Title : I Hope It's Not

Length : TwoShot

Main Cast : Kim Kibum, Lee Donghae, Park Jungsoo, Choi Siwon and Others.

Warning : Shoneun-Ai, Typos, etc.

Disclaimer : Fict ini asli milik saya tetapi Cast yang ada dalam Fict ini asli bukan milik saya. Saya hanya pinjam nama.

NB : Jangan protes soal judulnya, karena saya mengambil dari judul lagu salah satu penyanyi korea ^^ . Tapi hanya judul, kalau isinya itu murni karangan saya, hehe.

Happy Reading ^^ !

::: I Hope It's Not :::

DONGHAE POV

Setelah beberapa jam yang lalu langit menangis, akhirnya kini sudah reda. Menyisakan tetesan-tetesan air yang jatuh dari dedaunan ataupun genting rumah menuju ke atas tanah.

Hujan sudah reda, tapi aku tak mendapati dia pulang ke rumahnya.

Sudah lama aku menunggunya, atau lebih tepatnya mengawasinya secara diam-diam dari sini. Entah kenapa aku selalu merindukannya.

Aku pun melihat jam yang tergantung di dinding kamarku sejenak. Sudah pukul 9 malam, tapi dia tak kunjung pulang juga.

Kuraih secangkir coklat panas yang sempat dibuatkan Leeteuk Hyung tadi. Well, ini sudah bukan coklat panas lagi namanya. Hanya secangkir coklat dingin yang kini aku rasakan.

Entah berapa lama aku menunggunya, sampai-sampai aku melupakan salah satu minuman favoritku ini.

Kuteguk sedikit minuman ini sambil masih melihat ke arah rumahnya, barangkali dia sudah pulang. Tapi… hasilnya tetap sama.

Aku menghela nafas frustasi dan kurasakan kantuk mulai menyerang mataku. Tiba-tiba kurasakan ada seseorang yang menepuk bahuku pelan. Aku menoleh,

"Kamu belum tidur? Apa mau Hyung temani?"

"Ani Hyung, aku masih belum mengantuk" jawabku bohong, aku tersenyum kepada seseorang itu yang ternyata Hyungku sendiri; Leeteuk Hyung. "Kamu tidur duluan saja Hyung, aku berani tidur sendiri dan lagipula aku masih menunggu dia" sambungku dan tak lupa kuberikan senyum terbaikku kepada Hyung yang sangat aku sayangi ini.

Perlahan Leeteuk Hyung berpindah posisi menjadi duduk di sampingku.

"Hyung akan menemanimu. Bahkan sampai orang itu pulang, Hyung akan disini"

Aku pun mengerti dan hanya membalasnya dengan anggukan. Leeteuk Hyung memang sudah mengetahuinya karena aku sering bercerita tentang dia kepada Leeteuk Hyung.

Aku dan Leeteuk Hyung pun sama-sama menatap keluar rumah, tepatnya rumah dia. Seseorang yang selalu aku rindukan.

Hingga kemudian kurasakan seseorang disampingku mulai beranjak.

"Hyung akan ambilkan selimut, cuaca sangat dingin saat ini. Tunggu sebentar ne Hae.."

"Hmm…"

Setelah itu Leeteuk Hyung sudah menghilang di balik pintu kamarku.

DONGHAE POV END

.

.

"Kibum, kamu tidak pulang? Ini sudah larut"

"Ne, sebentar lagi Siwon Hyung. Aku juga sudah selesai, tinggal mempersiapkan apa-apa saja yang akan aku butuhkan untuk operasi besok pagi"

"Oh baiklah, aku pulang dahulu kalau begitu"

"Hmm.."

Di ruangan itu kini semakin sunyi, hanya terdapat dentingan jam yang terdengar. Lantaran satu per satu dari penghuni ruangan itu sudah beranjak untuk pergi ke rumah masing-masing, menyisakan seorang pemuda saja yang masih singgah disana.

Cuaca di luar sangat dingin, begitu pun di ruangan yang nyaris kosong ini, namun itu tak dihiraukan oleh pemuda tersebut.

Kim Kibum, pemuda yang ada di ruangan itu sekaligus seorang dokter muda yang ada di rumah sakit tersebut masih saja duduk nyaman di kursinya. Rasa kantuk sedikitpun tak ia rasakan, padahal hari sudah semakin larut.

Sesekali ia membenarkan letak kacamatanya dan sedikit mengusap peluh yang muncul di wajah tampannya.

"Akhirnya sudah selesai, kini saatnya untuk pulang"

Kibum membereskan semua peralatannnya dan bergegas untuk pulang ke rumahnya.

.

.

Donghae masih saja setia duduk di sofa yang terdapat di kamar tidurnya. Dia masih saja menunggu seseorang yang selalu dia rindukan.

Sesekali Donghae menguap lebar dan menjatuhkan kepalanya ke sandaran sofa karena saking mengantuknya. Kenapa dia tidak tidur saja? Bukankah masih ada hari esok!

Pintu kamarnya kemudian terbuka, menampilkan seorang pemuda dewasa yang mempunyai paras hampir sama dengannya. Dia adalah Hyung kandung dari Lee Donghae, pemuda yang cukup manis yang masih setia memandang ke arah luar itu.

Seulas senyum terukir di bibir Leeteuk yang melihat adiknya yang sesekali tak sengaja menjatuhkan kepalanya di atas sandaran sofa tersebut. Sangat lucu dimatanya.

Namun kemudian senyum itu hilang, terlintas satu hal di pikirannya.

'Apa aku bisa merelakan dia pergi?'

Tanpa sadar, setetes air mata jatuh dari mata Leeteuk. Dengan segera ia pun menghapusnya dan segera menghampiri adiknya yang sudah lama menunggu.

Leeteuk sampai di balik tubuh Donghae yang sedang menghadap ke luar itu dan dengan segera Leeteuk menyelimuti tubuh dingin adiknya itu.

Tak ada pergerakan dari Donghae, biasanya Donghae akan selalu menoleh jika ada sesuatu yang menyentuh tubuhnya. Namun kali ini berbeda.

Leeteuk akhirnya memandang wajah Donghae yang sedang menghadap ke sisi kanan yang tengah bersandar di sandaran sofa. Satu yang Leeteuk dapat, wajah damai adiknya yang sudah tertidur.

"Kamu sudah tertidur rupanya"

Dibelainya kemudian rambut sang adik, perlahan terdengar gumaman dari bibir Leeteuk.

"Hae… Hyung tidak ingin kamu pergi"

.

.

KIBUM POV

Aku menapaki jalanan menuju ke rumahku. Ya, aku pulang dengan berjalan kaki. Toh jarak rumahku dengan rumah sakit tempatku bekerja tidak lumayan jauh.

Kurasakan sepatu yang aku kenakan mulai basah, aku tahu jalanan saat ini sedang becek akibat hujan yang cukup deras beberapa jam yang lalu.

Aku pun melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah pukul 10 malam, pantas jalanan sudah agak sepi dan cuaca sangat-sangat dingin.

Tak biasanya juga aku pulang selarut ini.

Angin berhembus lumayan kencang, aku pun mengeratkan mantel yang tengah aku kenakan.

"Kenapa cuaca sangat-sangat dingin?"

Aku pun mempercepat langkahku karena tak mau terserang Flu nantinya, apalagi besok aku ada jadwal operasi.

KIBUM POV END

.

.

Leeteuk akhirnya ikut tertidur di samping tubuh Donghae, masih dengan posisi terduduk. Leeteuk berniat akan memindahkan tubuh Donghae ke atas kasurnya setelah orang yang selalu Donghae tunggu pulang.

Detik berikutnya, terdengar decitan pagar terbuka. Leeteuk terjaga, segera ia menyibak tirai jendela kamar Donghae untuk melihat siapa itu.

"Dia sudah pulang ternyata" gumamnya.

Leeteuk melihat jam dinding sejenak.

"Jam 10 malam, tumben dia pulang selarut ini"

Leeteuk hanya berucap pada angin yang berhembus, ada keinginan dari diri Leeteuk untuk membangunkan adiknya tersebut. Hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa dia nyatanya sudah pulang dengan selamat.

Tapi niatan itu Leeteuk urungkan, melihat Donghae yang tertidur dengan pulasnya membuatnya merasa tidak tega untuk membangunkan. Maka Leeteuk pun hanya bisa menatap seorang diri orang itu yang kini tengah memasuki rumahnya.

Setelah tubuh orang itu menghilang di balik pintu rumahnya, Leeteuk kini beralih ke Donghae, dengan segera Leeteuk mengangkat tubuh adiknya tersebut ke atas kasur.

Leeteuk memutuskan untuk tidur di samping tubuh Donghae, ia rebahkan tubuhnya di sisi lain kasur Donghae yang kosong. Leeteuk mendekat ke tubuh Donghae dan ia dekap tubuh adiknya tersebut. Tak beberapa lama, ia pun kini menyusul Donghae pergi ke alam mimpi.

.

.

Pagi sudah tiba, ditemani tetesan embun yang kini turut hadir. Cuaca masih agak sedikit dingin, mungkin akibat dari hujan semalam. Ya, semalam langit menangis kembali sekitar pukul 1 dini hari.

Bias cahaya matahari masuk ke dalam celah jendela kamar tidurnya; kamar tidur adiknya lebih tepatnya.

Cahaya itu mengganggu tidurnya, ia pun mengerjapkan matanya dan segera membuka kedua matanya. Perlu beberapa detik untuknya menunggu rohnya kembali seutuhnya.

Maka saat rohnya benar-benar sudah kembali, ia pun segera memandang sisi lain kasur yang ia tiduri.

Tidak ada siapa-siapa disana, sisi kasur tersebut kosong dan terasa dingin saat ia menyentuhnya. Seharusnya ada seseorang yang tidur disana, ia ingat betul semalam ia masih mendekap tubuh orang tersebut.

Kembali ia sentuh permukaan kasur itu, dingin dan dingin yang ia rasa. Mungkin orang yang semula menempatinya sudah lama terbangun, itulah fikirnya.

Kemudian ia pun pindah posisi menjadi terduduk, ia usap wajahnya perlahan.

"Kamu sudah bangun Hyung?"

Suara seseorang menyapa gendang telinganya, ia pun melihat siapa itu.

Ia arahkan pandangannya kepada sosok adiknya; Lee Donghae, yang kini tengah terduduk di sofa yang sama seperti kemarin. Adiknya menyambut dengan senyuman hangat di pagi ini.

Maka setelahnya ia berjalan menghampiri Donghae.

"Hmm… apa kamu sudah lama terbangun?"

"Begitulah, aku tidak bisa tidur nyenyak karena semalam aku belum melihatnya. Aku merindukannya Hyung, bahkan di dalam mimpi pun aku masih tetap merindukannya"

"Dia pulang dengan selamat kemarin malam Hae, Hyung melihatnya. Hyung bahkan ingin membangunkanmu, tapi Hyung tidak tega"

"Hyung selalu seperti itu" sosok adiknya itu merajuk. "Tapi tak apa Hyung, Hyung aku maafkan kali ini. Karena pagi ini aku sudah melihatnya, dia sudah berangkat pagi-pagi tadi"

Leeteuk pun tersenyum melihat senyum kekanakan seorang Lee Donghae, kemudian ia acak rambut adiknya tersebut.

"Baguslah, Hyung sempat khawatir kamu tidak akan memaafkan Hyung"

Terdengar godaan di setiap kata yang Leeteuk ucapkan, itu pun membuat Donghae terkekeh pada akhirnya. Tentu saja Leeteuk juga.

"Kamu ingin pergi jalan-jalan?"

"Ya Hyung, aku sangat-sangat ingin" jawab Donghae penuh semangat. "Oh ya, aku ada sesuatu yang ingin aku beli. Maka dari itu ayo kita pergi keluar hari ini"

"Selalu ada maunya" goda Leeteuk.

Pura-pura Donghae cemberut. Masih dengan mengerucutkan bibirnya, ia menarik lengan Leeteuk keluar dari kamar tidurnya.

"Tunggu dulu Hae, Hyung bahkan belum mandi"

Donghae baru menyadarinya, maka ditataplah sang Hyung dan ia lepaskan pegangannya pada lengan Leeteuk, ia merasa malu.

Leeteuk membuka suara,

"Tidak usah malu seperti itu" sang Hyung mengusilinya.

"Tidak, aku tidak malu" jawab Donghae.

Maka setelahnya Donghae berlari menuju ke ruang tengah, ia tak mau mendapati dirinya yang terus merasa malu lantaran digoda sang Hyung. Namun sebelum itu, ia kecup salah satu pipi Leeteuk dan berucap.

"Aku tunggu dibawah. kalau Hyung lama, aku akan menarik kembali perkataanku tentang memaafkanmu tadi. Aku menyayangimu Hyung"

Leeteuk hanya tersenyum, sosok adiknya masih tetap sama, tak ada yang berubah sedikitpun dari Donghae, kecuali tubuhnya yang semakin besar dan tinggi.

'Aku pasrah jika memang Tuhan lebih menyayanginya'

.

.

Beberapa orang berpakaian serba putih yang terdapat di salah satu rumah sakit kini tengah sibuk. Masing-masing dari mereka sibuk mempersiapkan apa-apa saja yang akan dibutuhkan untuk operasi yang akan berlangsung beberapa jam lagi.

Terlihat dari sekian banyak orang, terdapat seorang pemuda; salah satu dokter juga di rumah sakit itu yang tengah resah. Nampak dari raut wajahnya, ia seperti sedang mencari seseorang.

"Suster Hong, apa anda melihat dokter Kibum?"

"Maaf dokter Siwon, dari tadi pagi saya belum melihat dokter Kibum sedikit pun di rumah sakit"

"Terima kasih suster"

Pemuda itu bernama Choi Siwon, seorang dokter muda juga dan seorang sahabat dari Kibum; Kim Kibum.

"Kemana dia? Apa dia lupa jika ada jadwal operasi?"

Siwon melangkah mengelilingi rumah sakit untuk mencari Kibum, ia tidak ingin menjalankan operasi tanpa seorang Kim Kibum. Karena Kibum termasuk salah satu dokter spesialis yang ahli dengan penyakit pasien mereka kali ini; Spesialis otak.

Siwon menuju ruang administrasi. Didapatinya seorang dokter yang cukup dewasa, yang dia tahu seringkali Beliau bersama dengan Kibum. Siwon bertanya kemudian.

"Junsu Hyung, apa Hyung melihat Kibum?"

"Kibum?"

"Ya…"

.

.

Leeteuk sudah siap, ia menuruni anak tangga kini. Dilihatnya di ruang tengah sang adik yang sedang mondar-mandir menunggunya. Leeteuk tersenyum dibuatnya.

"Apa kamu ingin buang air kecil Hae?" Leeteuk bertanya pada Donghae yang langsung menghentikan aktivitasnya; mondar-mandir tak jelas.

"Yak Hyung, aku sedang menunggumu. Aku sudah tidak sabar bahkan sampai aku tidak nyaman kalau harus duduk"

"Kamu tidak makan dulu? Jung Ahjumma sudah menyiapkan sarapan kalau Hyung tak salah lihat tadi"

"Tidak Hyung, kita sekalian makan diluar saja nanti"

"Kamu tidak menghargai usaha Jung Ahjumma untuk membuatkanmu sarapan?" Satu tatapan sinis ia berikan pada sang adik yang kini terlihat panik. Dalam hati ia bersumpah ingin sekali mentertawakan ekspresi adiknya.

"Yak, bukan begitu Hyung"

"Kalau begitu kita sarapan dulu. Kalau kamu menolak, Hyung akan membatalkan acara pergi keluar kita hari ini"

"Baiklah.."

Tak ingin Leeteuk kecewa, Donghae akhirnya takluk. Donghae tak ingin menjadi seorang adik yang pembangkang; itu janjinya kepada mendiang kedua orang tuanya.

Dan lagi, mendiang kedua orang tuanya juga mengajarkan untuk selalu menghargai makanan.

± 20 menit mereka berdua sarapan, kini kedua piring mereka nampak hampir kosong.

Terlihat Donghae yang paling nampak terburu-buru.

"Ayo Hyung, lihat piringku sudah kosong"

Leeteuk tak menghiraukan, ia semakin memperlambat gerakannya bahkan hanya sekedar untuk minum. Sebenarnya Leeteuk mendengar seruan Donghae, hanya saja ia ingin menjahili sang adik.

"Yak Leeteuk Hyung, apa kau sengaja?"

"Sabarlah Hae, Hyung bahkan belum minum. Lagipula masih banyak waktu"

Bibir itu kembali merengut, Leeteuk yang melihatnya berusaha menahan tawa. Samar-samar, sebuah gumaman dari mulut Donghae tertangkap telinganya.

"Tapi tidak ada banyak waktu untukku Hyung"

Ucapan itu membuat tubuh Leeteuk menegang. Ia tersadar, dan bergegas menyelesaikan sarapannya. Ia berlari ke kamarnya dengan cepat, Donghae yang melihatnya semakin merengutkan bibirnya.

Langkah terburu-buru itu menapaki tiap anak tangga. Tak butuh waktu lama sebenarnya, Leeteuk kini sudah ada di hadapan Donghae.

"Ini… pakai syalmu. Hyung tidak mau kamu sakit, diluar masih agak dingin"

Donghae hanya diam, pandangannya terarah kepada Hyungnya yang kini memakaikan syal di lehernya. Sebuah senyuman Donghae berikan kepada Leeteuk, sebagai permintaan maaf dan juga terima kasih. Leeteuk sangat mengerti, ia pun membalasnya dengan sedikit acakan di rambut Donghae. Ia kini ikut tersenyum kepada sang adik.

"Ayo berangkat"

Diraihnya jemari Donghae seolah-olah ia takut sosok itu akan pergi menghilang dari jangkauannya.

Langkah kecil mereka pun tercipta, langkah yang terlihat santai.

Decitan suara knop pintu yang diputar pun sedikit terdengar, lantaran Leeteuk membuka pintu yang ada di rumahnya itu. Sesaat setelah membuka pintu, pandangannya tertuju pada suatu benda yang tergeletak di depan pintu rumahnya. Seikat bunga berwarna biru yang nampak segar seperti baru dipetik.

Donghae penasaran kenapa Hyungnya ini berhenti melangkah setelah membuka pintu, ia pun melangkah maju menjadi di samping tubuh Leeteuk saat ini.

"Ini.. dari siapa Hyung?"

Donghae mengambilnya, seikat bunga yang nyatanya bunga favorit mendiang ibunya. Hanya gelengan yang Leeteuk berikan. Selanjutnya,

"Ini indah Hyung, dan baunya sangat harum"

"Hmm, sangat indah. Bunga kesukaan eomma"

Donghae membawanya ke pelukannya, terdapat selembar kertas jatuh dari seikat bunga yang Donghae dekap. Leeteuk melihatnya dan mengambilnya,

"Ada pesan Hae.."

' To : The Warm ( Lee Donghae )

Aku benar-benar takut untuk kehilanganmu
Aku tak ingin kesalahanku yang dulu terulang kembali

Suasana menjadi gelap dan dingin
Terlebih saat kamu tak ada

Apa yang harus aku lakukan?
Aku tak ingin kamu pergi
Tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa
Untukmu….

From : The Cold '

"Mungkinkah ini ..…."

To Be Continue….. ^_^