prompt: cloud/awan
Japan suka melihat langit. Menonton awan putih yang berjalan menutupi sinar mentari yang cerah. Menatap tenang pada gelapnya langit malam yang dihiasi bintang dan bulan. Tapi sekarang ini ia jarang melihat malam, ia takut membuka luka lama-akan kenangannya bersama sosok kakak yang diam-diam masih ia hormati dan sayangi, China.
Pagi hari, awannya jarang. Matahari dengan malu-malu menyapa bumi. Burung-burung berkicau dan ayam berkokok ceria. Manusia bersiap-siap menjalani hidup mereka yang monoton. Siang hari, matahari dengan semangat menyinari bumi. Awan sering terlihat, memayungi manusia dari panasnya matahari. Kalau cerah, awannya terlihat sangat indah, dengan pola-pola yang terlihat seperti kucing, dan banyak bentuk lainnya. Itu menggemaskan. Kalau mendung juga menyenangkan. Sore hari, matahari mengucapkan selamat tinggal. Awan berarak mengikuti matahari, menghilang dari pandangan. Rasanya sepi, sekaligus mengharukan, entah mengapa.
Japan mendengar Netherlands tertawa kecil disampingnya. "Eh? Ada yang aneh kah, Oranda-san?" tanya pemuda Asia itu pada sang Dutchman.
"Ah, tidak... hanya saja, mendengarmu bercerita tentang langit-tentang awan, itu terdengar sangat indah..." jawab pemuda berambut jabrik itu pelan.
Japan mengangguk pelan. "Ah, Oranda-san! Lihat! Awannya berbentuk seperti kelinci!" seru pemuda berambut hitam itu menunjuk pada satu bentuk awan di langit luas.
Pandangan Netherlands pun mengikuti arah telunjuk Japan... dan ya, memang ia menemukan awan yang berbentuk seperti kelinci. "Japan, disebelah sana ada yang berbentuk wajah manusia lho." ujar pemuda Belanda itu sambil menunjuk ke arah lain, mengalihkan pandangan mata coklat gelap Japan pada arah yang ditunjuk Netherlands.
Dan mereka pun menghabiskan hari dengan memandang awan.
