Battle Scars

Disclamair : Masashi Kishimoto

By : Karayukii

Pair: NaruSasu (Always)

Rat: M

WARNING: BL, OOC.

.

.

.

Happy Reader

.

.

Seluruh warga di Uchiha distrik tampak pada suasana berkabung. Mengenakan baju serba hitam dengan wajah tidak kalah mendung dengan awan di langit pada saat itu. Hari ini adalah hari yang sama dengan hari lainnya, ketika awan hitam berkumpul di atas langit, menjatuhkan rintik-rintik kecil hujan ke bumi. Semua anggota Klan Uchiha kembali berkumpul di alun-alun menghadiri pemakaman sanak saudara mereka yang gugur dalam perang.

Lagi-lagi peperangan menjatuhkan korban. Peperangan yang tidak kunjung usai antara Konoha dan Klan Uchiha telah dimulai sejak empat belas tahun yang lalu. Ketika Klan Uchiha melakukan pemberontakan atas diskriminasi yang dilakukan pemerintah Konoha terhadap anggota klan. Segala tuduhan yang tidak berdasar, dan perlakuan buruk yang diterima telah membuat Uchiha memilih untuk memisahkan diri dari Konoha, membentuk daerah kekuasaan baru yang hanya dihuni oleh orang-orang keturunan Uchiha.

Hingga saat itu, perang dingin pun dimulai antara pihak Konoha dan Uchiha. Walau telah dilakukan beberapa aksi damai antara kedua pihak tapi kata perdamaian tidak pernah berhasil dicapai. Akibat kegagalan itu, peperanganpun tak bisa dielakan. Terus berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Bagai air dan api, Konoha dan Uchiha terus bertarung tanpa bisa disatukan. Korban terus berjatuhan dari kedua belah pihak, menyebabkan kerugian, derita, dan kesedihan yang dalam.

Pemakaman yang digelar hari ini adalah kejadian biasa yang terjadi di distrik Uchiha. Peti-peti berisi jenazah para anggota klan yang tewas berjejer di alun-alun. Rintik hujan yang semakin lama semakin deras seperti mewakili kesedihan mereka. Sisa anggota Uchiha yang tersisa tetap bertahan dibawah guyuran hujan, berdiri di tempat masing-masing mendoakan yang terbaik bagi mereka yang telah gugur dalam pertempuran.

Uchiha Itachi juga berada di sana, berdiri selangkah lebih depan dari yang lainnya. Mata onyxnya yang bersinar redup menatap peti mati dihadapannya. Sebuah foto dan karangan bunga yang telah basah oleh air hujan, diletakkan di atas peti jenazah itu. Bibir Itachi tidak komat-kamit mengalunkan doa seperti yang lainnya, bibirnya tetap terkatup rapat, menatap lurus ke peti mati ayahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Walau begitu, pikirannya terus diisi dengan pertanyaan yang sama.

Berapa banyak lagi anggota Uchiha yang akan jadi korban dalam peperangan ini? Kapan perang ini akan berakhir?

Itachi masih ingat jawaban ayahnya ketika ia menanyakan pertanyaan itu. Ayahnya hanya membuang muka sambil berkata dengan nada tegas.

"Perang ini masih jauh dari kata berakhir."

Hanya kalimat itu yang diperolehnya. Itachi yang sudah menghabiskan lima belas tahun masa hidupnya untuk menyaksikan satu persatu orang yang dikenalnya mati, sudah merasa lelah dan muak. Setiap minggu mereka terus menggelar pemakaman. Mengubur sanak saudaranya, teman-teman yang gugur karena perang yang tidak kunjung usai.

Mereka adalah pahlawan. Pahlawan yang gugur membela Klan Uchiha dan kita harus bangga karenanya.

Kata-kata ayahnya bergaung di dalam kepalanya, membuatnya berdecih. Bagi Itachi kematian mereka merupakan kematian yang sia-sia dan patut disesali.

Hujan turun semakin deras, pandangan orang-orang mulai mengabur di tengah hantaman hujan. Itachi membalikkan tubuhnya, dan langsung bertatapan dengan Sasuke. Adik kecilnya itu telah berumur sepuluh tahun. Tubuh kecilnya berdiri kaku, gemetar kedinginan di bawah guyuran hujan. Ia terisak dalam kesunyian. Satu lagi anggota keluarga mereka direnggut dengan cara yang mengerikan. Setelah kematian ibunya, kini ayahnya yang harus berpisah dengan mereka.

Itachi mengulurkan tangannya, meletakkannya diatas kepala adik bungsunya. "Jangan menangis, seorang laki-laki pantang untuk menangis." bujuknya sambil menundukkan kepala.

Sasuke mengangkat wajahnya, memperlihatkanmata onyxyang memerah karena sehabis menangis, bibirnya pucat, dan dia tampak benar-benar terguncang. "Apa yang akan terjadi pada kita setelah ayah mati?" Ia bertanya dengan suara gemetar dan dipenuhi dengan ketakutan.

Uchiha Fugaku adalah pemimpin Klan Uchiha. Dialah yang menopang, pemberi kekuatan, dan yang paling dihormati oleh seluruh anggota klan. Tapi setelah ia mati, apa yang akan terjadi pada mereka, para Uchiha? Sang bungsu sudah menyadari betapa pentingnya posisi sang ayah bagi Uchiha. Dan Itachi merasa sedih mengetahui betapa dalamnya pengetahuan sang adik tentang situasi saat ini. Sasuke tidak tumbuh seperti anak-anak lainnya. Ia tumbuh dibawah didikan keras ayahnya, yang terus menekannya agar menjadi petarung yang kuat dan punya harga diri. Tidak ada kata mengalah, tidak ada kata memaafkan, dendam adalah jalan keluar untuk memberikan kepuasan batin bagi orang-orang yang tersakiti.

Sasuke dibesarkan dengan cara yang keras. Jauh lebih keras dari Itachi yang lebih sering membangkang. Itachi lebih banyak menghabiskan waktunya di luar Uchiha distrik melakukan apapun yang tidak berhubungan dengan perang. Dan sekarang Itachi menyesali sikapnya itu. Akibat dari ketidakpedulian pada tanggung jawabnya sendiri, seluruh beban yang seharusnya berada dipundaknya malah diletakkan ke pundak Sasuke.

Itachi meletakkan kedua tangannya di bahu Sasuke. Matanya menatap adiknya dengan penuh kemantapan. "Kita akan baik-baik saja, aku berjanji padamu." Ia tersenyum menenangkan, dan Sasuke mengangguk memegang kata-katanya.

Mereka hanya berdua sekarang. Dan keduanya bersumpah akan menjaga satu sama lain.

.

.

.

Dunia pada zaman ini adalah dunia yang akrab dengan peperangan. Dipenuhi dengan negara-negara yang saling berebut tanah kekuasaan. Negara yang kuat akan bertahan dan negara yang lemah akan binasah. Sampai saat ini ada lima negara yang masih bertahan dan tidak bisa dianggap remeh, yaitu Konohagakure, Sunagakure, Kirigakure, Kumogakure, dan Iwagakure. Negara yang satu saling bermusuhan dengan negara yang lainnya. Kata perdamaian hanyalah mimpi belaka pada masa itu.

Klan Uchiha dulunya adalah bagian dari Konoha, tapi setelah kejadian tujuh belas tahun yang lalu, Klan Uchiha memisahkan diri dan membentuk daerah kekuasaan sendiri. Daerah yang dihuni oleh satu klan saja disebut sebagai distrik. Distrik Uchiha adalah salah satu distrik yang paling dihormati di antara yang lain. Klan ini banyak menghasilkan petarung-petarungkuat dan disegani oleh semua melakukan genjatan senjata dengan Konoha, beberapa pemuda dari Klan Uchiha biasanya disewa oleh negara lain jika terjadi konflik antar negara.

Itachi Uchiha telah menjabat sebagai pemimpin klan selama lebih dari tiga tahun menggantikan ayahnya. Ialah yang memutuskan untuk melakukan genjatan senjata dengan Konoha dan mulai menata ulang distrik Uchiha yang sempat terbengkalai karena perang berkepanjangan dulu. Walau daerah kekuasaan Uchiha kecil, tapi masyarakatnya hidup dengan baik dan cukup berlimpah dengan kekayaan.

Mereka menghasilkan senjata, dan melatih setiap pemudanya menjadi petarung yang patut untuk diperhitungkan. Banyak negara-negara yang saat melakukan pertempuran menyewa orang-orang dari Uchiha. Dengan menempatkan Uchiha di dalam pasukan mereka, persentase kemenangan bisa semakin tinggi.

Distrik Uchiha bisa dikatakan sebagai distrik militer. Sejak kecil anak-anak telah dilatih secara keras. Sekolah-sekolah yang berdiri di distrik ini hanyalah sekolah militer, dimana para anak-anak mulai dari umur 6 tahun diajari mengenai teknik bertarung tingkat dasar. Anak-anak umur empat belas tahun ke atas akan diajar mengenai teknik-teknik sharingan, dengan kata lain menginjak umur ini mereka diharuskan untuk mampu membangkitkan pada usia tujuh belas tahun mereka akan masuk ke label yang bisa bertempur, dan siap untuk dikirim ke negara lain untuk melakukan misi.

Tahun ini Uchiha Sasuke akan menginjak usia tujuh belas tahun. Sasuke dikenal sebagai ninja yang sangat berbakat dan menjanjikan. Ia cerdas, cekatan, dan kuat. Telah banyak teknik ilusi tingkat tinggi yang dikuasainya. Secara fisik, Sasuke tumbuh sedikit lebih tinggi dari teman-temannya, memiliki kaki yang jenjang, dada yang tegap dan mata onyx yang tajam. Ia juga dianugrahi ketampaman yang bisa membuat siapa saja menolehkan kepalanya kembali dengan tertarik jika tanpa sengaja berpapasan dengannya. Tapi dibalik itu semua, Sasuke memiliki sifat antisosial, dingin, dan angkuh warisan dari ayahnya.

Semua orang menduga, bahwa adik dari Uchiha Itachi ini akan bergabung ke dalam golongan ninja elit Uchiha. Golongan yangmenjalani misi tingkat S, yang hanya dilakukan oleh shinobi yang memiliki kemampuan diatas rata-rata ninja lain.

Sasuke hidup dengan tekanan batin yang seperti itu, dimana orang-orang memprediksikan masa depan yang cerah padanya. Tekanan di dada Sasuke sungguh berat, yang berusaha diimbanginya dengan terus berlatih ekstra keras. Sasuke memang bukan orang biasa, adik dari jenius Uciha Itachi itu juga menyadari bahwa dirinya spesial. Minimal sekarang Sasuke berhasil membangkitkan tiga tomoe dalam sharingannya diumurnya yang semuda ini.

Tinggal beberapa hari Sasuke akan berumur tujuh belas tahun, itu berarti tinggal beberapa hari ia akan melaksanakan misi sebenarnya optimis bisa melaksanakannya, tapi bagi dirinya, melaksanakannya saja masih belum cukup. Ia harus melakukan sesuatu yang membuat orang-orang terkesan dengan misi pertamanya.

Pagi-pagi sekali Sasuke telah bangun, langsung menuju ke bangsal rumah sakit untuk menemui kakak iparnya. Uchiha Izumi adalah istri dari Itachi. Seorang wanita cantik yang bekerja sebagai kepala bagian rumah sakit di distrik Uchiha. Kakak iparnya itu telah memutuskan untuk berhenti menjadi seorang petarung dan menjadi pekerja sipil dari tiga tahun yang lalu. Tubuhnya yang lemah tidak memberinya pilihan lain, ia selalu berakhir pingsan saat membangkitkan sharingannya. Walaubegitu, ia hidup dengan baik dan menikah dengan Itachi.

Sasuke mengetuk sekali di depan pintu kantornya, dan baru membukanya saat mendengar teguran dari dalam. Sasuke melihat Izumi mengenakan setelan jas putihnya dengan lambang Uchiha tersampir dibagian lengan. Ia duduk di depan meja dengan tumpukan buku-buku yang terbuka. Saat ia menengadahkan kepalanya menyambut Sasuke, wajahnya terlihat pucat, seakan ia tidak tidur selama berhari-hari, tapi disaat yang sama dia terlihat berseri-seri.

"Kau memanggilku?" tanya Sasuke dengan wajah tertarik. Kakak iparnya ini tidak pernah mengundang Sasuke ke tempat kerjanya, Sasuke biasanya hanya diundang ke rumahnya, jika ada perayaan kecil makan malam. Itu juga murni karena urusan keluarga belaka. Tapi dipanggil ke tempat kerjanya, itu adalah persoalan lain lagi.

Izumi tersenyum cerah. "Yup!" katanya bersemangat, sambil menutup salah satu buku di mejanya. "Aku membutuhkan sedikit bantuanmu."

"Apa yang bisa ku lakukan untukmu?"

Izumi mengamati Sasuke, wajahnya begitu bahagia seakan ia telah berhasil menemukan cara untuk mengatasi persoalan dalam hidupnya. "Aku membutuhkanmu untuk mengambil sebuah tanaman di gunung Rengyoudou."

Sasuke memiringkan kepalanya mendengar perkataan Izumi. Ada dua pertanyaan yang langsung muncul di benaknya. Ia memutuskan untuk langsung menyebutkan pertanyaan pertama. "Apa itu sebuah misi?"

Izumi melipat tangannya di dada. Ekspersinya terlihat berpikir. "Bisa dibilang ya bisa juga tidak."

"Aku belum tujuh belas tahun." Sasuke meragu.

Ada banyak peraturan di Klan Uchiha, salah satunya adalah seorang Uchiha dilarang mendapatkan misi sebelum ia berusia tujuh belas tahun, usia dimana ia benar-benar masak. Uchiha selalu berhati-hati dalam mengirim anggotanya untuk menjalankan misi. Karena setiap orang yang diutus selalu membawa nama Uchiha bersama mereka, kegagalannya merupakan kegagalan Uchiha.

Itachi telah berusaha keras untuk tidak membiarkan kegagalan semacam itu terjadi. Sistem baru yang diciptakannya selama ia memimpin telah membawa nama Uchiha ketingkat paling tinggi, dimana para negara lain menunduk hormat dan selalu berpikir dua kali jika ingin mencoba menyerang distrik Uchiha. Jika diperumpakan sebagai rantai makanan, Uchiha berada di bagian teratas. Selangkah lebih atas dari posisi ke lima negara lainnya. Hal inilah alasan kenapa distrik kecil Uchiha bisa bertahan di tengah-tengah negara besar yang haus akan kekuasaan.

"Aku tahu umurmu belum tujuh belas tahun, Sasuke-chan," sahut Izumi dengan geli. Ia memang selalu menambahkan embel-embel 'chan' di akhir nama Sasuke jika sedang gemas dengan remaja itu. "Ini sebenarnya bukan misi, ini semacam permintaan tolong. Jadi kau tidak perlu repot-repot meminta izin pada kakakmu. Yah walaupun letaknya di luar distrik."

"Dia tidak akan mengizinkannya." Sasuke yakin dengan hal itu. Keluar dari distrik Uchiha bukanlah ide yang bagus. Dia sendiri tidak pernah menginjakkan kakinya keluar dari distrik selama ia hidup.

"Dia tidak perlu tahu. Ini hanyalah urusan kita bedua. Rahasia kecil kita!" Izumi tersenyum sambil mengedipkan satu matanya kepada Sasuke. "Dan lagipula apa yang kau coba temukan ini adalah hal yang bisa menyelesaikan masalah di klan kita."

Mendengar perkataan Izumi, Sasuke jadi penasaran. "Hal yang bisa menyelesaikan masalah di klan kita?"

"Ya, masalah pelik yang ditakutkan akan terjadi."

"Kau menyuruhku untuk mengambil sebuah tanaman di gunung Rengyoudou? Tanaman apa itu?" Akhirnya ia punya kesempatan untuk menyebutkan pertanyaan keduanya.

"Tanaman yang dengan ajaibnya bisa membuat wanita mandul mampu menghasilkan keturunan dan bahkan membentuk rahim untuk para lelaki."

Sasuke tercekat ludahnya sendiri saat mendengar perkataan Izumi. "Rahim untuk para Lelaki...?" ulangnya shock.

Tapi Izumi tampak tenang dan makin bergairah, seakan dia telah menemukan hal yang sangat menakjubkan.

Memang benar Klan Uchiha sedang mengalami masalah besar, yang bila tidak segera diatasi akan berakibat fatal. Pasalnya, pada masa sekarang ini, jumlah penduduk di distrik makin lama makin berkurang. Banyak anggota Uchiha yang tidak kembali saat dikirim ke medan pertempuran. Gugurnya mereka membuat jumlah anggota Klan Uchiha berkurang dengan pesat. Angka kematian lebih tinggi dari angka kelahiran. Itulah masalah terbesar mereka. Ditakutkan dua puluh tahun ke depan Klan Uchiha akan punah.

"Jika kita memiliki tanaman ini kau bahkan bisa punya anak dengan Izuna," goda Izumi yang dibalas dengan delikan malas dari Sasuke.

"Izuna bukan pacarku." Ia menekankan dengan tidak terima.

"Yah, terserah," balas Izumi acuh. Ia menarik kertas dari mejanya dan menggulungnya sebelum diikatkan pada tali. "Ini bentuk tanamannya, ingat ini rahasia kita berdua."

Sasuke yang sebenarnya belum menyetujui kesediaannya dalam misi ini, terpaksa mengambilnya juga dan langsung menyelipkannya ke dalam baju.

"Berapa banyak yang harus ku bawa?"

"Sebanyak-banyaknya tentu saja," balas Izumi senang. "Sekarang pergilah dan jadilah pahlawan untuk para Uchiha."

.

.

.

.

.

Ini jelas bukan sebuah misi. Sasuke mengatupkan bibirnya dengan sedikit cemberut, ia menatap lagi secarik kertas yang diberikan Izumi kepadanya. Secarik kertas yang berisi gambar tanaman, misi kecilnya, yang membuat Sasuke harus menempuh perjalanan selama tiga hari tiga malam dari distrik Uchiha ke gunung Rengyoudou. Bibir Sasuke melengkung ke bawah dengan amat kentara.

Itu jelas bukan tanaman langkah, bukan tanaman yang harus membuat Sasuke bertempur melawan monster untuk bisa mendapatkannya. Itu hanya tanaman pasaran, yang sama mudahnya didapatkan seperti membeli mentega di mini market. Dan Sasuke merasakan amarah mengaliri pembuluh darahnya, rasa kesalnya terhadap Izumi yang sudah membodohinya. Kenapa dia harus menyuruh Sasuke melakukan tugas rendahan ini?

Ah, apa yang sebenarnya Sasuke harapkan? Izumi memang tidak akan pernah memberikan tugas berbahaya untuk Sasuke, dia sama tidak warasnya dengan suaminya, Uchiha Itachi. Jika sudah menyangkut tentang keamanan si bungsu Uchiha, mereka akan bersikap amat protectif.

Dengan sedikit helaan kecewa, Sasuke mendatangi toko terdekat. Masuk ke sana dan memandang masam ke tumpukan tanaman yang menggunung di etalase toko. Memutar bola matanya dengan muak, akhirnya ia berniat untuk menyelesaikan tugas ini secepat yang ia bisa. Misi bodoh ini, hanya membuang-buang waktunya.

Ia bergerak menuju etalase toko, namun beberapa penghuni toko menyenggol bahunya, membuat Sasuke terdesak ke tembok dan malah mundur kembali ke sisi pintu. Ia mendesah jengkel. Mungkin ini tidak semudah yang ia harapkan. Tempat ini, Sasuke memandang ke sekelilingnya, dipenuhi dengan lautan manusia.

Bagaimana mungkin desa sekecil ini diisi oleh manusia sepadat ini? Tidak masuk akal!

Tapi kemudian ia berhenti, memutuskan mengamati manusia-manusia itu dengan lebih tertarik. Ia tidak membutuhkan sharingan untuk melihat keanehan tempat itu. Mereka tampak nyata dan sangat mencolok. Kumpulan pria berpunggung lebar berjalan melewatinya dengan perut yang membuncit.

Sasuke menegak ludah, mengalihkan pandangannya dari pemandangan ganjil itu. Mendadak dia membutuhkan udara segar. Sasuke memilih keluar dari toko, dan kembali ke jalan setapak yang lebih sejuk.

Apa yang Izumi katakan mungkin memang benar. Tanaman itu benar-benar bisa menimbulkan keajaiban. Keajaiban yang bisa menolong Klan Uchiha yang kini semakin berkurang. Sasuke kembali menemukan dirinya tengah termangu di tengah jalan, memandangi coretan gambar Izumi di kertas dengan tanaman di etalase toko. Ia tidak boleh salah.

Walau Sasuke begitu fokus dengan kegiatannya saat itu, ia tidak pernah membiarkan kewaspadaannya menurun. Pelatihannya sebagai seorang shinobi elit selama bertahun-tahun, tidak membuatnya luput merasakan sebuah sentuhan kecil di sisi pinggulnya. Sentuhan cepat yang menyelusup masuk ke dalam saku celananya, menyambar dompetnya. Gerakan yang terlalu terburu-buru dan ceroboh.

Sasuke mencengkram tangan itu, bertepatan ketika sang empu berhasil mengambil dompetnya.

Suara tercekat terdengar. Mata onyx Sasuke berkilat, menunduk menatap seorang bocah kecil dengan mata coklat yang terbelalak terkejut.

"Ouch!" Bocah itu mengerang saat Sasuke mencengkram tangannya.

"Pencuri?" Sasuke berkata dengan suaranya yang dalam dan menuduh.

Sadar ia ketahuan, sang bocah langsung menciut. Mata coklatnya menatap Sasuke, ketakutan. Ia berusaha menarik tangannya. Tapi cengkraman itu sama sekali tidak goyah, malah makin erat.

Onyx Sasuke berkilat mengerikan membuat sang bocah bergidik. Wajahnya memucat dan matanya mulai berkaca-kaca. Ia terlihat seperti akan mengencingi celananya sendiri jika Sasuke tidak kunjung melepaskannya.

Seorang pencuri...

Mata Sasuke memicing.

Di Klan Uchiha kasus pencurian hampir tidak ada. Peraturan mereka sangat ketat dan tindak kriminal sekecil apapun tidak akan pernah dimaafkan. Tidak, jika itu terjadi di distrik Uchiha dan dilakukan oleh para Uchiha sendiri. Orang-orang yang merugikan anggota sesama clannya akan mendapatkan hukuman terberat. Para Uchiha diajarkan untuk setia, menjunjung tinggi nama clannya diatas segalanya.

"Kau akan mematahkan tangannya."

Seseorang tiba-tiba berkata, meremas pergelangan Sasuke, dan membuyarkan semua hal yang ada dipikiran Sasuke.

Sasuke menoleh melihat seorang pemuda, bermata biru cerah, berambut blonde berantakan, sedang tersenyum ramah padanya. Walau begitu jemarinya meremas pergelangan tangan Sasuke, kian erat, hampir menyakitkan.

"Kau—" Sasuke tercekat, tanpa sadar tangannya melepas pergelangan tangan sang bocah. Terkejut dengan sengatan menyakitkan yang keluar dari cengkraman sang pria. Tangannya terasa panas.

Tapi sang pemuda mengacuhkan Sasuke, ia berjongkok masih tersenyum super hangat ke hadapan sang bocah. Jemarinya yang berwarna coklat menepuk kepalanya untuk menenangkan. Bocah itu meringis kesakitan seraya memegangi tangannya yang terlihat memar.

"Kau tidak apa-apa?" Ia bertanya. "Kau bocah bodoh, untuk apa jadi pencuri jika kau bisa meminta dengan baik-baik!"

Lalu Sasuke melihatnya, bagaimana tangan itu turun ke pergelangan sang bocah menyentuh pelan bagian yang memar. Chakra berwarna biru keluar dari jemarinya, berpijar di antara kulit kotor sang bocah. Hanya semenit, sampai ia menarik tangannya lagi, dan menunjukkan pergelangan tangan yang kurus tanpa memar.

Shinobi

Sasuke bergumam dalam hati, onyxnya berpindah ke pakaian sang pemuda. Mencari-cari sebuah lambang, tanda pengenal.

"Okey, sekarang pulang ke rumahmu dan berikan ini pada ibumu." Pemuda itu berseru, menyambar dompet Sasuke dan menaruhnya ke dalam genggaman tangan sang bocah.

Sang bocah melongo, Sasuke mengerutkan alisnya.

"Itu milikku," tegur Sasuke dari belakang punggung sang pemuda.

"Pergilah." Si pria lagi-lagi tidak mendengarkan Sasuke. Ia menggerakkan tangannya dengan gaya mengusir. Menyuruh sang bocah untuk segera pergi.

Dan tanpa harus disuruh dua kali, sang bocah mengangguk. Sambil memberikan pandangan khawatir kepada Sasuke, ia berputar dan berlari. Ditelan keramaian dalam waktu sekejap.

Sasuke tidak bisa berkata-kata selama sekian detik. Terlalu terkejut mengetahui ada seseorang yang begitu lancang. "Siapa kau?" Ia begitu kesalnya sampai-sampai meludahkan pertanyaan itu dengan kasar ke wajah sang pria.

Tetapi berkebalikan dengannya, sang pria malah nyengir lebar. Mata birunya memandangi Sasuke selama beberapa saat sebelum menganggukkan kepala. "Naruto." Ia berkata singkat.

"Naruto?" Sasuke mengulang, nadanya tidak puas.

Sang pria menaikkan satu alisnya, seakan mengerti maksud Sasuke. "Kau ingin tahu nama margaku?"

Sasuke terdiam, meragu. Dia seorang shinobi. Itu sudah pasti, melihat bagaimana ia menyembuhkan tangan anak itu dengan chakranya. Mungkin seorang penyembuh, para shinobi yang bekerja dibagian medis. Sasuke tahu beberapa hal tentang para shinobi penyembuh, setiap negara memilikinya, bekerja dipertahanan belakang.

Sasuke menatapnya, berpikir. Pria itu juga terlihat sedang mengamatinya. Berdiri tegak dengan tangan di saku. Mata safirnya mengamati, sepertinya ingin tahu mengenai jati diri Sasuke, marganya, negaranya. Dan bukan hanya itu, ia menginginkan sesuatu yang lebih dalam.

Sasuke mengalihkan pandangan seakan berusaha menutup akses apapun yang sedang digali oleh mata safir itu. Dia berbahaya, dan Sasuke ingin menjauhinya. Ini bukan karena ia merasa akan kalah saat berduel dengannya, ia yakin seratus persen bisa menang melawan para shinobi penyembuh, ia hanya tidak ingin membuat keributan. Tidak, jika itu bisa mencemarkan nama Uchiha.

"Kau memberikan dompetku kepada bocah itu." Sasuke memulai, dan lagi nadanya terdengar amat kesal. Ia baru menyadari bahwa ia tidak bisa membeli tanaman yang dipesan Izumi karena shinobi lancang itu baru saja memberikan seluruh uangnya kepada si bocah pencuri.

Naruto menunjukkan ekspresi santai. "Tenang saja aku akan menggantinya," katanya sambil meraba ke dalam sakunya. "Berapa uangmu?" Ia mengeluarkan sebuah dompet kodok berwarna hijau norak. Membukanya dan sedikit tertegun saat mengetahui bahwa dompet itu kosong.

Ia terkekeh. "Berapa, eh?" tanyanya lagi sambil kali ini meraba-raba sakunya, alis mengerut terlihat tidak meyakinkan. Ia kembali membuka mulut dompet kodok itu lebar-lebar mengintip ke dalamnya. "Err, yah kurasa aku telah kehabisan uang," katanya akhirnya dengan tersenyum tidak enak sambil mengeluarkan sebuah koin perunggu seharga 1 yen.

Sasuke memutar bola matanya, dia hanya seorang idiot.

"Lupakan," tukasnya seraya berniat kembali mengejar sang bocah pencuri.

"Eh, tunggu."Naruto menghalanginya. "Jangan ganggu bocah itu."

"Tidak akan," balas Sasuke. "aku hanya akan mengambil uangku kembali."

"Geezt, apa kau tidak lihat betapa kurusnya bocah itu? Biarkan dia membeli beberapa mangkuk nasi untuk keluarganya."

Sasuke memberikan delikan tidak senang padanya. Semuanya tidak akan menjadi semerepotkan ini, jika pria itu tidak memberikan dompetnya kepada bocah itu.

"Bukankah sudah ku bilang aku akan menggantinya," Naruto menambahkan. "Kau hanya perlu memberiku waktu. Aku bisa melipat gandakan koin ini menjadi ratusan."

Sasuke jelas tidak percaya, bagaimana mungkin ia bisa menaruh kepercayaan kepada pria asing yang baru ditemuinya. Tapi melihat bagaimana pria itu menatapnya dengan penuh kemantapan, Sasuke jadi ingin memberinya kesempatan. "Aku datang ke sini dari tempat yang jauh, jika kau membohongiku, aku akan membunuhmu," ancamnya.

"Tentu tidak," balas Naruto santai. "ingat kataku baik-baik. Aku selalu menepati janjiku." Ia mengedipkan satu matanya. "Tenang saja."

"Tapi kau tidak punya uang."Dan tidak punya otak, Sasuke menambahkan dalam hati.

"Hei, jangan remehkan aku." Naruto berdecak. "Aku akan mendapatkannya, yah sebentar lagi."

Pria itu terkekeh kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru seakan sedang mencari sesuatu. "Harusnya sebentar lagi," katanya santai. "Tapi sebelum itu, kau mau jalan-jalan denganku?"

"Tidak," balas Sasuke tanpa berpikir.

Naruto tertawa. "Wah kau kasar sekali," komentarnya dengan nada sedikit tersinggung. "Tapi kau tidak punya pilihan, kita harus tetap bersama sampai aku mengembalikan uangmu."

Sasuke berniat menolaknya. Sesungguhnya dia bisa memilih rencana awalnya, yaitu mengambil dompetnya dari si bocah pencuri. Itu lebih baik, dan lebih tidak merepotkan. Dibanding ia harus membuang-buang waktunya dengan pria aneh ini.

Itulah yang dipikirkannya, sampai ia melihat sekumpulan bocah-bocah kecil yang menyebar di keramaian memunguti sisa-sisa bungkusan makanan. Mengorek-ngorek tempat sampah dengan pakaian compang-camping yang kumal. Beberapa berada di pojokan menyantap sebungkus nasi dengan tangan kotor penuh tanah.

"Ada apa dengan desa ini?" Sasuke bertanya lebih kepada dirinya sendiri.

"Menyedihkan, bukan?" Suara Naruto terdengar tepat disisinya. "Desa ini begitu kacau, tingkat kelahiran berkali-kali lipat lebih besar dari tingkat kematian. Penduduknya terlalu banyak untuk bisa ditampung. Semua masyarakatnya hanya memikirkan diri mereka sendiri, tidak ada peraturan, tidak ada pemerintahan, tidak ada pemimpin."

Sasuke mengalihkan pandangannya, mengamati mata biru Naruto yang bersinar murung. Terdapat rasa bersalah disana, dan Sasuke tidak mengerti kenapa.

"Jadi kapan kau akan mengembalikan uangku?" Apa boleh buat, kelihatannya Sasuke memang tidak memiliki pilihan lain.

"Segera," balas Naruto cepat. "Apa kau begitu terburu-buru? Memangnya apa yang ingin kau beli?"

"Sebuah tanaman."

"Ah tanaman yang bisa membuat para wanita mandul hamil?"

Sasuke mengangguk dengan sedikit kesal. Misinya terdengar begitu tidak berguna.

"Juga para pria, ku kira?" Naruto menambahkan.

Sasuke kembali mengangguk.

"Kau berniat untuk menggunakannya sendiri?"

Sasuke hampir saja mengangguk. Ia mendelik kepada Naruto, seakan ia baru saja menuduhnya mencuri. "Tidak!" katanya dengan nada tersinggung.

Naruto meledak tertawa, dan itu tidak membuat Sasuke merasa lebih baik. Sekarang pria itu mengejeknya. Dan kenapa pula ia begitu jujur kepada orang asing. Seharusnya ia merahasiakan misinya, walau itu bukan misi yang tidak begitu perlu ditutup-tutupi.

"Jadi kau punya pacar?"

Sasuke mengernyit. "Ku bilang itu bukan untukku!" ulangnya dengan kesal.

"Aku tahu, aku hanya ingin memastikannya. Kau punya pacar?"

Sasuke sedikit termangu dengan pertanyaan itu. Satu alisnya terangkat dengan sedikit bingung. "Tidak." Ia membalas.

"Punya seseorang yang kau sukai?"

"Tidak."

"Bagus, kalau begitu kau sangat cocok."

Sasuke mengernyitkan alis, sama sekali tidak mengerti. Tapi Naruto sudah melangkahkan kakinya pergi, tangannya memberi kode, agar Sasuke mengikutinya.

"Kemana kau akan pergi?"

"Kau ingin uangmu kan?"

Sasuke mendesah, terpaksa mengangkat kakinya dan mengikuti langkah pria itu. Apa yang sebenarnya Sasuke lakukan? Ini diluar rencana. Kenapa pula ia bisa bertemu dengan pria ini. Ia membuang-buang waktunya, seharusnya Sasuke telah kembali ke distriknya dan melatih sharingannya.

"Aku telah berada di desa ini selama lima hari, dan aku masih begitu takjub karenanya. Masih belum terbiasa." Naruto tiba-tiba memulai pembicaraan sementara mereka terus berjalan. Tipikal orang yang tidak bisa menutup mulutnya dalam waktu yang lama.

Sasuke sadar kalau mereka sedang mendaki. "Jadi kau baru saja mengakui kalau kau tidak berasal dari desa ini."

"Tentu tidak, bukankah tadi kau melihatnya, kalau aku seorang shinobi."

Sasuke mengernyitkan alisnya, terkadang pria ini menimbulkan kesan bahwa ia tidak akan ragu menyebutkan nama negaranya jika Sasuke mau menanyakannya.

"Mereka terlihat bahagia." Naruto bergumam saat sepasang pria berjalan mendahului mereka sambil tertawa kencang. "Pasti menyenangkan memiliki kehidupan seperti mereka, hidup terus-terusan dalam kebahagiaan. Tidak perlu memikirkan orang lain, cukup diri mereka sendiri."

"Itu bodoh," komentar Sasuke.

"Huh? Kenapa?"

"Manusia tidak seharusnya hidup dengan bahagia, dengan segala kenyamanan ini. Itu bukan kehidupan yang sesungguhnya, melainkan delusi tabu yang akan hilang dalam waktu singkat. Dan ketika kenyamanan itu menghilang mereka tidak akan bisa menghadapi kenyataan yang terburuk."

Naruto termangu, tampak terkesan dengan pernyataan Sasuke, bibirnya tanpa sadar membuat lengkungan lembut penuh arti. Dia kemudian mengalihkan pandangannya memandang sekelompok bocah-bocah berpakaian compang-camping di sudut undakan yang tengah tertawa bersama sambil berbagi nasi bungkus.

"Tapi kebahagian bukan delusi." Ia bergumam.

"Kau salah," balas Sasuke. "Jika mereka semua mau membuka mata dan melihat peperangan yang berkorban di luar sana, ia akan melihat kenyataan yang sesungguhnya."

"Kalau begitu, kita hanya perlu menghapuskan peperangan itu, dan menciptakan dunia yang nyaman bagi orang-orang yang menginginkan kebahagiaan."

Sasuke menoleh kepada Naruto, alisnya bertaut. Apa Naruto berniat berdebat dengannya sekarang, tapi saat ia menatap wajahnya, ia melihat sebuah cengiran cerah di wajah pria itu.

"Tapi tentu, kau tidak salah." Naruto menambahkan, entah karena ia hanya ingin mengalah agar Sasuke tidak marah, atau hanya ingin mengakhiri perdebatan.

Suara gong terdengar dari arah utara, sepertinya berasal dari tempat yang akan mereka datangi. Sasuke celingukan saat menyadari orang-orang mempercepat langkahnya ke puncak bukit, dan begitu pula dengan Naruto.

"Ayo, kita tidak boleh terlambat," seru Naruto bersemangat. Ia merenggut tangan Sasuke dan setengah menariknya menuju puncak bukit.

"Oi jangan menyentuhku!" Sasuke memprotes saat jari-jari Naruto menggenggam tangannya erat. Tapi Naruto tidak mendengarkannya, pemuda itu kelewat bersemangat, dan setengah berlari bersama warga desa lainnya.

Gong terdengar semakin membahana, dan berhenti pada pukulan kelima, saat itu mereka telah mencapai puncak bukit. Tidak banyak hal yang bisa dipandang di atas sana, selain langit biru yang tertutup awan dan sebuah palang besi panjang membentuk lingkaran berdiameter hampir sebesar bukit itu sendiri. Semua orang masih setengah berlarian menuju ke palang besi dan mulai bersorak ramai dengan kepala menunduk.

Menggeser orang-orang dihadapannya, Naruto menarik Sasuke kepinggiran besi dan mata Sasuke langsung tertuju ke pusat perhatian seluruh warga. Berton-ton tanah dari bukit ini sepertinya telah dikuras habis, untuk membentuk sebuah lubang menganga ditengah-tengah bukit. Sasuke menundukkan kepala dan memandang sebuah arena besar yang mengisi lubang tersebut, tinggi kedalamannya mungkin sekitar 10 meter ke bawah tanah. Itu adalah arena duel dimana seorang pria besar tengah berdiri memamerkan otot tangannya yang sebesar batang pohon. Ia mengacungkan tinjunya ke atas dan orang-orang mulai bersorak riuh.

"Apa itu!" Hanya itu kata yang bisa terlontar dari bibir Sasuke saat melihat arena curam itu.

Naruto terkekeh. "Ini cara mereka untuk bersenang-senang," katanya santai.

Sasuke mengernyit saat mendengar kata bersenang-senang, nampaknya sebagian besar orang di tempat ini hanya ingin menghabiskan hidup dengan menyenangkan dirinya sendiri. Hal yang tidak akan pernah bisa dipahami oleh Sasuke yang berasal dari Klan Uchiha yang penuh dengan peraturan.

"Kau beruntung datang pada hari ini. Mereka selalu melaksanakan pertarungan seminggu sekali. Pria itu adalah juara bertahan mereka yang akan melawan setiap penantang baru. Setiap orang bisa jadi penantangnya tentu saja, kau hanya perlu mendaftarkan dirimu dan langsung melompat ke arena. Jika kau berhasil melawannya, kau akan mendapatkan uang yang lumayan."

Sasuke kembali memandang ke pria di arena, ia kini tengah memukul dadanya, sambil melemparkan tinju ke atas. Berteriak dengan kata-kata kasar kepada orang-orang, seperti menantang mereka untuk melawannya. Sasuke mengalihkan pandangannya, merasa muak.

"Ini pembodohan." Sasuke bergumam, menarik dirinya dari ujung palang bermaksud untuk pergi, tapi Naruto mencegahnya.

"Hei, ini baru dimulai." Tahannya.

Sasuke menarik tangannya dengan kasar. "Aku tidak tertarik menyaksikan seseorang menghancurkan kepala orang lain hanya demi kesenangan semata," hardiknya.

Naruto tidak berbicara selama sepersekian detik, ia menatap kaku wajah Sasuke yang dingin, kemudian ia kembali lagi ke ekspresinya yang biasa. "Tapi aku harus mengganti uangmu." Ia berkata, merogoh kantung celananya dan memamerkan satu-satunya koin yang ia miliki sekarang. "Tunggu di sini lima menit saja dan aku akan mengembalikan seluruh uangmu."

Sasuke tidak punya waktu mengatakan, "Bagaimana kau mengembalikan uangku?" Karena Naruto telah berbalik dan memanjati palang penghalang sebelum melompat masuk ke arena.

Semua orang langsung terdiam saat melihat Naruto memasuki arena. Sekitar arena mendadak menjadi sunyi. Sementara Sasuke menunduk dengan shock menatap Naruto yang melemparkan satu koinnya ke arah seorang pria penjaga di tepi arena dengan sebuah cengiran lebar.

Sasuke tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Naruto kepada penjaga itu, tapi ia berhasil membaca gerak bibirnya.

"Aku ingin bertarung," kata bibir itu.

Sang juara bertahan adalah orang pertama yang merusak kesunyian, ia menghantamkan tinjunya ke tanah sebagai sebuah peringatan. Nampaknya ia merasa terhina saat melihat pria ceking seperti Narutolah yang berniat untuk menjadi penantangnya.

Sasuke yakin seratus persen bahwa sang juara bukanlah orang biasa, melihat kekuatan tinjunya, yang kini menciptakan lubang menganga lain di lantai besi yang diinjaknya, sepertinya ia memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Dan apa yang bisa dilakukan shinobi penyembuh seperti Naruto?

Warga desa di sekitar Sasuke mendadak kembali bersorak dengan riuh, sudah tidak sabar melihat juara bertahannya mengalahkan pria blonde berpakaian nyentrik dengan otot lengan yang tiga kali lebih kecil dari juara bertahan mereka.

Sasuke mengalami perdebatan batin, apa sebaiknya ia menghentikan pertarungan itu? Ia sebenarnya tidak memiliki perasaan apapun kepada sang blonde tapi melihatnya dijadikan samsak dengan tinju sebesar itu karena ingin mengembalikan uangnya, ia merasa jadi bertanggung jawab.

Dan semua diperburuk ketika sebuah chakra biru muncul di sekitar tinju sang pria kekar. Sesuai dugaannya, sang juara bertahan memang bukan orang biasa. Dia adalah seorang shinobi.

Semua orang berteriak makin bersemangat, sementara Sasuke mencondongkan bahunya, menatap ke arah Naruto yang kini malah melambai tidak peka ke arah orang-orang, mengira dirinyalah yang sedang disemangati.

Kemudian Naruto menoleh ke arahnya, cengirannya makin lebar, ia memberikan jempolnya kepada Sasuke bertepatan dengan bunyi gong pertama dipukul, pertanda pertandingan telah di mulai.

Tanpa membuang-buang waktu, seakan ia sungguh tidak sabar menguliti Naruto, sang pria besar segera menerjang bagai sesosok banteng sebelum Naruto sempat menolehkan kepalanya kembali ke arena.

"Idiot itu!" Sasuke mengumpat, tidak mampu mempertahankan pandangannya ke arena. Suara pukulan dan hantaman begitu jelasnya hingga semua orang ber 'oh' ria. Tubuh Naruto terpental menghantam tembok besi, begitu sebuah pukulan keras dihadiahi tepat di dadanya.

Naruto mengerang, tubuhnya jatuh menghantam tanah namun ia kembali berdiri dalam waktu sekejap. Pukulan itu jelas tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan untuknya. Tapi sang pria besar bukanlah lawan yang bisa diremehkan, pria itu telah berada disisi Naruto kembali, dan siap memberikan pukulan keduanya.

Naruto berhasil menghindar kali ini, pukulan itu lolos dari atas kepalanya.

Sayangnya sang pria besar cukup gesit untuk merubah arah serangannya, kakinya bergerak dengan cepat dan menghadiahi tendangan tepat di perut Naruto. Dan kali ini Naruto tidak mampu menghindarinya. Tubuhnya terhempas ke setengah arena dengan punggung menghantam lantai besi. Kemudian dalam waktu beberapa detik, sang pria besar telah kembali di sisi Naruto menghadiahinya sebuah pukulan keras diperut, lalu tendangan di tulang belikatnya. Lagi tubuh Naruto terlempar beberapa meter menghantam tembok arena.

Sasuke meringis menyaksikan pertandingan itu. Pertarungan itu sama sekali tidak seimbang, shinobi penyembuh memang tidak seharusnya melakukan pertarungan satu lawan satu. Sasuke menarik pandangannya dari arena pada saat sang pria besar menangkap pergelangan kaki Naruto bersiap melemparnya seperti helaian bulu ke udara. Sasuke jadi berpikir, kenapa dia mau mengikuti pria bodoh itu sampai ke sini. Ia mundur dari pinggir arena, berniat untuk berhenti menonton pertarungan itu, Sasuke bahkan tidak bisa menyebutnya sebagai pertarungan jika dilihat dari jauhnya perbedaan kekuatan mereka. Sebaiknya ia segera menyelesaikan misinya dan meninggalkan desa kecil ini secepatnya.

Tapi saat Sasuke berbalik, sebuah teriakan terdengar begitu keras, seketika menghentikan langkahnya.

"Tunggu! Tunggu sebentar, jangan pergi!"

Sasuke mengerutkan alis, menoleh kembali ke arena. Naruto tengah mengangkat tangannya, mata safirnya menatap lurus ke Sasuke memberikan kode agar ia tetap tinggal. Naruto memanggilnya, berbicara kepadanya, saat sang pria besar tengah berusaha mematahkan pergelangan kakinya.

Sang pria besar juga kelihatan bingung, ia menatap dari Naruto lalu menolehkan kepalanya ke arah penonton dimana Sasuke tengah berdiri. Mendadak ia menjadi marah, beraninya si ceking ini mengacuhkannya. Urat-urat di ototnya menegang, jari-jarinya yang tengah mencengkram kaki Naruto mengerat, berniat untuk meremukkan kaki itu sampai ke tulang-tulangnya. Itulah yang ia rencakan tapi ketika ia menambah kekuatan cengkramannya, ia merasa seperti tengah memegang sebongkah baja yang paling keras.

Para penonton bersorak riuh, menunggu sang juara menghabisi lawannya. Sang pria besar menggertakkan giginya, menambah kekuatannya, tapi anehnya kaki itu masih sama kerasnya seperti sebelumnya, tak bisa diremukkan sesuai dengan yang diinginkan.

Kenapa?

"Kau tahu," Naruto tiba-tiba berkata, menatap sang pria besar dengan pandangan bosan. "Pukulanmu sama sekali tidak punya tenaga, dibandingkan dengan pukulan Sakura-chan, pukulanmu sama sekali bukan apa-apa."

"Kau..."

"Cukup main-mainnya." potong Naruto tenang. Dengan gerakan yang sangat luwes, ia memutar tubuhnya. Begitu cepat, sampai-sampai sang pria besar tak mampu menangkap gerakannya. Cengkraman di kaki Naruto terlepas.

Dan masih tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi, kaki kanan Naruto telah menghantam dadanya, begitu kuat hingga ia mengira jantungnya berhenti berdetak detik itu juga.

Keheningan mencekam seluruh arena, tidak ada yang mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Kejadiannya begitu cepat dan bahkan tidak bisa ditangkap dengan mata telanjang. Dalam sekejap tubuh besar sang juara terlempar lalu menghantam tembok besi arena, menimbulkan retakan besar sebelum jatuh ke tanah, tak bergerak lagi.

Naruto telah beridiri tegak di tempatnya, ia mendongak sadar dengan kesunyian yang melanda seluruh arena. Orang-orang masih kebingungan, apa pertandingan telah berakhir? Bagaimana juara bertahan bisa dikalahkan dengan satu tendangan?

Pria yang berdiri sebagai penjaga pertandingan berusaha mengendalikan situasi. Walau ekspresinya masih sama bingungnya dengan para penonton, ia mengambil langkah maju tangannya menarik tangan Naruto dam mengacungkannya ke atas mengumumkannya sebagai pemanang.

Tepukan perlahan terdengar, awalnya hanya satu tepukan, lalu dua, kemudian sepuluh, dan pada akhirnya arena kembali bergemuruh oleh suara gegap gempita para penonton. Memberikan tepukan penuh kekaguman sekaligus ketidak percayaan. Mungkin ini pertarungan pertama yang mereka saksikan dengan hasil yang paling tidak terduga.

Sasuke ditempatnya berdiri kaku, matanya terbelalak menatap Naruto yang kini tengah menggaruk kepalanya sambil tersipu malu. Ia ternyata salah duga, Naruto bukan hanya shinobi penyembuh. Ia memiliki kekuatan untuk menyerang. Dan chakranya, walau hanya sekelebat mata, bukan berwarna biru melainkan warna orange kemerahan, seperti api yang membara. Dan hanya ada satu klan yang memiliki ciri khas seperti itu, Klan Uzumaki dari Konoha.

Mata safir Naruto seketika mengarah kepadanya, pria itu nyengir lebar, dan lagi memberikan sebuah jempol penuh kebanggaan kepadanya.

"Shinobi Konoha?" Sasuke bergumam. Pandangannya sedingin es.

Konoha dan Uchiha bagaikan api dan air, matahari dan bulan, Hitam dan putih. Mereka tidak bisa disatukan. Setiap anggota Uchiha selalu diperingatkan untuk berhati-hati dengan setiap shinobi yang berasal dari Konoha. Jangan memercayai satupun dari mereka, kata-kata ayahnya merasukinya bagaikan bisikan angin yang membuat seluruh badannya bergetar.

Dan perlahan Sasuke bergerak mundur, menjauh dari arena, dari kerumunan orang-orang. Ia berbalik dan mengambil langkah panjang-panjang. Naruto pasti tahu mengenai jati dirinya yang sebenarnya itulah kenapa ia menyapanya, mungkin ia tengah melaksanakan sebuah misi untuk mematai-matai Uchiha melalui dirinya.

Tangan Sasuke mengepal membentuk tinju. Kenapa ia tidak menyadarinya dari awal? Kaki Sasuke melangkah makin cepat, ia tidak bisa menimbulkan masalah dengan para shinobi Konoha. Tidak, jika itu akan mempengaruhi stasus gencatan senjata mereka. Satu-satunya yang harus ia lakukan hanyalah menjauh dari tempat ini, menjauh dari Uzumaki Naruto.

Tapi sayangnya, Uchiha Sasuke sama sekali tidak mengira bahwa itu barulah pertemuan awalnya dengan Naruto, Shinobi Konoha yang kelak akan menjungkir balikkan hidupnya.

.

End Of Prolog

.

.

Edisi ngeramaiin akun Fanficku yang udah berdebuh. T.T

So? What is this? FF Multichap lagi? Loh, yang lain aja belum kelar!

Nope, ini bukan Multichap tapi one-shot, dan sayangnya gak akan saya publish di sini. Ini untuk Project Fanbook NaruSasu Ramen Tomato. Hehehe yang tertarik bisa cek di akun wattpadnya user/Hatsukies. Jangan lupa di follow biar rame.

.

Thanks For Reading