Title;

Don't Go

Main Cast;

Kim Jongin & Oh Sehoon

Genre;

Romance story, School life, Yaoi

Rated;

T

Summary;

Ia berjuang untuk hidup kembali dengan meminta bantuan kepada seseorang yang menempati apartemen miliknya. Bisakah sosok itu membantunya bahkan menyelamatkannya?

-oOo-

"Hantu? YAAAA HANTUUUU!"

"Hantu? Mana mana?"

"YAAAAAA!"

"AAAAAAAAA!"

CREATED BY NAMI LAU

=Don't_Go=

Chapter I

Ia menatap sendu seseorang yang terbaring lemah tak berdaya diranjang Rumah Sakit. Ini adalah hari ke 730 dimana ia memperhatikan sesosok pemuda berwajah manis yang terlihat begitu sangat pucat, juga dengan selang oksigen dibagian mulut dan hidungnya. Jangan lupakan beberapa alat yang masih setia menancap dibagian kulit putih pucat pemuda itu.

Kakinya terasa lemas.

Tiba –tiba pintu ruangan itu terbuka. Menampakkan dua orang laki –laki dengan usia yang cukup jauh berbeda. Sosok laki –laki tua yang mengenakan jas putih serta kaca mata, memperhatikan berkas yang ada ditangannya.

"Oh Sehun" gumamnya pelan, "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi Suho –ssi". Laki –laki tua itu –Dokter, mengarahkan pandangannya ke arah laki –laki berwajah tampan yang kini menatapnya dengan raut penuh kecemasan. Dari matanya terpancar sorot mata kesedihan dan mungkin, harapan.

Dokter itu mengerti. Sangat mengerti.

"Ta –tapi ku mohon Dokter Jung, jangan lepas selang –selang itu dari tubuh adikku. Hanya dengan alat itulah ia bisa bertahan –"

"Hidup" lirihnya penuh dengan nada putus asa. Dokter yang sudah puluhan tahun mengabdi di Rumah Sakit ini berjalan mengampiri Suho, lantas menepuk pelan pundak Suho. Membuat laki –laki berusia 24 tahun itu mendongak. Menatap langsung mata sang Dokter yang kini menatapnya dengan tatapan yang – entahlah. Itu susah untuk ia mengerti.

"Ini sudah dua tahun Suho –ssi. Dan adikmu sama sekali tidak pernah menunjukkan kalau ia akan hidup. Maaf, jika kata –kataku ini menyinggungmu. Tapi, ini adalah kenyataannya. Tanpa adanya alat bantu yang terpasang ditubuh Sehun, mungkin dia tidak akan bertahan "

"Ku mohon Dokter … jangan cabut selang –selang itu. Aku –". Ia mencoba untuk tidak menangis, ia mencoba untuk tetap tegar, memperjuangkan hidup adik semata wayangnya ini.

"Aku berjanji akan membayar semua biaya Rumah Sakit ini. Aku berjanji! Tapi aku mohon, jangan pernah cabut selang itu". Dokter itu menghela nafasnya lelah, lantas mengangguk lemah serta memberikan senyum penenang untuk Suho.

"Semoga Tuhan mendengarkan do'amu Suho –ssi"

Setelah ucapan yang dibarengi oleh tepukan berapa kali dipundaknya, Dokter Jung memilih untuk pergi dari ruang kamar 124 itu. Sebelum ia benar –benar pergi, ia sempat melihat sekilas dari kaca pintu. Dimana Suho sedang duduk disamping Sehun sambil menggenggam tangan pucat itu.

"Ku harap Tuhan benar –benar mendengar do'a mu, Suho –sii"

=Don't_Go=

Suho dengan telaten membersihkan tubuh dan wajah Sehun dengan handuk basah. Sesekali ia tersenyum kecil saat membayangkan ketika tiga tahun lalu, tepat dimana ia dan Sehun menghabiskan malam bersama di Pulau Jeju. Itu adalah kali terakhir ia dan Sehun memiliki waktu yang benar –benar bebas sebelum akhirnya ia harus kembali dengan rutinitasnya mengajar di Sekolah Menengah di daerah Daegu dan Sehun yang harus kembali dengan sekolahnya. Mereka tidak bisa bertemu setiap hari mengingat mereka tidak tinggal bersama.

"Hunna.., apa kau tidak merindukan Hyungmu yang tampan ini hn?" tanyanya dengan nada yang bergetar juga mata yang memanas. Ia memasukkan handuk itu ke dalam baskom dan meletakkan baskom itu ke atas meja. Ia menghela nafas beratnya. Memandangi wajah Sehun yang begitu pucat dan seperti tak bernyawa, membuat hatinya merasa nyeri.

Tapi bagaimana lagi?

Nasi sudah menjadi bubur, dan kesalahannya waktu itu tidak bisa untuk diperbaiki lagi.

Disudut ruangan sana, seseorang yang sejak tadi berada diruangan itu tidak bergeming. Meski, air mata sedari tadi turun dan membasahi pipi mulusnya. Tak ada yang tahu, tak ada yang mendengar. Hanya dirinya seorang dan tentu saja Tuhan. Ia menatap dengan pandangan sayu ke arah kakak –nya yang kini sedang memakaikan pakaian ganti untuknya. Ya- untuk jasadnya yang kini tengah terbaring lemah diranjang Rumah Sakit.

Ia –Oh Sehun. Pemuda berusia 16 tahun yang koma akibat tabrakan dua tahun lalu. Dan –

Tidak.

Ia tidak ingat setelah itu.

Hanya itu, dan tidak ada yang lain. Bahkan Suho juga tidak tahu secara pasti kronologisnya seperti apa. Karna seperti yang sering ia dengar dari mulut Suho, saat itu hanya ia yang ada ditempat kejadian. Hingga tak ada satupun yang tahu bagaimana ia tertabrak dan siapa penabrak sialan itu.

Ia menghapus air matanya, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya mendekati ranjangnya. Ia mencoba untuk menyentuh jasadnya sendiri, namun –

Tak bisa.

Ia tak bisa menyentuh jasadnya sendiri.

Sudah ribuan bahkan jutaan kali ia mencoba untuk masuk ke dalam jasadnya sendiri, namun? Jasad itu seakan tak mau menerimanya?

Menyakitkan …

"Hunna .., Hyung pulang dulu ya. Junhao mungkin saat ini sedang kesepian dirumah" satu kecupan panjang diberikan Suho tepat dikening Sehun. Ia tersenyum seraya mengusap lembut pipi adiknya yang terasa begitu dingin, sangat dingin.

"Junhao? Ahh .. aku merindukannya". Junhao adalah sepupunya yang begitu lucu dan menggemaskan. Dulu ketika ia masih hidup, ia selalu saja bermain dengan si kecil Junhao saat hari minggu.

"Hyung harap kau bisa memberi tanda –tanda baik esok pagi saat Hyung kemari. Hyung selalu menunggumu" satu kecupan lagi ia berikan. Kali ini dipipi Sehun sebelah kanan, "Hyung mencintaimu, Hunna ..". Itulah kalimat terakhir yang Suho ucapkan sebelum akhirnya dering ponsel Suho berbunyi –terus menerus.

"Aku juga mencintaimu Hyung, sangat"

"Yeoboseyo? Ahh ya, ya … datangi aku di Café Mozaik? Kau tahukan? Ahh baiklah"

Pintu kamar itu tertutup dengan sempurna. Meninggalkan Sehun dengan jasadnya. Ia menghela nafasnya, lantas tangannya terangkat meraba dada jasadnya sendiri.

"Aku sama sekali tidak bisa merasakan detak jantungku sendiri? Apa aku benar –benar akan mati?". Ia lantas menggelengkan kepalanya pelan, lalu memindahkan tangan kanannya ke bagian dada sebelah kiri. Ia terdiam sesaat, "Tapi kenapa aku bisa merasakannya di roh –ku ini?". Ia bertanya, yang tak mungkin ada yang menjawabnya karna tak ada orang diruangan ini kecuali jasadnya yang sedang tergolek lemah tak berdaya. Terlebih, tak ada yang mendengar perkataanya.

Ia meniupkan poni panjangnya yang hampir menutupi mata indahnya itu. Ia mengepalkan tangannya kuat dan meninjunya ke udara. Ia harus tetap percaya kalau ia akan kembali hidup nantinya. Biarlah semua orang memvonis dirinya akan mati sebentar lagi atau entah itu kapan. Namun ia tidak peduli. Ia yakin dirinya akan kembali hidup.

Yah, ia yakin dengan hal itu.

Ia merangkak naik ke atas ranjang. Kembali menduduki jasadnya dan mencoba untuk memasuki jasadnya lagi –entah ini yang ke berapa kalinya. Terus ia lakukan .. hingga dalam beberapa menit ini roh -nya masih saja ditolak oleh jasadnya. Dan menit sesudahnya, terdengar teriakan yang sangat keras menggema. Mungkin hampir ke seluruh Rumah Sakit ini. Untung saja, tidak ada yang bisa mendengarnya. Jika tidak? Tidakkah kalian bayangkan semua orang akan panik saat mendengar jeritan yang begitu mengerikan namun tak ada wujudnya? Iiihhhh …. Itu membuat bulu kudukku merinding.

=Don't_Go=

Sehun meringkuk diatas tempat tidurnya. Ia mengusap lembut meski ia sama sekali tidak bisa merasakan apapun dengan sentuhannya. Ia tersenyum tipis, ia sudah begitu merindukan untuk bisa memeluk bantal, mendengkur keras ketika ia kelelahan diatas ranjang berukuran sedang ini. Ah .. ia benar –benar ingin hidup kembali. Sungguh …

Ia menatap jam dinding berbentuk boneka Rilakuma disamping lemari pakaiannya. Ia menghela nafasnya, "Aku benar –benar ingin hidup Tuhan. Tolongkah aku .. aku mohon". Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba mengingat kembali memori –memori yang pernah ia lewati sebelum ia koma. Namun satu yang ia bingung, kenapa ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian dimana dirinya tertabrak? Astaga. Apa ini ada hubungannya dengan – kenapa ia tidak bisa kembali ke jasadnya? –

Mungkin ini terlalu seperti drama. Tapi bisa saja bukan? Ayolah. Zaman sekarang drama dengan kehidupan nyata hanya berbeda tipis.

Ia mengacak rambut pelanginya frustasi. Astagaaa? Apa yang harus ia lakukan? Jika memang cara ia hidup kembali adalah membawa penabrak ke hadapannya. Bagaimana caranya Tuhan? Sedangkan ia tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun. Sekalipun itu Suho. Jikanya adapun, ia tidak ingat siapa penabrak itu?

Ya Tuhan, kenapa nasib Sehun malang sekali …

Sehun terhenyak ketika ia mendengar ada yang membuka pintu apartemennya.

"Apa itu Suho Hyung?"

Ia bangkit dari ranjang, lalu berlari dan menerobos begitu saja pintu kamarnya yang tertutup. Ia tersenyum ketika ia melihat Suho masuk ke dalam apartemennya dengan seseorang. Eh? Mata Sehun membulat? Siapa pemuda hitam itu?

"Bagaimana Jongin, apa kau tertarik?" tanya Suho sambil menatap pemuda yang kini menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Satu yang ada didalam benaknya.

Rapi –

Dan sedikit berdebu.

"Ini sudah lama tidak ditempati. Jadi, ku harap kau bisa memakluminya". Tidak ada senyum ataupun ucapan basa –basi yang dikeluarkan oleh pemuda bernama Jongin itu.

"Apa yang dilakukan Suho Hyung? Jangan bilang kalau apartemenku akan di –"

"Biaya sewanya tidak terlalu mahalkan?"

"WHAT THE FUCK ?!"

Jongin memasang wajah datarnya saat menatap pemuda yang lebih tua darinya dan juga lebih pendeknya itu. Ia mengeluarkan dompetnya dari saku celana belakangnya. Lantas, mengeluarkan beberapa lembar uang won kepada Suho yang kini tersenyum lebar. Setidaknya uang itu cukup untuk membantu dirinya membayar biaya Rumah Sakit adiknya.

"Sebenarnya aku tidak peduli dengan apartemen ini" ucapnya acuh, dan jangan lupakan tak ada irama sopan didalam perkataannya. Suho hanya memakluminya sedangkan Sehun sudah membulatkan matanya tak percaya.

"SIALAN KAU MANUSIA HITAM!"

"Setidaknya apartemen ini dekat dengan sekolahku". Suho mengangguk maklum, sedangkan –oh sekali lagi. Ingatkan Sehun kalau kali ini ia hanya berbentuk roh dan pukulan dan tendangan dirinya pada tubuh pemuda hitam itu sama sekali tidak berpengaruh apapun.

"Baiklah, kalau begitu aku harus pulang. Semoga kau betah tinggal disini Jongin". Jongin diam tak menyahut. Tak ada kata –kata, 'ya, terimakasih' atau 'ya, hati –hati dijalan Hyung'. Jika ia melakukannya, bearti ia sedang gila.

"YAAAA! APA YANG KAU LAKUKAN HITAM !". Teriak Sehun yang hanya terdengar olehnya sendiri. Ia tak habis pikir bagaimana si 'hitam' itu dengan seenak jidatnya menaruh sepatunya yang begitu keren sih, hey, tapi tentu saja Sehun menganggap sepatu itu begitu jelek dan tidak layak pakai. Sehun memindahkan sepatu itu dari atas meja kaca mahalnya ke bawah, tepat diatas lantai marmer bewarna crème. Sebelumnya ia juga sempat meniup debu bekas sepatu tersebut dan pula, ia juga mengelap jejak sepatu diatas meja yang amat disayanginya dengan telapak tangannya. Lalu, pandangannya jatuh pada pintu apartemennya yang tertutup. Kilatan api kemarahan terlihat jelas dimata indahnya itu. Tangannya mengepal kuat. Sehun benar –benar – amat – marah dengan kakak laki –lakinya itu. Sehun tak habis pikir. Bagaimana Suho bisa lupa kalau Sehun sama sekali tidak menyukai jika ada orang lain masuk ke dalam apartemennya yang begitu cantik dan mempesona. Apartemennya ini sangat beharga baginya. Dan jangan lupakan Bubble Tea, Sehun juga menyukai minuman manis itu. Oh sial, tiba –tiba ia merindukan minuman candunya itu.

Ia bangkit tiba –tiba saat mendengar suara gaduh yang berasal dari kamarnya. APA? KAMARNYA? Sehun segera berlari menuju kamarnya. Ingatkan Sehun ketika ia bangun dari komanya, untuk memasukkan nama Suho di dalam daftar orang –orang yang ia benci. Mungkin di urutan paling atas. Ini dikarenakan ia dengan berani –beraninya menyewakan apartemennya kepada makhluk hitam tak berperasaan itu. Yeah – tidak berperasaan dan berperikemanusian.

"APA YANG KAU LAKUKAN HIT –"

"YA TUHAAAANNNNN"

"ASTAGA, MY PINKU PINKU!"

"YA! YA! MONGGU ~~!"

"HEY, HEY ITU BONEKA KESAYANGANKU HITAM! APA YANG KAU LAKUKAN !"

Mata Sehun tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Mulutnya itu terbuka lebar ketika ia melihat kamarnya - kamar yang begitu ia sayangi dan begitu ia jaga akan kerapiannya telah sukses BERANTAKAN! Dimana boneka –boneka miliknya kini telah tergeletak tak berdaya diatas lantai dingin yang begitu berdebu. Kakinya terasa lemas sepertinya.

"YAAA!"

Sehun berteriak ketika ia melihat Jongin memasukkan seluruh benda diatas meja belajarnya ke dalam kerdus kotor dan jelek. Uh! Itu tidak pantas hitam. Kau tahu jika barang –barang Sehun itu semua mahal dan begitu beharga?

Astaga, rasanya ia ingin mati.

Eh?

Tunggu?

Ayolah … ingatkan pula pada Sehun jika ia kembali sadar dari komanya untuk membunuh si hitam dekil ini. Sehun terduduk lemah saat ia menyadari satu hal,

Kapan ia bisa membunuh si hitam itu? Kapan? Besok? Minggu depan? Tahun depan? Atau selamanya ia tidak akan pernah membunuh si hitam itu karna ia tidak akan pernah kembali?

Ia tersenyum miris dan tiba –tiba tubuhnya yang sama sekali tidak terlihat oleh si hitam itu terperosot ke bawah. Ia menangis lagi, sambil meraih boneka Pinku Pinku miliknya. Sebuah boneka Rilakuma yang mengenakan pakaian warna merah muda. Dimana boneka kesayangannya itu tadi sempat di injak berulang kali tanpa sengaja –mungkin oleh si hitam itu yang sibuk membereskan barang –barang dikamarnya.

"Dasar hitam bodoh! " ia mengumpat kesal sambil memandang tajam si hitam yang kini telah merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya yang begitu empuk. Ia melirik kea rah meja belajarnya yang dimana –disana – sudah – tidak – ada – lagi –barangnya ! Dan tergantikan oleh barang –barang milik si hitam bodoh itu!

Baru beberapa menit saja ia sudah benar –benar ingin membunuh si hitam itu.

"Kamar seorang gadis yang begitu manja"

Amarah Sehun membuncah, bukan karna ia – pemilik SAH kamar ini dikira milik seorang gadis mengingat banyaknya boneka juga aksesoris lucu bergelantungan di sana –sini. Ia juga tak menyangkal jika ia memang manja. Tapi ….

Si hitam baru saja melemparkan boneka anjing kecil lucu bewarna putih yang sengaja ia gantung dilangit kamarnya. Jadi ketika ia merebahkan tubuhnya, dan mengarahkan pandangannya ke atas. Tepat beberapa centi dari wajahnya ada ChanHun (Nama boneka anjing tersebut) yang akan slalu menatapnya. Sehun selalu suka dan akan cepat tertidur jika melihat ChanHun, dimana boneka tersebut adalah boneka terakhir yang diberikan Chanyeol padanya. Bukan pacar .. hanya sahabat. Sahabat yang kini sudah pergi jauh di China untuk bersekolah disana.

Ia belum punya pacar sampai sekarang. Bahkan ia tidak mempunyai first kiss. Ia menggelengkan kepalanya perlahan sambil menggumamkan kata berulang kali,

"Ya Tuhan .. aku tak ingin mati sebelum aku jatuh cinta"

Ck ck ck. Mengenaskan sekali hidupmu Oh Sehun.

Mata kecil itu kembali – dan kembali lagi membulat lucu ketika ia melihat si hitam itu dengan seenak jidatnya mengeluarkan beberapa sepatu dari tas ranselnya dan meletakkan di ranjangnya.

"Oh ranjangku yang sangat malang" lirih Sehun sambil menatap iba pada ranjangnya yang kini telah terkotori oleh barang –barang si hitam itu. Mulai dari pakaian –pakaian yang begitu berantakkan, belum lagi buku –buku yang tadi tak muat ia susun dimeja belajar juga SEPATU! Entah kenapa Sehun sangat benci jika ada seseorang mengotori barang –barangngnya.

"DASAR HITAM BODOH!"

Ia kembali berteriak dan menangis sekencang –kencangnya. Tubuhnya menghilang secara perlahan. Namun sebelumnya ia meremas ChanHun dan melemparkannya tepat di arah si hitam yang kini sedang memainkan ponsel bodohnya itu.

PLUK

"Ouh", Jongin meringis kecil sambil menyentuh keningnya yang seperti terkena sesuatu. Ia meraba bagian atas kepalanya, lantas membawa ke depan matanya. Matanya menyipit, keningnya berkerut samar. Tiba –tiba ia menggaruk rambut coklatnya yang sama sekali tidak gatal.

"Bukankah ini boneka yang –". Jongin bangun dari acara tidur –tidurannya lalu menatap boneka –boneka yang tadi ia buang secara brutal ke bawah. Ia memperhatikan satu persatu –persatu boneka itu. Ada yang aneh, pikirnya. Matanya kembali menatap boneka yang kini di dalam genggamannya. Lalu kembali menatap sekumpulan boneka –boneka tak berdosa itu dengan pandangan yang sedikit ragu.

Tiba –tiba hawa dikamarnya menjadi dingin. Bukan karna ia merinding. Tapi karna siku tangannya tak sengaja menekan remote AC hingga suhu ruangan kamarnya meningkat.

Ia adalah siswa terpintar disekolahnya.

Ia ingat satu hal.

"Mana boneka merah muda itu?"

=Don't_GO=

Sehun meringkuk diatas ranjang rumah sakit, dengan posisi menduduki jasadnya sendiri yang tentu saja tak bisa ia sentuh. Ia menarik lututnya lebih erat dan memeluk kedua kakinya dengan tak kalah eratnya. Si hitam sudah membuat dirinya bingung harus berbuat, ditambah dengan masalah yang begitu berat ia hadapi.

Ia melonggarkan pelukannya, mencoba merubah posisi kali ini. Ia merebahkan tubuhnya, dengan mengikuti posisi jasadnya. Biarkan ia memejamkan matanya meski ia tidak akan pernah tertidur. Siapa tahu saja Tuhan memberikan mukjizatnya ketika esok pagi? Ia bisa masuk ke dalam tubuhnya dan itu –

Bolehkan ia berharap sesuatu yang tentu saja akan sulit terjadi? Dokter juga sudah memvonisnya tidak akan bertahan lama. Duh, kenapa ia jadi pesimis seperti ini.

"Sehunna, kau harus kuat. Kau harus percaya jika kau akan kembali hidup seperti sedia kala. Semangat!" . Ia mengepalkan tangannya dan meninjunya ke udara dengan yah –semangat juga senyum yang terkembang di bibir tipisnya yang terlihat begitu pucat –tentu saja bukan? Satu yang ia harapkan lagi,

Semoga Suho tidak menyerah atas dirinya.

Dan semoga, si hitam itu –

Ya ampun. Kenapa ia memikirkan pemuda hitam itu? Sebaiknya ia harus beristirahat. Biarpun ia roh, ia tetap saja bisa merasakan yang namanya kelelahan. Ia tidak mati! Ingat itu!

Ia memejamkan matanya, lantas tersenyum.

"Selamat tidur Oh Sehun, semoga harimu besok menyenangkan". Ia menyamankan posisinya. Berada dekat dengan jasadnya membuat dirinya merasa nyaman. Dan, ia merasa lebih yakin kalau ia akan kembali hidup.

Ia menarik boneka Rilakuma yang mengenakan hoodie merah muda itu ke dalam dekapannya. Lagi –lagi ia tersenyum,

"Selamat tidur Pinku –Pinku, aku merindukanmu"

Sehun memejamkan matanya dalam, meski ia tidak benar –benar tertidur. Ia mengeratkan pelukannya pada Pinku Pinku.

Tenang –

Terasa hangat –

Sedetik.

Dua detik.

Hingga detik ke lima barulah Sehun membuka matanya. Lantas mengangkat Pinku Pinku ke hadapan wajahnya. Matanya membulat lucu –tak percaya. Bibirnya terangkat ke atas sedikit.

"Sejak kapan aku bisa menyentuh suatu benda? Bahkan merasakannya?". Pikirannya kembali melayang beberapa saat sebelum ini. Dimana Suho datang dengan si hitam itu. Lalu ya, sepatu! Ia memindahkan sepatu itu dengan tangannya. Juga meja. Ia juga sempat merasakan sentuhan dingin meja itu.

Astaga,

Kenapa ia baru menyadarinya?

Apa sebentar lagi ia akan kembali hidup atau –

Sebaliknya?

=Don't_Go=

Jongin tergesa bangun dari tidur malam yang – boleh jujur? Tidak tenang. Ia masih terbayang akan dimana – boneka itu? Ia sudah mencarinya hampir ke setiap titik di ruang kamar itu. Tapi ya hasilnya tidak ada.

Aneh bukan?

Apa di apartemen ini ada hantunya?

Jongin menggelengkan keras kepalanya, "Tidak ada hantu. Dan aku tidak percaya" ucapnya tegas dan yakin. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Berjalan menuju sofa panjang itu.

Kembali ia terdiam,

"Mana sepatuku?"

Ia tak menemukan apapun diatas meja kaca yang begitu cantik itu? Ia mengangkat sebelah alisnya saat melihat sepatunya ada dibawah meja.

Seingatnya, ia menaruh sepatu itu diatas meja. Kenapa –

"Mungkin aku lupa"

Ia segera meraihnya dan memasangkan pada kedua kakinya. Lalu bergegas untuk menuju ke sekolahnya. Sebentar lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup. Bersyukurlah, jika ia tidak akan lagi bermain kejar –kejaran dengan waktu.

Sebelum ia menutup pintu kamar itu, ia sempat memperhatikan ruang tamu itu. Ia menundukkan sebentar kepalanya, lalu kembali melihat ke depan sana. Entahlah –

Ia merasakan kalau ia memang tinggal tak sendiri.

(T – B – C)

Haii …

Ini adalah ff pertamaku !

Mari kita lestarikan Sehun!bOttom !

Mind RnR pwease?