Unexceptionable
Disclaimer: It's sad, but I just own the story
Warning: DON'T LIKE, DON'T READ! Typo, OOC dan OOC, shounen ai and probably yaoi.
A/N: Inspired from "Dangerous Twin" written by aninkyuelf
.
.
Enjoy!
.
.
Namikaze Minato sama sekali tidak bisa membendung amarahnya lagi. Tidak setelah semua hal yang telah terjadi. Tidak setelah semua usaha yang ia lakukan. Tidak setelah semua hal yang dilaluinya selama lima tahun belakangan.
Disisi lain, Namikaze Kushina hanya bisa menatap sang suami dengan tatapan tidak percaya. Saat ini ia memang tidak mau mempercayai apapun. Saat ini tidak mau ada satu hal pun yang ingin ia dengar dan percayai.
"Anda sudah melakukan semua yang Anda bisa, Tuan. Tidak seharusnya Anda melakukan ini," tutur seorang pria paruh baya yang hanya bisa berdiri beberapa meter dari sang Tuan tanpa melakukan apapun. Bukan karena tidak bisa, tapi karena ia tahu bahwa apa yang Tuannya lakukan adalah hal yang bisa melepaskan kekesalan, kemarahan dan kekecewaan yang lelaki itu miliki.
"Tidak seharusnya aku melakukan itu. Semua ini tidak seharusnya terjadi. Semua ini—"
"Bukan salahmu, Minato. Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri."
Namikaze Minato membiarkan gaya gravitasi menarik dirinya menyentuh lantai dengan punggung bersandar pada dinding yang sejak beberapa menit yang lalu menopang posisi berdirinya.
Lelaki yang baru saja bicara sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi sahabat kentalnya sejak SMA itu. Ia tidak mungkin memeluknya seperti yang tengah dilakukan sang istri kepada Nyonya Namikaze. Ia tidak mungkin ikut menangis seperti yang dilakuan sang Tuan muda. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, karena apa yang sedang menimpa mereka jauh dari situasi baik.
Untuk pertama kalinya sang lelaki bertubuh tegap merasa sama sekali tidak berguna karena tidak bisa melakukan apapun untuk sang sahabat.
Ia benar-benar merasa tidak berguna karena hanya bisa berdiri menatap tubuh Namikaze Minato yang bergertar hebat karena luapan emosi yang tak lagi terbendung.
Ia benar-benar merasa tidak berguna karena hanya bisa mematung di tempatnya dan melihat buliran bening menetes tanpa henti dari sepasang mata biru yang selalu dipenuhi sorot tenang dan bahagia.
Ia benar-benar merasa tidak berguna karena hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan menyadari bahwa memang tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membuat situasi yang tengah dihadapi kedua sahabatnya saat ini.
Ia benar-benar merasa tidak berguna karena tanpa perlu berada di posisi yang sama seperti Namikaze Minato pun ia tahu bahwa memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hal yang sudah terjadi.
.
.
TBC
.
.
A/N: Yep, dan akhirnya saya kembali dengan fic multichap. Oke, oke, saya tahu saya masih punya hutang satu fic multichap yang belum selesai, tapi saya tidak bisa membiarkan satu fic itu menghalangi saya untuk mem-publish fic lain.
Ah, saya mau mengucapkan terimakasih kepada aninkyuelf yang sudah mengizinkan saya mengadaptasi ceritanya. Chingu, cheongmal gomawoyo~ ^^
