.
Lee Juyeon & Lee Jaehyun
The Boyz
Drdr
.
.
.
.
.
"Mau?"
Juyeon menoleh, mendapati Hyunjae menawari sekotak minuman kemasan dingin padanya dari sebelah kiri tempat ia duduk.
"Enggak." Jawab Juyeon singkat. Ia memilih untuk menyandarkan bahu ke tembok teras gedung fakultasnya.
"Kamu masih marah ya?" Tanya Hyunjae dengan wajah memelas. Ia menggeser posisi duduknya agar lebih merapat pada pacarnya yang sedang merajuk itu. "Ju, jangan marah dong. Kamu jelek kalau lagi marah. Kayak sapi."
"Loh, kamu sadar kalau aku marah tapi malah dikatain mirip sapi?" Juyeon menggeleng-gelengkan kepalanya. Takjub pada sikap Hyunjae yang selalu unik di matanya.
Sedang marah kok malah diledek mirip sapi.
"Kan aku bilang gitu biar kamu senyum..."
"Gak lucu tau."
"Ih kamu galak." Ucap Hyunjae sambil manyun.
Pemuda berwajah manis itu memilin ujung t-shirtnya pelan. Ia merasa bersalah pada Juyeon karena datang terlambat ke festival seni fakultas kekasihnya itu.
Bukannya Hyunjae berniat untuk ngaret, tapi tadi Hyunjoon rewel sekali ingin makan masakannya. Apalagi adiknya yang sedang sakit itu pemilih soal makanan, jadi Hyunjae kerepotan menyajikan apapun keinginan Hyunjoon dulu sebelum akhirnya pergi ke tempat Juyeon.
"Aku selesai tampil, kamu malah baru datang." Sindir Juyeon tiba-tiba. Membuat muka Hyunjae semakin keruh.
"Ya maaf.."
"Aku nunggu kamu datang. Aku bahkan cari muka kamu di antara kerumunan penonton. Tapi kamu enggak ada." Kata Juyeon lagi semakin menusuk hati Hyunjae.
Juyeon melirik pacarnya ketika Hyunjae tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ia itu kesal. Kecewa. Sedih. Ah pokoknya semua perasaan yang berhubungan dengan kata marah sedang ia rasakan saat ini.
Seperti yang sudah Hyunjae tahu, Juyeon itu menjadi bagian dari penampil acara festival fakultas. Ia bermain gitar, mengiringi temannya yang lain bernyanyi.
Jauh sebelum acara dimulai, berminggu-minggu sebelum festival dilaksanakan, Juyeon sudah mewanti-wanti Hyunjae agar datang dan menyaksikan penampilannya.
Ia ingin pamer. Memperlihatkan kepiawaiannya memainkan alat musik pada kekasihnya.
Begitu.
Tapi memang rencana hanya rencana. Juyeon harus menelan kekecewaan saat Hyunjae belum datang saat ia naik ke panggung. Rasanya percuma saja ia berlatih setiap hari ketika orang yang paling ia inginkan untuk datang malah tidak muncul.
"Maaf ya, Juyeon. Aku selalu bikin kamu kecewa." Hyunjae berkata lirih.
Sebenarnya Juyeon belum puas untuk melancarkan aksi nyindir dan ngambeknya. Tapi melihat Hyunjae yang menunduk dan tangan lembut itu saling bertaut gelisah, membuat Juyeon tersentuh.
Juyeon gitu. Mana tega ia melihat Hyunjae bersedih.
Hyunjae itu sudah paten menetap di hatinya.
Menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Hyunjae bukan hanya sosok kekasih, tapi juga sebagai pusat dunia bagi Juyeon.
Kalau Hyunjae sedih, Juyeon adalah orang pertama yang akan merasa terluka.
"Hei." Juyeon mengusap kepala Hyunjae perlahan. "Maafin aku. Aku keterlaluan ya?"
"Enggak." Gumam Hyunjae pelan. Dia menggeleng sambil meremas kotak minumannya. "Aku tahu pasti Juyeon kecewa. Aku enggak keberatan kalau kamu marah."
"Aku gak marah kok."
"Tadi marah." Hyunjae berkata lalu mengangkat wajahnya menatap Juyeon.
"Sekarang udah enggak, sayang." Ucap Juyeon seraya tersenyum manis. "Maafin aku ya? Kamu pasti capek jagain adik kamu di rumah. Harusnya aku yang ngertiin kamu. Aku tadi egois banget."
"Iya, kamu nyebelin. Kayak sapi."
"Tapi sapi gak nyebelin, Jae. Dia baik hati mau aja puting susunya diperes sama orang asing."
"Tapi muka kamu mirip sapi. Terus kamu nyebelin. Jadi sapi itu nyebelin."
"Iya... iya... Aku emang kayak sapi." Ucap Juyeon mengalah. "Tapi puting susu aku gak bisa diperes sama sembarang orang."
"Memangnya kamu punya puting susu- eh punya deng! Iya iya! Enggak usah dibuktiin! Aku pernah liat kok!" Hyunjae mendorong kepala Juyeon yang sudah mau membuka kancing kemejanya di depan umum.
"Tadi sukses kan performnya?" Tanya Hyunjae lagi setelah yakin Juyeon tidak lagi mencoba membuka baju dan sudah duduk tenang di sampingnya.
"Sukses kok. Ah, tadi Sangyeon hyung bikin rekaman penampilan aku. Kamu bisa lihat nanti videonya."
"Coba aku tebak, pasti kamu tadi keren banget. Banyak orang yang panggil nama kamu."
"Iya dong." Juyeon membusungkan dadanya bangga. "Yang tepuk tangan buat penampilanku ada seribu orang. Kamu pasti nangis terharu liatnya."
"Ohhh gitu." Ucap Hyunjae sambil memutar bola matanya. Mulai deh, pacarnya ini memang suka memuji diri sendiri. Memang sih.. Juyeon itu tampan seperti pangeran yang dikisahkan dalam dongeng. Punya segudang bakat pula. Tapi mendengar ia sombong begitu kadang membuat Hyunjae geregetan.
Geregetan ingin menjitak kepala Juyeon.
"Hei Ju."
"Apa?"
"Sekali lagi, maafin aku ya." Hyunjae memegang jemari tangan Juyeon erat. Ia menatap kekasihnya itu bersungguh-sungguh. "Aku janji enggak bakal terlambat lagi kalau kamu tampil di festival."
"Iya iya, udah ah jangan dipikirin." Juyeon tersenyum sekali lagi lalu menyentil hidung Hyunjae gemas. "Gimana kalau kita ke supermarket beli buah buat Hyunjoon!"
Dengan semangat Juyeon berdiri, menggandeng lengan Hyunjae lalu membawa pemuda itu pergi meninggalkan festival.
"Ayo kita beli buah yang banyak!" Pekik Juyeon gembira. "Kita beli semangka! Melon! Jeruk! Apel! Durian!"
"Orang sakit kok diberi durian?"
"Loh memang enggak boleh?" Juyeon tertawa jenaka sehingga Hyunjae mau tidak mau tertawa juga.
"Gak tau."
Juyeon memasang pose berpikir. "Setahu aku sih boleh-boleh aja. Asal jangan dimakan kulitnya!"
"Ya ngapain pula dimakan kulitnya, ngawur kamu."
"Aku pernah liat di tv ada yang masak kulit durian!"
Hyunjae memandang tidak percaya pada Juyeon yang berkata dengan wajah serius. "Ah masa?"
"Iya! Dimasak pakai garam, bawang putih, bawang merah..." Jawab Juyeon bersungguh-sungguh.
"Memangnya enak masak kulit durian?" Wajah Hyunjae menyiratkan kalau ia benar-benar terpesona pada info yang diberikan Juyeon.
"Enggak tau. Kan habis itu dibuang! Namanya juga memasak kulit durian! Bukan memakan wkwkwkwk."
"APA SIH GARING!"
Sebenarnya durasi acara festival masih lama berlangsung, tapi Juyeon memilih untuk pergi bersama kekasihnya.
Karena menurut Juyeon, setiap detik yang dihabiskan berdua saja bersama Hyunjae adalah momen terbaik dalam hidupnya.
This is the best kind of love.
Because it begins and ends in the softest of silences, the sweetness of simplicity, and in the quietness of the smallest moments.
Fin
.
.
Ini remake btw. Fenfik jenoxrenjun aslinya wqwq
aku nyobain ngepost ff the boyz di ffn! Long time no see ffn T.T kalo ada yang suka tbz bole tengok akun wetpet aku .😁
