Title: Once Upon a Misfit

Summary: North punya anak. Dan anaknya ini sedang jatuh cinta pada wanita yang bahkan keberadaannya mulai meragukan. Siapa yang kelabakan? Guardian tentu saja. Memangnya apa lagi guna mereka?

Pairing: Rahasia, seenggaknya sampe chappie depan. (Yah, walopun kayaknya udah jelas, sih)

Rate: T? Ga tau ya, kalo saia tiba-tiba mesum, bakalan ada M-nya.

Disclaimer: Kenapa harus saia tulisin? Kan udah jelas banget nih pilem atopun bukunya bukan yang saia.

Bacotan: Well, ada yang mau tuntut saia karena bikin cerita agak terlalu ga jelas ini? Ga ada? Syukur deh. Hehehe…

Putting that aside, enjoy, mah men~! :D


Para yeti berlarian dan para elf mencicit sambil berusaha menghindar dari sabetan pedang dari pemuda berambut cokelat dan bermantel merah yang sekarang sedang mengamuk di workshop Santoff Clausen. Terlihat North sedang bersembunyi dalam kantornya sambil berharap pemuda itu tidak merusak mainan-mainan yang sudah dikerjakan susah payah oleh para yeti.

PRANG!

Baiklah… keadaan mulai gawat.

"Nick, berhenti merusak mainan-mainan itu!" terdengar suara Tooth berteriak dengan frustrasi. Dia hanya disana untuk melihat keadaan gigi North yang katanya agak sakit, tetapi ternyata North memanggilnya untuk menyelamatkan diri dari pemuda ini.

"Tidak! Keluar kau sekarang, Bapak Tua! Atau aku akan menyiramkan cat biru pada robot-robot ini!"

Tidak, tidak! Kalau aku keluar sekarang, dia pasti membunuhku!

"Cepat!"

North masih juga menolak untuk keluar.

"Satu!"

Masih menolak.

"Dua!"

Masih juga merasa kantornya adalah tempat yang aman.

"Tiga! Baiklah, ucapkan selamat tinggal pada robot-robot merah ini!"

"Baiklah, baiklah! Aku keluar! Sekarang turunkan kaleng cat itu dan kita bicara," North akhirnya menyerah dan membanting terbuka pintu kantornya.

"Nah, coba saja kau lebih cepat sedikit, Pak Tua!"

North memijit kepalanya yang mulai terasa sakit.

"Nick, kau tahu hari Natal—"

"Baru saja selesai, Ayah. Dan kau seharusnya sekarang ada di rumah untuk mengajariku berkelahi. Kau sudah janji, ingat"

Satu detik, dua, tiga detik berlalu dan akhirnya North menepuk kepalanya begitu dia sadar bahwa dirinya memang benar-benar ayah yang tidak baik. "Oh, astaga! Aku lupa, Nak."

Pemuda berambut cokelat itu mengerlingkan mata dengan kesal. "Sudah kuduga," ucapnya sambil berbalik dan beranjak meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan lagi panggilan depresi dari North.

Dia sudah muak diduakan oleh pekerjaan ayahnya!


"Papa, seharusnya kau cukup tahu untuk menolak tawaranku…" suara dingin itu kembali bergema.

Pitch langsung berlari sebelum rambatan tumbuhan bisa melilit kakinya.

"Tidak ada gunanya melarikan diri," ucap gadis berambut hijau di sebelah yang berambut hitam.

"Hentikan ini sekarang juga!" bentak Pitch, tetapi suaranya terdengar lebih tidak mengintimidasi dari yang dia inginkan.

Terdengar lagi tawa dingin. "Dan kalau aku tidak mau, Papa?"

Kedua mata Pitch terbuka lebar selebar kelopaknya membiarkan. Ketakutan jelas di matanya.


Nicholas Saint North Jr. sedang berkeliling dengan wajah masam. Santoff Clausen tidak bisa menenangkannya, dan sekarang dia tengah berada di sebuah tempat antah berantah. Baiklah, bukan antah berantah, tapi jarang dia datangi.

Kota Burgess masih diselimuti oleh salju. Dan dia sedikit sebal karena tumpukan salju itu benar-benar mengingatkannya akan Santoff Clausen yang terus-terusan menyandera ayahnya dengan setumpuk pekerjaan.

Dengan kesal, ditendangnya setumpuk salju putih dengan kaki bersepatu boot hitamnya. Wajahnya makin masam saja ketika salju itu hanya makin menempel pada kakinya.

Baru saja dia akan menendang lagi ketika dia mendengar bunyi ringkikan kuda yang tentu saja terdengar aneh di tempat ini.

Dia berbalik ketika hembusan angin kencang menerpa tengkuknya dan untuk pertama kalinya seorang Nicholas Saint North Jr. mengakui bahwa dirinya memang perlu pasangan hidup.

Waktu serasa terhenti ketika dia melihat wanita pertama yang bisa membuatnya terpana oleh kecantikannya.

Wanita itu… kecantikannya mengalahkan langit malam hitam yang dihiasi oleh taburan berlian berupa bintang dan senyum Man in The Moon!

"Demi Man in The Moon…" gumamnya terpana. Kedua matanya terbuka lebar dan dia tidak bisa berhenti menatap wanita yang bahkan sudah tidak terlihat itu lagi.


North mengendap-endap untuk masuk ke rumahnya sendiri dan hal itu tidaklah menyenangkan. Tetapi, tertangkap oleh anaknya dan harus menerima serangan pedang anaknya akan lebih tidak menyenangkan. Maka dia bertahan untuk mengendap seperti pencuri. Dia tidak mau harus menghadapi Nick yang sedang marah.

Dia nyaris terjatuh karena kaget ketika pintu terbanting terbuka.

Keringat dingin membasahi keningnya dan ketika dia berbalik, Nick ada disana dengan senyum yang menurutnya aneh.

"Oh, hai Nick. Aku tidak menyangka kau akan pulang secepat ini," ucapnya takut.

Ketika Nick mendekat, North yakin dia akan dihabisi begitu saja.

Tapi sabetan pedang yang dia tunggu-tunggu tidak datang juga. Hanya sebuah tawa bodoh yang keluar dari mulut Nick. "Hai, Yah. Kau lelah, kan? Cepat tidur dan kembali bekerja besok," ucapnya sambil terus berlalu untuk ke kamarnya.

Dan untuk pertama kalinya, North merasa ada yang salah dengan anaknya (selain kenyataan bahwa Nick senang sekali melawannya).


Jack tidak habis pikir. Kalau Nick adalah anak North, dan North adalah orang Rusia, kenapa Nick tidak berbicara dengan logat yang sama?

"Oh, itu karena Nick terlalu lama tidak bertemu North. Ya… kau tahu, dengan North yang harus bekerja dengan setumpuk mainan dan Nick yang akan terus-terusan menjadi pemuda berdarah panas… kurasa dia belum memutuskan untuk pergi ke dimensi lain untuk mencari lawan bertarung adalah keajaiban," ucap Tooth panjang lebar sambil memeriksa keadaan gigi para teman Guardian-nya.

"Ya? Kumohon? Temani aku, Sandy? Aku harus bertemu dengan wanita ini sebelum aku mati!"

"Kau tidak akan mati, mate," malah Bunny yang menjawab

"Hanya peribahasa, Bunny," balas Nick.

"Uh… baiklah. Kau mau aku dan Sandy menemukan sheila manis ini, Nick?"

"Ya, begitulah."

Bunny langsung menatap Jack.

"Apa?" tanya Jack tidak terima dipandangi.

"Kau kan hafal seluk-beluk kota Burgess. Bantu dia, Frosty. Lagipula, aku sibuk karena Paskah sebentar lagi datang."

Jack tentu saja keberatan dilemparkan tanggung jawab seperti itu, tapi melihat Nick yang sedang mabuk kepayang oleh cinta, dia merasa tidak bisa menolak. "Baiklah… kau mau aku melakukan apa?"

"Jack!" teriak Nick senang. "Oh, bahkan hatimu juga seputih salju segar! Kau lebih baik daripada yang pernah kudengar!" ucapnya sambil memeluk Jack dan berputar-putar dengan Guardian termuda itu di pelukannya yang dapat menghancurkan tulang.

"Turunkan aku sebelum aku memutuskan untuk tidak jadi membantumu!" teriak Jack panik dan pusing. Si pemuda dengan rambut dan janggut cokelat itu segera menurunkannya. Alisnya yang tebal terangkat dengan antisipasi ketika Jack mendesah lega. "Uh… okay, pertama, aku hanya membantumu karena aku menganggap North sebagai ayah dan itu berarti aku harus menganggapmu sebagai saudara dan saudara itu seharusnya saling menolong."

Nick mengangguk.

"Kalau kau melakukan itu lagi—memelukku dan memutar-mutar diriku—aku sumpah aku tidak akan menolongmu."

"Baiklah."

"Fuuh, kalau begitu… coba kita lihat apakah wanita ini tinggal di Burgess. Seperti apa rupanya?"

"Cantik."

Jack ingin sekali menghantam kepalanya sendiri ke tembok atau tiang terdekat karena frustrasi. "Selain itu, Nick."

"Oh, ya."

Jack memandangnya dengan tidak sabar. Nick menghembuskan napas dan membuka mulutnya. "Dia berambut hitam panjang, bergelombang, uh… kulitnya pucat seputih salju, atau mungkin agak abu karena cuaca mendung waktu itu, sedikit terlalu kurus tapi aku yakin dia tidaklah lemah, matanya abu-abu dan emas terang dan rasanya aku bisa tenggelam hanya karena menatap sepasang matanya itu… dia sangat anggun, apalagi ketika dia menatapku dengan matanya yang sayu ketika dia menunggangi kuda hitam, gaun hitamnya juga begitu anggun, oh, dia cantik sekali! Mengalahkan langit malam yang dihiasi oleh bintang-bintang, mengalahkan cantiknya Venus de Milo yang masih penuh misteri itu, mengalahkan manisnya susu dan madu yang biasa kuminum tiap pagi. Dan bibirnya itu, astaga! Aku tidak bisa berhenti memikirkannya tanpa memikirkan bagaimana rasa bibir tipisnya ketika nanti aku menciumnya!"

"Woah! Baiklah, kurasa itu cukup jelas! Cukup, Nick, sebelum aku muntah karena pendeskripsianmu yang berlebihan itu!"


Jack berkeliling Burgess dengan harapan untuk bertemu dengan wanita manis ini secepatnya. Dia tidak tahan engan keadaan workshop yang sedikit canggung semenjak Nick memutuskan bahwa dia akan tinggal di workshop untuk menunggu kabar dari Jack.

Dia sudah meminta bantuan Jamie, Pippa, Monty, Claude, Caleb, Cupcake, dan bahkan Sophie yang baru berumur tujuh tahun, tapi sampai hari ketiga pencarian ini, usahanya belum membuahkan hasil sama sekali!

"Urgh…"

"Kau tidak terlihat senang hari ini, Jackie," suara manis seorang gadis memecah acara meratapnya.

Ketika dia berbalik, seorang gadis berambut hijau berdiri dengan senyum manis di belakangnya.

"Spring!"


End of Chapter 1


Tadah~! Ini Shira-baka—ahem, Shirasaka Konoe dengan cerita baru yang sedikit terlalu gajhe~!

Stay tuned for more episode~! XD

Love and a lotsa yaoi
Shirasaka Konoe