Fanfic ini terinspirasi lagu All in My Head milik Tory Kelly
Disarankan untuk mendengarkan lagunya dulu, agar lebih terasa.
Warning! Kata ganti orang kedua pada lirik lagu 'diubah' untuk menyesuaikan isi cerita.
Enjoy!
.
.
.
.
[I see you with him, and it crushes me inside]
"Jimin, apa kau lihat Namjoon?" Hoseok bertanya pada Jimin yang sedang asyik bermain ponsel di ruang tengah. Pemuda Park itu mendongak, lalu terdiam berpikir.
"Kalau tidak salah, tadi Namjoon-hyung ke studio. Sepertinya belum kembali." jawab Jimin lalu mengalihkan atensinya lagi pada layar ponsel.
"Baiklah, terima kasih."
Hoseok lantas berjalan menuju studio kecil yang ada di apartemen mereka. Sebuah kamar yang diubah menjadi studio sederhana dan digunakan apabila mereka terlalu malas untuk pergi ke gedung Big Hit, tetapi masih ada hal yang harus diselesaikan. Atau ketika Namjoon maupun Yoongi mendapatkan 'ilham' dan harus segera dituangkan agar tidak lupa.
Ia yakin Namjoon memang berada di studio, menuliskan inspirasi yang tiba-tiba datang. Tapi mengajaknya makan siang sebentar tidak apa-apa kan?
Pintu akrilik dengan pinggiran berwarna putih khas pintu studio sudah ada di depan hidungnya. Namun ia tak bisa melihat Namjoon di dalam karena tirai kelabu yang menutupi bagian bening pintu.
Demi keamanan dan privasi, kata Yoongi.
Hoseok yang sangat yakin dengan keberadaan Namjoon di dalam langsung saja memutar gagang pintu dengan bersemangat.
"Namjoon! Ayo kita ma—kan..."
Dugaan Hoseok benar tentang Namjoon di sana. Tapi ia tidak berharap akan menemukan Seokjin-hyung di sana, sedang duduk manis di samping Namjoon. Bahu keduanya saling berhimpitan, membuat tubuh mereka tidak berjarak sama sekali. Earphone tampak menggantung di salah satu telinga mereka. Sisa-sisa tawa bisa terlihat dari napas yang terengah dan senyum lebar yang tampak di wajah.
Dari pemandangan yang ada di hadapannya, sebuah kalimat singkat mengusik pikiran Hoseok.
Mereka sangat serasi.
.
[I guess I should stop thinkin' about you all the time]
"Oh, Hobi! Ada apa?" tanya Namjoon dengan senyum yang masih terpoles di bibirnya. Raut wajah Namjoon menunjukkan kebahagiaan. Kemungkinan besar karena kehadiran entitas di sampingnya.
"Ah, oh, tidak. Tadinya aku ingin mengajak Namjoon makan siang. Tapi aku tidak tahu bahwa ada Seokjin-hyung juga. Sepertinya kalian sedang sibuk, mmm, maaf mengganggu." ujar Hoseok disisipi tawa hambar.
"Sebentar lagi kami selesai, Hobi-ya. Apa kau mau menunggu?" kali ini Seokjin yang bicara. Mata bulatnya menatap Hoseok lembut, menanti jawaban.
Hoseok tersenyum kecil lalu mengangguk, "Baiklah, aku akan menunggu Namjoon di ruang tengah. Selamat melanjutkan pekerjaan lagi!"
Lalu pintu ditutup. Tapi Hoseok tak langsung beranjak. Ia menatap pintu akrilik itu dengan tatapan kosong, kemudian melangkah dengan gontai dari sana.
'Mereka hanya sedang bekerja Seokie, tak ada yang salah dengan itu. Bahkan seluruh member juga pernah bekerja dengan Namjoon, kan?' ucap Hoseok dalam hati. Berusaha memberikan alasan logis untuk interaksi kedua member BTS itu. Namun Hoseok tahu satu hal.
Ia tidak bisa membohongi sebuah perasaan nyeri yang muncul di dadanya.
.
[Maybe this is what I needed
Maybe this is a sign
Maybe, I've been blind to reality, baby tell me...]
Hoseok sendiri tidak tahu sejak kapan perasaan itu tumbuh. Yang ia tahu bahwa kehadiran Namjoon di dekatnya terasa nyaman. Lalu lama-kelamaan ia merasa bahwa senyuman milik Namjoon kepadanya membawa getaran aneh yang menyenangkan. Kemudian ada rasa seperti ribuan kupu-kupu yang terbang berputar di perut Hoseok tiap kali ia harus berdampingan dengan Namjoon.
"Itu cinta." kata Taehyung singkat, padat, dan jelas. Pemuda Kim termuda itu tengah duduk bersila di hadapan Hoseok. Jemari panjangnya menggusak bulu-bulu anjing pomeranian hitam yang sedang asyik menatap pemiliknya berbicara.
Hoseok yang kala itu merasa frustasi dengan perasaannya sendiri akhirnya memilih curhat dengan anggotapaling sensitif di Bangtan. Kim Taehyung.
Si pemilik julukan 'Hope' itu mendengus, "Yang benar saja Taehyung…"
"Tapi memang benar begitu kok!" ucap Taehyung ngotot.
"Banyak contoh lagu di luar sana yang menyebutkan gejala-gejala cinta mirip yang Hyung sebutkan tadi. Belum lagi buku-buku sastra yang penuh dengan kata-kata puitis dan majas tentang cinta. Hyung mau kubacakan satu buku seperti itu milik Namjoon-hyung?" tanya Taehyung yang kini menggaruk perut si anjing dengan gemas.
"Hehe, tidak usah, terima kasih." jawab Hoseok dengan senyum terpaksa. Lalu mereka berdua diam. Hoseok menerawang jauh ke arah langit-langit kamar Taehyung.
"Ngomong-ngomong… kau jatuh cinta dengan siapa Hyung?"
Sebuah pertanyaan telak yang membuat seorang Jung Hoseok tersedak ludahnya sendiri. Pemuda bersurai cokelat tua itu bangkit dari acara 'tidur-tiduran'nya sembari terbatuk. Sementara yang melontarkan pertanyaan hanya menatap dengan polos.
"Itu—uhuk—rahasia." jawab Hoseok disela batuknya.
"Aish, Hyung! Setelah waktu yang kuberikan untuk mendengarkan curhat-anmu, kau tidak mau bilang siapa orangnya?"
Hoseok malah menjulurkan lidahnya, kemudian berlari menuju pintu kamar Taehyung.
"Pokoknya tetap rahasia! Terima kasih banyak untuk waktumu Taehyung-ah!" ujar Hoseok sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.
"ISH HOSEOK-HYUNG!"
.
[Every little glance my way, everytime you wanted to hang]
"Di sini toh rupanya." suara berjenis bass yang sangat akrab di telinga Hoseok itu membuat atensinya langsung teralih dari layar komputer. Tampak Namjoon yang melongokkan kepala dari pintu dengan sebuah senyuman terpampang.
"Boleh aku masuk?"
"Tentu saja, silakan. Kau mencariku?" Hoseok yang sudah memberikan seratus persen atensinya pada Namjoon kini memutar kursi agar bisa melihat tamunya secara utuh.
"Ya. Aku bawa ini," Namjoon mengangkat tangan kanannya. Sebuah kantung plastik berukuran sedang nampak menggantung berat di sana.
"Aku beli beberapa jajanan. Oh, aku juga membeli kimbap. Ayo makan, aku yakin kau belum makan sama sekali kan?" lanjut Namjoon yang berjalan menuju meja serba guna di tengah studio.
Hoseok menurut. Jujur, ia memang belum makan apapun sejak pagi— kini waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 malam, wow—dan harum makanan dalam kantung itu membuat perutnya langsung bereaksi.
"Ya ampun… aku tidak tahu aku selapar ini…" ujar Hoseok kemudian melahap sepotong kimbap yang sudah disodorkan padanya.
"Kau terlalu fokus membuat lagu sampai lupa waktu begini. Padahal kalau kau kurang asupan gizi dan istirahat, kau malah tidak akan mendapat ide." ucap Namjoon.
Hoseok mengangguk, "Kau benar Namjoonie. Aku bahkan tidak mampu menyelesaikan satu lagu pun…" gumam Hoseok.
"Aku merasa bersalah pada Army, kau tahu? Mereka menunggu terlalu lama… dan aku terlalu payah, bahkan untuk membuat satu lagu." lanjutnya tersenyum miris.
Kemudian lengan pemuda Kim itu melingkari pundaknya. Memberikan tepukan-tepukan kecil dan beberapa usapan lembut pada pundak Hoseok.
"You've done a good job, Hoseok. Kau ingin mempersembahkan yang terbaik untuk mereka, and it's take time." ujar Namjoon. Rangkulan miliknya perlahan dilepas. Meninggalkan kesan hangat pada tubuh Hoseok yang kini terdiam kaku karena tidak menyangka akan mendapatkan rangkulan.
Sebuah senyum kemudian tersungging di bibir Namjoon. Ia mengangkat satu tangan dengan jemari terkepal.
"Fighting! Aku tahu kau pasti bisa menghasilkan sesuatu yang hebat! Mixtape hanyalah hal kecil untukmu! Semangat!" ucap Namjoon membara. Hoseok hanya mengangguk, kemudian memasukkan satu lagi potongan kimbap ke mulutnya.
Untuk pertama kalinya, Hoseok ingin berterima kasih pada Min Yoongi yang berkeras untuk memasang lampu dengan Watt kecil di studio mereka. Karena Hoseok yakin, Namjoon tak akan sadar bahwa wajahnya sudah seperti kepiting rebus saat ini.
.
[You seemed so interested. Could you tell me
Was it real or was it all in my head?]
Sesi pemotretan untuk majalah Haruhana telah selesai. Seperti biasa, sesi wawancara akan digelar sebagai kolom tambahan selain foto-foto mereka yang dipampang di halaman majalah tersebut. Seorang wanita muda berperawakan mungil menghampiri mereka. Ia memperkenalkan diri sebagai pewawancara untuk hari itu.
Lalu sesi tanya jawab antara mereka dan sang pewawancara pun terjadi. Tidak ada yang istimewa, hampir sama seperti wawancara di tempat lainnya. Hanya perihal kegiatan mereka selama off stage, barang yang sering dibawa bepergian, lagu yang sering mereka dengarkan belakangan ini, dan lain sebagainya. Hanya hal biasa dengan jawaban yang tentu saja telah mereka siapkan sebelumnya.
"Baiklah, sesi pertanyaan berikutnya adalah pertanyaan yang diajukan fans kalian melalui twitter. Jika kalian seorang gadis, siapakah member yang akan kalian jadikan kekasih?"
Seokjin dan Jungkook langsung heboh berkata akan mengencani diri mereka sendiri. Sebuah hal biasa mengingat Seokjin yang narsisnya minta ampun dan Jungkook yang paling ogah jika harus disuruh memilih hyung-nya. Yoongi sebenarnya juga menjawab akan mengencani dirinya sendiri dengan alasan yang tidak jauh berbeda dengan Seokjin, hanya saja penyampaian yang lebih tenang. Sementara Jimin menyebutkan nama Jungkook sambil terkikik, entah karena apa.
"Aku akan memilih Jhope-hyung karena Hyung senang melakukan pekerjaan rumah, jadi sepertinya hidupku akan sangat menyenangkan sekali jika memiliki pasangan seperti Hyung."
"Itu namanya memanfaatkan orang lain Taehyung-ah, kau jahat sekali." ujar Jimin. Taehyung hanya menunjukkan cengiran kotaknya tanpa menjawab.
"Ah, sepertinya aku juga akan memilih Jhope," ucap Namjoon tiba-tiba. Hoseok langsung mengalihkan pandangannya pada pemuda bersurai peach itu. Tidak menyangka akan mendengar namanya yang disebut Namjoon.
"Aku bukan seseorang yang menyukai laki-laki atau perempuan dengan kesan bad. Aku malah lebih menyukai seseorang yang benar-benar bisa menunjukkan perasaannya padaku. Jika aku perempuan, aku akan memilih laki-laki yang akan memperlakukanku dengan serius. Dan Hoseok nampaknya memiliki itu semua." terang Namjoon. Anggota yang lain langsung saja berdecak kagum mendengar jawaban Namjoon yang terkesan serius. Kecuali Hoseok yang malah membeku di bangkunya.
"Lalu bagaimana dengan Hoseok-san?" tanya sang pewawancara. Hoseok tersentak.
"Ah, oh, kalau aku, aku akan memilih RM. Sepertinya akan menyenangkan bila menjadi pacarnya. Kau akan dibuatkan lagu romantis olehnya... yaa, semacam itulah." ujar Hoseok. Yang lain mendengungkan kata-kata setuju dengan ucapan Hoseok. Pertanyaan pun berlanjut, tetapi pikiran Hoseok sudah melanglang buana karena jawaban Namjoon.
Ia tahu persis bahwa apa yang dikatakan Namjoon mungkin saja hanya sebuah gimik untuk menyenangkan hati fans mereka. Tetapi, apakah salah bila sebuah harapan bahwa Namjoon juga memiliki rasa yang sama timbul karena jawaban itu?
.
[He's so pretty, you two look so great]
Hoseok sudah puluhan kali melihat Namjoon dan Seokjin berdampingan. Saat mereka memproduksi lagu. Rekaman. Wawancara. Foto setelah konser atau acara penghargaan. Shooting untuk konten Vlive. Bahkan ketika mereka menghabiskan waktu santai di apartemen. Sesering itu.
Seperti saat ini, Seokjin dan Namjoon sedang memasak di dapur. Hoseok tahu betul bahwa Namjoon tidak bisa memasak dan kadang ia hanya membuat kacau. Tetapi Seokjin sama sekali tidak menyuruhnya menjauh. Pemuda berjulukan worldwide handsome itu hanya sekadar mengomel, namun tetap mengizinkan Namjoon di dekatnya selama memasak.
"Hyung, memotongnya begini?"
"Astaga Namjoon, sudah berapa kali sih kau melihatku memotong bawang? Kalau begitu caramu memotong, kau malah akan terluka karena pisaunya. Coba lakukan seperti ini." yang lebih muda hanya memasang cengiran dan memperhatikan pemuda berapron pink itu memotong.
Hoseok berusaha untuk mengalihkan seluruh perhatiannya pada layar ponsel canggih yang menampilkan laman twitter. Tapi tidak. Ia tidak berhasil. Telinganya seratus persen mendengarkan setiap obrolan yang terjadi di dapur, di hadapannya. Kalau seorang Jung Hoseok boleh jujur, ia merasa cemburu.
.
[Time for me to move on now
It was probably just a silly crush anyway]
"Kau tidak bisa membohongiku, Hyung. Kau menyukai Namjoon-hyung kan?" Jimin menatap Hoseok tepat di mata. Mencari jawaban yang tak bisa diungkapkan Hoseok lewat lisan.
Hoseok sendiri bungkam. Ia bingung hendak berkata apa pada adiknya ini. Tak ada pembelaan yang bisa ia ucapkan. Jimin terlalu frontal dalam memberikan pertanyaan.
"Hyung, aku mungkin tak se-sensitif Taetae untuk hal perasaan, tapi aku melihat semuanya. Aku tahu ada hal yang berbeda dari caramu memandang Namjoon-hyung. Jadi jujur saja, kau memang menyukainya kan?"
Hoseok mengerjap lalu tertawa pelan.
"Entahlah. Tapi mungkin aku hanya mengaguminya saja, kau tahu? Seperti Jungkook yang juga mengagumi Namjoon—"
"Hobi-hyung, ini berbeda. Pancaran mata kalian memberikan arti yang jauh berbeda. Aku tahu seperti apa binar mata Jungkook saat menatap Namjoon-hyung. Kau memang menatapnya dengan pandangan berbinar, tapi kesannya berbeda. Kumohon, jangan membohongiku. Aku janji, aku tak akan bilang pada siapapun." Jimin masih memandang Hoseok lekat. Alih-alih menjawab, Hoseok langsung mengalihkan pandangan dengan senyum penuh arti di wajah.
"Kuanggap itu jawaban 'iya', Hyung. Kau bisa pegang janjiku sekarang." ujar Jimin.
"Kau tahu Chim, pertanyaan seperti itu malah membuatku makin dilema dengan perasaanku saat ini." ucap Hoseok pelan. Jimin terkikik.
"Awww Hobi-hyung yang sedang jatuh cinta ternyata sangat sendu ya. Penuh kegalauan dan gundah gulana nanana."
"Ck, diam Chim."
"Hehehehe, maaf Hyung. Tapi kegalauanmu benar-benar terlihat." Hoseok tidak menjawab kali ini. Ia malah menghadapkan wajahnya pada Jimin dengan pandangan paling menyedihkan yang pernah Jimin lihat.
"Chim. Kumohon rahasiakan hal ini pada siapapun." ucap Hoseok lirih.
"Kau bisa percaya padaku Hyung. Aku janji."
Setidaknya Hoseok memang bisa memberikan kepercayaannya pada adiknya yang satu ini. Ia tahu Jimin memang terpercaya untuk urusan rahasia. Ia benar-benar belum siap bila orang lain tahu isi hatinya.
Atau lebih tepatnya, belum siap untuk menerima konsekuensi atas perasaannya.
.
[But I just can't help but think
That we, we could have had something]
Angin malam itu berhembus, menabrak dedaunan pada pohon yang menjulang. Menimbulkan bunyi gemerisik yang terdengar mengerikan mengingat hari baru menunjukkan pukul empat pagi. Terlalu dini untuk mengadakan jalan-jalan di taman, namun ini yang sedang dilakukan oleh dua orang pemuda yang berbagi tahun kelahiran yang sama.
Sebagai seorang artis, berjalan-jalan di taman pada siang hari hanya akan menimbulkan keramaian tersendiri karena para fans pasti akan mengerubungi dirimu. Lalu kau akan kehilangan esensi dari 'jalan-jalan' yang bertujuan untuk melepas penat. Jadi, bukan hal yang aneh jika pagi buta seperti ini, taman memiliki sisi kehidupan lain yang jarang diketahui manusia pada umumnya.
Kedua pemuda itu berjalan dalam diam. Menikmati keheningan dan kesejukan yang melingkupi diri mereka. Tak ada satu pun yang berani berbicara karena takut mengusik kedamaian yang ada.
"Di musim panas seperti ini suhunya memang pas. Kau tidak akan menggigil walau hanya menggunakan celana pendek dan jaket." Namjoon akhirnya yang duluan membuka suara. Kemudian menghirup dalam-dalam udara pagi itu.
"Kau benar. Tidak seperti musim lainnya yang kadang menggunakan jaket tebal pun masih terasa dingin." timpal Hoseok. Mereka tidak berkata-kata lagi hingga akhirnya menemukan bangku dan memutuskan untuk istirahat sejenak.
Kegiatan jalan pagi ini sebenarnya jarang mereka lakukan. Biasanya mereka memilih untuk pergi sendiri atau dalam kasus Hoseok, mengajak Jimin. Namjoon baru akan memintanya untuk menemani ketika ia sedang memiliki beban pikiran dan butuh seseorang untuk memberikannya pencerahan.
Sebelum akhirnya mereka sampai di sini, Namjoon telah menceritakan masalah yang ia hadapi. Tidak jauh-jauh dari kegelisahannya sebagai seorang leader grup. Tentang dirinya yang harus menghadapi komentar pedas para warganet. Serta tentang beban yang harus ia pikul sebagai penyambung lidah antara agensi dan grup mereka. Hampir semua masalah Namjoon, Hoseok mengetahuinya.
Sebenarnya Hoseok sendiri tidak benar-benar mengerti apakah saran dan masukan yang ia beri pada Namjoon benar-benar berarti. Terkadang Namjoon hanya akan mendengarkannya dalam diam. Kadang ia mengangguk, setuju akan perkataan Hoseok. Itu saja, tidak ada respon lain. Namjoon bahkan tidak pernah membantah, meski Hoseok sendiri tidak yakin dengan apa yang ia sendiri ucapkan. Begitulah Namjoon di mata Hoseok. Pemuda dengan jalan pikiran yang benar-benar sulit untuk ditebak.
"Kau tahu Hobi? Aku bersyukur kau bergabung dengan Bangtan. Lebih bersyukur lagi, karena kau di sisiku selama ini." ucap Namjoon sambil memejamkan mata. Hoseok, untuk kesekian kalinya, berusaha untuk tidak mengacuhkan debaran yang timbul karena omongan Namjoon.
"Hampir semua saran yang kau berikan selalu bermanfaat untukku. Kau juga bisa memberikan masukan yang berguna demi Bangtan. Sepertinya posisi leader itu harusnya untukmu ya?"
"Mana bisa begitu." timpal Hoseok meninju bahu Namjoon pelan sambil tertawa.
"Posisi itu sudah pasti untukmu. Aku belum tentu mampu mengatur member yang lain sepertimu. Aku juga belum tentu memiliki kesabaran seperti dirimu Namjoon. Serius, aku pasti hanya akan mengomel apalagi jika harus berurusan dengan para maknae." sambungnya. Namjoon tidak mengucapkan sepatah kata pun, namun langsung berbalik dan memandang wajah Hoseok.
"Terima kasih banyak Hoseok. Untuk kehadiranmu, di hidupku." ucap Namjoon pelan. Tak ketinggalan sebuah senyuman yang menunjukkan dua buah lesung pipi terpatri di wajah Namjoon. Senyuman manis yang membuat semua orang tergila-gila padanya. Senyuman yang membuat hati pemuda Jung itu berdesir hangat.
"Terima kasih kembali, Namjoonie…"
.
[Have I really been blind to reality?]
Malam itu para member Bangtan sedang berkumpul bersama di ruang tengah. Mereka akan melakukan movie night, waktu dimana semua anggota berkumpul dan menonton sebuah film bersama-sama. Biasanya mereka melakukan ini tiap malam selasa atau kamis. Atau tergantung kapan mereka memiliki waktu kosong.
Seokjin dan Jungkook sedang membuat popcorn di dapur, sementara yang lain masih sibuk memilah-milah film yang akan mereka tonton. Tepat saat popcorn selesai dibuat, pilihan film sudah ditentukan. Mereka memilih untuk menonton Guardian of The Galaxy, film pahlawan super keluaran Marvel.
Jungkook membawa dua mangkuk besar berisi popcorn, kemudian menempatkan dirinya di tengah-tengah lantai berkarpet hijau. Jimin berada di sisi kiri, sementara Yoongi tidur menyamping di sebelah kanan Jungkook. Taehyung duduk di sofa, bersebelahan langsung dengan Hoseok. Di sisi lain sofa ada Namjoon serta Seokjin yang baru saja duduk di samping Namjoon bersama sebuah mangkuk kecil berisi popcorn.
Namjoon yang dari tadi sedang asyik berselancar di dunia maya langsung melingkarkan lengannya di pundak Seokjin saat merasakan sofa disebelahnya terisi. Sementara itu sang pemuda bersurai jelaga segera saja menyamankan posisi kepalanya di pundak Namjoon. Posisi keduanya mungkin lebih akrab disebut sebagai cuddling. Sebuah posisi yang makin terang-terangan mereka tunjukkan sejak sebulan lalu, saat akhirnya mereka mengakui bahwa mereka memang tengah menjalin hubungan romantis.
Awalnya para anggota memang curiga dengan segala gerak-gerik kedua pemuda bermarga Kim itu. Mereka sering terlihat bersama, namun bila sadar akan kehadiran kamera, mereka akan segera menjauh dan bertindak bahwa mereka tidak melakukan apa-apa. Selain itu mereka juga terlalu sering mendapati keduanya pergi diam-diam entah untuk makan atau melakukan hal lain.
'Seperti orang yang pacaran.' itu yang ada di pikiran para member.
Hingga akhirnya pada suatu malam, para member melakukan interogasi singkat pada Namjoon dan Seokjin. Mereka yang sudah terpojok mau tidak mau mengakui bahwa mereka memang sedang menjalin hubungan. Bahkan Bang PD sendiri sudah mengetahuinya. Hanya saja si pemilik agensi meminta mereka untuk merahasiakannya, takut jika mereka mengatakan apa yang terjadi, hubungan antara mereka dan yang lainnya terasa awkward.
Alih-alih canggung atau tidak setuju, para pemuda lainnya malah berteriak senang dan memukuli pundak Namjoon dan Seokjin. Mengucapkan selamat serta ungkapan bahwa ternyata dugaan mereka benar. Bahkan Taehyung dan Jungkook ternyata melakukan taruhan akan keduanya.
Diantara yang lain yang sedang mengucapkan selamat, terlihat seorang Jung Hoseok dengan senyuman cerah, menjabat tangan Namjoon serta Seokjin dengan erat.
"Kalian memang serasi sejak awal aku melihat kalian. Kuucapkan selamat, semoga hubungan kalian langgeng." ucap Hoseok. Seokjin langsung memeluk tubuh Hoseok serta mengucapkan terima kasih. Namjoon sendiri hanya memberikan senyuman tulus pada Hoseok, sebuah ungkapan terima kasih. Di belakang Seokjin, ia melihat Jimin yang menatapnya dengan pandangan penuh arti. Ada secercah rasa iba dan kasihan di sana.
Hoseok memberi isyarat kedipan singkat, lalu tersenyum samar ke arah Jimin. Memberitahu adiknya itu bahwa dirinya baik-baik saja.
"Apakah kalian akan memberitahukannya ke publik?" tanya Hoseok kemudian. Namjoon menggeleng.
"Tidak. Belum, lebih tepatnya. Kami belum siap dengan respon Army dan kami rasa ada baiknya kami memang tetap menyimpan ini untuk tetap menjadi rahasia." lanjut Namjoon. Hoseok mengangguk, sebelum melepaskan diri sepenuhnya dari Seokjin.
Ia mengambil beberapa langkah mundur. Menatap pasangan yang berbahagia itu dari kejauhan.
Ia bahagia, sungguh. Melihat seorang Kim Namjoon bisa tersenyum begitu lebar adalah kebahagiaannya tersendiri. Ia senang bisa melihat Namjoon bebas menunjukkan kasih sayangnya pada orang yang ia cintai.
Hanya saja, ada hal yang mengganjal untuk Hoseok.
Untuk semua perhatian yang ia dapatkan dari Namjoon.
Untuk semua perlakuan yang ia dapatkan dari Namjoon.
[Baby tell me...]
Dan untuk semua afeksi yang Namjoon tunjukkan padanya.
[Was it real or was it all in my head?]
Apakah ini sebuah kenyataan, atau hanya sinyal yang salah dalam kepalanya?
.
.
.
End
