Title : FORGIVE ME (45)
Main Cast : - Kang Jae Hee (OC)
- Park Yoo Chun (JYJ)
Other Cast : - Kim Jong Dae as Docter Kim (EXO)
Genre : Sad
Summary : Penyesalan yang berakhir Pahit. Entah terlambat atau tidak aku mengucapkan kata Maaf untukmu. Tapi aku akan tetap mengatakannya. Maafkan aku,istriku..
-Forgive Me-
Bunga-bunga disini begitu indah. Sangat indah. Aku memetik setangkai bunga mawar putih, mencium aromanya. 'Hmm.. Wangi..' Aku membawanya kedalam kamarku, dan menaruhnya di Vas bunga kaca berbentuk buah pir. Aku menata bunga-bunganya dan melihat 6 tangkai bunga yang sudah kukumpulkan. Bunga-bunga ini yang selalu menemaniku disaat suamiku pergi keluar rumah. Yah, Suamiku.
.
Author POV
"Tok..Tok..Tok.." Ada yang menggedor pintu. JeHee pun bergegas keluar kamar dan dengan cepat menuruni tangga.
KREK !
"Oh suamiku,kau sudah pulang.." Dia menyambutnya hangat,membuka jas hitamnya dan meletakkan tas kerja suaminya disofa.
"Ambilkan minum untukku. Aku haus."
"Baiklah aku ambilkan.." Dia langsung pergi kedapur dan tak lama dia kembali dengan membawa segelas air mineral.
"Hah.. Rasanya lega sekali."
"Apakah masih kurang suamiku? Akan kuambilkan yah."
"Tidak perlu!" Ucapnya sinis. Je hanya bisa tersenyum.
"Kenapa airnya tidak sebening biasanya?" Oh iya,sebelumnya Je menambahkan sebutir obat berwarna putih didalamnya. Airnya menjadi sedikit kotor. Je bingung harus menjawab apa. Bukannya tidak mungkin Je menjelaskan semuanya, hanya saja waktunya belum tepat.
"Mm i-itu tadi-"
"Sudahlah. Aku mau mandi."Ia sudah terbiasa dengan sikap suaminya. Je merasa lega. Jantungnya sudah berdegup kencang tadi. Pria itu bangkit dari sofanya, dan hendak ingin pergi. Saat sudah setengah jalan, pria itu berbalik.
"Je,tolong jangan panggil aku dengan kata menjijikkan itu. Kau tau aku tidak pernah mencintaimu kan? Jadi berhentilah.." Jehee terpaku. Seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan suaminya.
"Panggil saja aku dengan namaku. Park Yoo Chun. Terserah kau ingin memanggilku dengan nama apa. Asal jangan dengan kata 'suamiku'. Arraseo ?"
"Tapi kan kau memang suamiku. B-bisakah menganggapku sebagai istrimu? Apa kau lupa kita ini suami istri ?" Wanita itu mencoba untuk membuka mulut. Bagaimana tidak? Selama ini gadis itu mencoba sabar, tapi apa ?Tak ada gunanya.
"Ooh~ Kau sudah berani melawanku rupanya"
"B-bukan s-sperti itu suamiku,tapi-" belum sempat je menyelesaikan kalimatnya,tangan kekar Yoochun sudah senantiasa menjambak rambut istrinya.
ARRGHH! Je menjerit kesakitan. Hiks~ butiran hangat bercucuran diwajah mulus gadis itu.
"SUDAH KUBILANG JANGAN MEMANGGILKU DENGAN KATA MENJIJIKAN ITU! MENGERTI?!" bentaknya dengan suara yang sangat keras membuat Je ketakutan dan dengan kasarnya ia menoyor kepala Je.
"Hikss.. Yoochun-ah, sampai kapan kau seperti ini eoh? Apa kau lupa kenangan kita sebelum menikah dulu? Sebelumnya kau tidak sekasar mohon perbaiki sikapmu dan kembalilah padaku.." Je memohon diiringi isakan tangisnya.
''Kenangan?'' tanya pria itu sembari mengerutkan keningnya,membuat alisnya saling bertautan. Gadis yg berdiri dihadapannya hanya diam dan terus .
"Kau gila? Kita bahkan baru bersama selama 45 hari tapi kau masih saja mengingatnya dan menganggap bahwa ini masih bisa diperbaiki. Bodoh! Lebih baik lupakan saja'' Dia tertawa kecil. Lebih mirip smirk yang terkesan meremehkan. Yoochun berbalik dan melanjutkan lajunya menuju kamar mandi. Langkah kakinya mengiringi perasaan gadis itu. Campur aduk. Marah,takut,kecewa,kesal itu yg dia rasakan. Bercampur menjadi satu.
"Tapi-"
"Jangan mengingatnya lagi, itu menjijikan. Cepatlah lupakan aku dan jangan pernah berharap lagi, karena aku tidak akan pernah kembali." Sergah Yoochun tanpa ingin tau yang dikatakan Je. Pria itu melanjutkan langkahnya lagi. Je hanya bisa menatap punggung Yoochun yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pandangannya.
'Bagaimanapun dirimu. Aku akan tetap mencintaimu, suamiku.'
"Awwh.." Rintihnya ketika meraba kepalanya yang dijambak oleh suaminya barusan.
.
.
Tak terasa, sang bulan kini sudah mulai terlihat menggantikan sang .Bulan purnama sangat indah. Dia tidak sendiri,bintang menemani sang bulan yang menambah langit malam menjadi sangat menakjubkan. Aku menyukai langit malam. Udaranya yang sejuk membuatku tenang.
'Langit sangat indah dimalam hari. Kau memiliki Bulan dan Bintang. Saat gelap menyelimuti bumi, kau mengundang Bulan untuk memberikan Cahaya dimalam hari. Terkadang aku iri pada Bulan, kau memiliki Bintang yang bersedia menemanimu disaat aku?Aku memiliki suami dan tinggal dirumah yang mewah,tapi semuanya tak berarti. Apa gunanya semua kemewahan ini jika tidak ada yang menerangi hati dan jiwaku? Gelap! Seperti langit tanpa Bulan dan Bintang. Aku bersyukur karena aku masih bisa menikmati indahnya langit seperti saat ini. Tapi sampai kapan?' Tess..
Lagi-lagi Je hanya bisa menangis. Pedih,itu yang dia rasakan. Kesepian. Hhh~ Bersabarlah,Je.
.
.
.
Seperti biasa, gadis itu bangun dari tidurnya tanpa melihat sosok yang sangat dia cintai disampingnya. Sejak suaminya tahu kalau Je ada masalah dengan rahimnya, Yoochun selalu menjauh. Yah, seperti itulah Je. Apakah rahimnya benar-benar bermasalah?
Je mengambil ponselnya. Berharap ada telepon dari seseorang yang ia khawatirkan. Yoochun belum pulang sejak kemarin malam. Setelah selesai mandi, Je tidak melihatnya lagi. Mungkin suaminya sudah pergi lagi kekantor. Iya,mungkin.
Je membuka ikon kunci dilayar ponselnya. Tapi nihil. Tidak ada panggilan masuk atau sms sekalipun. Ya. Yoochun tidak pernah menghubunginya,padahal apa status mereka sekarang? Yoochun benar-benar keterlaluan! Je meletakkan ponselnya kasar. Matanya mengitari setiap inci kamar pernikahan mereka. Matanya tertuju pada sebuah bingkai foto dan mengambilnya.
Foto pernikahan mereka 2 tahun yang lalu. Gaun pengantin yang serba putih, kerudung transparan yang menempel dipuncak kepalanya, segenggam bunga yang ia pegang serta senyum bahagia yang mereka berdua tunjukkan dikamera membuat gadis itu teringat lagi masa-masa pernikahannya dengan Yoochun. Itu adalah kali terakhir Je melihat suaminya tersenyum dan tertawa bahagia bersamanya.
Matanya tertuju pada tulisan dibagian bawah foto tersebut.
"Park Yoo Chun & Kang Jae Hee Wedding. 04 Mei 2014. Ah,hari ini tanggal 21 Maret bukan? Tidak terasa 2 bulan lagi. Aku akan menyusun rencana supaya Yoo Chun mau menyentuhku." Je mengatakannya pada dirinya sendiri dengan senyuman dibibirnya.
Tanggal ulangtahunnya jatuh dihari yang sama dengan tanggal penikahannya. Dengan terpaksa, Je harus menerima takdir yang menyakitkan dihari ulangtahunnya sekaligus anniversary pernikahannya dengan berbagai macam rasa sakit sebagai kadonya. Bahkan Je belum pernah disentuh oleh suaminya. Tidak pernah.
Ia meletakkan kembali foto itu ditempat yang sudah disusun sebelumnya. Diatas sebuah laci yang terdapat lampu hias disamping spring bednya. Melihat laci itu,ia teringat sesuatu. Gadis itu membuka lacinya,mengambil berkas dokter yang 2 tahun lamanya ia simpan. Ia membuka lembar demi lembar berkas itu.
'Seandainya kau tau yang sebenarnya,suamiku. Aku melakukan ini untukmu. Tapi aku tidak menyangka,efek samping dari keputusan ku akan se-menyeramkan ini. Sampai kapan aku akan menyimpannya?' Batinnya.
"Aku harus cek perkembangannya." Gadis itu teringat akan sesuatu. Dengan terburu-buru ia membereskan berkas itu kembali. Mandi,berganti pakaian lalu pergi.
.
.
"Bagaimana hasilnya,Dok?"
"Suamimu sudah lebih baik sekarang."
"Hah syukurlah.." Gadis itu mengusapkan dadanya,lega. Obat yang diberikan Dokter Kim ternyata ampuh mengatasi masalah rumah tangga mereka. Tinggal menunggu waktu untuk Yoochun menyentuhnya.
"Apa kau masih menyimpan rahasia ini, Nyonya Park?" Ujar Dokter Kim dengan sedikit penekanan saat menyebut 2 kata terakhir.
"Menurutmu?"
"Tentu saja iya. Kalau tidak,kau tidak akan membawa Celana Dalam yang basah berisi sperma itu padaku." Ketusnya.
Je tertawa. "Mianhe. Maaf telah merepotkanmu,Dokter Kim." Yang diajak bicara berdiri,menghampiri kursi duduk Je. Dokter Kim duduk diatas meja,dan sedikit menggeser nameboardnya yang bertuliskan "Kim Jong Dae" disana.
"Tidak usah sungkan adik manis.."
"Awhh.." Je merintih sakit tepat dimana suaminya menjambak rambutnya saat itu. Yup! Dokter Kim mengacak-acak rambutnya gemas dan luka dikepalanya tersentuh. Itulah sebabnya.
Seolah tau apa yang terjadi, Dokter Kim melepas tangannya dari kepala Je. Menatap matanya dengan menyelidik.
"Dia melakukannya lagi padamu,huh?"
Je menjawabnya dengan senyuman manis. "Aku rasa inilah konsekuensinya, Oppa. Ini efek samping dari rahasia yang kusimpan bertahun-tahun. Sudahlah, aku bisa mengatasinya. Kau tidak perlu khawatir seperti itu.." Je tidak mau kedua sahabat itu menjadi terpisah karenanya. Padahal sejak awal, Jong Dae lah yang mendekati Jae Hee lebih dulu. Jong Dae pun tau, cintanya Yoochun pada Je hanyalah masalah harta. Warisan itu yang membuatnya menikahi Jae. Dan bodohnya lagi, Jong Dae merelakan wanita yang sangat dicintainya pada seseorang yang malah membuatnya menderita.
"Iya. Dan sebentar lagi kau akan lenyap olehnya. Kau puas?!"
"Tidak tidak. Sebenci-bencinya ia padaku, ia tidak mungkin melenyapkanku, Jong Dae. Aku bisa membuatnya jatuh cinta padaku. Iya,pasti bisa!" Jawabnya antusias. Sedangkan yang diajak bicara hanya menggelengkan kepala. Aku tidak mengerti,batin Jong Dae.
"Ayolah oppa, bantu aku melakukannya ya. Kau kan tau Yoochun sangat ingin memiliki keturunan. Aku akan memberikannya-"
"TAPI DENGAN CARA APA?!" Jong Dae mengamuk. Matanya memerah. Dan buliran air hangat itu meluncur dengan derasnya. Menangkup kedua bahu gadisnya.
"Hentikan..Aku mohon hentikan Jae! Kau sudah banyak menderita. Wajahmu memar setiap kau datang padaku. Kakimu terluka karena semua pekerjaan rumah seluruhnya diserahkan padamu. Jarimu hampir terpotong karena terpaksa harus memasak untuk suamimu. Dan sekarang luka dikepalamu? Hhh~" lanjutnya lagi. Kini dengan isakannya. Jong Dae mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kasar. Ia menghampiri mejanya.
BUG!
Tangannya meninju kuat meja kerjanya tanpa peduli rasa sakit. Mentransfer rasa penyesalanya dalam tumbukan itu.
"Hentikan oppa,hentikan.." Jae Hee menggenggam kepalan tangan Jong Dae. Merah. Jae menangis. Ada rasa haru. Jong Dae sangat peduli pada Jae sejak dulu. Mereka menangis bersamaan.
"Seharusnya aku membawamu lari dari pernikahan itu, Jae Hee.." Jong Dae merengkuh tubuh rapuh itu dan membawanya dalam ketenangan. Tubuh kekar itu yang selalu ada untuk Jae saat dalam keterpurukan.
'Kenapa cinta datang pada orang yang salah, Tuhan? Apa maksud dengan semua ini?' Je mengeratkan pelukannya.
"Berhentilah,Je. Aku mohon. Kalau kau tidak bisa melakukannya demi aku, maka lakukanlah demi dirimu sendiri." Bisiknya.
.
.
.
Malam semakin larut. Lagi lagi dan lagi, Jae harus menunggu suaminya yang selalu datang tengah malam. Je merasa haus,ia membutuhkan air dingin. Ia melangkah kedapur. Membuka kulkas. Mengambil air dingin tersebut dan meminumnya.
TING NONG TING NONG TING NONG~
Tiba-tiba seseorang memencet bel rumah mewah itu dengan tidak sabaran. Dengan terpaksa,Je harus menghentikan aktifitasnya.
Cklek~
BRUG!
"Kya! Yoochun-ah. Kau kenapa eoh?" Je terkesiap. Yoochun jatuh tepat dipangkuannya. Matanya merah. Tubuhnya lemas.
"H-hai istriku. Selamat pagi. Apakah tidurmu nyenyak? Ahahahaa.." Yoochun tertawa dan emhh, bau alkohol menyeruak dari mulut Yoochun. Sepertinya dia mabuk.
Mendengar Yoochun mengatakan 'istriku' membuatnya merasa bahagia. Kedua matanya yang sipit mulai berkaca-kaca.
'Bukankah orang mabuk biasanya mengatakan apa yang dia pikirkan secara terang-terangan sehingga tanpa sengaja ia memanggilku dengan sebutan 'istriku' tanpa ragu, itu artinya ia menganggapku sebagai bagian dari hidupnya. Apa ini artinya Yoochun sudah bisa menerimaku?'
.
.
.
Sesampainya dikamar, Jae meletakkan suaminya disebuah kasur empuk. Kamar yang dihiasi dengan lampu-lampu yang tidak begitu terang, temboknya serba putih terkesan sangat mewah. Yoochun melihat mata itu. Mata yang memperhatikannya tepat diatas wajahnya yang berjarak 15cm darinya.
Chup~
Secepat kilat Yoochun merengkuh tengkuk gadis itu dan menciumnya dengan ganas. Jae terbelalak. Jantungnya hampir copot dibuatnya. Entah kesurupan setan apa Yoochun malam ini. Lidahnya mulai berkeliaran mengabsen deretan gigi-gigi putih Jae. Dengan mata tertutup, Yoochun sangat menikmatinya. Jae pun sama. Ia mulai menutup matanya. Menikmati setiap permainan yang dikomandoi suaminya. Walaupun bau alkohol itu mengganggu penciumannya,tapi itu tidak masalah untuk Jae. Ini adalah moment yang sangat ia nantikan bukan?
Sebelah tangannya yang nakal mulai meraba-raba buah dada kencang istrinya. Sedangkan yang sebelahnya lagi membantu tubuh Jae untuk naik keatas pangkuannya. Ciuman hangat itu berubah menjadi semakin panas. Bibir Yoochun mencium setiap inci bibir ranum Jae Hee. Bahkan kini berpindah posisi. Leher jenjangnya menjadi santapan baru. Leher jenjang yang putih harum itu menjadi favorit suaminya. Kecupan-kecupan yang diberikannya memberikan sensi baru bagi Jae. Bahkan tanda merah itu, sangat banyak.
Yoochun membukakan kancing baju piyama yang istrinya kenakan dengan begitu cepat. Pria itu menciumi pundak Jae dan perlahan-lahan kedua tangannya yang kekar meremas payudaranya. Hembusan nafasnya begitu terasa dileher Jae, begitu juga dengan deruan nafasnya yang terdengar jelas ditelinga Jae. Yoochun terkesiap melihat sosok dihadapannya kini. Tubuh istrinya yang tidak pernah ia sentuh, ternyata sangat indah,bersih dan wangi. Ia bermain penuh dengan nafsu. Kurasa birahinya sudah mencapai ubun-ubun,batin Je. Dia mencium lehernya lagi disaat kedua tangan nakalnya ikut bermain.
"Aakhh..Sshhh.." Desah Jae yang berhasil membuat Yoochun tersenyum bergairah. Tangan itu menyingkap tali surga Jae dengan lembut. Sehingga nampaklah buah dada yang putih mulus miliknya. Yoochun mulai berani. Pertama ia mengecup nipple pink menggoda kepunyaan Jae. Memelintirnya dengan lidahnya,begitu lihai. Sebelah tangannya meremas payudara kiri Jae. Lembut. Sedangkan sebelahnya lagi sibuk membuka sehelai kain yang tersisa. Pria bertubuh kekar itu menuntunnya untuk duduk dikasur empuk yang tidak pernah berbau sperma ataupun keringat percintaan. Tanpa diperintah, seolah tau apa maksudnya. Jae menbuka lebar kaki jenjangnya. Sehingga ia lebih leluasa melepas G-String yang Jae pakai. Merasa tidak adil, Jae membuka resleting celana Yoochun, ia menuntun tangan Jae melakukannya. Tangannya bergetar. Karena ini baru pertama kalinya bagi Jae. Dan mata Jae melotot sempurna. Ia tercengang.
'Jadi seperti ini wujud aslinya? Yoochun Junior sangat panjang dan besar. Aku ragu apa jadinya kalau benda itu masuk kedalam liang surgaku?' batinnya. Jae menelan salivanya. Merasa gugup melihat penis suaminya yang begitu besar sekaligus panjang.
Dengan cepat Yoochun berdiri dan menyuruh Jae untuk tetap tidur terlentang. Ia mencari-cari lubang vagina istrinya dengan menuntun penisnya. Dan
Blusss~
"Aahhh.." Erangan Jae,khas orang menikmati permainan ini.
"Bertahanlah. Sakitnya hanya sebentar saja. Selebihnya,kau akan menikmatinya." Perintahnya.
Chup~
Satu kecupan mendarat dibibir Jae. Membuatnya merasa tenang. Perlahan-lahan Yoochun memaju mundurkan penisnya didalam vagina Jae. Sampai akhirnya genjotan itu mulai dipercepat.
"Aaahh..Sshhh..Ouhh.." Desahnya lagi seirama dengan setiap sodokan yang suaminya berikan. Setiap belaiannya, setiap hembusan nafasnya membuat Jae pasrah. Hanya kenikmatan yang dirasakannya. Sampai akhirnya rasa ingin pipis melanda Jae. Ia sangat panik.
"Ma-maaf. Sepertinya aku ingin pipis.." Dengan polosnya. Pipinya memerah. Tapi Yoochun, dia kembali tersenyum.
"Hhh~ Kau ini polos atau bodoh,hm? Itu artinya kau akan orgasme. Saat itulah kau merasakan kenikmatan dunia yang sesungguhnya. Nikmatilah!" Perintah Yoochun lagi. Jae hanya bisa mengikuti perkataan suaminya.
Genjotan itu semakin lama semakin kencang.
"Aaahh...Sshhh.."
"Owhh.. Mmmhh..."
"Aaaakkhhhhh~~" keduanya mendesah dan menjerit bersamaan dengan sperma dan darah keperawanan Jae yang berceceran dikasur putih tidur. Ini kali pertama atau perrtama kalinya Yoochun tidur dikasur yang sama dengan Jae. Nafas sepasang adam dan hawa ini pun memburu. Mereka ngos-ngosan layaknya lari mengelilingi Seoul semalaman.
'Malam ini kau milikku, Yoochun..' Batinnya dengan tersenyum bahagia. Jae tidur dipangkuan Yoochun. Tapi..untuk pertama kalinya tidak ada protes dari sang suami. Bukankah ini awal yang baik? Apa ini awal dari kebahagiaan Jae yang akan datang?
...
..
.
Hai-hai semuanyaaa :D Maaf sebelumnya,tulisannya nggak rapih karena memang aku ngetiknya di hp. Jarang dilaptop. Nggak tau kenapa,kalo dihp tuh feelnya kerasa. Beda kalo nulis dilaptop *curhat -_- typo jga berserakan. Mohon maklum ya :D wkwkk Readersku sayaang, yang berminat mau coret2 kesan dan pesan kalian buat Ff aku ini, bisa diklik Reviews aja yaa ^^ Makasiih :* mwaaah~
