(Yang Lainnya)
By Galang
Disc:M.Khisimoto.
Genre:Family Friendship.
Rated: K
Main Chara: Uchiha Family.
00000000000000000000000000000000
Chapter 1:Sarada
Sebuah Mobil berwarna Hitam sedang memasuki Halaman. Mobil itu berhenti ketika memasuki ruangan garasi.
Pintu kanan Mobil terbuka, menampilkan seorang gadis kecil yang manis turun dari mobil tersebut.
Kemudian tangan mungilnya menutup kembali pintu Mobil. Dengan langkah kecil gadis tersebut berjalan menuju Pintu kiri Mobil yang sudah terbuka dan menampakkan seorang Pria dewasa yang memakai setelan Jas.
"Hn, Sarada bawa koper Ayah ke dalam". Kemudian Pria itu memberikan Koper yang sejenak ia tenteng tadi pada Gadis kecil yang bernama Sarada.
"Baik Ayah" ucapnya riang, mengembangkan senyuman manisnya, terlihat juga mata Gadis kecil itu menyipit dibalik Kaca matanya yang berbingkai merah.
Gadis tersebut langsung melenggang pergi memasuki Rumah yang cukup mewah desainnya, Rumah yang disetiap bagiannya ditempeli Oleh tehel berwarna Biru cerah.
"Aku pulang... " teriak Sarada dengan riang.
"Selamat datang" Sambut Seorang Wanita yang tampak Cantik, mengenakkan pakaian berwarna Merah berlengan panjang, dan juga rok yang panjang berwarna Hitam, Rambut Pinknya dikuncir.
Wanita tersebut langsung mengambil Koper yang diberikan Sarada.
"Mana Ayah? " tanya Wanita tersebut seraya berjongkok dihadapan Sarada, menyetarakan tinggi mereka.
"Itu Ayah... " ucap Sarada sambil berbalik menengok kebelakang, dan terlihat Pria yang barusan bersama Sarada tadi.
"Sasuke, selamat Datang" sambutnya pada Pria yang tak lain adalah Suaminya.
"Hn, didepan Aku melihat sepeda motor yang tak asing" Ucap Pria yang bernama Sasuke.
"Yoo Sasuke... "
Diujung sana terlihat seorang yang sudah tak asing sedang duduk di sofa, sedang melambaikan tangannya pada Sasuke, pria yang seumuran dengannya berambut Kuning, bentuk rambutnya layaknya duren.
"Paman Naruto!... " teriak Sarada yang tampak terkejut senang mendapati pria yang tadi menyapa Ayahnya.
Segera Saja Sarada berlari menghambur pada Naruto, Sarada terlihat riang sekali ketika melihat pria Berambut kuning tersebut.
"Hn Naruto, kapan kau datang? " tanya Sasuke, sambil berjalan menuju tempat duduk Naruto.
"Baru saja... malahan aku belum dibuatkan minuman oleh Sakura" katanya dengan cengiran, Kini Naruto duduk berseblahan dengan Sarada.
Sasuke pun bergabung duduk dengan mereka, tapi ia duduk di sofa tunggal yang berdekatan dengan sofa yang ditempati Naruto dan Sarada.
"Paman, apa ada pemberian dari Himawari? " tanya Sarada tampak antusias, sambil memegang lengan kiri Naruto dengan kedua tangannya.
"Oh hahahhahaha, maaf yah Sarada, sepertinya kali ini tidak ada, tapi bukannya Himawari lupa, hanya saja ia mau menitipkan baju Boneka yang sudah tak layak dimainkan, jadi paman tak membawanya". jelas Naruto pada Sarada yang tampak kecewa.
"Yah paman... "
"Maaf yah Sarada" kata Naruto sekali lagi sambil mengusap Surai Raven Sarada.
"Apapun itu Paman, pasti aku menerimanya dengan senang, aku dan Himawari bertukar barang selama ini, padahal kami tak pernah bertemu sekalipun, yang kulihat bukan barangnya paman, tapi maknanya. " ucap Sarada panjang lebar.
Naruto sedikit kagum mendengar ucapan Sarada, memang benar jika Putrinya Himawari senang menitipkan barang padanya untuk diberikan pada Sarada. Sedikit lucu dipikirnya, sebab Sarada dan Himawari sama sekali belum pernah bertemu. pada awalnya kedua gadis kecil berbeda usia itu saling bertukar barang karena sewaktu tahun Lalu Naruto berkunjung ke rumah Sasuke. Saat itu Sarada memberikan Boneka Teddy pada Naruto dan berkata 'Paman punya anak perempuan kan? Aku sudah mau masuk kesekolah dasar jadi tak punya waktu memainkan boneka ini, kupikir daripada tak ada yang mainkan, boneka ini untuk anak paman saja' ucap Sarada kala itu. Dan semenjak itulah saat Naruto memberikan Boneka itu pada Himawari, putrinya gembira dan membalas memberikan barang jika tahu Naruto akan berkunjung ke rumah Sarada. Walaupun barang yang diberikan Himawari tak sebagus apa yang diberikan Sarada. tapi seperti Menjalin persahabatan diantara kedua Anak itu. saling bertukar barang, tapi sama sekali tak pernah bertemu. Sarada tak tahu bagaiman rupa Himawari, begitupun Himawari, yang mereka tahu hanyalah Nama masing-masing.
"Yah sudah, nanti kalau paman Berkunjung lagi kesini,paman akan bawakan pemberian Himawari yah" ucap Naruto lembut pada Sarada.
"Sarada, ayo ganti bajumu dulu, habis itu langsung makan" ucap Seorang Wanita yang bernama Sakura sambil membawakan Nampan.
"Baik bu, permisi paman..." Sarada langsung melenggang pergi, dengan berlari kecil ia menaiki tangga menuju kamarnya.
Sakura hanya tersenyum melihat kepergian Gadis kecilnya tersebut, lantas ia mendudukkan dirinya di sofa bersebrangan dengan Naruto.
"Naruto... "
Panggil Sasuke yang dari tadi diam duduk disofa.
"Ada hal apa kemari? " tanyanya lagi sambil mengambil segelas Susu yang dibawa Sakura tadi.
"Sasuke... " terlihat kemudian raut Wajah Naruto berubah, tampak Naruto sekarang lesuh.
"Ayahmu sakit disana" sambung Naruto kemudian sambil menatap Sasuke.
Sasuke hanya diam, sambil menghembuskan Nafasnya pelan, kemudian berkata:
"Apa hanya itu yang mau kau bilang?" tanya Sasuke datar.
Nampak Naruto seperti terkejut ketika Sasuke bertanya seperti itu.
"Sasuke... apa kau tak berniat sedikitpun menengok mereka? sudah bertahun-tahun lamanya. Apakah kau masih dendam? oh ayolah Sasuke, mereka itu keluargamu juga! " Naruto seperti menyiratkan emosi berusaha menyadarkan Sasuke.
"Kau tak tahu apa-apa Naruto, Kau tak tahu apa yang mereka lakukan padaku dan Sakura dulu." Ujar Sasuke yang tak mau kalah.
Sakura nampak diam, Wanita itu menundukkan kepalanya, merenungi kalimat Naruto, tersirat rasa bersalah pada Hatinya.
"Aku memang tak tahu apa-apa, tapi yang kutahu kalian adalah Keluarga, kalian punya ikatan, setidaknya jenguklah mereka. " sergah Naruto tetap menatap mata Sasuke.
"Keluarga? ikatan? siapa yang salah? apakah mereka tahu perasaanku? mereka mengusirku, mencaci Sakura, itu yang kau bilang Keluarga?" Sasuke berkata remeh pada Naruto.
"Itu sudah lama Sasuke, maafkanlah mereka, keduanya adalah Orang tuamu yang sudah membesarkanmu selama ini, apa ka... " belum sempat Naruto meneruskan Kalimatnya, Sasuke sudah memotongnya.
"Adakah orang tua yang tega mengusir anaknya! Lihat aku Naruto, kau tahu kan bagaimana menderitanya aku pada waktu itu? aku dan Sakura membuang rasa malu waktu itu." Potong Sasuke sedikit meninggikan suaranya.
"Setidaknya kau tetap anak mereka, kalian keluarga dan memiliki ikatan" ucap Naruto tenang.
"Keluargaku disini, hanya Sakura dan Sarada, itulah ikatan kami, kami tak butuh siapapun" ucap Sasuke dan sedetik kemudian bangkit dari duduknya beranjak dari situ.
"Sasuke..." Panggil Sakura kemudian mengikuti Suaminya yang tampak berlalu ke pintu keluar.
Sementara Naruto terdiam, memikirkan Sesuatu. sepertinya tak bisa membujuk Sasuke, Sasuke sangat keras. bukankah itu orang tuanya?.
Sementara sibuk memikirkan sesuatu, Naruto mendongakkan kepalanya, matanya menatap seorang Gadis kecil yang berdiri di anak tangga, gadis kecil itu tak lain adalah sarada yang sudah mengganti pakaiannya, terlihat dari raut wajah Sarada, tampaknya anak itu mendengarkan percakapan mereka tadi.
Naruto memanggil Sarada yang berdiri di anak tangga tersebut. dengan langkah kecil Sarada menuruni tangga dan menghampiri Naruto.
"Sarada... paman akan pulang, jadi apakah ada yang mau kau titipkan untuk Himawari?" tanya Naruto lembut.
"Paman... Bagaimana keadaan Kakek disana? " tanya Sarada dengan kekhawatiran.
"Hmm kakekmu sedang sakit Sarada, tapi tak apa-apa hanya sakit ringan saja, oh yah Sarada tak pernah kan bertemu mereka? " tanya Naruto.
Sarada hanya menganggukan kepalanya.
"Kakekmu Namanya Uchiha Fugaku, dan nenekmu Uchiha Mikoto, mereka tinggal di Desa yang sama dengan Paman" jelas Naruto dengan senyumannya.
"Aku ingin bertemu dengan mereka paman" Ucap Sarada dengan tampang memelas.
Naruto sedikit berpikir, melihat raut Wajah Sarada membuatnya seakan Kasihan, pasti Anak ini penasaran bagaimana sosok Kakek dan Neneknya tersebut. Sosok kedua orang yang sudah membesarkan Ayahnya.
'Mereka pasti sangat gembira jika bertemu dengan Sarada' batin Naruto membayangkan Mikoto yang akan senang jika melihat cucunya yang tak pernah ia jumpai sebelumnya.
o0o
"Sasuke kau mau kemana?... " tanya Sakura yang sudah menghampiri Suaminya yang nampak akan membuka pintu Mobil.
"Ada urusan di kantor, jadi aku mau kembali kesana". ujar Sasuke seraya berbalik menatap Sakura istrinya, tampak Sakura seperti memandangnya dengan kecemasan.
"Sasuke, ada baiknya kita mengunjungi orang tuamu. " bujuk Sakura sambil mendekatkan dirinya pada Sasuke yang masih mematung didekat mobil.
"Mereka pasti senang, kurasa mereka rindu denganmu Sasuke, apalagi Ayah sedang sakit". tambah Sakura yang kini memegang kedua tangan suaminya itu.
Sasuke bungkam, dia menatap iris Emerald istrinya dalam, menyalurkan bagaimana perasaannya lewat tatapan itu. Entah kenapa hatinya begitu keras, sudah lama, mungkin bertahun-tahun ia tak pernah bertemu dengan keluarganya disana, dia hanya mendengar kabar mereka dari Naruto yang sesekali datang berkunjung ke rumahnya. Ada sedikit perasaan rindu yang hinggap direlung Hatinya, tapi itu semua tersingkirkan oleh amarah yang membuncah ketika ia mengingat bagaimana dirinya di usir oleh keluarganya pada saat itu. Apakah ini dendam? Sasuke yang sejak itu terus menutupi memorinya dengan amarahnya.
"Kurasa Ibu juga akan senang melihat Sarada, Karena Sarada cucunya". Kini Sakura membelai pipi sang Suami dengan Halus.
Tak ada respon dari Sasuke, membuat Sakura berusaha ingin meyakinkan Suaminya itu. Berusaha menyentuh sisi lembut dari Sasuke, menyadarkannya bahwa Amarah yang ia pendam selama ini hanyalah sia-sia, membukakan mata Sasuke mengenai Fakta bahwa mereka mempunyai hubungan darah.
"Bagaimanapun mereka di masa lalu, itu tak merubah bahwa kalian mempunyai hubungan darah, kalian adalah keluarga, mereka yang membesarkanmu selama ini Sayang". tatapan Sakura melembut, sekilas raut wajah Sasuke yang datar kini berubah sendu, tapi itu hanya sementara saat Sasuke menggantinya dengan tatapan seperti memendam Amarah.
"Aku mau pergi ke Kantor, ada yang harus kulakukan". mengacuhkan Sakura yang berusaha membujuknya, kini Sasuke memasuki Mobilnya dan langsung menghidupkan mesin Mobilnya.
Sakura hanya menghembuskan Nafasnya pelan ketika melihat mobil Suaminya berjalan mundur, keluar dari halaman. dan kemudian Mobil tersebut langsung Jalan setelah sesuai dengan jalurnya.
Sakura nampak lesuh kembali memasuki rumahnya.
o0o
Kini Sakura sudah berada dalam rumahnya, ia melihat Naruto dan Sarada tampak berbincang-bincang. Sarada seperti menanyakan Sesuatu pada Naruto, sesaat Sakura mendekat, mereka pun menghentikan obrolan mereka.
"Kemana Sasuke? " tanya Naruto yang kini sudah bangkit dari duduknya.
"Dia pergi ke Kantor, katanya ada urusan". Jawab Sakura nampak lesuh, Sakura menatap Putrinya yang diam di sofa, putri kecilnya yang selalu menanyakkan sosok Kakek dan neneknya.
Naruto tak bisa berbuat apa-apa lagi, sepertinya dia akan pulang saja, kembali ke Desa Konoha.
"Aku pulang dulu yah" ucap Naruto sambil mengambil tas hitamnya yang ia letakkan dilantai tadi.
Saat Sakura ingin bersuara, tiba-tiba Sarada langsung berdiri dan berkata:
"Ibu... "
Sakura mengalihkan pandangannya pada putrinya, dibalik kaca Mata itu terlihat tatapan yang sama seperti suaminya, Tatapan Sasuke ketika memutuskan Sesuatu.
"Aku ingin ikut dengan paman Naruto" ucapnya lantang tanpa Ragu.
Sakura terkejut dengan perkataan Sarada, dan Naruto tak tahu harus bersikap seperti apa.
"Kenapa mau ikut paman Naruto? Sarada mau apa kesana" sedetik kemudian Sakura mendekati putrinya, dan duduk di sofa lalu menarik Sarada menghadap padanya.
Sarada berdiri menghadap Ibunya yang duduk di sofa, tekadnya sudah bulat kali ini.
"Aku... Aku ingin bertemu Kakek dan Nenek di sana. " ucapnya seketika.
Sakura tak bisa menimpali apapun, perasaannya campur aduk saat ini.
"Lagipula aku seminggu ini akan libur Bu, kakak kelas akan mengadakan Ujian besok." Ucap Sarada masih terus memandangi wajah ibunya, terlihat tatapan memohon Sarada dibalik kaca Matanya itu.
"Sarada..., Ibu sebenarnya mengijinkanmu, tapi bagaimana dengan Ayahmu? " Kata Sakura sambil memegangi kedua bahu putrinya.
"Hm Lain kali saja yah Sarada" tambah Sakura lagi.
Segera saja Sarada langsung menepis kedua lengan Ibunya itu, terlihat Sarada sepertinya kesal karena tak bisa pergi mengikuti Naruto.
Sakura yang melihatnya hanya pasrah akan kelakuan Anaknya. Sementara Naruto yang dari tadi diam kini ikut bersuara.
"Dengarkan kata Ibumu Sarada, nanti lain kali saja kau ikut yah" Naruto membujuk Anak sahabatnya itu.
Sarada menundukkan kepalanya, terlihat kedua bahu gadis kecil itu bergetar, dan tak lama kemudian, meneteslah Air mata.
"Aku... Aku sudah lama memendam perasaan ini, Entah kenapa aku ingin sekali bertemu mereka" lirihnya dengan suara yang bergetar. Sakura kembali memegang kedua pundak Anaknya itu, dapat ia dengarkan isakkan kecil dari Sarada.
"Ibu tahu Sarada, tapi bagaimana dengan Ayah? " tanya Sakura, jujur dia tak tahu harus berkata apa lagi untuk putri kesayangannya. dalam hati ia mengijinkan Putrinya itu bertemu dengan keluarga Ayahnya. Tapi Sakura takut, pasti Suaminya akan marah.
"A-aku mengerti... tapi sebegitu bencikah Ayah pada Kakek dan Nenek?. Mereka juga keluargaku kan? dan apa salahnya jika sekali ini aku ingin bertemu mereka". Kata Sarada sambil menunduk, isakkan yang ia tahan dengan mudahnya lolos dari mulutnya, sekali lagi ia menggigit Bibir bawahnya agar isakkannya tak terdengar.
"Maka dari itu, aku mohon, sekali saja... sekali ini saja izinkan aku bertemu mereka, Aku ingin mengenal mereka, aku ingin dikenal mereka, sehingga setiap mendoakan semua keluargaku, aku bisa membayangkan Wajah mereka" tambahnya lagi masih kukuh menahan isakkannya agar tak lolos, dengan sekuat tenaga juga ia menahan gerakan tubuhnya.
Sakura tak bisa berkata apa-apa selain diam, Naruto cukup tersentuh mendengar kalimat Sarada, Naruto mengerti perasaan ini. Perasaan yang ingin bertemu dengan seseorang yang bisa dibilang masih dekat dengan mereka. Perasaan rindu, tapi bingung merindukannya bagaimana, karena sama sekali tak pernah saling bertemu.
"Sarada... "
Panggil Sakura begitu tulus, kini Emeraldnya tampak berkaca-kaca. perkataan putrinya tadi sukses menghantam Hatinya.
"Walaupun tak pernah bertemu, Ibu yakin, Kakek dan Nenek pasti menyayangi Sarada, walaupun tak tahu bagaimana rupa Sarada. Mereka pasti menyayangi Sarada, karena Sarada adalah cucu mereka".
Tak bisa tertahankan lagi Air mata Sakura mengalir dipipi, tangannya tampak bergerak mengusap-usap kedua bahu putri kesayangannya itu.
"Sekali ini saja bu... Aku mohon" Terdengar permohonan Sarada yang tampak tulus. Sarada sudah tak bisa menahan air matanya yang ingin keluar. kaca matanya tampak mengaburkan penglihatannya kini.
Sakura mengelus pipi kiri Anaknya itu, dengan senyuman dia berkata.
"Lain kali saja yah Sarada..."
Hening beberapa Saat, Sarada tampak kecewa, apakah dia tak bisa bertemu dengan Kakek serta neneknya?. perasaannya bergejolak ingin marah, Amarahnya meluap-luap saat itu.
"Hn".
Gumamnya, dan dengan acuh membalikkan badannya, melangkah menjauh dari Ibunya. Kaki kecil itu berjalan menyusuri tangga. Sakura hanya memandang lemas punggung putrinya itu, sempat ia lihat tatapan terluka putrinya.
"Sakura... aku permisi pulang dulu yah".
Ucap Naruto yang sedari tadi hanya diam melihat interaksi anak dan ibu itu. Dia mengerti Keadaan mereka saat ini. Sakura sangat mencintai Sasuke, sebab itu ia tak mau mengambil keputusan jika belum disetujui oleh suaminya.
"Hmm iya Naruto, apakah Sarada sudah memberikan titipannya untuk Anakmu? " tanya Sakura yang sudah mengganti raut wajahnya seperti biasa.
"Ah kali ini tak usah dulu, lagian Himawari juga tak menitipkan sesuatu untuk Sarada, sebenarnya tadi ada, tapi aku tak membawanya ahahahahhaa" kata Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Aku pulang dulu yah, salam untuk Sasuke". pamit Naruto kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu.
Sakura terdiam saja, ia menatap kepergian Naruto dengan tatapan kosong, terlintas dipikirannya tentang Sarada yang memohon padanya. Betapa ingin Anak itu bertemu dengan kedua orang tua Suaminya. Hinggap rasa sesal, mungkin Putrinya kesal padanya nanti, dan pasti akan mengurung diri di dalam Kamar.
Tatapan terluka itu sungguh mengiris hatinya, bagaimana tidak?. Selama ini ia terus memberikan janji pada Sarada, jika suatu saat Nanti pasti akan bertemu Dengan keluarga Sasuke alias Kakek dan Neneknya. Terlintas wajah bahagia putrinya kala mendengarkan itu. Putri semata wayangnya itu tak henti-hentinya menanyakan keluarga dari sang Ayah. Pernah sekali ia membawa Sarada kerumah orang tuanya, dan nampak Sarada sangat bahagia, tapi Sarada tak puas, Sarada juga mau melihat keluarga dari Sasuke, sosok yang membesarkan dan merawat Ayahnya.
Bergelut dengan ingatan-ingatan itu semakin membuatnya menyesal, ada sedikit rasa sakit yang ia rasakan. Kasihan putrinya itu.
"Naruto... tunggu sebentar".
Sakura menahan kepergian Naruto yang sudah ada diambang pintu.
o0o
Didalam ruangan kamar bercatkan biru gelap, terlihat seorang Gadis kecil duduk ditepian kasurnya sambil memangku sebuah bantal yang warnanya senada dengan dinding kamar tersebut.
Dia tumpahkan tangisannya, menangis tanpa bersuara, Kaca matanya kini tergeletak di kasurnya tepat disamping ia duduk sekarang.
Bantal yang dipangkuannya terlihat basah dipermukaan karena bulir-bulir air mata yang berjatuhan. Perasaan yang campur aduk antara kesal dan Sakit menjadi satu.
Tak ayal baginya mendengarkan perkataan Ibunya tadi yang menolaknya secara Halus, tapi entah kenapa ia seperti ini, seharusnya dia tak menangis, kasihan ibunya yang tak tahu harus mengambil pilihan yang mana. Seperti kata ibunya tadi yang sebenarnya mengizinkannya, tapi Ibunya tak mau jika Ayahnya marah nanti kalau sudah tak mendapati dirinya tak berada di rumah.
Apakah dia egois?. tapi untuk kali ini saja ia ingin bertemu dengan mereka. walau hanya sekali.
Tok... tok... tok.
Lamunannya terhenti kala mendengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar. Segera ia mengusap kedua matanya, dan mencoba menguasai dirinya agar tak menimbulkan suara tangis lagi. Sarada sudah menebak, pasti yang mengetuk pintu itu adalah Ibunya.
"Aku sedang tak ingin diganggu".
Ucapnya berharap Ibunya yang diluar sana mau mengerti dan tak menganggunya saat ini. biarpun mau dihibur saat ini, itu tak akan mengembalikan suasana hatinya yang sedang kacau.
"Ini aku... "
Terdengar suara seorang pria, suara yang sangat ia kenal, yakni suara sahabat Ayahnya tak lain adalah Naruto.
Sarada mengambil Kaca mata yang ada disebelahnya, kemudian memakainya, lalu seraya bangkit dari duduknya dan menuju langsung ke pintu kamarnya, memutar kunci pintu kemudian meraih kenopnya.
Terlihat Naruto berdiri setelah pintu terbuka, Senyum andalannya selalu terpatri diwajahnya.
"Tunggu ya paman, aku akan mengambilkan sesuatu untuk Himawari" setelah berkata seperti itu, Sarada lantas melangkahkan Kaki ke lemari pakaiannya. kemudian mengambil Salah satu Sweater berwarna putih, Sweater tersebut sudah tak muat ditubuhnya, mungkin ia berpikir ini akan cocok untuk Himawari.
Sarada memberikan sweater yang sudah ia lipat itu pada Naruto. Naruto tersenyum menerimanya, Naruto tahu maksud Sarada, mungkin Sarada berpikir kalau dirinya meminta sesuatu untuk diberikan pada Himawari.
"Hmm apakah ukurannya pas untuk Himawari, paman?" tanya Sarada penasaran.
Naruto tak menanggapinya, ia lantas Menyodorkan kembali Sweter putih itu. Sarada menerimanya dengan tampang yang bertanya-tanya.
"Eh? apakah jelek paman? baiklah aku ganti saja" ujarnya dan berniat untuk mencari sesuatu lagi untuk Himawari, tapi niatnya terhenti kala Naruto berkata:
"Kenapa bukan kau saja yang memberikannya sendiri? hm".
Sarada semakin Heran dibuatnya, bagaimana bisa ia memberikan itu untuk Himawari. Naruto pasti mendengar sendiri percakapannya dengan Ibunya barusan.
"Ayo kemasi barang-barang yang mau kau bawa, kutunggu dibawah yah". Ucap Naruto lagi.
Sarada terkejut, apa maksudnya? kemasi barang?. Sarada menatap Naruto, dalam tatapannya ia seakan minta penjelasan.
"Ibumu mengizinkanmu pergi bersama paman, kau mau menengok Kakek dan Nenekmu kan? ayo cepatlah berkemas".
Seketika raut Bahagia dan senang terpancar diwajahnya, kini ia terlihat tampak seperti orang yang paling beruntung.
"Benarkah Paman? benarkah? " tanyanya menggebu-gebu, ia tak menyadari kini dirinya sudah melompat-lompat kegirangan.
"Hmm begitulah, jadi... paman tunggu dibawah yah. " setelah berkata seperti itu, Naruto langsung beranjak dari Kamar Sarada.
Belum bisa ia percaya, dengan perasaan yang bahagia, ia langsung berlari kembali ke lemari pakaiannya, dan mengambil beberapa pakaian yang akan ia bawa.
"Apakah perlu dibantu? "
Terlihat Ibunya mencul dari balik pintu dengan tersenyum tulus. Seketika itu Sarada langsung berlari menghambur pada Ibunya.
"Terima kasih bu, terima kasih" ucap Sarada seraya memeluk erat pinggang Ibunya.
"Iya Sayang, ayo cepat bergegas, jangan membuat Paman Naruto menunggu lama" Kata Sakura sambil membalas pelukkan putrinya.
o0o
.
.
.
.
.
.
.
Kini Mereka berada dihalaman, terlihat Sarada yang memakai jaket Biru, dan juga jeans. saat in ia tengah berhadapan dengan Ibunya.
"Sarada, jangan repotkan Kakek dan Nenekmu disana yah". Kata Sakura seraya memberikan tas Ransel silver pada putrinya.
"Iya bu, eh Inikan Ransel Ayah bu. " ujar Sarada melihat tas silver berlambang Kipas ditengahnya.
"Hmm itu sebenarnya Ransel milik pamanmu" Ucap Sakura, Sambil memakaikan Ransel tersebut pada Sarada.
"Paman? Paman Naruto? " tanyanya lagi.
"Bukan paman Naruto, itu ransel Milik Kakak Ayahmu" jelas Sakura.
"Hee? jadi Ayah punya saudara? "
Sakura mengangguk sekilas.
"Namanya Paman Ithaci" Tamba Sakura kemudian menggiring Putrinya mendekati Sepeda Motor Naruto.
"Hehehe Pasti Ithaci terkejut melihatmu nanti" kali Ini Naruto yang bersuara, Naruto sudah bersiap diatas motornya.
Sarada Naik di Motor Naruto, dan duduk diJok belakang. Kini mereka sudah bersiap-siap Akan pergi.
"Ingat yah, jangan repotkan mereka disana Sarada" Ucap Sakura lagi mengingatkan Putrinya itu.
"Iya bu, Sarada ingat"
"Salam untuk mereka yah" Kini Motor sudah dinyalakan dan bersiap untuk berangkat.
"Sakura, aku pergi dulu yah, bilang sama suamimu, Sarada aku bawa eheheheh" Kata Naruto serata memakai helm berwarna Hitam, kemudian kaca helm itu menutupi seluruh bagian wajahnya.
"Hmm iya, Naruto hati-hati yah." Ucap Sakura sambil memasangkan helm pada Sarada.
Sarada memandang ibunya dengan senyuman bahagia, Senyuman terbaiknya sambil berkata:
"Aku pergi yah bu, sampaikan maaf pada Ayah, minggu depan Sarada pulang kesini lagi, Terima kasih bu" kata Sarada sedikit berteriak, karena suara motor agak bising.
"Soal Ayah serahkan saja pada Ibu, Sarada selamat bersenang-senang disana yah". Sakura kemudian menjauh selangkah setelah Sepeda motor Naruto akan jalan.
"Sakura, kami pergi dulu" ucap Naruto, dan langsung menjalankan motornya.
"Dadah... " Sarada melambai-lambaikan tangannya pada Sakura.
Sakura pun menatap kepergian Putrinya itu dengan senyuman yang manis.
"Sarada bahagia sekali, semoga kau bahagia".
Sejenak Sakura menghembuskan Nafasnya, berpikir mencari alasan yang baik untuk menghadapi Suaminya nanti.
"Hah terpaksa malam ini berdebat lagi".
TBC
A/N: bikin fic gaje lagi yak?... ahahahaha bagaimana tanggapan kalian man?
