The Pandora of Memory

[Perjanjian]

"Ini dimana?!,"Suara seorang gadis bersurai pink, Nampak terdengar agak tertatih setelah kesadaranya kembali pada tubuhnya tergeletak lemah diatas tanah, sekaligus meringis, akibat rasa sakit luar biasa yang dirasakanya. Tidak hanya dirasakan nyeri dikepalanya, rasa nyeri lain-nya dirasakanya di tubuhnya mulai dari bahu, sendi dan tulangnya membuat ia harus bangkit dengan tubuh gemetaran.

Getaran nafas nampak melambat, dengan lemah ia mengerakan tubuhnya kekiri dimana dia melihat sebuah akar-besar sebuah pohon disebelahnya. Ia lalu memutuskan menyandarkan tubuhnya keakar pohon agar berharap bisa memposisikan tubuhnya dalam 'Sikap duduk'.

Setelah bersusah payah gadis itu mencoba duduk, ia memperhatikan penampilanya sangat berantakan, baju lengan hitamnya nampak rusak sebelah, rambutnya terlihat lengket akibat pendarahan dikepala, darah mengalir disudut bibirnya, dan celana yang dipakainya terlihat compang-camping.

Melihat itu ia hanya menghelah nafas, lalu mengerakan tangan pada dadanya, dan menutup matanya serta berkonsentrasi melakukan proses 'Healing' mencoba memperbaiki kerusakan pada luka-luka dalam yang ia miliki, dan itu memakan waktu yang tidak sebentar, dan mencoba mengurangi rasa sakit pada tubuhnya, dengan nafas berat, serta tersendat.

Cahaya hijau berpendar-kecil keluar, dari kedua tanganya, layaknya seperti cahaya api pada lilin yang menyelubungi tanganya, dan perlahan-lahan menjuruh keseluruh tubuhnya serta meresap kedalam pori-pori kulitnya, membuat dia terisak kesakitan-kecil yang lolos dari mulutnya.

"Ukh.." Airmata keluar merembes deras dari kedua mata Ambernya, bersamaan ia terbatuk-batuk serta mengeluarkan darah segar, bercampur lendir putih yang menerobos paksa keluar dari mulutnya, "HUAEK.." Jeritnya dengan rasa sakit yang kuat juga timbul akibat darah yang merembes.

Setelah beberapa menit, ia sudah mencoba menetralisir tubuh-nya, beberapa luka serta racun sudah berhasil dikeluarkan-nya, dengan paksa namun ia harus merelakan banyak chakra dan rasa sakit yang timbul saat mengobati tubuh-nya. Setelah berjuang menahan rasa nyeri selama beberapa menit, gadis itu mulai berhasil mengerakan tubuh-nya, serta berdiri dengan dua kakinya.

"Kyaaaa!,"Matanya membulat saat mendengar suara jeritan keras yang datang dari sebuah tempat tak jauh dari posisinya, membuat gadis itu penasaran, lalu mencoba mencari tahu ada apa yang terjadi. Dengan rute yang tak menentu ia mencoba melompati satu pohon-kepohon lain-nya, dengan kecepatan yang mengaggumkan.

Sampai ia menyadari ia memasuki sebuah kawasan wilayah hutan yang berbeda dengan tempat sadarkan diri tadi. Suasana lebih kelam, gelap serta hawa aneh yang ganjil begitu terasa. Hutan disekitarnya terlihat suram, pohon-pohon serta akar yang rusak dan mati, tumbuhan-tumbuhan begitu layu, namun suara teriakan ketakutan masih terdengar disana membuat gadis itu tetap melangkah berlari kesana, tampa peduli akan bahaya yang mungkin jauh lebih besar didepan sana.

"Aaaaaaa!,"Gadis berambut Pink itu menerobos hutan yang gelap, dengan mengandalkan suara teriakan meminta tertolongan yang terdengar semakin putus-asa, namun pandaganya menyengit aneh pada sekelilingnya, karna ia melihat banyak-nya untaian benang berwarna putih yang nampak tergantung dipohon kiri dan kana-nya, menginggatkan ia pada benang tali pada jaring Laba-laba. Seketika matanya membulat memikirkan Laba-laba koloni macam apa yang membangun sarang hingga seluas dihutan ini

.

.

.

"AAAAAA,"Teriakan panic semakin terdengar saat sampai ditempat yang dituju. membuat gadis itu mempelototi dua buah objeck, hidup ditengah hutan yang dipenuhi pohon mati, sarang laba-laba, serta lumut lembab disana. Sosok dua orang anak lelaki dan perempuan kembar, sekitar sepulu-tahunan, berambut emas, yang perempuan memiliki rambut panjang lurus sebahu, anak lelaki memiliki rambut pendek dengan poni melebihi mata, mereka bermata biru, dengan telinga yang dibilang agak panjang dari orang normal, keduanya mengunakan baju berwarna berbeda, untuk anak perempuan ia mengenakan sebuah gaun tampa lengan kain-jatuh berwarna biru-muda, mengunakan sendal tali hitam, sementara anak laki-laki mengenakan sebuah seragam lengan panjang putih, celana hitam, sepatu boods coklat.

Kini mereka nampak terlilit benang laba-laba dengan kuat, sehingga tak sanggup melarikan diri,

"..." Gadis itu terdiam, lalu mengambil tindakan, mengeluarkan sebuah kunai dari kantung dipinggang-nya, lalu Gadis bersurai pink itu langsung melompat dari atas dahan-pohon, dan berlari mengenggam kunai dengan aura hijau menyelimuti senjata ditangan kirinya.

"Chakura No mesu,"

BLAZT!

Serangan Kunai menyerang secara brutal sehingga sanggup membela benang laba-laba yang melilit mereka berdua, beberapa potongan. Keduanya langsung terdiam berdiri dalam keadaan Shock, membuat Gadis itu langsung mendekat dan menguncang bahu kedua anak itu pelan. "Kalian tidak apa-apa!,"Desis gadis itu memandang kedua anak itu dengan raut cemas.

"SHAAAGRRRR!,"

DEG

Namun pandangan-nya teralihkan pada sosok hewan laba-laba besar yang muncul, tidak hanya satu namun ada sekitar sepuluh bahkan lebih, gadis bersurai pink itu lalu berbalik membelakangi kedua anak itu yang langsung mendekap pinggangnya ketakutan. "Mahluk...apa...itu,"Desisnya dalam hati dengan waspada.

"Mereka adalah Laba-laba Ungoliant,"Ucap anak perempuan mulai membuka suaranya yang nampak gemetar, seolah membaca apa yang gadis itu pikirkan.

"Salah satu laba-laba penghuni Hutan Greenwood-selatan,"Desis anak lelaki menambahkan ucapan sudarinya, anak lelaki dengan raut rasa takut, lalu mencengkram pinggang gadis itu semakin erat.

"Laba-laba Ungoliant?…Hutan Greenwood-selatan?,"Gadis bersurai pink mengulang kata-kata dengan kebingungan, nama-nama itu belum pernah didengarnya sama sekali, namun dengan cepat ia menarik tubuh kedua anak itu dan memeluknya erat didadanya lalu melompat, menghindari jaring-benang yang keluar dari mulut salah satu laba-laba.

ZHEET!

Usai serangan menghindari serangan dari salah satu Laba-laba, semburan benang-jaring bertubi-tubi kembali bermunculan dari para Laba-laba lainya. Membuat gadis itu berusaha sekuat tenanga, dengan susah payah menghindari segala serangan. mulai dari melompat-lompat dari satu tempat ketempat yang lain, berlari tak menentu arah dengan lincah. Akan tetapi Gadis bersurai pink itu tak bisa selamanya menghindari semua serangan dengan mudah sembari membawa dua beban ditanganya.

ZHEET!

ZHEET!

ZHEET!

Rasa yang terburu, panic, didukung suasana yang lembab serta dingin, licin, seolah menyesakan dada, membuat gadis itu, tak dapat bernafas secara baik, membuat tenaga-nya berangsur-angsur melemah, dengan gesit Gadis itu berusaha focus menghindari dan mengumpulkan chakra-nya pada kaki, yang menjadi senjata dan kecepatan-nya saat ini

Ia lalu berlari keatas salah satu pohon dan berdiri diatas dahan besar.

Gadis itu lalu bertindak nekad, lalu melompat terjun dari atas dahan pohon besar, dan menghujam salah satu tubuh Laba-laba dengan kakinya, hingga membuat laba-laba yang hujam langsung terluka parah dengan cairan biru-tua merembes keluar dari mulut sang-laba-laba, dan selang beberapa detik laba-laba itu sudah tak dapat bergerak, tak berhenti disitu dengan tenaga-chakra tersisa dikakinya, ia mencoba, menyerang kawanan laba-laba dengan menghujam punggungnya hingga berlubang, dengan tendangan-nya.

Namun mengalahkan beberapa laba-laba saja, tak akan memperbaiki masalah, kematian beberapa laba-laba saja bisa membuat, laba-laba yang lain bertindak lebih agressif, sekarang apa yang harus dilakukanya saat ini. "Kakak awas! Jaringnya!,"Teriakan terdengar keras dari anak perempuan diangkatnya dengan posisi menumpu tubuh gadis itu dengan satu-tangan, lalu membiarkan anak itu mendekap lehernya, sementara sang anak laki-laki diangkatnya dengan melingkarkan tanganya diperut sianak yang juga memeluk pinggang gadis itu.

DEG

"Eh!,"Bola matanya membulat saat menyadari salah satu Laba-laba siap menyergapnya. Karna kelengahanya, dengan sigap ia lalu mengubah posisi anak-anak itu, lalu mendekap kuat kedua tubuh anak kecil, untuk melindunginya dari serangan Hujaman laba-laba.

.

.

.

Tiba-tiba Pergerakan sang-laba-laba terhenti, saat sebuah panah menembus tubuhnya, tubuhnya nampak mengeliat kesakitan lalu beberapa detik menegang, lalu tewas seketika. Kedua anak yang dalam pelukan gadis itu mengidik histeris, sementara Gadis bersurai pink itu hanya menatap terkejut, dari mana panah itu berasal.

Mata jade-nya menangkap sosok lelaki tampan, dengan tubuh tegap, bermata biru, dengan kilauan surai emas dirambutnya, yang diikat setengah dan miliki cabang kepangan yang diikat kecil-kecil, mengenggam busur dengan erat ditanganya, dengan sorot mata tajam, memandang gadis bersurai pink tersebut, dengan tatapan-tak terbaca.

Suara gemuruh lagi-lagi mengangetkan Gadis itu, saat Mendengar langkah-kaki terdengar bermunculan, bersamaan sosok-sosok laki-laki maupun perempuan dengan berbaju hijau, dengan mengunakan sebuah pedang dan ada pula yang mengenggam panah menyerbu pasukan Laba-laba yang nampak lari kocar-kacir dengan panic.

"Kakak pertolongan telah datang,"Seruan kelegaan datang dari si anak perempuan, mandang gadis itu dengan raut amat tenang.

Si Gadis tak memberikan respont apa-pun, dia hanya mengamati raut tenang pria bermata biru itu dengan lekat, lalu sang laki-laki mendekat secara perlahan tampa memperdulikan pasukan lain-nya yang nampak berlarian mengejar laba-laba, dan perlahan mendekati pada mereka.

Namun pergerakan sang Gadis melemah, dan langsung kehilangan kesadaran, saat sang laki-laki mulai mendekat, beruntung lelaki itu dengan cepat berlari, menangkap tubuhnya yang nyaris menghantam bebatuan dibawah pijakanya, dan membuat kedua anak kembar itu berteriak cemas.

"Kakak! Dia tidak apa-apa!, Tolong dia Tuanku-pangeran"Jerit anak perempuan dengan matanya yang mulai mengalir, dan membungkuk-bungkuk.

"Tuanku-pangeran, Kumohon tolong kakak itu dia menyelamatkan nyawa kami dari laba-laba,"Jerit anak lelaki itu dengan padangan sedih, memperhatikan sosok lemah Gadis bersurai pink, yang berada dalam dekapanya, dengan sorot mata tak-terbaca.

"Pangeran,"Sosok seorang lelaki berambut pirang, mengenakan seragam Hijau nampak mendekat, lalu membungkuk sedikit lalu memandang mahluk yang ada didalam dekapan pangeran. "Apa kita membiarkan wanita manusia itu hidup?!,"Ucapnya dengan datar.

"..."Lelaki yang dipanggi pangeran hanya terdiam ditempat, lalu pandanganya teralih pada dua anak kecil yang menunggu jawabanya dengan cemas, lalu kembali memandang sosok gadis dengan raut lemah, tak berdaya dalam dekapanya. Wajah gadis itu nampak sepucat mayat, dengan tubuh yang mulai terlihat dingin, serta membiru, dan akhirnya dia mengambil sebuah keputusan, sembari berkata. "Kita akan membawanya,"Desisnya datar, lalu memperbaiki posisi Gadis itu untuk dia gendong.

"Pangeran Legolas biar hamba yang mengendong,"Ucap sang lelaki mendekati, sang pangeran.

"Tidak usah, biar aku saja! Sebaiknya bawa saja kedua anak itu kembali kedesa,"Jawabnya sembari mengendong Gadis itu ala-pengantin, dan berjalan pelan menyusuri hutan, diikuti dua anak kecil tadi, yang dibimbing oleh pria itu.

Lalu tampa disadari oleh orang disekitarnya sang pangeran. Legolas tak lepas pandanganya dari gadis itu sampai ia kembali kedesa.

.

.

.

Suara tetesan air nampak terdengar, saat gadis itu merasakan kesadaranya kembali, dengan hawa dingin disekitarnya, dan mendapati tubuhnya sudah berada ditempat lain.. Tempat ini seperti semacam gua yang seluruh lapisanya terbuat dari Es dan juga Kristal, berwarna putih, ia nampak terbangun diatas rerumputan halus dimana dia tertidur sebelumnya, dan anehnya seluruh luka miliknya sudah tak terlihat.

"Kau sudah bangun,"Sebuah suara mengema tepat dihadapanya, membuat dirinya memandang waspada. Saat sosok seorang lelaki berambut hijau, muncul dihadapanya mengenakan sebuah jaket panjang yang moderen, berwarna abu-abu, celana-jins berwarna biru dan sepatu Kats berwarna merah, membuat sang Gadis menyengit.

"..."Gadis itu tak berkomentar, dan sibuk memperhatikan wajah lelaki dihadapanya, Rambutnya yang berwarna hijau-lumut, rambutnya panjang selengan, diikat asal juga lurus, ia memiliki wajah yang tampan juga terlihat masih muda, sekitar 20-an, baby-face, bola mata yang juga senada dengan warna rambutnya yang memancarkan tatapan lembut, dan senyuman yang mempesona. "Anda ini siapa?!,"Tanya gadis itu memiringkan kepala.

"Namaku adalah Shun, salam kenal,"Ucapnya tersenyum sembari memainkan tanganya, seolah memanggil sesuatu.

Sesuatu itu nampak bermunculan, berbentuk bulatan cahaya berwarna-warni terbang melayang dari berbagai sisi dinding gua. "Dan ini salah satu taman pribadiku, apa yang membawamu ketempat ini,"Ucapnya ramah.

"Aku tak tahu!,"Raut gadis itu menatap sedih lalu memandang sebuah obrs bercahaya mendekati-nya serta terbang sembari berputar-putar ditubuh gadis itu, dan gadis itu mengangkat tanganya seolah ia bisa menyentuh sang sinar yang kini tengah ada diatas tanganya. "Aku hanya mengingat beberapa hal namun setelah itu, Aku tak ingat apa-pun,"Ucapnya mengeleng.

"Apa yang kau ingat! Maukah kau menjelaskanya padaku,"Ucap Shun sembari tersenyum menenangkan.

"..."Gadis itu hanya terdiam lalu mengangkat wajahnya, lalu berkata. "Aku tahu namaku, aku tahu cara bertarung, aku tahu senjata-senjata yang kugenggam saat kusadar, tapi aku-!?,"Ucapanya terhenti saat Shun memotong ucapanya dengan cepat.

"Tapi kau tak ingat akan ingatanmu soal asal, usulmu,"Ucap Shun, membuat gadis itu mengangguk. "Lalu jika kau masih ingat dengan namamu siapa namamu?,"Tanya Shun, membuat gadis bersurai Pink hanya menghelah nafas sebelum berkata.

"Sakura Haruno!,"Ucapnya menatap Shun lalu berkata lagi. "Maukah anda menjelaskan, kenapa aku berada disini?!,"Ucap Sakura.

"Tempat ini bernama 'Spryth' sebuah tempat yang kuciptakan, dan termaksut area pribadiku,"Ucap Shun menatap mata Sakura yang memandangnya datar. "Yang bisa memasuki tempat ini, hanya mahluk-mahluk berkepentingan, yang dibimbing oleh takdir,"Ucapnya sembari tersenyum. "Dan sepertinya kau salah satu-nya,"Ucapnya.

"Lalu mereka ini?!,"Tanya Sakura melihat bola-bola bercahaya yang beterbangan disekitarnya, dengan warna-warni yang lembut.

"Mereka 'IO' Sprits-orbs murni yang hidup dari para mahluk yang sudah meninggalkan raganya, dan mereka memutuskan tinggal disini,"Ucap Shun tersenyum. "Mereka adalah Sprits baik dan suci, mereka sepertinya senang akan kedatanganmu, kuharap kau nyaman dengan keberadaan mereka,"Ucapnya tersenyum.

"Ya!,"Ucap Sakura, membiarkan cahaya-cahaya bermain mengelilinginya. "Mereka sangat indah, dan terasa hangat,"Ucap Sakura.

"Karna mereka bukan mahluk yang dapat melukai,"Ucap Shun, lalu bergerak mendekati salah satu Batu besar tak jauh darinya lalu duduk diatas tempat duduk. "Lalu apa yang kau inginkan, aku tak bisa membiarkanmu pergi dari sini begitu saja,"Ucap Shun.

"Apa kau bisa mengetahui 'Masa-lalu-ku'?, atau mengembalikanya padaku?,"Jawab Sakura menatap dengan tatapan pasti.

"Maksutmu kau menginginkan ingatanmu sebelum ini?!,"Tanya Shun memandang datar, lalu mendengkus saat Sakura mengangguk."Maaf Aku tidak bisa mengembalikan sesuatu yang digariskan,"Ucapnya datar.

Mendengar ucapan Shun, pundak Sakura menurun, dan raut sedih terpampang jelas diwajahnya, memancarkan kekosongan.

"Tapi aku hanya bisa memberimu bantuan, jika kau ada masalah aku akan menuntunmu, akan tetapi jika kau mencari ingatanmu hanya kau yang dapat mencari cara-nya sendiri,"Ucap Shun datar, lelaki itu tersenyum bangkit dari batu dan berjalan mendekati Sakura.

"Aku akan memberi sebuah perjanjian, agar aku bisa memberimu bantuan, sebaiknya kita lakukan Pengikatan Kontrak secepatnya,"Ucap Shun sembari tersenyum.

"Pengikatan!,"Ucap Sakura menyengit.

"Dalam artian pengikatan memiliki banyak makna dalam berbagai kaum, namun dalam kasusmu aku akan mengikat jiwamu untuku agar kau bisa terhubung denganku kapan saja,"Ucap Shun lalu berdehem. "Tapi Jika kau ingin memulai Kontrak denganku aku tak bisa memberikan-nya secara cuma-cuma, kau harus menyerahkan mahar padaku.,"Ucap Shun memandang Sakura dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Apa yang anda inginkan dariku,"Ucap Sakura dengan pandangan menyengit serius.

"Baiklah,"Shun mendengkus lalu tersenyum lalu berkata dengan cepat. "Maharnya adalah, Aku menginginkan 50% pusat Chakra pada tubuhmu sebagai maharnya,"Ucap Shun datar, membuat mata Sakura membulat. "Ketika aku sudah mengambilnya maka kau hanya bisa mengunakan 50% saja dalam ber-aktifas, atau bertempur, bagaimana?!,"Ucap Shun.

"Apa aku bisa mempercayaimu?!,"Desis Sakura.

"Ikuti saja kata hatimu, kau akan menemukan jawabanya,"Ucap Shun lalu mengarahkan tanganya, seolah mengajak Sakura untuk bersalaman. "Jika kau mau menerimanya maka ulurkan tanganmu,"Ucapnya.

"..."Sakura terdiam lalu, mengulurkan tanganya, menyambut tangan Shun, yang lalu meremas tangan Sakura pelan.

"Ikuti ucapanku : Atas nama-mu kau akan mengikat perjanjian dengan Hidupmu, atas nama Jiwa Eras,"Ucapnya.

"Atas Namaku Sakura Haruno, akan mengikat perjanjian dengan Hidupku atas Nama Jiwa Eras,"Ucap Sakura. Seketika sebuah lambang tercipta dibawa kaki keduanya, bersamaan sinar berwarna pelangi memancar pada kedua tangan mereka yang saling mengenggam, dan saat cahaya itu menghilang.

"Pernjanjian selesai,"Ucap Shun tersenyum, sembari memandang wajah Sakura. "Kau bisa menghubungiku kapan saja, dan 50% tenagamu sudah kuterima, sebentar lagi kau bisa kembali pada tubuhmu,"Ucap Shun lalu melepas genggam tangan, lalu beralih mengelus surai pink Sakura. "Semua akan baik-baik saja, percayalah pada dirimu,"Ucapnya.

.

.

.

Suara-suara bergerumbul, langkah kaki mondar-mandir disekitar Healing-heaven milik Greenwood nampak sibuk seperti biasanya, (Author : baiklah mari kita kearah focus kesudut tempat lain) terlihat sosok gadis berambut pink, nampak terbaring tak sadarkan diri selama tiga-hari disalah satu ruangan. Juga menjadi pusat gosip yang sedang hangat-hangatnya dikalangan para elleth dan ellon kalangan Healing-heaven, juga pengunjung Healing heaven.

Para elleth merasa aneh, dengan ciri-ciri yang dibawa oleh Sakura, yaitu dengan rambut Sakura, yang berwarna Pink alami, kulit yang seputih kapas, tubuhnya yang indah dan juga ketahanan tubuh yang sangat berbeda dari wanita manusia pada umum-nya. Meski dia tak secantik para elleth yang tinggal Greenwood, namun hal itu tak bisa diabaikan jika beberapa perawat-ellon nampak tak fokus memeriksanya, diam-diam mengagumi gadis penuh misteri yang memiliki kecantikan misterius, bagai bunga musim-semi yang tumbuh dan berkembang diatas salju.

Sosok ellon nampak memasuki ruangan, membawa beberapa bubuk, dalam beberapa gelas kecil, beberapa botol dengan warna-warna berbeda, dan basin berisi air hangat. Ia meletakanya Basin diatas meja dekat ranjang lalu, mengambil beberapa bubuk yang lalu ditempelkanya pada luka dahi Sakura yang terbuka, dengan mantra-mantra Elf yang keluar dari bibir sang ellon, namun ketika sudah selesai, fokusnya berubah kembali pada sosok wajah tenang Sakura.

Dengan tenang sang ellon tampan, nampak melusuri membelai surai pink Sakura, turun kepipi, lalu menjalar keleher, dan mengarah pada bibir tipis pucat, berwarna pink, namun aktifitasnya terhenti saat itu juga saat sosok seorang ellon berambut pirang, dan bermata biru memandanginya dengan pandangan tajam. "Jika tugasmu sudah selesai kau bisa meninggalkan kamar ini,"Ucapnya lalu melangkah kedalam kamar dan membuat ellon itu memasang wajah kaget-bukan kepalang.

"Kalau begitu Hir nin saya permisi ,"Ucapnya lalu membungkuk hormat meninggalkan ruangan begitu saja. Membuat orang yang disebut Hir nin yaitu : Legolas hanya mendengkus dengan wajah datar. Lalu pandanganya teralihkan dengan wajah boneka Sakura yang masih terbaring datar tampa tahu kapan bangun.

Gadis ini memang sudah menjadi BestTopic beberapa hari ini, menarik beberapa ellon dewasa mendekatinya, entah apa yang dirasakan ellon-ellon itu. Karna ini sudah beberapa kali terjadi, Legolas melihat kejadian dengan sama, dengan kondisi berbeda. Mulai dari ellon yang mengelus bagian tubuh Sakura tampa prosedur, memainkan sambut Sakura dengan pemikiran lain, atau sekedar mendekatkan wajahnya pada pasien yang koma. Melihat itu Legolas tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja, benarkan.

Tapi kenapa dia harus melakukanya? Mengapa dia peduli pada manusia yang kemunculan seperti angin ini.

Legolas lalu melihat beberapa luka pada tubuh Sakura sebagian telah tertutup dengan sempurna, kabar dari para tetua Healer yang menyatakan tubuh Sakura memiliki struktur yang sangat bagus untuk seukuran manusia normal bahkan (Tidak normal juga), baik dari segi susunan tulang yang kuat, atau pun regenerasi membuat, mereka meyakini bahwa tubuh gadis itu ditempa bertahun-tahun selama hidupnya untuk melakukan pekerjaan keras.

Mata beriris biru memandang dalam sosok Sakura diatas pembaringanya, jemarinya dengan lembut dan secara perlahan menyisir, anak rambut pink yang menutupi salah satu mata Sakura, dengan perasaan berdesir 'aneh'. " Darimana kamu berasal,"Desis Legolas penuh kelembutan, yang jarang diberikanya pada para ellent dan rakyatnya yang selalu berada disekitarnya, itu adalah raut paling langka yang diberikan pada seseorang atau mahluk lainya.

Namun ia berhenti melakukanya, dan duduk dikursi dekat dinding, lalu menjahui ranjang. Tidak lama sosok dua Twins kembar elfling nampak didepan pintu sembari membawa sesuatu dimasing-masing tanganya. "Hormat kami Hir nin!,"Ucap keduanya dengan tangan didada dan Legolas melakukan hal yang sama.

"Aku membawa bunga,"Ucap anak Perempuan dengan ceria lalu melangkah masuk mencari Vas didalam laci-laci sedang dipinggir ruangan.

"Kau akan menemukan-nya dilemari rak ketiga, Satella,"Ucap Legolas melirik anak perempuan pembawa bunga serta memanggil namanya.

"Bagaimana keadaan-nya, Hir nin,"Tanya sang anak lelaki, dengan raut menunggu dan Legolas hanya mendengkus lalu bangkit, menepuk bahu sang anak lelaki dan nampak membawa sebuah rantang makanan berisi sup berkuah.

"Kata tetua kalian tak perlu khawatir, gadis itu sudah kondisinya jauhlebih baik, Sahdi,"Ucapnya sembari menatap lurus kearah Sahdi.

"Kami sudah membawa membawa sup buatan ibuku, soalnya tubuh kakak kurus sekali, setidaknya dibuat menjadi cairan -saja agar kakak itu bisa menenguknya,"Ucap Shadi.

"Kalian benar-benar elfeling yang baik,"Ucap Legolas memberikan seulas senyuman, khas pangeran charming pada kedua-nya.

"Kami berhutang budi padanya, menolong kami dari Laba-laba itu, atas kebodohan serta kelalaian kami,"Ucap Stella dengan raut sedih sembari mengisi bunga dalam Vas, lalu mengisinya dalam air. "Jika kalau itu dia tak menolong kami, mungkin kami berdua akan berakhir sebagai sebuah bangkai dalam jeratan laba-laba itu,"Desisnya.

"Padahal pada saat ia menolong kami, kondisinya benar-benar terluka parah,"Desis Shadi. "Dan aku bisa merasakan itu tulus,"Ucapnya lagi.

Mendengar kedua ungkapan yang polos itu keluar dari mulut kedua Elfling itu, Legolas hanya terdiam, mencermati setiap kata di keluarkan Twins. Serta ingin mempercayainya jika Gadis itu bukan 'musuh' ia berharap itu adalah kebenaran.

[Bersambung]

[Selasa - 3 - Mei - 2017]