Disclaimer : I don't own Naruto :)

Warning : AU,OOC

Chocolate

Chapter 1 : Surprise!

Gadis itu sedang mendekatkan kamera ke matanya saat melihat seorang anak kecil yang hendak menendang bola ke arah gawang di hadapannya.

Aura kesungguhan terpancar jelas dari wajah lelaki kecil itu,membuat kedua mata gadis itu tidak mampu berpaling sedetikpun darinya.

Anak kecil itu mundur selangkah,masih dengan kesungguhan di wajahnya,ia lalu mendendang bola itu kuat-kuat.

Dashhh!

Bola itu melaju dengan cepat,membelah udara di hadapannya,dan kemudian masuk tepat mengenai gawang yang tali-talinya sudah hampir putus.

Anak itu terdiam sejenak,mungkin shock karena tidak percaya bolanya sudah masuk,sampai akhirnya teman-teman seteamnya berhambur memeluknya.

"Goaaaall!" teriak mereka.

Seketika,anak itu mengedipkan matanya. Yang akhirnya di gantikan dengan tawa di kedua pipinya.

Aura itu. Aura bahagia dari seorang anak kecil yang masih polos.

Merasa ini saat-saat yang harus ia abadikan,gadis itu akhirnya menekan tombol hijau di kameranya.

Klik!

Kini momen itu terabadikan di Nikon D5000nya. Menjadi salah satu bagian dari kumpulan foto indahnya.

Gadis itu tersenyum puas saat melihat hasilnya.

Di foto itu,anak kecil tadi sedang di kelilingi sahabatnya dengan berhiaskan tawa yang lebar di wajahnya.

Gadis itu akhirnya menutup kameranya,dan kembali memasangkan talinya ke lehernya.

Ia melirik jam tangan berwarna cokelatnya.

Jam 1 siang.

Ia rasa ia masih mempunyai beberapa waktu untuk pergi ke BucketChoo sebentar,cafe favoritenya.

- - - - - oOo - - - - -

Gadis berambut hitam itu memarkirkan mobil cokelatnya tepat di samping cafe BucketChoo.

Setelah menutup pintu mobil,ia akhirnya berjalan menuju pintu cafe,menariknya,dan kemudian langsung berjalan masuk menuju salah satu meja yang terletak di ujung kanan cafe.

Harum semerbak khas cokelat seketika menggelitik hidungnya. Membuatnya menutup mata sejenak,menikmati aroma manis-pahitnya cokelat.

Setelah menarik kursi dan menaruh tasnya di atas meja,gadis itu mengedarkan pandangannya pada cafe yang serba cokelat itu.

Kini matanya melirik dinding cafe yang bergaris-garis dan didominasi warna cokelat tua manis juga cokelat muda lembut.

Beberapa foto hitam putih berbingkai coklat terpasang indah di dinding tengah. Membiarkan tiap pengunjung yang datang menikmati emosi yang terpancar dari foto itu,yang akhirnya menimbulkan kesan antik dan elegan.

Kini tatapan gadis itu beralih pada meja yang berbentuk bulat,juga berwarna cokelat pastel.

Beberapa kursi yang terlihat empuk dan nyaman terlihat mengelilingi meja bundar itu. Membuat siapa saja yang melihatnya ingin cepat-cepat duduk dan memesan secangkir minuman.

Tak usah di sebut warna kursinya,kau juga pasti sudah dapat menebaknya bukan?

Yap. Cokelat!

Gadis itu tersenyum kecil.

Nyaman rasanya berada di cafe ini.

Tak heran cafe ini menjadi salah satu cafe terfavorit di daerahnya,Jakarta.

Makanan dan minuman yang enak,harga yang terjangkau,dan tempat yang nyaman,seolah menjadi candu bagi para pengunjung cafe untuk selalu menyempatkan diri mereka ke sana walau hanya sejenak.

Gadis itu kini mengalihkan tatapannya pada kameranya,mengelapnya sebentar,kemudian mengangkatnya lagi. Siap untuk membidik setiap emosi pengunjung BucketChoo yang menurutnya terlalu sayang untuk di lewatkan.

Jemari kecil dan lentik itu akhirnya melayangkan tiap jepretan kameranya dari satu meja ke meja lain.

Mata indigonya mengamati dengan cermat emosi-emosi yang tercipta di ruangan serba cokelat itu.

Ada seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya sesendok kue cokelat,ada anak-anak smp yang sedang tertawa karena menjahili salah satu temannya dengan cokelat,ada juga yang sedang meminum sebuah milkshake cokelat sambil menutup matanya.

Ekspresinya itu loh.. Seperti benar-benar menikmati rasa manis dari cokelat itu.

Gadis itu tersenyum,kemudian membidikkan kameranya ke momen yang menurutnya indah itu.

Klik!

Mata gadis itu terus menjelajah hingga akhirnya terhenti pada meja di seberang sana. Meja yang paling ujung dan sedikit terpencil.

Gadis itu mengangkat wajahnya dari kamera sejenak. Sekarang ia melihat seorang pria dewasa sedang menatap kosong meja di hadapannya.

Pria itu berjas hitam yang senada dengan warna celananya,sangat kontras dengan kemejanya yang berwarna putih. Dasi merah yang terpasang rapi di lehernya membuatnya tampak begitu menawan.

Mungkin pria itu seumuran dengannya ya? Namun,kenapa tatapannya kosong? Seolah tak berarah,seolah tak punya tujuan.

Secangkir minuman di samping pria itu terlihat seperti belum di sentuh sekalipun. Pasti isinya sudah mendingin.

Gadis itu mengernyit bingung. Sepertinya ia belum pernah melihat pria itu? Karena ia sering pergi ke BucketChoo,ia otomatis mengenal hampir semua orang yang pernah singgah ke cafe ini.

Namun tiba-tiba pria tadi mengangkat sesuatu di tangannya,yang sepertinya sebuah cincin,dan menatap benda kecil itu dengan ekspresi yang jarang ia temui sebelumnya.

Seperti ekspresi terpukul,kecewa,dan patah hati..

Saat itulah sinar mentari siang tiba-tiba menyusup masuk melalui jendela cafe.

Menerpa meja pria tadi dan memantulkan cahaya kekuningannya pada rambut pria itu,yang akhirnya membuat napas gadis itu tercekat.

Pria itu terlihat begitu..

Mempesona..

Perasaan ini..

Tak mau kehilangan momen berharga itu,gadis itu segera mendekatkan matanya pada Nikon D5000nya. Mengatur fokus lensanya dan mengarahkannya pada pria itu secara sembunyi-sembunyi.

Setelah ia mendapat posisi yang pas,suara jepretan akhirnya keluar dari kameranya.

Klik!

Gadis itu menurunkan kameranya,dan kini menatap foto pria itu di sana.

Terlihat pria itu sedang menatap sendu pada cincin di tangannya yang akhirnya berkilau karna terbias oleh sinar matahari. Namun tatapannya.. Tatapan pria itu seolah menyayat hati..

Gadis itu menutup mulutnya tak percaya.

Emosi pria ini.. Sungguh.. Indah..

Mata indigo gadis itu berkaca-kaca. Ia seolah bisa merasakan kepedihan dalam tatapan mata biru itu dalam fotonya..

"Nona,selamat siang!" Suara gadis manis berambut merah tiba-tiba menyapa telinganya. Yang akhirnya menghampirinya,lalu meletakkan secangkir cokelat hangat dan sepotong kue tart cokelat dengan lelehan cokelat putih di atasnya.

"Pesanan seperti biasa bukan?" lanjut gadis itu lagi sambil mengedipkan sebelah matanya,kemudian mendekap nampan dengan kedua tangannya.

"Karin!" ucapnya. Seketika raut wajahnya berubah menjadi cerah saat melihat waitress -namun sudah ia anggap sahabat karibnya sendiri- di cafe itu,dan menyodorkan makanan favoritenya.

Karin tertawa renyah.

"Sedang melihat siapa nona?" tanyanya menggoda. Kemudian matanya mengerling nakal kepada pria di sebrang sana.

Gadis itu gelagapan. Wajahnya seketika memerah,dan itu membuatnya merutuk dirinya sendiri. Kenapa wajahnya bisa memerah hanya karena di goda dengan pria itu? Ugh..

Tiba-tiba suara laki-laki itu terdengar tepat saat gadis bermata indigo itu akan menyendokkan kue tart ke dalam mulutnya.

"Mbak!" panggil pria itu pada Karin.

Kini Karin beralih mendekati pria itu. "Ada yang bisa saya bantu pak?" tanyanya sambil tersenyum ramah.

Pria itu kemudian menunjuk foto di dinding tengah.

"Siapa yang memotret foto itu mbak?" tanyanya.

Mata Karin seketika mengikuti arah telunjuk pria itu. Mulutnya seketika ber-ohh ketika mengetahui apa yang pria itu maksud.

Kemudian Karin menatap gadis bermata indigo itu,seolah bertanya lewat tatapannya.

Gadis itu hanya menggeleng samar. Seketika Karin mengerti ia harus menjawab apa.

"Ehm,seseorang yang memotret itu menamakan dirinya sendiri Chocola pak." jelas Karin lagi.

Kini bibir pria itu terangkat sebelah. Seolah tersenyum.

Mata biru pria itu kini menatap foto berukuran 20R itu. Foto itu sungguh simple,namun cara pengambilan gambar dan perbesaran yang di gunakan untuk memotretnya terlihat sangat pas dan meyentuh hati.

Foto seorang ibu dan anak yang sedang membelakangi sang pemotret,di mana kedua jari kelingking ibu dan anak itu saling bertaut.

Pria itu mengangguk tegas pada Karin.

"Baiklah,terimakasih mbak!" ucap pria itu sambil tersenyum tipis.

Pemilik sepasang mata indigo yang sedari tadi diam-diam memperhatikan pria itu merasa jantungnya seolah berdetak lebih cepat saat melihat senyum pria itu.

"Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku.."

Tiba-tiba Selamanya Cinta-D'Cinnamons mengalun lembut dari handphonenya. Membuyarkan semua pikiran dan debaran aneh di hatinya.

Dengan cepat gadis itu menyambar tasnya dan mencari handphonenya. Saat merasa sesuatu berbentuk kotak menyentuh tangannya,gadis itu menghela napas lega.

Sret!

Handphone mungil itu akhirnya berada dalam genggamannya,namun yang aneh,tidak ada telepon dari siapa-siapa kok?

Gadis itu mengernyit bingung. Jadi handphone siapa yang barusan berbunyi?

Tanpa sengaja matanya teralih lagi pada pria di seberang sana,yang kini sedang berbicara dengan handphone di telinganya.

Gadis itu menengklengkan kepalanya ke kanan. Bingung.

Nah. Jangan-jangan itu bunyi ringtone pria itu? Tapi kenapa bisa sama dengan ringtone punyanya..

Kini pria yang diamatinya sedari tadi tiba-tiba berdiri,mengambil tas hitamnya,dan berjalan ke luar cafe..

Gadis itu menahan nafas,juga menahan agar tatapannya tidak mengikuti pria itu terus..

"Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku.."

Gadis itu kini mengangkat handphonenya dan menatapnya lama. Manyun sebentar sebelum akhirnya menekan tombol hijaunya. Nah,ini baru untuk dirinya!

"HINATAAA!" ucap pria di seberang sana saat ia meletakkan handphone di telinganya. Membuat gadis itu,Hinata,memejamkan matanya kuat-kuat.

Kalau pria di sebrang sana sudah memanggil namanya seperti itu,berarti ada yang tidak beres!

"A-Ada apa Sasu?" tanyanya sambil mengangkat cokelat hangatnya dengan tangan kiri,lalu meneguknya. Hmm.. Manis..

"Aku butuh kau untuk memilih salah satu diantara foto-foto ini untuk di ajukan pada clien kita. Dan dia harus menerima foto itu jam setengah tiga nanti." ucap pria bernama Sasuke itu dengan panjang lebar,tak membiarkan Hinata berbicara sedikitpun.

"Jadi?" tanya Hinata polos. Kini tangannya menyendok suapan terakhir kue tartnya,hendak memasukkannya ke dalam mulutnya saat tiba-tiba pria itu berbicara lagi.

"Jadi datang kemari. SEKARANG!" ucap pria itu yang akhirnya membuat Hinata tersedak.

"Uhuk! T-Tapi waktu istirahat ku.."

Tut tut tut..

Hei? Ini gila. Dasar bos tak punya perasaan! Kejaaammm!

Dengan cepat Hinata menyambar cangkirnya,meneguknya hingga habis,kemudian mengambil tas nya.

Bersiap untuk cabut dari cafe tersayangnya yang sebenarnya ia lakukan dengan berat hati. Namun apa boleh buat. Pekerjaan dan kehidupan pribadi tidak boleh di campur adukkan! Hinata harus bersikap profesional kalau ia memang masih ingin menggapai cita-citanya.

Tepat saat ia ingin beranjak,mata gadis itu kembali menatap meja itu. Meja si pria yang ber-ringtone sama dengannya.

Hinata tertawa kecil. Jangan-jangan handphone mereka juga sama lagi? Oh tidak! Mana mungkin!

"Karin,aku duluan ya!" teriaknya.

Tanpa sempat mendengar jawaban sahabatnya,Hinata bergegas mengeluarkan mobilnya. Siap menghadapi kepenatan dan kemacetan Jakarta yang selalu bisa membuat siapa saja berpusing ria!

- - - - - oOo - - - - -

Hinata menatap jam tangan berwarna cokelat itu di tangannya. Seketika keringat membanjiri wajahnya.

"10 menit lagi.." gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Dengan cepat kaki kecilnya terus berlari ke atas,lantai 7.

Di saat-saat seperti ini lift terlalu memakan waktu untuk sampai ke lantai bawah dan membawa dirinya kembali naik ke lantai ini. Ugh.

BRAK!

Dengan kekuatan super Hinata menggebrak pintu kerja bosnya.

"S-Sampai.. Jam setengah tiga kurang tiga menit.. Hosh.. Hosh.." ucapnya sambil tersengal-sengal.

Detik berikutnya,pria berambut hitam itu telah mengahmpirinya. Menyodorkannya 5 buah foto yang ia ambil beberapa minggu yang lalu.

"Pilih dua." kata pria itu,Sasuke.

Tanpa pikir panjang Hinata menyambar kelima foto itu dari tangan besar bosnya. Memperhatikannya sejenak,kemudian mengambil 2 foto yang akhirnya ia serahkan pada Sasuke.

Pria itu mengangguk sebentar,kemudian bergegas pergi ke meja komputernya,memilih kedua foto tadi dan mengirimkannya pada orang yang memintanya.

"Hmmm.. Jam setengah tiga kurang tiga detik.. Kau berhasil." ucap Sasuke sambil menatap Hinata dari balik komputernya,kemudian tersenyum.

"Huaaahhh.." gumam Hinata sambil menyenderkan badannya pada sofa. Merasakan kelegaan di dalam hatinya.

Kini Sasuke berjalan mendekatinya,kemudian ikut duduk di sampingnya.

"Hei.. Mengapa kau memilih kedua foto tadi?" tanya Sasuke sambil menatap langit-langit kantor.

Hinata menutup matanya. "Karena perasaanku berkata begitu.." ucapnya kalem.

Sasuke mendengus.

"Untungnya feeling mu dalam hal pekerjaan hampir selalu tepat.." ucapnya lagi.

Hinata tertawa.

"Tentu saja bos.. Hubungan antara aku dengan foto-foto ku itu tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.. Namun aku bisa merasakannya dengan ini.." ucap Hinata sambil menunjuk hatinya. Ya,ia merasakan itu semua dengan hati. Ia akhirnya meletakkan kedua tangannya di kepalanya,melepas lelah sejenak.

Tiba-tiba ia merasa kantuk menyerangnya. Dan akhirnya ia tak kuasa saat sang raja mimpi menawarkannya masuk ke dalam dunianya..

- - - - - oOo - - - - -

Minato Uzumaki dan Kushina Uzumaki,istrinya,terlihat sedang melakukan perkumpulan dengan keluarga Hyuuga.

"Minato! Kushina! Ah.. Sudah lama aku tidak bertemu kalian! Bagaimana kabar kalian?" tanya Azumi Hyuuga,ibu Hinata,sambil memberi isyarat pada Toru untuk mengambilkan mereka minuman.

Minato hanya tertawa.

"Baik,baik.. Kau dengan Hiashi bagaimana?" tanyanya.

"Yah.. Seperti yang kau lihat,Minato.." jawab Hiashi Hyuuga,ayah Hinata.

Minato Uzumaki dan Kushina Uzumaki memang teman sepermainan ayah dan ibu Hinata dulu. Bahkan mereka sudah berjanji bahwa kelak mereka akan menikahkan anak mereka atau menjadikan anak mereka sebagai saudara.

Kushina tersenyum.

"Rumah seorang pengusaha permata memang berbeda ya.. Mewah.." ucapnya dengan nada kagum.

"Ahh.. Minato dan Kushina sendiri punya perusahaan emas dan beberapa restoran kan?" goda Azumi.

"Oh ya,bagaimana dengan kabar anakmu? Ku dengar ia kuliah di LA ya?" tanya Azumi lagi.

Kushina mengangguk.

"Baru kemarin dia pulang dari LA,dan sekarang sudah Minato perintahkan untuk memegang salah satu perusahaannya.." kata Kushina. Terdengar nada bangga dalam suaranya.

Azumi dan Hiashi berdecak kagum.

"Kalau anakmu? Siapa? Ah,Hinata! Bagaimana dia sekarang? Apa bahkan sudah kau berikan salah satu cabang perusahaanmu Hiashi?" tanya Minato.

Hiashi tersenyum sejenak.

"Hinata itu entah mengapa sangat menyukai fotografi. Aku tidak bisa membiarkannya melakukan hal yang ia tak suka." ucap Hiashi sambil menerawang. Mengingat kembali saat Hinata mengatakan bahwa fotografi adalah cita-cita dan hidupnya.

Minato tersenyum maklum. Kemudian menepuk-nepuk punggung sahabatnya.

"Kau.. Masih ingat janji kita dulu?" tanya Minato.

Hiashi mengertnyit bingung.

"Janji main golf dengan 1 tangan?" tanya Hiashi sambil mengangkat alisnya.

Minato tertawa.

"Bukan.. Maksud ku,menjodohkan putra putri kita.." lanjutnya.

Seketika Hiashi terdiam,kemudian berpikir sejenak.

Benar juga. Sudah saatnya Hinata mencari pendamping hidupnya. Apalagi dengan menjadi pendamping anak sahabatnya! Kapan lagi mereka bisa menjadi besan?

Hiashi mengelus dagunya,kemudian menatap istrinya,Azumi.

Setelah melihat bahwa istrinya seolah berpikir hal yang sama dengannya,Hiashi akhirnya mengangguk.

"Aku setuju.." ucapnya sambil tersenyum.

- - - - - oOo - - - - -

Hinata menguap sejenak saat ia memasuki pintu rumahnya. Dasar bos sadis! Baru saja 5 menit Hinata tertidur,ia sudah di bangunkan kembali. Hinata mengerucutkan bibirnya.

"Hinata sayang.." suara lembut ibunya tiba-tiba terdengar jelas di telinganya. Ternyata ibu menghampirinya.

"Bu!" dengan cepat Hinata memeluk ibunya. Memeluk ibunya adalah salah satu obat lelah paling mujarab di dunia.. Hehehe..

"Mendapat foto-foto bagus lagi sayang?" tanya ibunya sambil mengelus rambut Hinata lembut. "Toru sudah menyiapkan double chocolate deluxe untukmu.."

Seketika mata Hinata berbinar.

"Ahh! Kesukaan Hinata!" ucapnya sambil beranjak ke dapur kemudian memasukkan beberapa potong kue cokelat itu ke dalam mulutnya.

Hmm.. Cokelatnya seolah ingin meleleh di mulut Hinata!

"Hinata.." panggil ibunya.

"Hmm? Y-ya bu?" ucapnya masih sambil mengunyah beberapa potong lagi.

"Kau.. Sudah punya pacar?" tanya ibunya hati-hati.

Hinata menggeleng kencang.

Diam-diam Azumi menghela napas lega.

"Kalau begitu ibu akan menjodohkanmu dengan anak teman ibu saja.. Bagamana?" tanyanya lagi.

Hinata kini menjilati tangannya yang berlumuran cokelat.

"Dijodokan dengan siapa bu?" tanya Hinata sambil mengambil 1 potong kue cokelat lagi.

Tepat saat ia ingin memasukkan kue itu,bola matanya tiba-tiba membesar.

Ia tidak salah dengar kan? Perjodohan? Per-jo-doh-an?

Dengan cepat Hinata menengok ke arah ibunya,menunggu penjelasan.

"Kamu.. Akan ibu nikahkan dengan anak teman ibu sayang.." ulang ibunya dengan suara lembut.

Tapi kali ini suara lembut ibunya seakan tak bisa menenangkannya. Matanya lagi-lagi membola. Dan kini mulutnya terbuka.

DIJODOHKAN?

"Tapi sayang,kalau kamu tidak mau.. Kami bisa membatalkannya.." ucap ibunya dengan nada sedih,seolah membaca pikiran Hinata.

Hinata tertegun.

Selama ini ibu dan ayahnya sudah menjadi orang tua yang baik. Bahkan mereka mengijinkan Hinata untuk menjadi fotografer,bukan malah kuliah yang baik untuk meneruskan perusahaan mereka!

Hinata menatap lantai sebentar. Seolah dengan hal itu ia bisa mendapatkan sebuah jawaban.

Ia mengambil napas,mungkin hanya inilah satu-satunya cara agar orang tua nya bahagia.

Hinata akhirnya mencoba tersenyum,walau hatinya ingin menangis. Kalau memang dengan ini orang tua nya dapat bahagia,maka akan ia lakukan.

"Tidak bu.. Hinata tidak keberatan.." ucap Hinata sambil tersenyum lembut.

"Hina.." ucap ibunya dengan mata berkaca-kaca,kemudian memeluk putri tersayangnya erat-erat.

Sementara itu Hinata hanya tersenyum.

Membiarkan hatinya remuk di dalam pelukan ibunya.

- - - - - oOo - - - - -

To be continue..

*psstt.. Ada yg tau nama ibunya Hinata? Karena udah aku search tp ga ketemu2 jadi aku pake nama Azumi.. Maap yaa -,,- dan buat Toru,dia itu pekerja Hinata 3 dan di cerita ini,nggak ada Hanabi karena ceritanya Hinata itu anak tunggal T_T

Enjoy it! {}