Biru-Kelabu

Kuroko no Basuke adalah milik Fujimaki Tadatoshi

Saya hanya memiliki plot ini saja

Warning: OOC, Typo (s), Nubi, Plot hole, Alur maksa, dan sebagainya

Genre: Humor, Friendship, Brothership, Family, AU, Semi-canon

Note: Humor Gagal

Selamat membaca~

.

.

Mayuzumi tahu betul ada yang salah dengan dirinya. Akhir-akhir ini ia tampak sering melamun—juga tersenyum. Mayuzumi juga mulai jarang membaca light novel—yang biasanya tak pernah absent menemani. Saat dipanggil pun responnya nihil, layaknya orang imbisil. Walaupun menjawab, dia hanya menggumamkan kata 'apa?', 'ah' dan 'eh'. membuat orang lain yang mengajaknya bicara jadi sakit kepala.

Mayuzumi sadar benar kekalahan Rakuzan dari Seirin merupakan pengalaman yang tak mengenakkan. Apalagi dirinya, sang pemain bayangan Rakuzan tak mampu memberikan kontribusi nyata bagi timnya untuk meraih kemenangan. Ya, salahkan dirinya yang tak bisa bersaing dengan sang bayangan dari Seirin. Bahkan walaupun Mayuzumi sekarang telah meninggalkan Rakuzan dan menjadi mahasiswa di Universitas Tokyo, dia sama sekali tak kuasa melupakan pertandingan terakhirnya itu, terlebih sosok dari seorang Kuroko Tetsuya.

Mayuzumi bingung, Mayuzumi lelah, Mayuzumi tak pernah sebegini galaunya memikirkan seseorang. Apakah Mayuzumi kini berubah menjadi remaja puber kurang asupan? Padahal sebelumnya Mayuzumi tak pernah sama sekali melupakan rutinitasnya menenggak light novel yang diibaratkannya oase ditengah kegersangan hidupnya. Namun kini, sang light novel tergeletak tak berdaya di atas meja, boro-boro dibuka, menyentuh saja dia ogah.

Pikirannya sudah sejak lama tercuri, terpaku pada sosok malaikat setengah dewi yang terperangkap dalam tubuh laki-laki. "Terkutuklah kau wahai Mayuzumi!" ucapnya dalam hati.

Mencoba menyatukan pikiran yang sejak tadi terkontaminasi virus pelangi, Mayuzumi mulai mengingat-ingat sejak kapan dirinya mulai menaruh hati pada si mungil bersurai langit. Ya, sejak kapan dirinya yang tampan bagai pujangga yang gemar merangkai kata berubah 180 derajad menjadi pemuda galau asmara? Hell no! Mayuzumi telah melewati masa-masa laknat itu bertahun-tahun yang lalu. Tapi kenapa? Sejak kapan?

Ya, sejak kapan Mayuzumi mulai memikirkan pemuda bersurai sewarna langit musim semi itu? Walau Mayuzumi telah berkali-kali berusaha menjatuhkan mental sang surai langit, namun ia selalu bangkit dan bangkit. Membuat Mayuzumi ingin lebih menghancurkannya, melihat bagaimana rupa putus asa dari sang pemilik wajah rupawan.

Ya, sejak kapan Mayuzumi mulai menyukai pemuda beriris azure itu? Yang dengan modal nekat dan juga tekadnya mampu membuat Mayuzumi terkagum kagum.

Ya, sejak kapan Mayuzumi mulai mendamba pemuda berwajah manis itu? Dengan senyum ceria dan tangisan bahagianya mampu membuat dunia Mayuzumi terhenti sejenak, lalu menemukan dirinya diliputi rasa hangat.

Ya, Kuroko Tetsuya, Mayuzumi Chihiro, sang pemain bayangan Rakuzan telah jatuh bertekuk lutut karena pesonamu. Layaknya mendung merindukan mentari, mengubah dunianya yang kelabu menjadi secerah langit biru.

0^0

Kini Mayuzumi berada di Tokyo, kota dimana pemuda yang membuat dirinya gila tinggal. Mayuzumi berani bertaruh, pasti sekarang si surai biru tengah berlatih basket di sekolahnya. Ah, ingin rasanya dirinya menyambangi sang pujaan hati dan menghilangkan kesan buruk dari pertandingan yang lalu. Ia sama sekali tak ingin pemuda manis itu masih menyimpan perasaan tak enak disaat semua yang terjadi bukan kesalahannya. Semua itu tentu saja kesalahan kapten Rakuzan, Akashi Seijuurou. Akashi-lah yang telah memasang label pemain bayangan model baru kepadanya dengan paksaaan. Mambuat sang pemilik azure turut menyandang label pemain bayangan model lama, alias usang. Siapa saja pasti sakit hati dengan julukan itu. Ya, Salahkan Akashi, mungkin kini sang tambatan hati tak ingin mengenal dirinya lagi.

Begitu banyak hal yang larut dalam pikiran Mayuzumi, hingga tak sadar sang senja mulai menyapa. Langit yang tadinya mengingatkannya kepada pemuda manis, berubah total menjadi warna yang membuat hatinya meringis. Warna apalagi jika bukan warna jingga dengan semburat merah yang identik dengan sosok raja iblis tampan dari Rakuzan. Terkutuklah Akashi beserta keabsolutanya!

Tiga jam sudah sejak Mayuzumi memutuskan untuk merenung di Majiba ditemani chibi-chan (laptop) kesayangan, tumpukan tugas kuliah, dan makanan pesanan. Sepertinya ini sudah terlalu lama, sebaiknya dia bergegas sebelum wanita cantik di kasir mengucapkan kalimat sayang.

Dengan enggan, Mayuzumi mengemasi semua barang-barangnya. Agak tak rela melihat spot kesukaan akan segera diambil orang.

Langkah kaki tegap dipacu menuju pintu, bersiap kembali menapaki kerasnya dunia yang ditinggalkan langit biru. Namun apa daya, jalannya tak semulus paha para model gravure, karena kini dia menabrak seorang pamuda bermata azure.

"Ah, gomenasai," ucapnya refleks.

"Hai'. Tak apa kok, etto … Mayuzumi-san?" jawab sang korban. Sontak iris kelabunya membulat melihat pemandangan indah di hadapannya. Sang pujaan hati, yang sejak siang tadi bercokol di hati, kini benar-benar muncul bagai ilusi. Oh Tuhan, Mayuzumi bisa mati berdiri.

"Ku-Kuroko Tetsuya?" semburnya masih tak percaya dengan penglihatannya. Sungguh, kebetulan ini terlalu manis. Apakah benang takdir mulai berpihak pada dirinya yang selalu bernasib tragis? Bolehkah Mayuzumi berharap kali ini?

Masih dalam tahap melayang, Mayuzumi tak sadar jika dirinya terbengong cukup lama. Hal itu tak pelak membuat kernyitan mampir di wajah manis sang pujaan. Tetsuya yang merasa kasihanpun rela buka suara demi menarik kembali sang pemuda kelabu ke dunia nyata. "Senang bertemu denganmu kembali, Mayuzumi-san," ucapnya dengan suara merdu menyentuh kalbu.

"Di-dia bilang, dia senang bertemu lagi denganku? Demi raja iblis Rakuzan, Tuhan sungguh adil!" batinnya nista. Mayuzumi tidak tau jika Tetsuya hanya berbasa basi saja. Tetsuya itu memang memiliki sopan santun diatas rata-rata yang kadang dinilai sebagai kutukan oleh sebagian orang. Kalau bisa diukur dengan kata-kata, mungkin kata 'terlalu baik' belum cukup menjadi gambaran. Bagaimana tidak? Semua orang selalu diperlakukan sama baik olehnya, entah itu lawan maupun kawan. Menjengkelkan? Memang! Tak heran banyak yang ke-GR-an karena sikap Tetsuya yang kadang keterlaluan, hingga julukan penebar benih (harapan) dari Seirin pun tak terelakkan.

"Ah, bagaimana kalau kita duduk dan mengobrol sebentar? Kebetulan aku selalu kemari setiap pulang latihan untuk membeli Vanilla milkshake." Ajak Tetsuya kepada Mayuzumi yang masih mematung dan berkutat dengan delusi tak berujung.

Segera Tetsuya memesan vanilla milkshakenya dan duduk didepan Mayuzumi yang telah menanti dengan sejuta persepsi. Wajah datarnya sarat akan emosi, walau jantungnya kini bak ingin berlari untuk menyongsong sang tambatan hati.

"Nah, Mayuzumi-san, bagaimana kabarmu?" tanya Tetsuya membuka pembicaraan. Sang pemuda kelabu mencoba untuk menjawab dengan nada datar, sedatar ekspresi pemuda yang duduk di depannya.

"Baik, Kuroko. Bagaimana dengan mu? Sudah lama sejak wintercup berlalu," jawabnya sambil berusaha bersikap wajar dan menyembunyikan rasa gugupnya—walaupun sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan karena wajahnya masih datar, sedatar milik Tetsuya tentunya. Ayolah, bukankah mereka satu spesies? Sama-sama bayangan, sama-sama mememiliki hawa keberadaan tipis, sama-sama minim ekspresi, dan sama-sama suka membaca light novel (berdasarkan informasi dari Akashi). Sungguh mereka pasangan serasi. Jika bersama, tentu anak mereka nantinya akan memiliki aura Tenshi. Percampuran pesona manis Tetsuya dan ketampanan Mayuzumi.

"Hai' Mayuzumi-san. Kabarku juga baik. Apa yang Mayuzumi-san lakukan di Tokyo?" tanya Tetsuya lagi. Maksudnya sih agar pembicaraan tak terputus. Karena jujur Tetsuya juga bingung ingin bercerita apa. Ini pertama kalinya mereka mengobrol dengan wajar sejak pertandingan final wintercup.

"Aku kuliah di Universitas Tokyo," ucap Mayuzumi lempeng.

"Ah, benar juga, Mayuzumi-san sekarang sudah lulus dari Rakuzan." Tetsuya mengangguk-angguk paham seraya meminum vanillashakenya.

*Hening*

"Hmm Kuroko ... tentang final di wintercup—" Mayuzumi tampak ragu untuk mengatakan penyesalan dan permintaan maafnya pada Tetsuya. Mata kelabunya menatap si mungil dengan wajah gusar dan pikiran yang berkecamuk. Sedangkan makhluk polos di depannya masih menunggu kelanjutkan dari perkataan Mayuzumi yang menggantung sambil menikmati milkshakenya. "—aku ingin meminta maaf kepadamu," lanjutnya.

Sontak mata Tetsuya membulat. Senyum tipis kini menghiasi wajahnya yang berekspresi datar. Sepertinya dia tau apa yang dimaksud Mayuzumi.

"Hai' Mayuzumi-san. Tidak perlu minta maaf tentang masalah pemain bayangan model lama dan model baru itu," jelasnya langsung ke inti permasalahan. "Tapi walau begitu aku takkan kalah dari Mayuzumi-san," tambahnya sambil melayangkan senyum manis ke Mayuzumi. Senyum itu, senyum terindah yang pernah dia lihat. Sungguh Mayuzumi tak mengira betapa polos dan baik hatinya makhluk biru di hadapannya. Mungkinkah Tetsuya memang malaikat yang dijatuhkan dari surga untuk menjadi pendampingnya?

"Baiklah kalau begitu. Tapi aku tetap meminta maaf karena sudah bersikap kurang mengenakkan selama pertandingan. Aku benar-benar tak bermaksud membuat mu errr … kesal?"

"Tak apa, Mayuzumi-san. Itulah yang dinamakan pertandingan. Aku akan sangat marah jika Mayuzumi-san tak bersungguh-sungguh." Tetsuya kini tampak asyik menyesap Vanilla Milkshakenya lagi sambil melihat ke luar jendela. Gerakan menyesap vanilla yang cukup untuk membuat semua para lelaki straight menjadi belok seketika.

*hening lagi*

"Nah, baiklah Kuroko. Tampaknya aku harus segera kembali ke apartemen. Hari juga sudah mulai gelap, sebaiknya kau juga pulang." Mayuzumi bangkit dari kursinya. Sebenarnya ia tak rela untuk berpisah dengan sang pujaan hati. Tapi batinnya sudah tak kuat dengan segala tingkah Tetsuya yang menurutnya lebih berbahaya dari makhluk bergunting. Khayalan nistanya sama sekali tidak mau berhenti, membuat sang kelabu khawatir jika dirinya tak mampu mengendalikan diri. Ah, sekali lagi Mayuzumi merutuki dirinya yang tak mampu memanfaatkan kesempatan yang tak akan datang dua kali.

"Baiklah kalau begitu Mayuzumi-san. Kapan-kapan kita bisa mengobrol lagi." Tetsuya membungkuk dan meninggalkan Mayuzumi yang masih bergeming. Mereka berpisah dan tak tahu kapan lagi akan berjumpa. Apakah Mayuzumi harus setiap hari menyambangi majiba? Bukan pilihan buruk dan patut dicoba. Apapun demi sang pujaan.

"Ah, sungguh hari yang menyenangkan," gumamnya lirih. Tanpa berpikir dua kali, langkah kaki dibawa pergi. Sepertinya Mayuzumi sama sekali tak mengetahui bahaya apa yang datang menanti.

0^0

Kediaman Akashi

Seorang pemuda bersurai crimson dengan mata heterochrome sedang bersantai di ranjang king sizenya. Keningnya berkerut memikirkan malaikat biru yang tengah berada jauh. Mereka belum bertemu lagi sejak Wintercup. Ya, itu adalah hari dimana mereka juga mengungkapkan perasaan masing-masing. Masih segar di ingatannya tentang bagaimana perjuangan sang surai biru untuk mengembalikannya ke dirinya yang dulu. Masih segar pula di ingatannya bagaimana butiran bening itu mengalir dari kedua iris sewarna langit saat mengetahui usahanya berbuah manis. Bahkan Akashi masih bisa merasakan pelukan hangat sang pemuda yang mengisi setiap relung di hatinya. Kuroko Tetsuya, malaikat birunya yang sangat berharga.

Tiba-tiba sang crimson tertegun. "Tapi entah kenapa rasanya hari ini ada yang tidak benar. Aku seperti ingin membunuh seseorang," gumamnya sambil menatap langit-langit. Sesuatu yang buruk telah terjadi, dan dia sangat amat yakin. Sesuatu itu telah mengusik batinnya, dan ini berkaikat dengan Tetsuya-nya. Apakah ada manusia kurang ajar yang memiliki kelebihan nyawa berani menganggu sang pujaan? Berbagai spekulasi menghampiri, telpon genggampun menjadi pilihan hati. Sebuah pesan datang dari seseorang yang memenuhi pikirannya sejak tadi.

From: Malaikatku

Subject: Urgent

Aku merindukanmu, Sei-kun.

"Nah Tetsuya, sampai bertemu Sabtu besok," bisiknya sambil menyeringai senang.

Namun tiba-tiba kening Akashi berkerut, sebuah pesan lain datang membuat kesenangan sang pemuda surut. Pesan yang menunjukkan gambar seorang pemuda kelabu tengah duduk di majiba bersama seorang pemuda manis berambut biru yang sangat dia kenal. Ah, inilah yang membuat hatinya terserang badai kegundahan. Seorang teman lama telah berani mengusik apa yang menjadi miliknya. Kira-kira hukuman apakah yang pantas ia jatuhkan?

Sebuah seringai mengerikan terpatri, keputusan telah diambil oleh sang Akashi.

.

.

Mayuzumi, bersiaplah segera untuk mati.

FIN

Fic Gaje macam apa ini?!

Oke, ini adalah fic lama yang sudah mengendap di folder sekian lama. Semoga ada yang berkenan untuk membaca. :D

Nara mau ngucapin terimakasih buat teman-teman yang udah fav dan review cerita2 nara. Review temen2 sangat berarti, dan membuat nara jadi termotivasi.

Nantinya ini akan menjadi oneshot2 yang menceritakan tentang keseharian Akakuro-bro beserta segala tingkah possessive dan overprotek nya. Disini belum keliatan ya kalo mereka bro. Tapi mereka itu bro kok, mungkin di oneshot2 selanjutnya akan terjawab sedikit demi sedikit. :v

Btw gomenne kalo semua cerita nara berkutat pada hubungan mereka yang bersaudara. Soalnya nara emank suka mereka jadi bersodara dg tetsuya sbg pusatnya :v *alibi karena ga bisa bikin BL*

Jadi sekali lagi nara mohon maaf jika para pembaca sekalian bosan.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

.

.

OMAKE

"Reo."

"Hallo Sei-chan, ada apa menelpon malam-malam?"

"Bisakah kau mencarikanku beberapa benda?"

"Hmm, baiklah."

"Sebuah presto ukuran medium, paku 1 kg, isi staples 1 lusin, Potassium Nitrat, Alumunium foil, dan detonator."

"E-eeh — Sei-chan. Apa yang ingin kau buat?"

"Lakukan atau kukirim satu ke rumahmu!"

Tut-tut-tut-tut