[1] I Meet You for The First Time
"Meeting You was A fate, becoming your friend was choice but falling in love with you was completely out of my control"
Aku pikir dunia ku saat ini adalah yang paling sempurna, aku punya keluarga yang selalu mencintai dan menyayangi ku serta teman-teman yang selalu peduli padaku. Untuk saat ini hanya kedua orang tua ku, gege ku dan teman-teman ku yang aku butuhkan tak ada yang lain.
Aku juga tak pernah berfikir tentang hubungan percintaan walaupun teman-teman ku selalu mengatakan bahwa wajar jika seumuran kami jatuh cinta dan memiliki pacar. mereka bilang seharusnya aku juga harus punya pacar seperti mereka tapi sampai saat ini tak ada wanita maupun pria yang mendekati ku. teman-teman ku bilang itu karena penampilan ku yang kurang menarik, aku memang tak memiliki visual yang menarik dan aura yang memikat.
Pria berusia 16 tahun dengan kacamata yang bertengger dihidung layaknya kutu buku, bertubuh agak gemuk, pendek dan agak bodoh siapa yang tertarik dengan seseorang seperti itu.
Beranding terbalik dengan gege ku ia memiliki aura memikat dan visual yang bagus. Tubuh tinggi bak model, wajah tampan dan cantik di waktu bersamaan, otak jenius, namun sedikit pendiam dan tak banyak bicara seperti ku. wanita dan pria mana yang tak akan jatuh hati pada gege ku.
Walaupun begitu kedua orang tua ku tak pernah membedakan kami berdua, mereka tetap menyayangi kami dengan porsi yang sama begitupun gege ku selalu menjaga ku layaknya seorang kakak dan melindungi adiknya. jika ada seseorang yang menghina ku dan berbuat kasar pada ku, ia tak segan akan memberinya pelajaran. tapi hidup ku mulai berubah saat untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia.
Tok..tok..tok.. terdengar suara pintu kamar ku di ketuk, siapa yang mengganggu acara santai ku membaca komik.
"Lu, boleh gege masuk?" itu suara gegeku, Zitao. Aku mempersilahkan gege ku untuk masuk ke kamar ku. ia membuka pintu dan memasang wajah kaget melihat kondisi kamar ku.
"Astaga Lu, apa yang terjadi dengan kamar mu? Apa barusan ada angin topan disini?" Gege ku mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruang kamar ku. kamar ku memang benar-benar berantakan saat ini.
Koleksi-koleksi komik ku yang bertebaran di atas ranjang, baju kotor yang aku biarkan di lantai, dan seprai yang belum aku rapikan sama sekali.
"Zi ge, ini kan hari minggu. Jadi aku bersantai dulu nanti akan aku bersihkan semuanya saat aku sudah selesai dengan komik ku yang satu ini." Aku kembali fokus dengan komik yang ada ditangan ku.
"Bersihkan sekarang Lu, nanati mama bisa marah pada mu jika melihat kamar mu seperti kapal pecah."
"Iya Zi ge, aku akan membersihkan nya tapi tidak sekarang." Aku masih saja fokus pada komik ku tanpa mengindahkan perintah dari Zi gege.
"Huang Luhan bersihkan kamar mu sekarang, kalau tidak aku tidak akan berbicara padamu." Nada suara Zi gege sudah mulai meninggi dari sebelumnya. Aku mulai mengalihkan pandangan ku dari komik milikku ke Zi gege yang sudah memasang wajah masam dan tangannya yang bersidekap di dada.
"Baiklah..baiklah aku bersihkan sekarang." Aku menutup komik ku dan turun dari ranjang ku untuk memulai membersihkan kamar ku. aku tak ingin gege ku marah dan tak berbicara pada ku. itu adalah salah satu hal yang paling aku hindari saat kami bertengkar. Pernah suatu hari aku bertengkar dengannya dan dia benar-benar mendiam kan ku selama 4 hari.
Aku seseorang yang memang selalu berisik dan tak henti berbicara jadi merasa kesepian di rumah. Lalu sejak saat itu lah aku tak pernah ingin bertengkar dengan gege ku karena aku memang sangat menyayanginya.
Aku membereskan koleksi komik ku dan meletakkan nya di rak buku serta memunguti baju-baju kotor ku dan meletakkan nya di keranjang pakaian sementara Zi gege masih mengawasi pekerjaan ku.
"Lu, setelah kau membereskan kamar mu bersiaplah dan berpakaian yang rapi." Aku mengerutkan dahi mendengar perkataan Zi gege.
"Memangnya kita mau kemana?" Aku menghentikan aktivitas ku, menatap Zi gege menunggu jawaban darinya.
"Kita tak akan kemana-mana, hanya akan ada tamu yang akan datang ke rumah siang ini." Jelas Zi gege.
"Siapa?" Tanya ku lagi penuh dengan penasaran.
"Entah lah, Gege juga tidak tahu tapi mama bilang tamu yang akan datang adalah teman baba dari Korea dan juga keluarganya. Sudahlah jangan banyak tanya sekarang cepat selesaikan pekerjaan mu. Gege mau turun ke bawah membantu mama membuat makan siang. Jika sudah selesai semua cepat turun." Zi gege keluar dari kamar ku dan menutup pintunya. Sementara aku hanya menggerutu kesal.
Setelah selesai membereskan kamar ku dan mandi, aku mencari pakaian yang akan aku kenakan. Aku membuka lemari dan melihat-lihat ke seluruh isi lemari pakaian ku. tak ada pakaian yang menarik yang ku miliki. Aku benar-benar buta soal fashion ternyata. Tapi saat itu aku menemukan baju hadiah ulang tahun dari gege ku, mungkin aku akan memakainya karena selera fashion zi gege lebih baik dari pada aku.
Aku memadukan kemeja yang di beri oleh Zi gege dengan kaos hitam milikku dan aku sengaja btidak mengancingnya biar terlihat keren, aku juga mengganti kacamata ku dengan kacamata yang diberikan oleh Zi ge dan mengganti sedikit gaya rambut ku dari biasanya. Aku ingin sedikit tampil beda dari biasanya. Aku tak mau terlihat terlalu culun di depan tamu baba apalagi katanya yang datang adalah sahabat baik baba. Aku tak ingin membuat malu baba di depan temannya dengan penampilan ku. setelah aku rasa cukup, aku keluar dari kamar dan menghampiri mama yang tengah menata meja makan.
"Dimana Zizi ge ma?" Aku mengedakan pandangan ku ke seluruh ruang makan tapi tak ada gege ku disana.
"Mama rasa dia dikamarnya sedang bersiap-siap juga." Sahut mama tanpa melihat ke arahku dan masih sibuk dengan tatanan makanan di meja.
"Lalu kapan tamu baba akan kesini?" Tanya ku lagi pada mama.
"Entahlah mungkin sebentar lagi, baba mu masih menjemput mereka di bandara." Balas mama dan kali ini melihat ke arah ku.
"Astaga lu, ada apa dengan penampilan mu?" mama sedikit terkejut melihat penampilan ku yang sedikit berbeda.
Aku memperhatikan seluruh bagian tubuh ku apakah ada yang salah dengan penampilan ku atau aku tidak cocok dengan penampilan yang seperti ini. "Apakah ada yang salah dengan ku mama? Apakah aku terlihat jelek?"
"Tidak Lu, kau tak jelek. Kau terlihat lebih manis jika berpakaian seperti itu. Seharusnya kau berpenampilan seperti itu setiap hari." Mama memberi ku pujian dan tersenyum manis lalu mengelus surai rambut ku.
"aku pria ma, aku tampan bukan manis." Ralat ku
"tidak sayang kau manis dan juga cantik. Tak ada salahnya kan dengan pria manis dan cantik." Mama tersenyum jahil pada ku. aku hanya memberengut dan mempoutkan bibir ku meninggalkan mama yang masih tertawa karena berhasil menggoda ku.
Aku menundukkan pantatku di sofa ruang tamu sambil menonton televise. Aku mengganti-ganti channel tv karena merasa bosan menunggu tamu baba yang tak kunjung datang..
"Dimana mama?" Zi gege yang baru turun dari kamarnya duduk dengan ku dan bergabung menonton acara televise. Seperti biasanya penampilan gege ku sangat menawan dengan kaos hitam dipadukan dengan jaket denim. Sungguh beruntung Zi gege memiliki visual yang tinggi diberikan dari Tuhan.
"Di ruang makan." Jawab ku seadanya.
"Kau terlihat lebih baik dengan penampilan mu yang seperti ini." Zi gege terus saja memperhatikan ku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Ck.. aku tau kau sedang mengejek ku." Aku menatap televise tak memperdulikan Zizi gege yang masih meneliti penampilan ku.
"Aku serius, Luhan. Kau lebih manis jika berpenampilan seperti ini. Kau tau mama bilang teman baba itu memiliki anak lelaki yang sangat tampan. Jika kau berpenampilan seperti ini aku rasa dia akan tertarik pada mu."
Aku mendengus dan memutar bola mata ku malas mendengar pernyataan dari gege ku ini.aku tau dia hanya bergurau, Lelaki yang mendekati ku selama ini hanya ingin mendekati kakak ku melalui diriku dan itulah kenyataannya.
Ting ...tong
Suara bel menghentikan percakapan seru antara aku dan Zi ge.
"Cepaat buka pintunya." Zi ge menyuruh ku untuk membuka pintu nya sementara dia hanya fokus ke layar tv.
"Kenapa tidak kau saja gege?" aku balik menyuruh Zizi gege
"Aku lebih tua dari mu, Lu. Stak pantas kau menyuruh gege mu untuk membuka pintu." Aku hanya memutar mata ku malas dan bangkit untuk membuka pintu.Zi ge selalu menjadikan alasan ia lebih tua dari ku untuk menyuruh-nyuruh ku.
Ting...Tong
"Ia tunggu sebentar." Jawab ku pada orang diluar agar berhenti memencet bel.
Aku membuka pintu rumah dan kudapati baba ku bersama 2 orang yang seumuran hampir sama dengan baba dan mama ku dan seorang pria dibelakang mereka yang memainkan smartphone nya, aku terpaku melihat sosok tersebut dia sangat tampan dan penampilannya sangat keren dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya dan earphone di telinganya. Ku rasa lelaki tersebt seumuran dengan Zi Ge.
"Lu, beri salam pada paman Yunho dan bibi Jaejong." Suara ababa menyadarkan ku dari lamunan beberapa detikku tentang anak lelaki mereka.
"Annyeonghaseo Huang Lu Han imnida." Aku memperkenalkan diri dengan bahasa korea dan membungkuk kan badan pada paman dan bibi. Jangan tanya kenapa aku bisa berbahasa korea, ya ibu ku adalah orang korea asli yang menikah dengan ayah ku yang orang China asli. Walaupun sehaari-hari di rumah aku dan Zi ge memakai bahasa China tapi kami tak melupakan bahasa ibu kami.
"Kau manis sekali nak." Bibi Jaejoong mengelus rambut ku dan tersenyum manis sekali.
"Kalau begitu silahkan masuk Yunho~yah, Jaejong~ah dan Sehun."Baba mempersilahkan mereka masuk ke dalam. Baba berjalan di depan di ikuti dengan paman dan bibi dan terakhir anak mereka yang berjalan dibelakang mereka. Ia sudah melepas kaca matanya dan membuat dirinya semakin tampan saja. ketika ia berjalan melewati ku kami bertatapan mata. Ekspresi nya datar dan dingin ketika melihat ku. "cih sombong sekali."Kata ku mendengus sambil menutup pintu dan ikut masuk ke dalam.
Sekarang kami sudah berada di meja makan sambil menikmati makan siang di selingi dengan obrolan ringan tentang kedua keluarga.
"Jadi Tao adalah mahasiswa kedokteran di Beijing university. hebat sekali anak mu Jian Hao." Paman Yunho terus memuji Zi ge, Baba yang mendengar pujian hanya tertawa sementara Zi ge hanya tersenyum lalu kembali pada mode wajah datarnya.
"Anak mu Sehun juga hebat bisa masuk ke universitas bergengsi di Korea.Lihatlah Ia adalah mahasiswa jurusan ekonomi Seoul National University. Seharusnya kau bangga padanya." Baba balik memuji paman Yunho. aku sedikit merasa kecewa karena aku tak pernah di tanya kan sama sekali.
"Andai aku punya anak perempuan mungkin kita bisa menjodohkan anak kita dan menjadi besan." Baba menyuarakan ide yang sedikit gila menurut ku
"Kenapa tidak, kita bisa menjodohkan anak kita sekarang." Jawab paman Yunho santai.. Astaga ternyata jawaban yang diberikan paman Yunho lebih gila lagi. Mana mungkin mereka mengadakan perjodohan, Sehun adalah seorang lelaki begitupun aku dan Zi ge.
Kami semua yang mendengar jawaban paman Yunho hanya diam.
"Lalu bagaimana dengan mu Lu Han?" Bibi Jaejong mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak menjadi canggung.
"Aku rasa aku akan masuk ke universitas yang sama dengan Gege, bi tapi berbeda jurusan." Jawab ku agak canggung.
"Jurusan apa yang akan kau ambil Lu Han?" Bibi Jaejoong kembali bertanya pada ku.
"Aku rasa aku akan mengambil jurusan seni bi karena aku sangat suka bermain piano dan menyanyi.Baba dan mama jugas sudah menyetujuinya." Jawab ku sambil tersenyum.
"itu jurusan yang bagus Lu, apa kau benar bisa bermain piano? " Bibi Jaejoong bertanya dengan antusias dan aku pun mengangguk sebagai jawabannya.
"Kalau begitu kapan-kapan kita bisa berduet bersama. Bibi juga sangat suka bermain piano." Bibi Jaejoong tersenyum lebar ke arah ku seakan-akan aku akan menyetujui perkataan nya.
"Tentu bi, kita bisa berduet lain waktu."
Sepanjang makan siang itu diselingi dengan obrolan ringan, aku juga larut ke dalam obrolan tersebut. Hanya 2 manusia yang tak banyak menanggapi percakapan tersebut siapalagi kalau bukan Zi ge dan Sehun 2 manusia es yang dijadikan satu.
Setelah makan siang selesai baba dan mama serta Paman Yunho dan Bibi Jaejoong melanjutkan obrolan di ruang keluarga, sementara aku, Zi Ge dan Sehun berada di taman belakang. Mama menyuruh kami mengajak Sehun ketaman belakang agar tidak bosan karena mengobrol di taman belakang sangat mengasikkan.
Aku sengaja meningglkan Zi ge dan Sehun yang duduk di bangku taman sementara aku hanya bermain dengan anjing kesayangan ku vivi. Aku tak mau ikut kedalam percakapan 2 manusia es yang berbeda sifat dengan ku. aku tak ingin masuk dalam percakapan karena aku orang yang sangat berisik jika sudah berbicara pada seseorang dan aku tak mau Sehun terganggu karena sifat ku itu. Toh aku juga tak bisa menjadi orang yang sok pendiam karena itu bukan sifat asli ku. aku lebih suka menjdi diriku sendiri dihadapan orang lain daripada harus menjadi orang lain hanya untuk di sukai, itu sangat palsu bukan. Sesekali aku melirik kea rah Zi Ge dan Sehun., kulihat Zi Ge tersnyum beberapa kali. Aku rasa mereka sudah cukup akrab pikir ku.
Setelah agak sore akhirnya kami bertiga masuk ke dalam rumah dan bergabung bersama dengan para Orang tua.
"hari sudah beranjak sore, sebaiknya kami undur diri. kami juga belum reservasi hotel untuk beberapa hari ke depan." Paman Yunho hendak berpamitan tapi baba mencegahnya,
"Untuk apa kalian menginap di hotel itu akan menghabiskan uang dan waktu kalian. Lebih baik kalian menginap saja disini. Kami masih punya kamar kosong." Baba menawarkan pada Paman Yunho.
"Aku tak ingin merepotkan keluargamu Hao~yah. Biarkan lah kami menginap di hotel saja." Paman Yunho menolak tawaran dari baba.
Baba menggeleng keras." Kau tak merepotkan kami sama sekali, kau juga bagian dari keluarga ku. jadi tak perlu sungkan Yunho~yah." Aku tak menerima penolakan lagi kali ini." Baba ku berkata dengan tegas dan akhirnya paman Yunho mengangguk setuju.
"Jiyoon~ah tolong siapkan kamar untuk Yunho dan Jaejoong.. Luhan tolong kau siapkan kamar untuk Sehun." Baba memeberi perintah dengan tegas aku sebenarnya malas untuk melakukannya kenapa nbukan Zi ge saja yang di suruh tapi mau tak mau aku harus melakukannya karena secara mutlak perintah baba itu tak bisa di bantah.
Aku naik ke lantai dua di ikuti Sehun di belakang ku. aku memasuki kamar yang berada tepat disamping kamar tidurku. Aku mulai merapikan seprai yang ada di sana dan mengeluarkan bantar serta selimut dari dalam lemari.
"Kenapa kau diam saja?" Sehun bersuara memecahkan keheningan diantara kami.
"Jadi aku harus mengatakan apa?" Aku balik bertanya
"Gege mu bilang kau itu orang yang berisik dan banyak berbicara. Kenapa saat bersama ku kau terlihat pendiam."
Aku menghentikan aktifitasku mebereskan tempat tidur dan menatap ke arah Sehun "aku hanya banyak berbicara pada orang yang ku kenal saja dan aku tidak banyak bicara pada orang yang tak ku kenal." Jawab ku sinis.
"Kau sudah mengenal ku kan. Berarti kau bisa berbicara banyak dengan ku." jawabnya santai.
"aku hanya tahu nama mu dan kedua orang tua mu. Selebihnya aku tak tahu apapun tentang mu. So bisa dipastikan kau masih masuk kategori orang asing tuan Oh."
"Kalau begitu mari kita saling mengenal dan menjadi teman." Tawarnya.
"Terserah mu Tuan Oh. Saya sudah selesai permisi." Aku keluar dari kamar dan menutup pintu meninggalkan Sehun.
Author's Pov
Lu Han terbangun dari tidurnya karena merasakan haus di tenggorokannya. ia melihat jam di meja nakas menunjukkan pukul 06.30. ia heran kenapa mama belum membangun kannya padahal biasanya sang mama akan membangunkan Lu Han untuk pergi ke sekolah.
Luhan bangun dari tidurnya dan turun ke dapur. 'kenapa rumah ini sepi sekali? Apa semuanya masih tidur?'pikirnya, ia hanya melihat sehun yang sedang duduk membelakanginya sedang menonton televise. Ia tak perduli dengan manusia satu itu dan langsung bergegas ke dapur untuk tujuan semula.
"Kenapa rumah ini sepi sekali?" Tanya Lu Han pada Sehun.
Merasa ada seseorang yang berbicara dengannya Sehun membalikkan badannya kearah sumber suara. Ketika Sehun berbalik Lu Han membelalak kaget dengan sesuatu yang berada di tangan Sehun. Sehun memakan strawberry cake kesukaanya yang baru dia beli kemarin dengan susah payah menunggu antrian.
"Yakh, Kenapa kau makan kue ku Ha?" Lu Han menghardik Sehun.
"Aku tak tau kue ini punya mu, bibi Jiyoon bilang tadi aku boleh memakanya." Sehun berkata dengan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Lu Han yang kesal dengan ekspresi Sehun langsung memukul lelaki itu dengan bantal sofa.
"Yakh, rasakan ini dasar pria kurang ajar, seenak nya saja kau memakan kue yang ku dapat dengan susah payah." Luhan masih terus memukul Sehun dengan brutalnya. Sementara Sehun hanya bisa meringis dengan pukulan Lu Han.
"Baiklah..baiklah aku minta maaf aku akan membelikan mu kue yang lebih banyak dari yang ku makan ini." Sehun memberikan tawaran pada Lu Han aagar pria itu berhenti memukulinya.
"Benarkah?" Lu Han yang tertarik dengan tawaran Sehun pun berhenti memukuli Sehun.
"Iya." Jawab Sehun masih memasang ekspresi kesaakitan dan memegangi kepalanya akibat pukulan Lu Han
"Kau janji kan? Kau tak akan membohongiku, awas saja sampai kau menipuku." Lu Han mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Sehun seolah-olah sedang mengancam.
"Kau pikir aku seorang pembohong? Kau bisa memegang janji ku."
"Baiklah aku percaya pada mu. Ngomong-ngomong dimana semua orang kenapa sepi sekali?" Lu Han yang lelah karena habis memukuli Sehun menduduk kan bokongnya di sebelah Sehun.
"Appa dan Baba mu tadi pergi pagi-pagi sekali pergi ke kantor untuk menemui client, tadi mama mu mengajak Eomma ke supermarket untuk berbelanja. Gege mu baru saja pergi beberapa waktu yang lalu karena ada urusan kampus katanya." Sehun menjawab dengan rinci.
Lu Han hanya ber'oh' ria mendengar jawaban Sehun.
"Oh ya, tadi bibi Jiyoon bilang pada ku kau harus bersiap berangkat ke sekolah Lu, ia tak mau kau terlambat." Lu Han yang mendengar perkataan Sehun langsung berlari ke kamarnya. Ia lupa kalau hari ini ia haarus pergi ke sekolah.
Setelah 15 menit Lu Han bersiap ia keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
"Apa mama belum pulang juga?" Tanya Lu Han pada Sehun yang masih menonton Tv sejak tadi.
"Belum, kau tau kan bagaimana 2 wanita kalau sudah berbelanja itu akan membutuhkan waktu yang lama."
"Kalau begitu aku berangkat ke sekolah dulu, aku akan menagih janji mu sepulang sekolah nanti." Lu Han hendak melangkah ke pintu depan tapi Sehun sudah mengintrupsi.
"Kau sarapan dahulu, aku sudah membuatkan nya untuk mu." Kata Sehun masih fokuss ke layar TV.
"Benarkah?" Lu Han bmenghentikan langkahnya dan berbalik menuju ruang makan. Disana sudah tersedia roti bakar dengan telur mata sapi diatasnya lengkap dengan segelas susu.
"Kau benar-benar membuat nya untuk ku?" Lu Han duduk dan mulai memakan sarapannya.
"tadi nya aku ingin membuatkan mu nasi goring tapi berhubung tak ada bahan yang tersedia. Jadinya aku hanya bisa membuat itu untuk mu." Sehun duduk di samping Lu Han.
"Terima kasih setidaknya masih ada yang bisa mengganjal perutku sampai nanti siang." Lu Han memakan sarapannya dengan lahap. Sehun hanya memperhatikan Lu Han makan., Lu han sangat imut ketika makan, pipinya yang terlihat menggembung membuat Sehun gemas. Lu Han yang makan dengan terburu-buru meninggalkan remahan roti di sudut bibirnya, Sehun yang melihat itu berinisiatif untuk membersihkannya, ia meletakkan tangannya di pipi Lu Han dan mengusap remahan roti dengan ibu jarinya. Lu Han yang tak terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu terdiam mematung. Keduanya terdiam dalam keheningan sampai Lu Han tersadar
"Aku harus cepat ke sekolah, aku tak ingin di hukum karena terlambat. Aku pergi dulu Sehun." Lu Han cepat keluar dari ruang makan dan berangkat ke sekolah ia tak mau jika Sehun melihatnya bersemu itu akan sangat memalukan pikirnya.
Sehun tau jika Lu Han menghindar agar Sehun tak melihat wajahnya yang memerah karena gugup, ia merasa malu dengan perlakuan yang dilakukan Sehun padanya.
"Menarik." Sehun tersenyum lebih tepatnya menyeringai menatap kepergian Lu Han.
Setelah Sehun dan keluarganya menginap selama 4 hari di kediaman keluarga Huang, Sehund dan Lu Han terlihat makin akrab. Seperti yang tao bilang Lu Han memang anak yang periang dan mudah bergaul dengan semua orang walaupun penampilan nya jauh berbeda dengan karakternya. Dan hari ini keluarga Oh harus kembali ke Korea jadi tuan Lu Han dan keluarganya. Mengantarkan sampai ke bandara.
"Semoga kalian selamat sampai tujuan, kalau aku ada waktu aku akan berkunjung ke tempat kalian." Tuan Huang memeluk sahabatnya dengan erat.
"Ya, berkunjunglah sesekali ke tempat ku, saudara ku kami akan sangat senang menyambut kalian. Dan terima kasih atas tempat tinggalnya untuk beberapa hari ini. Maaf kami merepotkan mu dan keluarga mu."
"Tak perlu sungkan Yunho~yah kita sudah seperti keluarga, jadi kami tak merasa di repotkan."
Disisi lain Sehun mengajak Lu Han menjauh dari keluarga mereka untuk berbicara berdua,.
"Terima kasih untuk beberapa hari ini Lu. Aku senang kita bisa berteman baik."
"Aku juga, tak ku sangka aku bisa berteman dengan orang yang dingin dan kaku seperti mu." Lu Han tersenyum menatap Sehun.
"Oh ya aku punya sesuatu untuk mu." Sehun membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kalung dengan mainan kunci kecil dari sana dan memberikan nya pada Lu Han.
"Ini hadiah dari ku sebagai tanda persahabatan kita. Aku sangat senang kita bisa berteman. Aku akan sering menghubungi mu." Sehun tiba-tiba membawa Lu Han kedalam dekapannya, Lu Han yang mendapat perlakuan mendadak dari Sehun terpaku tak membalas pelukan. Tapi lama-lama ia membalas juga karena merasa nyaman dengan pelukan Sehun.
"Kalau begitu aku pergi sekarang. Jagalah dirimu baik-baik, jangan bertingkah bodoh kau mengerti?" Sehun mengacak rambut Lu Han.
"baiklah aku mengerti, kau juga." Mereka berdua kembali ke tempat keluarga masing-masing karena sebentar lagi jadwal keberangkatan Sehun.
Luhan melepas kepergian Sehun dengan ucapan selamat tinggal dan senyum tulus yang terukir di bibir manisnya. Ia mengenggam Kalung pemberian Sehun dengan erat seakan takut benda itu akan menghilang.
"aku akan menunggu mu Sehun~ah. Karena aku sudah jatuh cinta padamu"
"I'm so sad when yo're gone. Come back soon. Miss you!!"
