake segala, Seokkie-ya. Aku senang kok dititipi cucuku yang paling lucu ini." Ryeowook mengecup pipi gembil Oscar dengan penuh sayang, lagi-lagi membuat Oscar terkekeh.
"Tapi Eomma tak akan menolak kalau kau belikan cheesecake." Ryeowook nyengir.
Minseok terkekeh. "Pasti kubelikan. Aku janji." Wanita itu membentuk huruf V dengan kedua jarinya.
"Ah, ngomong-ngomong apa kau sudah siapkan peralatan tempur Oscar? Anakmu ini paling rakus sedunia. Eomma khawatir dia tak sabar menunggumu pulang, Seokkie-ya," Ryeowook yang tahu persis seberapa banyak porsi minum Oscar itu terlihat agak khawatir. "Sebaiknya kau pompa dulu ASI-mu untuk menambah stok sekalian biar tak banjir-banjir di tengah jalan."
"Aku sudah siapkan lima botol di freezer," jawab Minseok. "Eomma tenang saja. Muatan tangkiku ini masih di batas normal, kok." Minseok menunjuk dadanya. Minseok kebetulan dikaruniai ASI yang berlimpah, tak jarang sampai membanjir hingga dia harus sering-sering ganti baju.
"Lima botol cukup untuk Oscar-ku." Dia menatap putranya penuh sayang, sementara Oscar yang tengah memegang boneka dinosaurus mini itu balas menatapnya dengan menggemaskan dan sesekali terkekeh saat Minseok kembali membelai-belai pipinya.
"Baiklah. Kalau begitu aman sudah," komentar Ryeowook. "Pokoknya jangan lama-lama. Kau 'kan harus pulang dan memasak untuk Luhan. Kasihan suamimu itu. Dari dulu kurus saja macam tak diberi makan dengan layak. Eomma jadi curiga kau masih tak bisa masak dengan benar. "
Minseok tertawa dalam hati. Suaminya memang kurus, tak peduli porsi makannya normal seperti umumnya laki-laki. Berbeda dengan Minseok yang tetap saja gemuk meski sudah menghindari nasi. Rasanya sungguh ironis, pasalnya Minseok sadar dia dan Luhan bagaikan angka 10 sekarang. Ya, Luhan angka satu dan dia angka nolnya.
Ya Tuhan, Minseok ingin cepat-cepat langsing!
"Lu Ge makan dengan normal, kok," sanggah Minseok. "Dan dia paling suka dwenjangjjigae buatanku. Ah, sudah, aku berangkat dulu, Eomma."
Minseok mengecup pipi ibunya, kemudian beralih pada Oscar yang kini mulai berceloteh riang dalam bahasa bayinya.
Melihat Oscar, senyum Minseok kembali merekah. "Oscar Sayang, jangan rewel, ya. Mommy pergi sebentar saja, kok. Baik-baiklah di rumah bersama Granny, arasseo?"
Oscar tertawa-tawa menggemaskan. Matanya yang elok bak mata rusa mengerjap-ngerjap lucu. Sekilas dia terlihat bak bayi malaikat hingga sulit rasanya untuk tidak jatuh hati pada bayi yang satu ini.
Minseok mengecup pipi Oscar sekali lagi. "Mommy pergi dulu, ya. Vi ses*," pamit Minseok sebelum bergegas menyambar kunci mobil dan meninggalkan rumah ibunya.
Tak sampai setengah jam, Minseok tiba di COEX Mall. Wanita bertubuh subur itu tampak melangkah menuju gerai Starbucks di COEX Mall untuk menjemput Baekhyun yang belakangan ini jadi akrab dengannya.
Minseok baru saja hendak memasuki Starbucks ketika tatapannya tak sengaja menangkap sosok yang tak asing, tampak duduk di salah satu bangku di dalam kedai kopi tersebut.
Suaminya, Luhan.
Ya, itu memang Luhan. Minseok belum rabun. Itu Luhan, pria muda yang memiliki keunikan berupa wajah tampan sekaligus kelewat imut, juga mata elok nan jernih bak mata rusa yang diwariskannya pada Oscar. Pria itu tertangkap mata sedang mengobrol sambil tertawa-tawa dengan seorang wanita cantik berambut panjang yang tidak dikenal Minseok. Keduanya tampak sangat akrab, bahkan menjurus mesra. Pemandangan itu kontan membuat Minseok terkejut, terlebih begitu melihat Luhan mengusap sudut mulut wanita itu dengan tisu, membuat Si Wanita tersipu-sipu.
Minseok mematung. Ocehan Baekhyun dalam acara reuni beberapa hari yang lalu itu mendadak terngiang.
'Laki-laki itu gampang tergoda oleh wanita berpenampilan menarik. Jangan sampai kau menyesal seandainya suamimu berpaling ke yang lain gara-gara dia tak tahan melihat istrinya tak pandai merawat diri.'
Minseok meneguk ludah. Kekhawatirannya selama beberapa hari terakhir ini langsung mencapai puncaknya, diiringi rasa cemburu yang tahu-tahu menerjang tanpa dikomando.
"Nej*, nej. Luhan tak mungkin selingkuh," Minseok menggeleng-gelengkan kepala. Wajahnya yang manis sekaligus imut berangsur berubah warna. Pucat.
.
.
.
TBC
.
.
.
(Swedish) Vi ses: see you
(Swedish) Nej: no
