Saint Seiya (c) Kurumada Masami
A/N: Kami adalah Saint Holic Gaiden. Disini kami -yang adalah author2 fanfiction Indonesia- kembali untuk memeriahkan fandom kami tercinta "Saint Seiya"!. Yang menerima SEGALA seasonnya dengan segala kelebihan kekurangannya, menerima SEGALA karakternya dengan segala sifat baik buruknya, juga menerima SEGALA pairing yang tercipta dari tangan para fans tanpa flame dan bashing.
Fic ini -Sanctuary Kemasukan Gorilla- adalah bentuk apresiasi kami terhadap fandom SS. Kini kami hadir kembali dari hiatus untuk mencoba memberikan tulisan berkualitas baik dari segi cerita, penulisan maupun pola pikir sehingga membuat fandom ini terhormat dan berharga untuk diperjuangkan.
Warning: Rapeable, Solo playable, Eroable (?). Bestiality.
Sanctuary Kemasukan Gorilla
(Pisces Gaiden)
.
by Ionatha (id: 1658345)
.
.
.
Saat ini tepat tengah hari, dan itu berarti waktunya bagi Dewa Apollo untuk bekerja lebih giat dari biasanya—menyinari setengah permukaan bumi. Di saat para manusia memohon hujan karena hebohnya bencana kekeringan, ia harus terus bekerja tanpa mendengarkan umpatan-umpatan dari mereka yang mengeluh soal panasnya cuaca yang mampu menghanguskan kulit.
/Masih untung dikasih cahaya. Kalau mereka bertemu dengan kegelapan pekat yang abadi dari hades, baru mereka memohon meminta sebaliknya.
Manusia memang egois./
Karena keegoisan manusia itulah, Apollo sangat berusaha agar tidak menyampahkan mereka ke Underworld dengan dakwaan "bersalah" karena sudah menyakiti hatinya. Sisanya tinggal disapu bersih oleh Hades—terserah mau diapakan. Kalau bahasannya boleh dipersempit, yang paling membuatnya murka adalah jenis manusia yang selalu mengeluh tapi selalu menuntut. Tipe yang harus selalu mendapatkan apapun agar semua pekerjaan cepat selesai sementara mulutnya tidak pernah berhenti mengomel.
Seperti manusia satu ini…
~Dengan sadar menari ikuti alunan lagu
Semua mata pun kini hanya tertuju padaku
Tapi tatap matamu seolah inginkan aku
Ingin dekat ku peluk aku dan sentuh cintaku~~
Alunan nada pop dangdut menggoda terdengar kencang dari bukit kota Athens, menggelorakan liriknya hingga kediaman para dewa.
~Tapi tunggulah dulu kau jangan coba merayu
Tunggu tunggulah dulu kau jangan dekati aku
Sabar sabarlah dulu kau jangan marah padaku
Bukan salahku jika banyak yang mau padaku~~
Ada suara nyaring seorang pemuda mengikuti alunan lagu. Sang dewa matahari hanya memicingkan mata memantau makhluk itu bergoyang lincah di bawah terik mahakarya utamanya.
"Duuuuuuhhh… ini mataharinya ngga bisa dikecilin dikit apa volumenya? Panas banget, gila! Kulit Eike yang mulus kan bisa gosong!" Aphrodite, sang pemilik kuil Pisces sedang berkeluh di sebuah taman besar yang dipenuhi oleh kumpulan flora berjenis mawar.
/Kecilin volumenya kepala lo peang! Lo kira matahari kaya TV, apa? Gebleg! Yang perlu dikecilin tuh volume kaset dangdutan lo! Ganggu gue kerja aja!/
Kalau manusia nista itu tidak tinggal di kediaman adiknya; Athena yang manis, pasti Apollo sudah memancarkan cahaya kebencian sepetak sehingga kulit pemuda itu gosong total.
Tapi ya sudahlah. Umpatan tadi hanya sebagian kecil dari sekian banyak caci maki yang tertuju padanya. Kalau tidak mengerjakan pekerjaannya, keseimbangan dunia akan hilang, ia akan menerima hukuman lebih berat, dan yang lebih penting lagi—ia tidak akan digaji. Sambil terus mengumpat, Apollo tetap mengerjakan pekerjaan mulianya.
Tidak mengetahui bahwa keluhannya didengar oleh yang bersangkutan, serta tidak mengetahui kalau ternyata ia diumpat balik, sang pemuda tetap bekerja menyiram seluruh teman kesayanganya. Baginya mawar-mawar ini lebih dari sebuah arti hidup dan ia tidak mau menyerahkan pekerjaan merawat mereka kepada siapapun, walaupun itu kepada pelayan paling rendah sekalipun.
Tentu saja, sebab semua mawar itu beracun.
Mungkin itu salah satu sebab tidak pernah ada orang yang datang khusus untuk menemuinya. Bahkan setelah dunia damai, ia belum menemukan lagi pemandangan lelaki tegap dan kekar datang—memberikan kesegaran untuk dinikmati dua birunya yang indah.
Sang Pisces terdiam sejenak lalu menghela napas panjang-panjang. Sungguh keputusan tepat baginya untuk tidak memakai jubah kebesarannya dalam cuaca tidak bersahabat.
Ia meneruskan pekerjaannya menyiram teman-temannya. Panas matahari sudah tidak ia pedulikan lagi. Rambut biru terangnya ia ikat ekor kuda agar ia bisa mempersilakan angin datang untuk merengkuh lehernya. Bulir-bulir peluh kadang mengalir pelan melewati setiap lekuk tengkuknya menuju dadanya, terserap oleh kemeja putih tipis tanpa lengannya yang membuat bentuk tubuhnya terlihat jelas karena basah oleh keringat bercampur dinginnya air yang sesekali terhempas dari selang yang dipegangnya.
Ia menghentikan aktivitasnya sejenak, mengikat kedua ujung kemejanya di depan ulu hatinya, membiarkan kulit putihnya diterpa semilir angin yang datang dan pergi tanpa pamit, meraba keseluruhan terutama di bagian perut dan pinggang.
Kadang kala ia merintih kecil karena daun dan duri mawar menyeka paha putihnya yang mulus. Wajar saja, sang Pisces tidak mau memakai celana panjang karena udara sangat panas, maka itu dia hanya memakai sandal, jeans hotpants hipster sebatas pangkal pahanya dengan warna biru cerah ketat, dan di baliknya tersembul seutas tali celana dalam berwarna primer yang menetap pada pinggulnya yang kecil. Cukup menggoda dan membuat keseksian salah satu Saint Athena itu menjadi sangat sempurna.
Andaikan saja sifatnya seindah penampilannya…
"Paa…naaaaassssss!" gerutunya memecah keheningan Sanctuary seraya menyeka dagunya dengan tangan kirinya yang bebas.
"Dasar Athena brengseekk! Kenapa sih ngga bikin pohon di sekeliling Sanctuary? Ini Dewi ngga go-green amat… mau bikin semua Saint-nya mati kepanasan yah?" ia mengipas-ngipaskan tangan ke arah wajahnya, lalu membuka satu buah kancing kemejanya, membuat dada putih mulusnya terlihat indah dalam balutan sinar matahari.
"Sanctuary damai gini ternyata ngga menariiik! Eike kan maunya liat cowok-cowok ganteng fashion show menaiki tangga! Ngga cuman melongin cowok-cowok Gold Saint lain yang tampangnya ganteng-ganteng tapi ternyata otaknya nol kalo diajak ngomong soal penampilan!" keluhnya.
Ia berjalan angkuh ke arah selasar kuilnya, memperbesar volume CD player keluaran terbaru yang ia dapat di toko diskonan di kota Athens hingga suara nyaring sang penyanyi kini terdengar sampai ke seluruh Sanctuary.
~Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkan ku
Dengan irama yang menggoda
Ku lepaskan hasrat dirimu~~
"Ih! Lagunya lagi ngga matching banget sama eike sekarang! Gue kan lagi sendiri! Ngapain juga gue pasang lagu ginian?"
Ceroboh, atau lebih karena terlalu lasak, dia tidak sengaja membuat selang air di tangan menyemprot ke arahnya.
"Aah… Basah deh…" keluhnya lagi. Menghentikan goyangannya sejenak, "Tau gini mendingan Eike belanja sampe malem sama DM..." ucapnya sambil memeras bagian pakaiannya yang basah karena semprotan air. Pipinya digembungkan tanda kesal.
"Mana si Shura susah banget dihubungin. Pulang-pulang dari belanja mau disatronin, eeh, dia malah ngurung diri di kamar." lanjutnya sambil terus menggerutu.
Aphrodite baru saja akan mengikat ulang rambutnya ketika terdengar suara getaran keras dari bawah tanah Sanctuary.
"APA ITU!?" pekiknya kaget.
Ia membalikkan badannya siaga, mencari sumber suara yang baru saja membuatnya kaget. Air dari selang di tangan dibiarkan bercucuran air membasahi kakinya.
Satu-satunya suara yang ia dengar saat ini adalah lantunan Aura Kasih yang mengulang lagi dari awal. Memang lagunya disetel di mode repeat.
"Ngga ada cosmo aneh, ah... masa jaman sekarang masih ada musuh, sih?" gumamnya pelan. Masih penuh waspada, ia mengambil salah satu mawar beracun yang berada di dekat kakinya dan menambatkannya di antara bibir.
~ Dengan sadar menari ikuti alunan lagu
Semua mata pun kini hanya tertuju padaku
Tapi tatap matamu seolah inginkan aku
Ingin dekat ku peluk aku dan sentuh cintaku~~
Untuk menit selanjutnya tidak terdengar suara aneh apapun lagi. Cosmo teman-temannya juga masih lengkap. Dihantui rasa penasaran, ia meletakkan selangnya sembarangan, berjalan menuju ujung tamannya—berusaha menengok keadaan teman-temannya di kuil masing-masing.
"Moga-moga aja penantangnya ganteng. Kalo ngga, eike lempar juga dia dari atas sini" janjinya pada diri sendiri.
Aphrodite melangkahi teman-teman mawarnya diiringi alunan lagu. Ia sampai pada tepi taman dan bersandar pada bebatuan yang menjadi satu-satunya penghalang antara tebing kuil Pisces dan kota Athens. Merasa aman, ia melepaskan mawar dari bibirnya kemudian mengambil cermin bedak dari kantong celana belakang, bersiap membetulkan riasan muka yang sudah luntur karena sempat dibanjiri keringat.
"Ah... ngga ada apa-apa, ah!" si rambut toska merenggangkan pinggang dan punggungnya sejenak sembari membuka kotak bedak. Matanya terbelalak saat tahu yang dilihatnya bukanlah wajah cantiknya yang biasa dipoles, namun sebentuk hitam pekat yang sekiranya mematikan.
"GROAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" makhluk asing itu berteriak, mengayunkan salah satu tangannya yang besar.
Yang manusia kaget karena aura membunuh itu tidak dirasakan sama sekali olehnya sejak awal. Dengan gesit ia berguling ke sisi kanan tembok, berusaha menghindari pukulan yang siap melayangkan nyawanya.
BRAAAK.
Pukulan itu tepat membobol tembok tempat Aphrodite tadi berdiri. Kalau saja ia bukan seorang Saint apalagi di posisi yang paling terhormat sebagai pelindung Athena, pasti kini ia sudah sampai ke Underworld.
Nafasnya menderu. Jarak kakinya berada saat ini hanya kira-kira satu jengkal dari tangan si makhluk asing. Darah segar mengalir dari sisi sebelah kiri pahanya akibat serpihan batu yang melayang. Luka kecil memang, tidak ada artinya bagi seorang Gold Saint, tapi cukup untuk membuat pemuda cantik itu harus kembali ke salon berkali-kali sambil menggerutu untuk menghilangkan bekas luka itu dari kulitnya.
"Gue… kaget… okeh?! Gue kaget… sumpah..." lanjutnya ngos-ngosan. Tanpa sadar, bahasanya pun berubah jadi kasar.
"Grrrrrr…"
Makhluk itu menggeram pelan. Tangannya perlahan diangkat dari bebatuan, meninggalkan jejak fosil besar berupa bentuk tinju yang sudah bisa diamalkan pada museum sebagai salah satu bukti pendidikan. Dilihat dari berbagai macam sudut pun, makhluk ini bukan manusia. Tapi ia bukan pula alien. Dengan tinggi dua kali orang dewasa, helai serupa bulu gagak dan lebat serta muka jelek, jelas sekali jenis makhluk yang berada di depan Aphrodite adalah—
Gorila.
Dan sebuah fakta mutlak jika seekor gorila bisa masuk Sanctuary merupakan keteledoran para Saint karena menyangka dunia ini sudah damai. Bahkan ia bisa mencapai kuil Pisces yang merupakan kuil teratas.
/Teman-teman lain ngapain sih sampai gorila ini bisa naik sampai kuil teratas? Apa gorila ini udah ngebunuh mereka semua?/
Aphrodite masih berpikir dalam hening.
/Atau jangan-jangan Athena-sama yang membeli gorila ini sebagai hewan peliharaan karena ia mulai merasa kesepian?/
Pikiran dan asumsi terus berputar di dalam kepala Sang Pisces. Hingga akhirnya gorila itu melancarkan pukulan kedua kalinya ke arah Aphrodite.
"Ih! Nyari pacar ngga laku-laku sih, makanya berakhir cuma beli hewan peliharaan" umpatnya yang ditujukan jelas pada sang Dewi.
Yang manusia dengan gesit melompat tinggi, melemparkan senjata andalannya tepat ke jantung lawan. Apa daya dengan badannya yang besar, ia bisa dengan mudah menepisnya.
"Mana peliharaannya ngga mutu gini lagi! Sungguh ya... selera Athena-sama tuh something banget!" gerutunya lagi sambil memetik amunisi flora di dekat kakinya.
"Grrrrr…." makhluk besar itu masih terus saja menggeram, hendak menggerakkan tubuhnya kalau saja Aphrodite tidak tiba-tiba mengacungkan telunjuknya tepat di depan hidung yang berbulu.
"Eits!" hardik sang Piscces cepat.
Makhluk hitam besar itu kembali diam, tertahan oleh ancaman sang Pisces.
"Tapi tunggulah dulu kau jangan coba merayu…" suara nyaringnya mengikuti lagu, berusaha memecah konsentrasi primata yang ada di depannya.
"Tunggu tunggulah dulu kau jangan dekati aku…" lanjutnya lagi sambil melangkah mundur perlahan, menjaga jaraknya untuk memulai penyerangan.
"Sabar sabarlah dulu kau jangan marah padaku…" sang gorila berusaha maju dengan hati-hati. Tapi Aphrodite memancarkan cosmo mematikannya dan membuat makhluk itu kembali berpikir untuk yang kedua kalinya.
"Bukan salahku jika banyak yang mau padaku" dendangnya masih menggoyangkan jari telunjuknya. Mawarnya kini sudah siap di tangan kirinya.
"Denger ya… gue emang pengen ada penantang cowok tegap dan kekar yang datang sampe kuil gue…" kaki langsing itu melangkah ke samping, di antara pagar bebatuan dengan hati-hati. Mencari pijakan batu yang tepat untuk ia mulai menyerang.
"Graaaaaaaarrrrr" suara buas menggelegar ke seluruh Sanctuary.
"Tapi ya ngga jelek dan berbulu kayak lo, nyeeettt!"
Kali ini Aphrodite benar-benar marah. Selain karena kulitnya tergores dan kebun mawarnya cukup rusak karena diinjak-injak si gorila, ia juga tidak bisa menikmati kedamaian yang akhirnya dialaminya sejak Holy War terakhir terjadi.
"NIH SERANGAN MAWAR CANTIK NAN INDAH BETERBANGAN!" Aphrodite membuat jurus baru seenaknya sambil melompat dan melemparkan mawar membabi buta.
Merasa terancam oleh serangan Aphrodite, sang gorila juga menghindar slowmotion. Melihat kesempatan dalam kesempitan, ia pun kembali melancarkan teriakan dan pukulan tangannya yang sekiranya canggih, membuat tanah di sekitarnya bergetar dan pemilik kuil kehilangan keseimbangan.
"Kyaaaan~" Aphrodite kaget saat kakinya menyentuh tanah.
Tanpa membuang waktu, primata itu langsung menyerbu Aphrodite dari depan. Membuat Sang Pisces tidak sempat menghindar karena masih menyeimbangkan tubuhnya akibat getaran keras sebelumnya.
"PLAK!"
Tangan gorila yang besar dengan sukses menepis tubuh kecil sang pisces, membuat bunga-bunga di sekitarnya beterbangan, termasuk kotak bedak yang selama ini dipegang Aphrodite karena belum sempat memoles wajahnya akibat terik sinar matahari. Benda itu terhempas ke jurang di ujung pagar bebatuan, tertelan oleh pemandangan atap rumah para warga kota Athens, bersama dengan serpihan-serpihan batu yang hancur akibat pukulan makhluk itu.
"Bedak gueeeeee!" teriaknya lirih. Masih memperjuangkan kotak bedak yang mahal dibandingkan keselamatan dirinya.
"Najis lo nyeeeet!" teriaknya marah. Namun badannya yang terkena pukulan sang gorila kini tertelungkup di tanah. Tak berdaya dan sekujur tubuhnya terasa sakit. "Itu bedak mahaaaaalll! Nyarinya impor sampe ke Brazil! Gue udah bela-belain nyari diskonan sampe ke E-bay! Tega banget lo, sumpah!" makinya lagi sambil memukul-mukul tanah. Berharap si gorila menyesali perbuatan kurang ajarnya.
Aphrodite berusaha bangkit dari jatuhnya, bertumpu pada lutut dan lengannya, sampai si Gorila datang dan menumpu tangannya di pinggang Aphrodite, menghempaskannya kembali ke tanah.
"Arrghhh!" pekiknya kencang.
Rasa sakit kini menggerayangi tubuhnya yang tidak bertenaga lagi akibat habis digampar sang gorila.
"GROAAAAAA" teriak sang gorila merasa menang karena sudah menjatuhkan sang Pisces.
"Aduh, aduuuh, jangan pukul aku lagii! Aku kan makhluk lemah tidak berdayaaa~" ucapnya dengan nada memelas ala peran protagonis di kebanyakan sinetron kacangan.
Alih-alih memukul, kini si gorila hanya diam dengan tangan masih berada di atas pinggang Aphrodite. Pemuda itu pun hanya bisa diam membeku dan menahan nafasnya, Ttkut untuk menggerakkan badannya karena tahu makhluk hitam tersebut bisa saja meremukkan tulangnya dalam hitungan detik. Terutama karena saat ini ia tidak sedang memakai Gold Cloth kebesarannya.
"Well... bisa...singkirin tangan lo yang jelek itu, nyet?"
Merasa diejek, spesies berbeda jenis itu kembali menekan pinggang sang Pisces.
"OKEY OKEY GUE SALAH NGOMONG!" pekiknya lagi dengan nada panik. "Bisa... singkirkan tanganmu yang jelek.. eh... halus itu, gan...gan...er.. ganteng?"
"Grrnngg..." sang gorila memiringkan kepalanya. Tampaknya ia tidak mengerti apa yang dikatakan Aphrodite. Perlahan tangannya yang besar diangkatnya.
Aphrodite menghela nafasnya sejenak, merasa terselamatkan.
Belum seluruh tangannya diangkat, gorila tersebut kembali memiringkan kepalanya ke arah yang berlainan sambil menggeram pelan. Kini ia diam. Sedikit menunjukkan tangannya dan menyentuh leher Sang Pisces pelan.
"HIIIII~~" teriaknya kaget. Tapi ia belum bisa bergerak karena ternyata tangan si gorila satu lagi masih menetap erat di punggungnya. Terasa aura aneh dan nikmat mengalir dari leher menuju telinganya. Membuatnya kehilangan kewaspadaannya.
Sang gorila merasa 'ini hal yang menyenangkan' sambil terus menyentuh leher Aphrodite berkali-kali, dan turun ke punggungnya.
"DAMN! PLIS YAA! ITU! SPOT LEMAH GUE!" jeritnya lagi. "Plis ya nyet.. Itu milik suami eh, istri gue ntar..." ia sama sekali tidak merasa takut diserang jurus pamungkas berkali-kali, tapi kalo disentuh seperti itu, Saint manapun pasti akan sama seperti manusia kebanyakan. Padahal baru di daerah leher, tapi mengapa ia merasa begitu lemas? Mana sama gorila pula. Apa yang akan dikatakan teman-temannya nanti kalau mereka melihat ia dikalahkan oleh seekor gorila hanya dengan sentuhan?
~ Kamu inginkan aku
Peluk aku
Cium aku~~
/Kampret lah… lagunya pas bagian yang ngga enak dan gue lagi di posisi yang ngga enak!/
"HUGHUGUHUGUHUHUGUUGU" sang Gorila tertawa terbahak-bahak dan sibuk mengeksplor mainan barunya.
"Eh lo malah ketawa-ketawa lagi?!" hardik Aphrodite geram.
"GROAAAAAAA!"
"IYA, IYA, BEB AMPUN! LO BEBAS MAU NGAPAIN GUE AMPUN YOOLOH DEWA AMPUNIN GUEEE!" Aphrodite yang tadinya marah-marah kini hanya bisa pasrah badannya ditusuk-tusuk gorila gila yang diasumsikan kabur dari kebun binatang.
Sampailah jari jemari besar itu di pinggang Aphrodite yang tidak tertutup oleh sehelai kain pun. Masih terasa efek dingin air yang membasahi kemeja putihnya, ditambah bulir-bulir keringat akibat bertarung dengan spesies tersebut. Jemari itu terus menusuk pinggang Aphrodite pelan sampai ke batas celananya.
~ Kamu inginkan aku
Ingin bercinta denganku~~
Lagu yang tidak pas dengan keadaan Aphrodite sekarang ini terus menggema keras di kupingnya. Membuat berbagai asumsi dan khayalan berputar di dalam kepalanya.
/Kenapa yang lagi diatas gue sekarang bukan lo, DM! Kenapa ini bukan tangan kekar lo, Shura! Kenapa bukan jari nakal lo yang bermain di leherku, Milo! Kenapa gue ngerasa ada panas membara dan bukan lo yang negdinginin gue, Camus! Kenapa bukan panah cinta lo yang berlabuh di hatiku, Aiolos! Mu... gue tau lo lembut banget dan gue yakin lo bisa membahagiakan gueee! Shaka! Plis main sama gue Shak! Jangan meditasi teruus! Gue yakin pengetahuan lo tentang Kamasutra maknyus banget dijamin 100%! Duh Lia, gue kayanya lebih suka dengan permainan lo karena lo liar dan gue suka cowo liar! Tapi kenapa bukan si kembar ganteng Saga n Kanon yang mijet-mijet gue dengan tangannya yang hangat kaya di iklan LA-Lights dengan lagu 'Sway'nya Dean Martin! Oh Om Dohkooo! Pasti dengan umurmu yang beratus-ratus tahun dirimu sudah banyak pengalaman menyenangkan dengan seseorang, paling ngga kali ini, kenapa lo ngga berbagi pengalaman itu sama gueee!? Aldebaraan! ... Oke lo ga usah ngapa-ngapain, Alde! Muka en kekuatan lo persis sama kaya gorila yang ada di atas gue sekarang!
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa dari tadi gue malah ngebayangin hal-hal aneh sama para Gold Saint lain yang ngga punya otak itu siiih?
Gue kenapaaaaa!?/
"Ahnnnn!" Aphrodite mengerang stress tanpa henti.
/Aah... paling ngga, kalaupun ngga punya otak, mereka semua punya batang.../
Tarikan nafas sejenak, sebuah upaya untuk memenuhi kepalanya dengan hal-hal baik nan positif.
/OMG GUE LUPA KALO GORILA INI JUGA PUNYA BATANG MAMIIIIII! GUE BELUM MAU DIPERKOSA GORILAAA!/
Mendadak panik, kakinya meronta-ronta berusaha mencari bantuan. Sang gorila yang merasa mainannya mulai mengamuk kini mendaratkan tangannya lebih kencang ke pantat sang korban.
"JANGAN DI SITU OMG!" teriaknya membahana.
"GROAAAAARR"
"IYA, IYA, BEB! BOLEH DI SITU KOK, BOLEEEH!" sang Pisces mengoreksi kata-katanya.
Tidak ingin mainannya kabur, gorila tersebut meremas pantat Aphrodite, membuat pemuda itu kembali memekik ringan. Tubuhnya terasa tegang dari kepala sampai kaki, namun ia berusaha bertahan agar makhluk itu tidak mematahkan tubuhnya.
"Aduuuh siapapun tolong gue yang penting ganteng cukup, titik" pintanya pasrah.
Aphrodite menutup pahanya erat-erat. Berusaha menahan getaran panas yang mengalir di sekujur tubuhnya yang membuatnya makin lemas dari waktu ke waktu. Namun di saat pasrah itu, ternyata tidak ada gerakan apapun dari si gorila. Menyadari hal itu, Aphrodite memberanikan diri menoleh ke belakang.
Dan si gorila masih terdiam melihat pantat Aphrodite.
"Okeh.. pantat gue seksi.. tapi kan ngga perlu lo liatin sampe segitunya, Nyet..." Aphrodite menyunggingkan senyum pada ujung bibirnya dan sedikit tawa canggung, tanda ia semakin stress.
Tanpa aba-aba, si gorila berusaha melepaskan celana hotpants sang pemuda. Ia mulai tertarik dengan seutas tali merah yang dari tadi menghiasi pinggul sang Pisces.
"GYAAAAA! WAIT! WAIT! BENTAR! TUNGGUUU!"
Gorila tersebut menarik tali karet yang menyembul dari balik celananya, lalu melepaskannya lagi, meninggalkan bunyi cambukan kecil dan garis memar di pantat bulat mulus tersebut.
"KYAAAAAAAAAAAA!" teriaknya makin histeris.
Belum selesai pemuda itu berteriak, sang gorila sudah sukses membuka celana tersebut. Kini konsentrasinya terpusat penuh pada elemen minim yang ada dalam genggam tangannya.
Merasakan cengkraman sang gorila mengendur, Aphrodite gesit merayap melepaskan dirinya menjauhi lawannya bak tentara perang benteng Takeshi.
"Okeh. Makasih... gue ngerasa lebih sejuk..."
Sambil menjaga jarak dengan makhluk yang berusaha memperkosanya, ia berusaha mengencangkan tali tipis celana dalamnya. Dadanya bagai terbakar panas efek ditekan terlalu lama, sementara bagian bawah menikmati semilir dingin. Masih tersisa sensasi menggetarkan yang membuatnya mabuk kepayang, tapi begitu melihat lawan mainnya, pemuda itu bergidik dan sadar diri bahwa semua yang kini dialaminya lebih mengerikan daripada melawan ribuan pasukan berkuda.
"Fine! Ambil aja tuh celana gue!" sabdanya keras, "Lo tega amat sih ngebiarin gue cuma pake celana dalem gini di tengah-tengah taman? Kalo temen-temen gue pada dateng emangnya lo mau tanggung jawab?"
Tanpa pikir panjang, makhluk itu kembali berjalan mendekati Aphrodite.
"Ngga! Ngga usah! Lo ga usah tanggung jawab! Gue tadi cuma bercanda!" Aphrodite yang panik mundur teratur. "Kan gue udah ngasih celana gue! Masa lo juga mau isinya sih!?"
Sang Gorila berhenti berjalan untuk menggeram pelan. Kemudian dia melempar celana Sang Pisces ke samping, tertelan oleh merahnya mawar beracun yang menghiasi tanah. Perlahan tangannya diangkat, menunjuk ke arah Aphrodite.
Terlintas perasaan tidak nyaman di diri ksatria emas itu. "Lo mau celana dalem gue?" tanyanya pelan-pelan. Sepertinya gorila ini punya kesenangan tersendiri terhadap bentuk dan warna celana dalam Aphrodite
"Huguguguuguguhuhugguu~~" ucapnya sembarangan sambil menyengir lebar, lalu tangannya dijulurkan lagi dengan telapak tangan di atas, seperti meminta sesuatu.
/Gila! Mesum banget ni Gorila! DM aja ga pernah minta celana dalem gue! Bahkan tadi pas belanja dia sibuk sendiri nyari celana dalem merk Armani kesukaannya!/
"Eeehh~~ ngga bisaaa! Ini G-String keluaran baru dari Versace! Baru gue beli tadi! Enak aja mau minta-minta!" tolaknya tegas.
Memang kini Aphrodite masih memakai kemeja putih dengan ujung diikat pada ulu hati yang mempertontonkan pusar dan pinggangnya, namun bagian bawahnya hanya memakai G-string yang baru saja dibelinya oleh DM pagi tadi. Dan benda itu merupakan produk yang sudah lama diincarnya sampai rela waiting list melalui internet.
G-String merah darah dengan dua buah garis emas vertikal padat menghiasi harta karun kebanggaannya yang berbentuk sempurna, dijamin akan membuat lelaki lain sirik karenanya. Pada kedua ujungnya meregang dua utas tali berwarna merah pula yang tertambat menjadi satu dan mendekap erat belahan pantatnya yang indah tepat di tengah. Tidak lupa untaian emas logo Versace dibubuhi pada bagian atas kanan, memancarkan cahaya berkelip-kelip yang membuat mata siapapun tidak akan lepas dari titik tersebut.
Dan dikarenakan kejadian sebelumnya, membuat bagian tersebut agak lebih besar dari hari-hari biasanya.
Sementara lagu 'Mari Bercinta' masih terus mengalun untuk yang kesekian kalinya menemani permainan kejar-kejaran dua spesies itu, terdengar perdebatan alot dari mulut keduanya.
"Groaaaaaaa!" ancam sang gorila.
"Enggaaaak!" tolak sang Pisces.
"GROAAAAAAAAAA!" teriak yang berbulu makin keras.
"ENGGAAAAAKK!" Aphrodite balik berteriak tidak mau kalah.
Merasa keinginannya tidak terpenuhi, gorila itu akhirnya berbalik, berjalan menjauh, meninggalkan Aphrodite yang merasa menang karena berhasil melindungi celana dalamnya. Tapi begitu tahu tujuan lain si gorila, ia kembali panik dan lari menerjang makhluk tersebut.
"WAIT WAIT JANGAN MASUK SITUU!" ia sudah tidak perduli lagi walau kini ia lari-lari hanya menggunakan celana dalam.
Gorila itu menuju kuil Pisces. Sepertinya ia punya otak yang cukup pintar kalau ternyata masih banyak koleksi G-String Aphrodite di dalam sana, plus dengan koleksi kosmetik dan parfum-parfumnya, yang tentu saja lebih berharga daripada selembar G-String barunya.
"OKE OKE BUAT LO INI AJA YANG GUE PAKE! JANGAN YANG LAIN OKEH?" Aphrodite merentangkan kedua tangannya di depan sang gorila. Terasa senyum licik penuh kemenangan di bibir gorila itu, dan kembali menjulurkan tangannya meminta hasil waiting list merk Versace tersebut.
"...Harus gue buka di sini?" Ia menaikkan sebelah alisnya, berharap makhluk di depannya mengatakan tidak dan langsung pergi tanpa membawa apa-apa. Tapi ternyata kejadian itu tidak terjadi.
/Demi Zeus.. gue harus buka celana dalem gue di depan gorila? Di tengah-tengah taman?/
Aphrodite kebingungan setengah mati, sementara lawan mainnya mulai tidak sabar menunggu.
"Lo diem di situ.. Jangan gerak, jangan maju, jangan mundur, oke?" ucapnya lagi pelan dengan suara bergetar. Kedua tangannya sudah memegang tali di bagian pinggul.
Ada rasa canggung dan getir yang merayap di sekujur tubuhnya. Tangannya keringat dingin dan tubuhnya terasa panas, padahal matahari sudah bersembunyi di balik awan sejak beberapa waktu yang lalu. Darahnya berdesir kuat, menciptakan denyut-denyut nadi yang bergumul pada satu titik di antara selangkangannya. Mungkin karena ini pertama kalinya Aphrodite harus membuka celana dalamnya di ruangan terbuka, apalagi ditambah sepasang bola mata yang dari tadi tidak bergerak menatapnya, membuat pemuda itu gelisah dan merasa bergairah.
Padahal lawan mainnya seekor gorila—OKE.
~Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkan ku~~
Reffren lagu pop dangdut itu terus menggelora mengikuti gerakan jari Aphrodite menurunkan celananya sedikit demi sedikit.
~Dengan irama yang menggoda
Ku lepaskan hasrat dirimu~~
"Ih lagunya ganggu amat! Besok-besok ga akan gue pasang lagi!" sewotnya, sibuk mengomentari lagu yang sepanjang hari ini menemaninya. Sementara sang gorila mulai gerah dan kembali menggeram supaya Aphrodite cepat memberikan harta kesayangannya, atau tidak, dia akan meluncur masuk menyerbu kuil Pisces.
"Iye iye ini gue buka, tapi lo liat sana dulu, gue malu!" perintahnya pada sang gorila sambil menunjuk arah tangga turun. Tapi karena gorila itu tidak mengerti bahasa manusia, tentu saja dia sama sekali tidak menolehkan wajahnya.
"Iiih!" geramnya kesal, melotot pada makhluk tersebut. "Daripada gue cape-cape nyuruh lo balik badan, mending gue yang balik badan deh!" Aphrodite mendengus. Ia membalikkan badannya dan memperlihatkan pantat mulusnya pada sang gorila dibandingkan harus memperlihatkan 'harta karun'nya. Dengan tidak bertatapan dengan mata makhluk itu, paling tidak ketegangannya berkurang.
Perlahan ia membuka G-String baru kesayangannya, meninggalkan sang junior yang tegang kedinginan sementara karena kehilangan sarangnya.
/uuhh...gue kok jadi deg-degan ya..? padahal waktu lawan Seiya dkk tegangnya ngga kayak gini deh../
Ia hampir mau menoleh ke belakang sebelum tiba-tiba ada sebuah benda hangat meremas pantatnya kembali.
"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Telak sudah suara renyah Aphrodite terdengar sampai ujung kuil Aries, alun-alun kota Athens, dasar laut Poseidon, planet Mars serta kediaman maha dewa Zeus. Bahkan sang Apollo pun sampai sakit kepala sampai gagal menarik mataharinya di hari itu.
Ternyata gorila mesum tadi kembali meremas pantat Aphrodite karena tidak sabar dan terlalu lelah menunggu. Sontak pemuda cantik itu langsung jongkok dan memeluk tubuhnnya rapat-rapat. Terlihat bayangan besar si Gorila mendekatinya, dan kembali menjulurkan tangan hitamnya yang besar dari arah samping.
"Ya ampun demi Dewi gue yang bobrok itu, gue salah apaaaa!" pekiknya histeris. Tangannya masih mendekap erat kedua lutut dan betisnya yang terkena terpaan angin dingin, dengan jarinya yang menggenggam celana dalam yang baru saja dilepaskannya.
"Huguhuhuguugggugugu.. kiiiiiiikkk!" ancam yang bukan manusia sembari memamerkan gigi-gigi tajamnya ke arah Aphrodite.
"Nih ambil aja! Kali ini lo menang. Tapi buat selanjutnya liat aja, gue kupas semua bulu lo sampe telanjang juga!" Aphrodite melemparkan G-String miliknya ke muka sang gorila, yang tentu saja disambut cengiran merendahkan.
Tanpa perlawanan berarti, makhluk hitam itu berbalik dan menghilang dari hadapan Aphrodite dengan kemenangan mutlak. Satu hari yang indah bagi Aphrodite, di mana hari sekiranya telah sore namun panas matahari masih membakar kulitnya.
Taman bunganya rusak, celana G-String terbarunya diambil, sampai ia harus telanjang di depan sang Gorila. Membuat sang pemuda terdiam menganga dengan pikiran penuh di kepala, sementara badanya masih terasa terdesak oleh sensasi luar biasa yang menggerayangi bagian bawah tubuhnya.
"Aduuuuuhhh, gimana iniiii, gue telanjang bulet, di luar ruangan lagi, tapi gue mesti.. hnngh..." ucapannya terhenti, berharap semua akan benar-benar berakhir.
~Kamu inginkan aku
Peluk aku
Cium aku
Kamu inginkan aku
Ingin bercinta denganku~
Mendengar lagu itu masih mengalun, Aphrodite pun dengan cepat bangkit, berlari tertatih ke arah selasar dan mengambil handphone Android warna pink berhias butiran intan di sekelilingnya. Tidak lupa menendang CD Player yang mengalunkan lagu tersebut sampai akhirnya kuil Pisces dan sekitarnya menjadi sunyi senyap. Sudah cukup lagu jahanam itu mencuci otaknya sedari pagi.
END
.
.
.
OMAKE
Tut tut tut tut tut...
Jemari Aphrodite cekatan memencet nomor telepon untuk menghubungi salah satu teman baiknya.
"Apa lagi, nih?! Ngga cukup lo teriak-teriak dari tadi? Suara lo kedengeran sampe kuil gue, tauk!" semprot dari yang ditelepon gerah.
"DM, hah... hah... temenin gue sekali lagi ke Athen's road, plis...! Gue... hnngh... butuh celana dalem!" pinta Aphrodite dengan napas ngos-ngosan.
"Hah?" kaget dari pihak seberang, "Tadi kan kita habis beli celana dalem. Emang yang tadi lo beli dikemanain? Dimakan?"
"Enak aja! Lo kira gue maniak, apa?" Udah temenin aja, ntar keburu malem! Setengah jam lagi gue ke tempat lo! Sekarang gue lagi sibuk!" sang Pisces masih berusaha mengatur napasnya.
"...Lo sibuk ngapain emangnya?" DM lumayan penasaran.
"Ngga usah tanya, deh... pokoknya hnngh... gue... sibuk..." ucapnya terbata-bata.
"Mau gue bantuin?" tanya suara itu dengan nada polos.
"GILA LO! GUE BUKAN HOMO YAH! POKOKNYA SETENGAH JAM LAGI, TITIK!"
Aphrodite membanting teleponnya ke arah taman mawar kesayangannya dan tenggelam kembali dalam kesibukannya.
Tut tut tut tut tut...
Di kuilnya, DM hanya terdiam membisu saat teman baiknya memutuskan sambungan secara sepihak.
"...gue salah ngomong apa?"
(The Real) END
R&R maybe? C:
