Fairy Tail © Hiro Mashima
A Fairy Tail Drabble Fanfiction
December
By Nnatsuki
Warning : AU, Typo(s), OOC.
.
D―Dream
.
Sekelompok mahasiswa dan mahasiswi ini tengah bercakap-cakap di bawah naugan payung hidup berproduksi bunga-bunga kecil merah muda yang menari-nari di atas mereka. Gurauan dilontarkan oleh seorang mahasiswa berambut raven. Komentar tak bersahabat diungkapkan oleh mahasiswa berambut merah muda dan azure. Tangapan yang menyetujui komentar tersebut diakui oleh mahasiswi berambut merah. Kalimat hiburan diberikan mahasiswi berambut biru muda kepada mahasiswa berambut raven.
Percakapan kelimanya terhenti ketika masing-masing telinga individu sayup-sayup mendengar suara teriakan.
"Minna!" suara manis milik sahabat mereka berambut pirang semakin melebarkan senyum.
"Lucy!" Erza, mahasiswi berambut merah sepanjang pinggang, melambaikan tangannya kencang.
Lucy tersenyum ramah ke mereka. Mahasiswi cantik itu memberikan senyuman manisnya kepada sahabatnya. Untuk mahasiswa berambut merah muda, diberikan tambahan sebuah kecupan kecil di pipi tan-nya.
"Gomen, aku terlambat…" ucap Lucy sebelum mengambil posisi duduk di sebelah kekasihnya yang berambut merah muda. Juvia, mahasiswi berambut biru muda, menawarkan sepotong cheese cake, langsung diterima Lucy dengan senang hati.
"Ne minna, bolehkah aku minta bantuan kalian? Aku memerlukannya untuk tugas kuliah," sebuah permohonan diutarakan Lucy setelah melahap sesendok kue.
"Tentu, Lucy. Kami semua siap membantumu," jawab Jellal, mahasiswa berambut azure, mewakili sahabatnya.
Lucy tersenyum lebar. Tangannya merapikan sendok kue dan diambilnya sebuah map bermotif bunga-bunga, sebuah kertas putih polos dikeluarkan darinya.
"Ini. Tolong dibagi menjadi lima bagian, Juvia," Juvia menerima kertas itu dan merobeknya menjadi lima bagian.
"Nah, tolong tuliskan impian kalian di kertas yang sudah dibagikan Juvia. Aku membutuhkan ide untuk membuat tugas puisi bertema impian. Tolong ya, minna!" sahutan dari sahabatnya bahwa mereka tidak keberatan membuat Lucy bernapas lega.
Tak butuh lama, lima kertas yang telah mendapatkan ukiran tangan khas teman-temannya telah kembali di tangan Lucy.
-XXXOOOXXX-
Lucy Heartfilia meletakkan tas punggung dan map di sebelah meja tulisnya. Tangannya direntangkan ke atas, menyiapkan diri untuk membaca mimpi-mimpi sahabatnya.
"Hmm… mari kita lihat…" kertas-kertas itu diambil secara acak oleh tangan gadis ini.
"Gray : Lulus dengan predikat cum laude. Segera memiliki proyek setelah kelulusan. Menjadi pasien pertama Juvia!?" mimpi terakhir Gray Fullbuster membuat Lucy terkikik.
"Juvia : Skripsi berjalan mulus. Mengambil spesialis bedah mulut. Terus bersama dengan Gray-sama…." seulas senyum lembut terukir di wajah Lucy.
"Jellal : Mendapat predikat cum laude. Segera mendapatkan pekerjaan. Segera menikah dengan Erza!?" Lucy tergangga. Diam-diam, sahabat berambut azure-nya ini punya impian hebat.
"Erza : Menyelesaikan kuliah secepatnya. Menjadi pelatih kendo tetap. Belajar memasak untuk Jellal…" senyum di wajah Lucy tak bisa berhenti mengembang.
"Terakhir, Natsu…" semburat tipis bermekaran di pipi mulusnya.
Dibukanya dengan perlahan lipatan kertas terakhir―kertas daftar mimpi milik kekasihnya.
Mata cokelatnya menyapu tulisan sambung yang agak berantakan khas pemuda berambut merah muda itu. Matanya melebar, semburat yang mulanya tipis kian menebal.
Tangannya mendatangi tas punggungnya, mengubek-ubek isinya untuk mencari ponsel.
Natsu : Ingin menjadi awan agar lebih mudah mengikuti Luce. Akhir-akhir ini kita jarang bertemu, sih….
Inspirasi datang saat tidak sengaja mendengar lagu yang judul dan liriknya saya lupa, tapi kira-kira identik dengan impian Natsu.
